Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan operasionalnya setiap perusahaan meningkatkan

keuntungan (laba). Laba merupakan tujuan berdirinya suatu perusahaan.

Perusahaan dalam aktivitasnya selalu berusaha untuk mencapai laba yang

optimal. Dengan demikian perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Laba yang optimal akan didapat jika pada suatu perusahaan dapat

menghasilkan laba yang tinggi yang akan menyebabkan pertumbuhan laba

yang tinggi pula.

Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan

mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan

nilai perusahaan, karena besarnya deviden yang akan dibayar di masa akan

datang sangat bergantung pada kondisi perusahaan.

Dalam menganalisis dan menilai kondisi keuangan diperlukan alat

analisis keuangan. Salah satu alat analisis keuangan yang paling digunakan

adalah rasio keuangan.

Rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai

kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan merupakan

perbandingan antar satu atau lebih akan laporan yang tujuannya adalah untuk

mengukur kemampuan perusahaan mengolah bisnisnya. Rasio keuangan

berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan suatu

1
perusahaan dan memungkinkan investor menilai kondisi keuangan dan hasil

operasi perusahaan saat ini dan masa lalu, serta sebagai pedoman bagi

investor mengenai kinerja masa lalu dan masa yang akan datang yang dapat

memanfaatkan dalam pengambilan keputusan investasinya.

Menurut Kasmir (2012:107) “Rasio pertumbuhan (growth ratio)

merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian

dan sektor usahanya”. Menurut Brigham dan Houston (2012:93) menyatakan

bahwa “penjualan bersih yang disajikan di bagian atas laporan, sedangkan

biaya operasi, bunga, dan pajak dikurangkan untuk mendapatkan laba bersih

yang tersedia bagi pemengang saham biasa, umumnya disebut sebagai laba

bersih”. Pertumbuhan laba merupakan ukuran kinerja dan suatu perusahaan,

maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin

baik kinerja perusahaan. Dengan demikian, apabila rasio keuangan

perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik.

Laba perusahaan diharapkan setiap periode akan mengalami kenaikan,

sehingga dibutuhkan estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk

periode mendatang. Estimasi terhadap laba dapat dilakukan dengan

menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang dilakukan

dapat berupa perhitungan dan interprestasi melalui rasio keuangan.

Rasio pertumbuhan mengukur kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan perekonomian dan

dalam industry atau pasar produk tempatnya beroperasi. Pertumbuhan laba

2
merupakan salah satu rasio pertumbuhan yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja perusahaan

Net Profit Margin (NPM) atau Marjin Laba Bersih adalah rasio

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada

suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini

menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya

terkait.

Gross Profit Margin (GPM) merupakan rasio yang mengukur efisiensi

pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan

kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien

Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio keuangan yang sering

digunakan oleh investor untuk menganalisis saham. Rasio ini menunjukkan

tingkat efektivitas tim manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dari

dana yang diinvestasikan pemegang saham. Semakin tinggi ROE, semakin

besar laba yang dihasilkan dari sejumlah dana yang diinvestasikan sehingga

mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang

dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

aktiva yang digunakan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan

di masa yang akan datang.

3
Adapun besarnya Net Profit Margin, Gross Profit Margin, Return on

Equity, Return on Assets dan Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit

Indonesia (Persero) Periode 2011-2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return on
Equity (ROE), Return on Assets (ROA) Dan Pertumbuhan Laba
PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode 2011-2018

Rasio 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


NPM 49% 91% 82% 91% 100% 69% 79% 39%

GPM 53% 91% 96% 104% 117% 78% 87% 44%

ROA 2% 4% 5% 6% 8% 5% 6% 5%

ROE 4% 6% 8% 12% 15% 11% 11% 4%

Pertumbuhan
-153% 152% 65% 83% 30% -19% 12% -28%
Laba
Sumber : Data Olahan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas terlihat bahwa Net Profit Margin (NPM),

menunjukkan kondisi naik turun, pada tahun 2011-2012 naik dari 49%

menjadi 91%, tahun 2013-2015 kembali naik dari 82% , 91% dan 100%, di

tahun 2016-2017 kembali naik stabil 69% dan 79% dan menurun kembali di

tahun 2018 yaitu 39%.

Gross Profit Margin (GPM) pada tahun 2011-2015 mengalami kenaikan

pesat setiap tahunnya, mengalami penurunan pada tahun 2016 yaitu 78%

mengalami kenaikan kembali pada tahun 2017 sebesar 87% dan penurunan

kembali tahun 2018 sebesar 44%.

Return On Assets (ROA) pada tahun 2011-2015 mengalami kenaikan

pesat setiap tahunnya, mengalami penurunan pada tahun 2016 yaitu 5%

4
mengalami kenaikan kembali pada tahun 2017 yaitu 6% dan penurunan

kembali tahun 2018 yaitu 5%.

Return On Equity (ROE) pada tahun 2011-2015 mengalami kenaikan

pesat setiap tahunnya, pada tahun 2016-2017 stabil di angka 11%, dan

menurun menjadi 4% pada tahun 2018.

Pertumbuhan Laba pada tahun 2011 -153% dan tahun tahun berikutnya

kondisi tidak stabil.

Pada keempat tabel dapat dilihat bahwa kondisi Net Profit Margin, Gross

Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity dan Pertumbuhan Laba

dari tahun 2011-2018 mengalami perubahan atau berfluktuasi (kenaikan dan

penurunan) setiap tahunnya.

Berdasarkan gambaran tersebut menarik untuk diteliti mengenai

“Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return

On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Pertumbuhan

Laba Pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode 2011-2018.”

B. Identifikasi Masalah

Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Net Profit Margin (NPM),

Gross Profit Margin (GPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity

(ROE) Terhadap Pertumbuhan Laba, maka penulis mengidentifikasi masalah

yang akan dibahas sebagai berikut :

5
1. Adanya penurunan pertumbuhan laba yang disebabkan karena adanya

kenaikan pada laba tahun sekarang dan diikuti lebih besarnya penurunan

kenaikan laba tahun sebelumnya.

2. Terjadinya penurunan Gross Profit Margin (GPM) diduga karena adanya

penuruna laba kotor

3. Terjadinya penurunan Net Profit Margin (NPM) yang diduga karena

adanya penurunan laba bersih sesudah pajak

4. Terjadinya penurunan Return On Assets (ROA) diduga karena adanya

penurunan laba bersih sesudah pajak dan diikuti dengan penurunan total

assets.

5. Terjadinya penurunan Return On Assets (ROE) diduga karena adanya

penurunan laba bersih sesudah pajak dan diikuti dengan penurunan

ekuitas pemegang saham

C. Batasan Masalah

Setelah ditemukan permasalahan–permasalahan yang ada berdasarkan

penjelasan latar belakang penelitian, namun penulis terfokus pada permasalah

yang memiliki relevansi dengan judul yang diharapkan tujuan dilakukannya

pembatasan masalah dalam rangka validitas atas suatu kajian fenomena

dengan pembahasan yang terperinci, diharapkan hasil penelitian yang

diperoleh sesuai dengan yang diharapkan, dan pembatasan masalahnya

sebagai berikut :

6
1. Data pada penelitian ini dibatasi hanya pada rentang waktu tahun 2011

sampai dengan 2018.

2. Penelitian ini hanya dibatasi variabel-variabel yang sudah ditentukan

seperti, Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return

On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Pertumbuhan

Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode 2011-2018?

2. Bagaimana pengaruh Gross Profit Margin (GPM) terhadap Pertumbuhan

Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode 2011-2018?

3. Bagaimana pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan

Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode 2011-2018?

4. Bagaimana pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan

Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode 2011-2018?

5. Bagaimana pengaruh Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin

(GPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) terhadap

Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode

2011-2018?

7
E. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengerahui pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap

Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode

2011-2018.

2. Untuk Mengerahui pengaruh Gross Profit Margin (GPM) terhadap

Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode

2011-2018.

3. Untuk Mengerahui pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap

Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode

2011-2018.

4. Untuk Mengerahui pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap

Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) Periode

2011-2018.

5. Untuk Mengerahui pengaruh Net Profit Margin (NPM), Gross Profit

Margin (GPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE)

terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero)

Periode 2011-2018?

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama bagi :

1. Manfaat bagi Penulis

Untuk mempelajari dan memperoleh pemahaman terhadap permasalahan

8
mengenai Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return

On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan Laba

perusahaan.

2. Manfaat bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT.

Asuransi Kredit Indonesia (Persero) dalam mengambil keputusan

terutama mengenai pertumbuhan laba di masa akan datang.

3. Manfaat bagi Dunia Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

dan memperluas pengetahuan dalam mengembangkan penelitian pada

bidang analisis laporan keuangan.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen menurut Malayu S.P Hasibuan (2016:9)

mengemukakan bahwa “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Menurut G.R. Terry (2010:16) menjelaskan bahwa manajemen

merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan – tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk

mennetukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya.

Menurut Abdullah (2014:2) manajemen itu adalah keseluruhan

aktivitas yang berkenaan dengan melaksanakan pekerjaan organisasi

melalui fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan

dengan bantuan sumber daya organisasi (man, money, material,

mechine and method) secara efesien dan efektif.

Menurut Feriyanto (2015), manajemen adalah inti dari

administrasi, karena manajemen sendiri sebagai alat pelaksana

administrasi dan sebagai kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan

melalui kegiatan orang lain.

10
Berdasarkan pendapat Simmamora dalam Sinambela (2016)

manajemen diartikan sebagai proses untuk memberdayakan segala

sumber daya didalam organisasi untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya

dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana

dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

secara efektif dan efisien.

2. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen dalam organisasi merupakan sebuah perangkat

yang penting dan suatu hal yang harus dikembangkan demi tercapainya

tujuan organisasi serta memberikan kepuasan pada anggota-anggota di

dalamnya. Bahkan fungsi manajemen menjadi patokan organisasi

dalam mencapai tujuan sehingga setiap aktivitas organisasi harus

berlandaskan prosedur (SOP), strategi, kebijakan dan aturan yang telah

ditetapkan dalam fungsi manajemen (POAC). Tujuan dari fungsi

manajemen secara umum untuk mengendalikan semua aktivitas

organisasi dengan baik, sebagai pengembangan kemampuan SDM yang

profesional, menghasilkan kinerja yang unggul dan hasil kerja yang

maksimal serta tercapainya tujuan yang memberikan kesejahteraan bagi

semua pihak yang ada dalam organisasi.

11
Menurut Ismail Solihin (2009:4) yang mengutip dari Koontz

(Koontz Weihrich, 1993) bahwa manajemen dikelompokkan ke dalam

lima fungsi, kelima fungsi tersebut yaitu:

a. Planning (Perencanaan)

Yaitu suatu proses mengembangkan tujuan-tujuan perusahaan serta

memilih serangkaian tindakan (strategi) untuk mencapai tujuan-

tujuan tersebut. Perencanaan tersebut mencangkup (a) menetapkan

tujuan (b) mengembangkan berbagai premis mengenai lingkungan

perusahaan di mana tujuan-tujuan perusahaan hendak dicapai (c)

memilih arah tindakan (courses of action) untuk mencapai tujuan-

tujuan tersebut (d) merumuskan berbagai aktifitas yang diperlukan

untuk menerjemahkan rencana menjadi aksi (e) melakukan

perencanaan ulang untuk mengoreksi berbagai kekurangan dalam

perencanaan terdahulu.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu proses dimana karyawan dan

pekerjaannya saling dihubungkan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Pengorganisasian mencangkup pembagian kerja

diantara kelompok dan individu serta pengkoordinasian aktivitas

individu dan kelompok. Pengorganisasian mencangkup juga

penetapan kewenangan manajerial.

c. Staffing (Pengisian staff)

12
Yaitu suatu proses untuk memastikan bahwa karyawan yang

kompeten dapat dipilih, dikembangkan dan diberi imbalan untuk

mencapai tujuan perusahaan. Penyusunan staf serta manajemen

sumber daya manusia yang efektif mencangkup pula penciptaan

iklim kerja yang memuaskan karyawan. Sumberdaya manusia yang

telah diorganisasi tersebut selanjutnya perlu diarahkan aktivitasnya

agar menghasilkan pencapaian tujuan perusahaan.

d. Leading (memimpin)

Memimpin adalah suatu proses memotivasi individu atau kelompok

dalam suatu aktivitas hubungan kerja (task related activities) agar

mereka dapat bekerja dengan sukarela (voluntarily) dan harmonis

dalam mencapai tujuan perusahaan

e. Controlling (pengendalian)

Pengendalian merupakan suatu proses untuk memastikan adanya

kinerja yang efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Pengendalian mencangkup (a) menetapkan berbagai tujuan dan

standar, (b) membandingkan kinerja sesungguhnya (yang diukur)

dengan tujuan dan standar yamg telah ditetapkan, serta (c)

mendorong keberhasilan dan mengoreksi berbagai kelemahan.

3. Tingkatan Manajemen

Menurut Ismail Solihin (2009:11) dalam sebuah perusahaan

terdapat tiga tingkatan manager, yaitu:

a. Manajemen Puncak (Top Management)

13
Merupakan eksekutif tertinggi diperusahaan yang akan menetapkan

tujuan dan strategi perusahaan secara keseluruhan.

b. Manajemen Menengah (Middle Management)

Manajer menengah bertanggung jawab mengimplementaskan

berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh manajemen puncak.

c. Manajemen Lini Pertama (First Line Management)

Merupakan manajemen jenjang pertama yang memimpin karyawan

nonmanajer dan berada dibawah pengendalian manajemen

menengah.

4. Alat-Alat Manajemen

Alat-alat manajemen adalah syarat suatu usaha untuk mencapai

hasil yang ditetapkan atau misi perusahaan. Alat-alat tersebutdikenal

dengan 6M, yaitu:

a. Man (Manusia)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling

menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula

yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia

tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah

makhluk kerja.

b. Money (uang)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.

Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya

hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam

14
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang

penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus

diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan

berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga

kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil

yang akan dicapai dari suatu organisasi.

c. Materials (bahan-bahan)

Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan

jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,

selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat

menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab

materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak

akan tercapai hasil yang dikehendaki.

d. Machines (mesin)

Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan

mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan

yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

e. Methods (metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu

tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan.

Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara

pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai

pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang

15
tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.

Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang

melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai

pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan

demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya

sendiri.

f. Market (pasar)

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila

barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang

akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh

sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi

merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat

dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera

konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

B. Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan

aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, di mana di

dalamnya termasuk kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian

terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer

keuangan.

16
Manajemen keuangan dapat diartikan juga sebagai seluruh aktivitas

atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk

mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya dan upaya

penggunaan serta pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam

memaksimalkan nilai perusahaan yaitu harga dimana calon pembeli

siap atau bersedia membayarnya jika suatu perusahaan menjualnya.

2. Fungsi Manajemen Keuangan

Ukuran dan penting fungsi manajemen keuangan tergantung dari

besarnya perusahaan. Pada perusahaan kecil, fungsi keuangan

umumnya dilakukan oleh departemen akuntansi. Setelah perusahaan

berkembang, lambat laun menjadi departemen. Fungsi manajemen

keuangan yang utama adalah dalam hal keputusan investasi,

pembiayaan dan deviden untuk suatu perusahaan atau organisasi

bahkan koperasi atau bahkan instansi-instansi lain.

Menurut Bambang Riyanto (2001:6) menyatakan pada dasarnya

manajemen keuangan memiliki fungsi yang terdiri dari :

a. Fungsi Penggunaan atau Pengalokasian Dana dimana dalam

pelaksanaannya manajemen keuangan harus mengambil sebuah

keputusan investasi ataupun pemilihan alternatif investasi.

b. Fungsi Perolehan Dana yang juga sering disebut sebagai fungsi

mencari sumber pendanaan dimana dalam pelaksanaannya

manajemen keuangan harus mengambil sebuah keputusan

17
pendanaan atau pemilihan alternatif pendanaan (financing

decision).

Pengertian fungsi manajemen keuangan yaitu sebagai pedoman

bagi manajer perusahaan dalam setiap pengambilan keputusan yang

dilakukan demi kelancaran perusahaannya terutama dalam hal

manajemen keuangannya.

3. Tujuan Manajemen Keuangan

Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang

benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai.

Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu

mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan

adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Husnan). 2004:6).

Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para

pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham

diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang

merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi,

pendanaan, dan kebijakan deviden. Maka tujuan dari manajemen

keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu

mendapatkan dan maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai

perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham.

18
C. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan memberikan informasi mengenai aktivitas

keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan.

Pihak yang berkepentingan berupa pihak intern dan pihak ekstern

perusahaan mempunyai kebutuhan yang berbeda dari informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Manajemen puncak sebagai

pihak intern memerlukan informasi dari laporan keuangan sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang akan

bermanfaat bagi perkembangan perusahaan. Sedangkan investor

sebagai pihak ekstern memerlukan informasi dari laporan keuangan

sebagai bahan pertimbangan untuk membeli atau menjual saham yang

dimilikinya.

Pengertian laporan keuangan dalam PSAK No. 1 (Revisi 2015)

adalah: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Pengertian laporan keuangan menurut Irham Fahmi (2015:2),

adalah: “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh

informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan

perusahaan tersebut.”

Dari pengertian-pengertian di atas sampai pada pemahaman penulis

bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi

19
yang memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan.

Informasi dari laporan keuangan perusahaan digunakan sebagai bahan

pertimbangan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan baik itu pihak intern maupun ekstern.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan dalam PSAK No. 1 (Revisi 2015) adalah:

“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekoomi. Juga menunjukkan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya.”

Menurut Irham Fahmi (2015:5): “Tujuan laporan keuangan adalah

memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang

kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan

moneter.”

Menurut Kasmir (2013:10): ”Laporan keuangan bertujuan untuk

memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat

tertentu maupun periode tertentu.”

Laporan keuangan diperlukan oleh pihak – pihak yang

berkepentingan. Yakni, pihak Internal dan Pihak Eksternal Perusahaan.

Dan tentunya pihak – pihak yang berkepentingan tersebut memiliki

kepentingan yang berbeda beda. Oleh karena itu, Tujuan Laporan

Keuangan terbagi menjadi 2, yakni Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

20
Tujuan Umum Pembuatan Laporan Keuangan yakni :

a. Menyajikan informasi mengenai kekayaan dan kewajiban yang

dapat diandalkan

b. Menyajikan informasi mengenai perubahan kekayaan bersih yang

dapat diandalkan

c. Menyajikan informasi yang dapat membantu pihak – pihak yang

berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

d. Menyajikan informasi laporan yang sesuai dengan keperluan pihak

yang berkepentingan

Tujuan Khusus Pembuatan Laporan Keuangan yakni :

a. Menyajikan informasi laporan keuangan yang dilengkapi dengan

keterangan secara terperinci.

3. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap harus disajikan setiap periode oleh

perusahaan. Periode pelaporan laporan keuangan biasanya

menyesuaikan dengan tahun kalender yakni 1 Januari sampai dengan 31

Desember. Informasi komparatif dari laporan keuangan tahun

sebelumnya juga disertakan dalam laporan keuangan tahun berjalan.

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor akan menambah

kepercayaan pihak lain terutama investor maupun kreditor sebagai

pertimbangan untuk berinvestasi maupun memberikan kredit bagi

perusahaan.

21
Laporan keuangan yang lengkap dalam PSAK No. 1 (Revisi 2015)

terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

Laporan posisi keuangan atau sering disebut neraca merupakaan

laporan yang menyajikan aset, liabilitas dan ekuitas pada akhir

periode. Laporan posisi keuangan disajikan secara sistematis

sehingga mengetahui keadaan keuangan suatu perusahaan.

b. Laporan laba rugi & penghasilan komprehensif lain selama periode

Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama

periode merupakan ikhtisar pendapatan dan beban selama periode

tertentu baik itu dari aktivitas utama perusahaan maupun dari

aktivitas pendukungnya. Entitas dapat menyajikan laporan laba

rugi dan penghasilan komprehensif lain dengan dua pendekatan:

1) Laporan tunggal yaitu laporan komprehensif lain disajikan

bersama dengan laporan laba rugi. Laporan laba rugi disajikan

pertama kemudian diikuti oleh laporan penghasilan

komprehensif lain.

2) Laporan terpisah yaitu laporan laba rugi dan penghasilan

komprehensif lain disajikan dalam dua bagian. Laporan laba

rugi disajikan mendahului laporan penghasilan komprehensif

lain.

22
c. Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas merupakan ikhtisar perubahan ekuitas

pemilik yang terjadi dalam selama periode tertentu. Perubahan

ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan

harta perusahaan selama periode tertentu.

d. Laporan arus kas

Laporan arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan

keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas dan setara kas serta bagaimana kas tersebut

digunakan untuk kelancaran aktivitas perusahaan.

Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu:

1) Aktivitas operasi yaitu laporan arus kas yang melaporkan

ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang berkaitan

dengan operasi perusahaan.

2) Aktivitas investasi yaitu laporan arus kas yang melaporkan

transaksi kas yang berkaitan dengan pembelian atau penjualan

aset tetap perusahaan.

3) Aktivitas pendanaan yaitu laporan arus kas yang melaporkan

transaksi kas yang berkaitan dengan investasi pemilik,

peminjaman dana dan pengambilan dana oleh pemilik.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas lapoan keuangan berisi informasi tambahan atas apa

yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi

23
dan laporan komprehensif lain, laporan laba rugi terpisah (jika

disajikan), laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif dari

pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut.

f. Informasi Komparatif

PSAK No. 1 mengklasifikasikan informasi komparatif yang harus

disajikan dalam laporan keuangan menjadi dua yaitu:

1) Informasi komparatif minimum, yang menjelaskan bahwa

entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan

periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan

dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan

lain oleh PSAK/ISAK. Informasi komparatif yang bersifat

naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode

sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk

pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

2) Informasi komparatif tambahan, yang menjelaskan bahwa

entitas dapat menyajikan informasi komparatif sebagai

tambahan atas laporan keuangan komparatif minimum yang

disyaratkan SAK, sepanjang informasi tersebut disiapkan

sesuai dengan SAK.

24
D. Pertumbuhan Laba

1. Pengertian Pertumbuhan Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian

laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya

yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pertumbuhan laba

merupakan kenaikan laba atau penurunan laba pertahun. Pertumbuhan

laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja suatu

perusahaan. Pertumbuhan laba menjadi informasi yang sangat penting

bagi banyak orang yang antara lain adalah pengusaha, analisis

keuangan, pemegang saham, ekonomi dan sebagainya.

Menurut Kasmir (2012:107) menyatakan bahwa Rasio

pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah

pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Indikator-indikator

tersebut perlu untuk diketahui pertumbuhannya mengingat bahwa

dengan mengetahui pertumbuhan setiap elemen tersebut, maka

perusahaan diberikan informasi bahwa perusahaan dalam jangka waktu

tertentu memperoleh pertambahan nilai tertentu.

Menurut Harahap (2013:310) pertumbuhan laba yaitu “rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih

dibandingkan dengan tahun lalu”.

25
Rasio pertumbuhan mengukur atau memperlihatkan tingkat

pertumbuhan laba perusahaan setiap tahunnya dengan dibandingkan

dengan laba tahun-tahun sebelumnya serta digunakan untuk melihat

seberapa besar meningkatkan laju pertumbuhan laba.

Berdasarkan teori diatas, maka penulis menyimpulkan

pertumbuhan laba digunakan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang telah dicapai dari periodeperiode

berikutnya.pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa

perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan

meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya deviden yang akan

dibayar di masa akan datang bergantung pada kondisi perusahaan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan

perubahan laba ditahan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa

pertumbuhan yang seharusnya (Subtainable Growth Rate) dengan

melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Pertumbuhan

laba yang berkelanjutan adalah tingkat dimana perusahaan dapat

tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan asset terhadap

peningkatan laba ditahan.

Menurut Jumingan (2006:201) faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya laba yaitu :

a. Perubahan volume produksi/penjualan

26
Apabila volume produksi/penjualan berubah sedangkan faktor-

faktor yang lain (harga jual, rasio biaya variabel, biaya tetap) tidak

berubah maka perolehan laba juga akan berubah.

b. Perubahan harga jual

Apabila harga jual per unit mengalami perubahan, sedangkan

volume penjualan, biaya variabel per unit, dan biaya tetap

perusahaan tidak berubah, maka perolehan laba juga akan

mengalami perubahan.

c. Perubahan biaya

Apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubah sedangkan

volume penjualan dan harga per unit berubah, maka laba juga akan

mengalami perubahan. Dalam kasus ini titik impasnya akan

bergeser

Namun begitu pertumbuhan laba yang dapat dipengaruhi oleh

faktorfaktor luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi dan

adanya kebebasan manajerial (manajerial discreation) yang

memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat

estemasi yang dapat meningkatkan laba.

Menurut Kasmir (2012:307) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan laba kotor ada 3, yaitu :

a. Berubahnya harga jual

Artinya, berubahnya harga jual yang dianggarkan dengan harga

jual pada periode sebelumnya. Misalnya harga jual yang ditetapkan

27
sebelumnya Rp 100.00 per unit dinaikkan menjadi Rp 110.00 per

unit atau sebaliknya karena berbagai sebab harga jual justru

diturunkan. Perubahan ini jelas akan berdampak terhadap

perolehan dari nilai jual tersebut.

b. Berubahnya jumlah kuantitas (volume) barang untuk jual

Artinya, perubahan jumlah barang yang dijual dari jumlah yang

dianggarkan dengan jumlah periode sebelumnya. Sama seperti

harga jual perusahaan jumlah barang yang dijual, misalnya dari

jumlah yang ditargetkan terjual 1.100 unit jelas akan

mengakibatkan perubahan peroleh dari nilai jual tersebut.

c. Berubahnya harga pokok penjualan

Maksudnya perubahan harga pokok penjualan dari yang

dianggarkan dengan harga pokok penjualan pada periode

sebelumnya. Perubahan ini mungkin disebabkan karena adanya

kenaikan harga pokok penjualan dari sumber utamanya, misalnya

kenaikan atau penurunan harga bahan baku atau akibat kenaikan

dari biaya-biaya yang dibebankan dari sebelumnya.

Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari

perusahaan, namun disamping itu pereusahaan laba juga dapat

dipengaruhi faktor-faktor dari luar seperti adanya peningkatan harga

akibat adanya inflasi, nilai tukar rupiah, kondisi ekonomi, kondisi

politik suatu negara dan adanya kebebasan manajerial yang

28
memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat

estimasi yang dapat meningkatkan laba.

Maka, dari beberapa teori tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba adalah

sebagai berikut :

a. Perubahan volume produksi/penjualan

b. Perubahan harga jual

c. Perubahan biaya

d. Perubahan harga pokok penjualan

3. Tujuan Pertumbuhan Laba

Suatu perusahaan mengelola perusahaan dengan sungguh-sungguh

agar tercapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan, namun hal

demikian perlu dikaitkan dengan kinerja karyawan yang handal, dan

aset-aset yang mencukupi dan juga fasilitas kerja yang mendukung

karyawan untuk bekerja dengan maksimal agar tujuan perusahaan

dalam meningkatkan pertumbuhan laba tercapai.

Menurut William K.Carter (2009:5) dalam menentukan tujuan

laba, manajemen sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut :

a. Laba atau rugi yang dihasilkan dari volume penjualan tertentu.

b. Volume penjualan yang diperlukan untuk menutup semua biaya

plus menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar deviden

serta menyediakan dana bagi kebutuhan bisnis dimasa depan.

c. Titik impas.

29
d. Volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi

sekarang.

e. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba.

f. Tingkat pengambilan atas modal yang digunakan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

dilaporkannya laba atau lebih dikenal dengan laba atau rugi adalah

indikator ekonomin efisiensi penggunaan dana yang digunakan sebagai

dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi prestasi

manajemen dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar

pembagian deviden untuk para investor yang menambahkan modalnya

pada perusahaan.

4. Manfaat Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba yang sering dimanfaatkan perusahaan untuk

mengetahui pengembangan perusahaan dalam menghasilkan laba,

dimana perusahaan dapat mengetahui seberapa besar perkembangan

laba setiap tahunnya apakah mengalami peningkatan atau sebaliknya

mengalami penurunan dengan menggunakan rumus-rumus atau

pengukuran laba sesuai ketentuan yang berlaku.

Menurut William K. Carter (2009:7) keuntungan dari perencanaan

laba adalah sebagai berikut:

a. Perencaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin

terhadap identifikasi dan penyelesaian masalah.

30
b. Perencanaan laba menyediakan menyediakan arahan ke semua

tingkat manajemen. Hal ini membantu mengembangkan kesadaran

akan laba diseluruh lapisan organisasi dan mendorong kesadaran

akan biaya serta efisiensi biaya.

c. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi. Hal ini menyediakan

suatu cara untuk menyelaraskan usaha-usaha dalam mencapai cita-

cita.

d. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide

dan kerja sama dari semua tingkatan manajemen. Keahlian dan

pengetahuan dari semua manajer dibutuhkan untuk

mengembangkan rencana yang paling efektif.

e. Perencaan laba menyediakan suatu tolak ukur untuk mengevaluasi

kinerja actual dan meningkatkan kemampuan dari individu-

individu. Hal ini mendorong manajer untuk merencanakan dan

berkinerja secara efisien

Laba merupakan informasi yang penting dalam sebuah laporan

keuangan karena menggambarkan baik atau tidaknya keadaan

perusahaan tersebut. Menurut Hani (2015:99) menyatakan manfaat

pertumbuhan laba yaitu untuk melihat dalam nilai satuan uang seberapa

besar peningkatan pertumbuhan akun yang dianalisis. Setiap akun akan

dapat ditelusuri seberapa besar tingkat pertumbuhannya, hal ini akan

berguna bagi manajemen untuk mengetahui tindakan dan kebijakan apa

yang akan diambil oleh perusahaan.

31
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba yang

tinggi adalah pertanda konsumen menginginkan output yang lebih dari

industri/perusahaan. Sebaliknya, laba yang rendah atau rugi adalah

pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dari produk/komuditi

yang ditangani dan metode produksinya tidak efesien. Ditinjau dari

konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar

kecilnya pertisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya.

Semakin banyak pertisipasi anggota, maka idealnya semakin tinggi

manfaat yang diterima oleh anggota.

5. Pengukuran Pertumbuhan Laba

Pengukuran pertumbuhan laba adalah untuk mengukur seberapa

besar tingkat pertumbuhan laba dalam setahunnya dengan

mengurangkan laba sekarang dengan total laba bersih tahun

sebelumnya dan dibagi dengan total laba bersih tahun sebelumnya, hal

ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kualitas perusahaan

dalam mengelola asset untuk memperoleh laba, apakah laba tiap

tahunnya mengalami peningkatan atau sebaliknya. Pertumbuhan laba

dapat diukur dengan menggunakan rumus :

Menurut Harahap (2013:310)

Laba bersih thn ini – Laba bersih thn lalu


Kenaikan =
Laba bersih thn lalu

32
Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam

menentukan kebijakan investasi dalam pengambilan keputusan, dasar

dalam peramalan laba kejadian ekonomi perusahaan lainnya dimasa

yang akan datang, dasar dalam perhitunngan dan penilaian efisiensi

dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian

prestasi atau kinerja perusahaan.

Menurut Hani (2015:99)

Tahun Sekarang
Pertumbuhan = x 100%
Tahun Sebelumnya

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan

laba dapat dipantau dari tahun ketahunnya dengan mengurangkan laba

sekarang dengan laba tahun sebelumnya kemudian dibagi laba tahun

sebelumnya.

E. Net Profit Margin (NPM)

1. Pengertian Net Profit Margin (NPM)

Pengguna profit margin 0n sales atau rasio profit atau margin laba

atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah

dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan

bersih.

Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari setiap penjualannya. Rasio ini mengukur

33
kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap

total penjualan yang dicapai. Semakin tinggi rasio Net Profit Margin

yang dicapai oleh perusahaan terhadap penjualan bersihnya

menunjukkan semakin efektif operasional perusahaan dalam

menghasilkan laba bersihnya. Dengan meningkatkannya rasio ini

menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian

hubungan antara rasio Net Profit Margin dengan kinerja perusahaan

adalah positif. Nilai Net Profit Margin yang semakin tinggi maka

berarti semakin efesien biaya yang dikeluarkan, yang berarti semakin

besar tingkat kembalian keuntungan bersih.

Menurut Kasmir (2012:200) menyatakan “Margin laba bersih

merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba

setelah bunga dan pajak dibanding dengan penjualan. Rasio ini

menunjukkan pendapat bersih perusahaan atas penjualan”. Ada

beberapa pengukuran profitabilitas perusahaan dimana masing-masing

pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan

modal sendiri maupun keseluruhan ketiga pengukuran ini akan

memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat

earning dalam hubungannya dengan volume penjualan jumlah aktiva,

dan pemilik perusahaan.

Menurut Sartono (2010:122) menyatakan bahwa, “Net Profit

Margin” adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupuun modal sendiri.

34
Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau

kondisi keuangan lainnya seperti penjualan asset, likuiditas pemegang

saham untuk kinerja sebagai suatu presentase dari beberapa tingkat

aktifasi atau investasi.

Semakin tinggi rasio Net Profit Margin (NPM) menunjukkan

bahwa perusahaan mempunyai margin yang tinggi dari setiap

penjualannya terhadap seluruh biaya bunga dan pajak perusahaan hal

ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil dalam mengelola

sumber dananya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) untuk mengetahui laba perusahaan dari

setiap penjualan atau pendapatan. Menurut Riyanto (2009:39)

menyatakan bahwa “besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi

sales ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu Net Sales dan laba usaha”.

Besar kecilnya laba usaha atau Net Operating Income tergantung

kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating

exspenses).

Menurut Jumingan (2014:161) menyatakan “banyak faktor yang

dapat mempengaruhi perubahan laba usaha perusahaan dari tahun

ketahun. Faktor tersebut terutama berupa pengaruh tingkat penjualan,

perubahan harga, pokok penjualan, dan perubahan biaya usaha”. Net

Profit Margin (NPM) merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk

mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan.

35
3. Pengukuran Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) atau margin laba bersih digunakan untuk

untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan oleh pemimpin perusahaan dalam mengendalikan biaya (cost

control) penerimaan pasar terhadap produk yang dihasilkan oleh

perusahaan, dan sebagainya. Semakin tinggi Net Profit Margin (NPM),

semakin baik operasionalnya perusahaan. Menurut Samsul (2015:175)

Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih dan

penjualan yang rumusnya sebagai berikut :

Laba Besih
Net Profit Margin =
Penjualan

Rasio Net Profit Margin (NPM) yaitu berbanding antara laba

setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini merupakan salah satu

indikator strategi perusahaan dalam mendapatkan suatu harga dan

strategi ini akan berjalan lancar apabila perusahaan dapat

mengendalikan biaya dengan baik. Dan perusahaan yang efesien

mempengaruhi perubahan laba yang bersih yang dihasilkan perusahaan.

Menurut Kasmir (2012:200) menyatakan bahwa margin laba bersih

ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga

dan pajak dibandingkan dengan penjualan, rasio ini menunjukkan

pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

36
Harapan untuk mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan,

bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi memerlukan

perhitungan yang cermat dan teliti.

F. Gross Profit Margin (GPM)

1. Pengertian Gross Profit Margin (GPM)

Protabilitas sebuah perusahaan akan naik jika keuntungan yang

diperoleh perusahaan tersebut mengalami peningkatan. Salah satu alat

yang digunakan untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sebuah

perusahaan dalam meraih keuntungan adalah rasio profitabilitas.

Berikut merupakan beberapa pendapatan para ahli tentang defenisi dan

kegunaan Rasio profitabilitas. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan

dengan ukuran atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva

dan ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu

persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi.

Menurut Hani (2015:117) menyatakan bahwa : “Rasio

Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan Manajemen

dalam menghasilkan laba, dan merupakan hasil akhir dari sejumlah

kebijaksanaan dan keputusan yang diambil oleh manajemen”.

Jika situasi perusahaan dikatagorikan menguntungkan atau

menjanjikan keuntungan dimasa mendatang maka banyak investor yang

akan menambahkan dananya untuk membeli saham perusahaan itu

37
tersebut dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik semakin

tinggi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba

melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana asset yang

dimiliki oleh perusahaan, yang dihasilkan dari penjualan dan

pendapatan investasi.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan perbandingan berbagai komponen yang ada dilaporan

keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuan

adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu

tertentu, baik penurunan maupun kenaikan, sekaligus mencari penyebab

perubahan tersebut.

Perubahan dalam laba kotor (Gross Profit Margin) perlu dianalisis

untuk mengetahui sebab-sebab perubahan, baik perubahan yang

menguntungkan maupun perubahan yang tidak menguntungkan

sehingga dapat diambil kesimpulan dan tindakan seperlunya untuk

periode-periode selanjutnya.

Menurut Munawir (2013:99) menyatakan bahwa : “Gross Profit

Margin (GPM) rasio atau perimbangan antara laba kotor yang diperoleh

perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang

sama”.

38
Rasio Gross Profit Margin (GPM) menggambarkan laba kotor yang

dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan

terhadap angka 100% maka akan menunjukkan jumlah tersisa untuk

menutup biaya operasi laba bersih.

Besar kecilnya perolehan laba kotor untuk suatu perusahaan dalam

satu periode ke periode selanjutnya dapat dihitung dengan rasio yang

disebut Gross Profit Margin (GPM).

Menurut Kasmir (2012:303) menyatakan bahwa : “Gross Profit

Margin (GPM) artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-

biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya adalah laba yang

pertama sekali perusahaan memperoleh dari penjualan yang dilakukan”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

Gross Profit Margin (GPM) merupakan perbandingan antara laba kotor

dan penjualan. Gross Profit Margin (GPM) sangat dipengaruhi oleh

penjualan yang dilakukan perusahaan. Semakin besar Gross Profit

Margin (GPM) semakin baik keadaan operasional perusahaan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gross Profit Margin (GPM)

Analisis profitabilitas merupakan bagian utama analisis

profitabilitas berkonsentrasi kepada permasalahan kemampuan

menghasilkan laba oleh sebuah perusahaan. Dengan memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi Gross Profit Margin (GPM) secara

terperinci, manajemen dapat mengambil tindakan seperlunya, misalnya

harga pokok persatuan mengalami kenaikan, maka bagian produksi

39
dapat diminta keterangannya, mungkin perubahan ini naiknya harga

bahan, naiknya buruh dan lain sebagainya.

Menurut Jumingan (2009:201) faktor yang mempengaruhi Gross

Profit Margin :

a. Perubahan harga jual persatuan produk

b. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual

Melalui faktor-faktor yang mempengaruhi Gross Profit Margin

dapat mengetahui sebab-sebab perubahan dari laba kotor. Baik

perubahan yang menguntungkan maupun perubahan yang tidak

menguntungkan, sehingga manajemen dapat mengambil kesimpulan

atau tindakan seperlunya.

3. Manfaat Gross Profit Margin (GPM)

Rasio profitabilitas berguna bagi pihak manajemen dan kalangan

umum untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan menggunakan sumber daya yang

dimilikinya. Laba yang diperoleh perusahaan memiliki pengaruh dan

manfaat untuk suatu perusahaan. Salah satunya laba yang diperoleh

sebelum dikurangi biaya-biaya atau disebut dengan Gross Profit Margin

(GPM).

Manfaat Gross Profit Margin (GPM) :

a. Untuk mengetahui penyebab naik atau turunnya penjualan dan

ataupun harga pokok penjualan.

40
b. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan atau

pemasaran dan ataupun bagian produksi untuk harga pokok

penjualan.

c. Sebagai salah satu alat ukuruntuk menilai kinerja manajemen.

Artinya hasil yang diperoleh dari analisa laba kotor akan

menentukan kinerja manajemen kedepan logikanya jika

manajemen sekarang berhasil akan dipertahankan ke jabatan yang

lebih tinggi.

Pengggunaan rasio ini sela memiliki manfaat dalam menentukan

bagaimana tingkat profitabilitas, juga memiliki kelemahan karena rasio

ini hanya memberitahu keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan

perusahaan tanpa memutuskan struktur biaya yang ada pada

perusahaan.

4. Pengukuran Gross Profit Margin (GPM)

Untuk mengukur kemampuan tingkat keuntungan kotor yang

diperoleh setiap rupiah penjualan. Rasio ini bermanfaat untuk

mengukur keseluruhan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

produk atau jasa. Semakin rendah rasio ini semakin kurang baik, karena

ini menunjukkan adanya pemborosan dalam biaya untuk menghasilkan

produk atau jasa.

Menurut Fahmi (2013:80) menyatakan bahwa pengukuran

Profitabilitas, yaitu :

Gross Profit
Gross Profit Margin = x 100%
Sales
41
Berdasarkan pengukuran diatas maka dapat disimpulkan rasio

Gross Profit Margin merupakan margin laba kotor. Margin laba kotor

yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok

penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk

mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasi barang maupun

untuk meneruskan kenaikann harga lewat penjualan kepada pelanggan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perhitungan profitabilitas ini mengetahui

seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

G. Return On Assets (ROA)

1. Pengertian Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal

(biaya yang digunakan untuk mendanai aktiva) dikeluarkan dari

analisis. Return On Assets (ROA) merupakan suatu ukuran tentang

efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu

hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh

dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manajer

sering mengukur kinerja perusahaan, karena laba bersih mengukur

keuntungan setelah dipotong beban bunga. Praktik ini membuat

profitabilitas yang jelas dari perusahaan sebagai fungsi struktur

42
modalnya. Return On Assets (ROA) sering digunakan oleh top manajer

untuk mengevaluasi unit-unit dalam perusahaan yang multidivisional.

Menurut Kasmir (2012) “Return On Assets (ROA) merupakan

rasio yang menunjukkan hasil (Return) atas jumlah aktiva yang

digunakan dalam perusahaan”.

Menurut Hani (2014:75) Return On Assets (ROA) merupakan

kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk mnghasilkan keuntungan netto. Return On Assets (ROA)

merupakan ukuran efisiensi penggunaan modal di dalam suatu

perusahaan.

Selanjutnya Munawir (2010) mendefenisikan : “Return On Assets

(ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang

dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan

keseluruhan dana yang ditanamkan data aktiva yang digunakan untuk

operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan”. Dari beberapa

teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Assets (ROA)

merupakan rasio yang digunakan dalam perusahaan untuk menilai

tingkat laba bersih terhadap total asset perusahaan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Return On Assets (ROA)

Apabila kinerja perusahaan baik dan menghasilkan laba bersih

yang tinggi atas penggunaan total asset perusahaan secara optimal maka

dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan dan kinerja perusahaan

untuk menghasilkan laba tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

43
faktor. Menurut Munawir (2010:89) menyatakan bahwa besarnya

Return On Assets (ROA) dipengaruhi oleh dua faktor antara lain:

a. Turn Over dari Operating asset yaitu tingkat perputaran aktiva yang

digunakan untuk operasi.

b. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan

dalam persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini

mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan

dihubungkan dengan penjualannya.

Besarnya Return On Assets (ROA) akan berubah jika ada

perusahaan Turn Over atau Profit Margin, baik masing-masing atau

keduanya. Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya

maka sebagai salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk

mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba

naik dalam hubungan dengan penjualan aktiva maupun laba.

3. Tujuan dan Manfaat Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) memiliki tujuan dan manfaat tidak hanya

bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak

luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau

kepentingan dengan perusahaan.

Menurut Kasmir (2012:197) tujuan penggunaan rasio ini bagi

perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu :

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

44
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal

sendiri.

Menurut Hery (2016:193) “Return On Assets (ROA) digunakan

untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset”.

Dari penjelasan diatas bahwa manfaat dari analisa Return On

Assets (ROA) sangat penting dalam sebuah perusahaan dalam

pengambilan keputusan yang baik.

4. Pengukuran Return On Assets (ROA)

Untuk menghitung Return On Assets (ROA) maka yang dilihat

adalah laba setelah pajak (laba bersih) dan total asset yang dimiliki

perusahaan.

Menurut Hery (2015:228) yang digunakan dalam pengukuran

Return On Assets (ROA) yaitu:

Laba bersih setelah pajak


ROA =
Total Aktiva

Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa seberapa besar laba

bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Semakin

kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik (buruk). Demikian pula

45
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan.

H. Return On Equity (ROE)

1. Pengertian Return On Equity (ROE)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

keuntungan dari usahanya. Profitabilitas merupakan perbandingan

antara laba dengan aktiva atau modal yang dihasilkan laba tersebut

yang dinyatakan dalam presentase. Karena pengertian profitabilitas

sering dipergunakan untuk mengukur efesiensi penggunaan modal

dalam perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan

sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja

didalamnya untuk menghasilkan laba.

Keefektifan manajemen dinilai dengan mengaitkan laba bersih

terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Laba yang

diperoleh dari kegiatan yang dilakukan perusahaan merupakan

cerminan kerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya.

Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi

perusahaan karena profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan setiap

perusahaan. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas, laba

menunjukkan suatu peningkatan maka hal tersebut menunjukkan

kinerja perusahaan yang efisien.

46
Menurut Kasmir (2012:204) hasil pengembalian ekuitas Return On

Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efesiensi

penggunaan modal sendiri.

Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik. Artinya posisi

pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Dalam

mengukur kinerja perusahaan, investor biasanya melihat kinerja

keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Menurut Hani

(2013:75) Return On Equity (ROE) menunjukkan berapa persen

diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar

semakin bagus.

Sedangkan menurut (Brigham dan Houston, 2010:149)

pengambilan atas ekuitas biasa atau Return On Equity (ROE) yaitu

rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa atau mengukur tingkat

pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.

Return On Equity (ROE) merupakan salah satu indikator penting

yang sering digunakan oleh investor untuk menilai tingkat profitabilitas

perusahaan sebelum melakukan investasi. Rasio ini mengukur berapa

banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan

dengan modal yang disetor oleh pemegang saham. Kerena Return On

Equity (ROE) tidak bisa di smooth setiap tahunnya, maka terkadang

beberapa investor memodifikasi rumus diatas dengan menggunakan

nilai ekuitas rata-rata antara tahun sebelumnya.

47
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Return On

Equity (ROE) adalah rasio yang berfungsi untuk mengukur seberapa

besar dan efektifnya perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba

bagi perusahaan dan pemegang saham dari modal yang telah

digunakan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Equity (ROE)

Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan

oleh perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh

pemegang saham. Menurut Syamsuddin (2011:65) faktor-faktor yang

mempengaruhi Return On Equity (ROE) yaitu :

a. Keuntungan atas komponen-komponen sales (Net Profit Margin).

Net Profit Margin (NPM) mengukur tingkat keuntungan yang dapat

dicapai oleh perusahaan berkaitan dengan besarnya penjualan.

Semakin tinggi Net Profit Margin (NPM) yang diperoleh

perusahaan maka meningkatkan profitabilitasnya. Net Profit

Margin (NPM) adalah laba yang dibandingkan dengan penjualan.

b. Efesiensi penggunaan aktiva (Total asset Turnover)

Pengelolaan suatu usaha berkaitan dengan seberapa efektif

perusahaan menggunakan aktivitasnya. Semakin efektif perusahaan

menggunakan aktiva semakin besar keuntungan yang diperoleh dan

juga sebaliknya

48
c. Penggunaan Leverage (Debt Ratio)

Leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk

membiayai sebagian dari pada aktiva perusahaan. Pembiayaan

dengan hutang membiayai pengaruh bagi perusahaan karena

mempunyai beban tetap. Tetapi pengguna hutang juga memberikan

subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang

saham. Karenanya penggunaan hutang harus diselenggarakan

antara keuntungan dan kerugiannya.

Adapun faktor yang mempengaruhi Return On Equity (ROE)

dalam meningkatkan pembelian ekuitas perusahaan, maka dengan cepat

dapat dilihat bahwa peningkatan tingkat pengembalian dapat diperoleh

dengan tiga cara yaitu :

a. Meningkatkan penjualan tanpa meningkatkan beban dan biaya

secara operasional.

b. Mengurangi harga pokok penjualan atau beban operasi usaha.

c. Meningkatkan penjualan secara relatif atau dasar nilai aktiva baik

dengan meningkatkan penjualan atau mengurangi jumlah investasi

pada ekuitas perusahaan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

diketahuinya faktor-faktor yang dapat meningkatkan Return On Equity

(ROE), maka nantinya akan memudahkan pihak perusahaan melalui

kredetur keuangan untuk lebih meningkatkan lagi keuntungan

perusahaan melalui pengembalian atas ekuitas atau modal perusahaan

49
sehingga nantinya akan memberikan deviden yang baik kepada

pemegang saham perusahaan dan nantinya dapat menjadi pertimbangan

kepada pemengang saham untuk lebih besar lagi menginvestasikan

modalnya kepada perusahaan.

3. Tujuan dan Manfaat Return On Equity (ROE)

Informasi tentang rasio profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat

bukan hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi

pihak diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan

atau kepentingan dengan perusahaan termasuk para investor dan

pemegang saham.

Return On Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang termasuk

ke dalam rasio profitabilitas.

Menurut Kasmir (2012:198) manfaat yang diperoleh adalah untuk :

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diporoleh perusahaan

dalam satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan pajak

sendiri.

e. Mengetahui prokduktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman modal sendiri.

50
Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat mengukur atau

menghitung laba yang diperoleh perusahaan yang berasal dari investasi

melalui kegiatan penjualan, serta mengetahui perkembangan laba dari

waktu ke waktu yang berguna bagi perusahaan maupun bagi pihak luar

perusahaan dalam mengambil keputusan.

4. Pengukuran Return On Equity (ROE)

Rasio inin menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri

yang dimiliki perusahaan.

Menurut Hani (2014:75) rumus penggunaan Return On Equity

(ROE) yaitu :
Laba bersih setelah pajak
ROA =
Total Equity

Dengan adanya perhitungan Return On Equity (ROE), maka

perusahaan dapat melihat secara efektif dan efesiennya perusahaan

tersebut dalam mengelola modal perusahaannya untuk mendapatkan

keuntungan.

I. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah gambaran mengenai hubungan antara

variabel-variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran

menurut kerangka logis Muhammad (2009:75).

51
Berikut adalah bagan kerangka berpikir :

Net Profit Margin (NPM)


(X1)

Gross Profit Margin (GPM)


(X2)
Pertumbuhan Laba
(Y)
Return On Assets (ROA)
(X3)

Return On Equity (ROE)


(X4)

Gambar 1.1 : Paradigma Penelitian

J. Hipotesis Penulisan

Hipotesis menurut Sugiyono (2010:97) merupakan suatu dugaan,

anggapan atau jawaban yang bersifat sementara dimana kebenarannya

masih diragukan, oleh sebab itu harus diuji secara empirik. Dikatakan

sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta

yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dari pernyataan-

pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban

sementara terhadap permasalahan yang diteliti sampai terbukti dengan

melalui data yang terkumpul.

H0 :Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Laba.

H1 :Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

H0 :Gross Progit Margin (GPM) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Laba.

52
H2 :Gross Progit Margin (GPM) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

H0 :Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Laba.

H3 :Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

H0 :Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Laba.

H4 :Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

K. Peneliti Terdahulu

Adapun hassil penelitian terdahuli mengenai topik yang berkaitan

dengan penelitian ini dapat dilihat tabel 1.2, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.2
Peneliti Terdahulu
Peneliti/ Model
No Variabel Hasil penelitian
Judul Penelitian Analisis
1. Diana Elyasabet Kurnia a. Variabel Regresi ➢ ROA dan NPM
Dewi dan Imam Mukhlis Dependen : Linier berpengaruh
(2012) Pertumbuhan Berganda signifikan
Laba terhadap
➢ Pengaruh CAR, ROA, b. Variabel pertumbuhan laba.
NPM dan LDR Independen: ➢ CAR dan LDR
Terhadap Pertumbuhan CAR, ROA, berpengaruh tidak
Laba Bank (Studi Kasus NPM, LDR signifikan
PT Bank Mandiri Tbk) terhadap
pertumbuhan laba.

2. Ade Gunawan dan Sri a. Variabel Regresi ➢ TATO, FATO,


Wahyuni (2013): Dependen : Linier dan IT
Pertumbuhan Berganda berpengaruh
➢ Pengaruh Keuangan Laba signifikan
terhadap Pertumbuhan b. Variabel terhadap
Laba pada Perusahaan Independen: pertumbuhan laba.
Perdagangan di TATO, CR, ➢ CR, DAR, dan
Indonesia FATO, IT, DAR, DER berpengaruh
tidak signifikan
53
DER terhadap
pertumbuhan laba.
➢ TATO, CR,
FATO, IT, DAR,
dan DER secara
simultan
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba.

3. Heikal, Khaddafi, dan a. Variabel Regresi ➢ ROA, ROE dan


Ummah (2014): Dependen : Linier NPM berpengaruh
Pertumbuhan Berganda signifikan
➢ Influence Analysis of Laba terhadap
Return on Assets b. Variabel pertumbuhan laba.
(ROA), Return on Independen : ➢ DER dan CR
Equity (ROE), Net ROA, ROE, berpengaruh tidak
Profit Margin (NPM), NPM, DER, CR signifikan
Debt To Equity Ratio terhadap
(DER), and Current pertumbuhan laba.
Ratio(CR), Against
Corporate Profit
Growth In Automotive
In Indonesia Stock
Exchange.

4. Ima Andriyani (2016): a. Variabel Regresi ➢ TATO, FATO,


Dependen : Linier dan IT
➢ Pengaruh rasio Pertumbuhan Berganda berpengaruh
keuangan terhadap Laba signifikan
pertumbuhan laba pada b. Variabel terhadap
Perusahaan Independen: CR, pertumbuhan laba.
Pertambangan yang DAR, TATO, ➢ CR, DAR, dan
terdaftar di Bursa Efek ROA DER berpengaruh
Indonesia (BEI) tidak signifikan
terhadap
pertumbuhan laba.
➢ CR, DAR, TATO,
dan ROA secara
simultan
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba.

54
5. Septian Adi Wibisono a. Variabel Regresi ➢ CR, DER, DAR,
(2016): Dependen : Linier TATO, IT, NPM,
Pertumbuhan Berganda dan GPM
➢ Pengaruh kinerja Laba berpengaruh
keuangan terhadap b. Variabel signifikan terhada
pertumbuhan laba pada Independen: CR, p pertumbuhan
Perusahaan Otomotif QR, DER, DAR, laba.
yang terdaftar di Bursa TATO, IT, ➢ QR berpengaruh
Efek Indonesia (BEI) NPM, GPM tidak signifikan
terhadap
pertumbuhan laba.
➢ CR, QR, DER,
DAR, TATO, IT,
NPM, dan GPM,
secara simultan
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba.

55
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini di PT. Asuransi Kredit Indonesia

tepat di Jalan Angkasa Blok B No.9 Kav.8 Kota Baru Bandar Kemayoran

Jakarta Pusat 10610.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 5 bulan, yakni bulan

November 2019 sampai Maret 2020.

3. Sifat Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan asosiatif. Pendekatan asosiatif adalah pendekatan yang

dilakukan untuk menganalisis permasalahan hubungan atau pengaruh

antara suatu variabel dengan variabel lainnya Juliandi (2013:89). Dalam

penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan atau pengaruh Gross

Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset

(ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan Laba.

Pendekatan penelitian menggunakan jenis data kuantitatif yang

didasari oleh pengujian teori yang disusun dari berbagai variabel,

pengukuran yang melibatkan angka-angka dan di analisa menggunakan

pendekatan statistik.

56
B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sujarweni, 2014: 65).

Menurut Sugiyono (2013:115) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Dengan demikian yang dimaksud populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian yaitu Laporan

Keuangan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) tahun 2011-2018.

2. Sampel

Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.

Dengan kata lain, sejumlah, tapi tidak semua. Sampel adalah

subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan mempelajari sampel,

peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan

terhadap populasi penelitian.

Menurut Sugiyono (2016:96). Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah

sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang akan diteliti yang

57
dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan

menggunakan Teknik-teknik tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sampel merupakan sebagian atau wakil dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi yang diteliti penentuan jumlah sampel yang

akan diolah dari jumlah populasi yang banyak, memerlukan teknik

sampling yang tepat. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan

sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan penulis yaitu dengan menggunakan

teknik nonprobability sampling.

Menurut Sugiyono (2014:84) Nonprobability sampling adalah

Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel.

Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan

keuangan tahunan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) yang terdiri

atas laporan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas dari kegiatan

pendanaan dari tahun 2011 sampai dengan 2018.

58
C. Sumber dan Jenis Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data yang didapat dalam penelitian ini yaitu data sekunder,

data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari

literature atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang

berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi

pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero) tahun 2011-2018.

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah menggunakan data kuantitatif

berupa laporan keuangan dengan cara mempelajari, mengamati, dan

menganalisis dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek

penelitian. Data kuantitatif yaitu data berbentuk angka-angka berupa

laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan.

3. Obyek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian yang pertama kali diperhatikan

adalah objek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek penelitian

tersebut terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk

dicari pemecahannya. Menurut Sugiyono (2014:20) objek penelitian

adalah sebagai berikut “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Objek dalam penelitian ini adalah data-data tentang Net Profit

Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return On Assets (ROA),

59
dan Return On Equity (ROE) yang diperoleh dari laporan keuangan PT.

Asuransi Kredit Indonesia (Persero) pada tahun 2011-2018.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian yang

dilakukan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (Library Research)

yang bertujuan untuk memperoleh data sekunder dan untuk mengetahui

indikator-indikator dari variabel yang diukur. Penelitian ini juga berguna

sebagai pedoman teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan

serta untuk mendukung dan menganalisis data, yaitu dengan cara

mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan topik yang sedang

diteliti.

2. Dokumentasi

Dalam teknik pengumpulan data tersebut menggunakan

dokumentasi yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, internet, dan

lain lain. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data

mengenai data variabel yang diteliti yaitu Net Profit Margin (NPM),

Gross Profit Margin (GPM), Return On Assets (ROA), dan Return On

Equity (ROE), serta Pertumbuhan Laba sebagai variabel dependen.

60
E. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri dari satu variabel

terikat (Dependen) dan empat variabel bebas (Independen). Variabel bebas

tersebut adalah Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),

Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) Sedangkan variabel

terikatnya adalah Pertumbuhan Laba. Adapun defenisi dari masing-masing

variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel Terikat (Dependent Variable) yang diberikan simbol Y

Variabel Dependen menurut Juliandi (2013:22) adalah “variabel yang

dipengaruhi, terikat. Karna adanya variabel bebas”. Variabel Dependen

dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba dari perusahaan Property

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipilih menjadi

sampel. Pertumbuhan laba yaitu rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan meningkatkan laba bersih dibandingkan tahun lalu.

Rumus untuk menghitung pertumbuhan laba adalah sebagai berikut :

Laba bersih – laba bersih


Pertumbuhan Laba =
Laba bersih

2. Variabel Bebas (Independent Variable) yang diberikan simbol X

Variabel Independen menurut Sugiyono (2013:39) adalah “Variabel yang

menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel

terikat)”. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return

On Asset (ROA), dan Return On Asset (ROE)

61
a. Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (Variabel Independen (X1) adalah rasio lancar

yang menggunakan cara membandingkan antara laba kotor dengan

penjualan.
Gross Profit
Gross Profit Margin =
Sales

b. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (Variabel Independen X2) adalah rasio yang

mengukur antara laba bersih dengan penjualan.

Laba bersih
Net Profit Margin =
Penjualan
c. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (Variabel Independen X3) yaitu rasio yang

mengukur antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.


Laba bersih setelah pajak
Return On Asset =
Total Aktiva

d. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (Variabel Independen X4) yaitu rasio yang

mengukur antara laba bersih setelah pajak dengan total equity.

Laba bersih setelah pajak


Return On Equity =
Total Equity

62
F. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

analisis data kuantitatif. Metode analisis data kuantitatif adalah metode

analisis data yang menggunakan perhitungan angka-angka yang nantinya

akan dipergunakan untuk mengambil suatu keputusan didalam memecahkan

masalah dan data-data yang diperoleh dan dianalisa dengan menggunakan

teori-teori yang telah berlaku secara umum sedangkan alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Uji Asumsi Klasik

Menurut Azuar dkk (214:160) “Uji asumsi berganda betujuan untuk

menganalisis apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian

adalah model yang terbaik” jika model adalah model yang baik,maka

hasil analisis regresi layak di jadikan rekomendasi untuk pengetahuan

atau untuk tujuan pemcahan masalah praktis.

a. Uji Normalitas

Menurut menurut Azuar, dkk (2014, hal. 160).’’Pengujian

normalitas data di lakukan untuk melihat apakah dalam model

regresi,variabel dependen dan independennya memiliki distribusi

normal atau tidak.’’ Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi

normalitas. Kritera untuk menentukan normal atau tidaknya

data,maka dapat dilihat pada nilai profitabilitasnya. Data adalah

63
normal, jika nilai kolmogrovsmirnov adalah signifikan Asiymp. Sig

(2-tailed)>2α 0,05).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas di gunakan untuk menguji apakah pada model

regresi di temukan adanya korelasi yang kuat antar variabel

independen. Cara yang digunakan untuk menilainya adalah dengan

melihat faktor inflasi varian (varian inflasi faktor Vif) yang tidak

melebihi 4 atau 5 (Hines dan montgomery, 2008).

c. Uji Heteroskedastistitas

Menurut Azuar dkk (2014:161) “uji Heteroskedastisitas digunakan

untuk menguji apakah dalam model regresi,terjadi ketidak samaan

varian dari reresidul dari suatu pengamatan yang lain.” jika residul

dari suatu pengamatan yang lain ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut Heteroskedastisitas,dan jika varian berbeda

Heteroskedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan adalah jika pola

tertentu,seperti titik-titik (poin-poin) yang ada bentuk suatu pola

tertentu yang teratur,maka terjadi Heteroskedastisitas jika tidak ada

pola yang jelas serta titik-titik (poin-poin) menyebar di bawah dan

di atas angka 0 pada sumbu y,maka terjadi Heteroskedastisitas.

Kriteria penarikan kesimpulan : terjadi Heteroskedastisitas jika nilai

t dengan profitabilitas sig>0,05.

64
d. Uji Autokolerasi

Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota observasi

yang terletak berderetan, biasanya terjadi pada data time series.

Makridakis berpendapat bahwa untuk mendeteksi autokorelasi dapat

dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan

sebagai berikut:6 (1)1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi

(2)1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat

disimpulkan (3)DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi

autokorelasi.

2. Regresi Berganda

Menurut Azuar dkk (2014:153) Uji regrasi berganda di gunakan

untuk menguji pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas terhadap

Profitabilitas. Hubungan antara variabel tersebut dapat di gambarkan

dengan persamaan sebagai berikut:

Y=α+β1X1 + β2X2+e

Dimana:

Y = Pertumbuhan Laba

α = Konstanta

XI = Gross Profit Margin

X2 = Net Profit Margin

β1 + β2 = Koefisien regresi

e = error

65
3. Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji statistik t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X)

secara individual mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak

terhadap variabel terikat (Y) unuk menguji signifikan hubungan,di

gunakan rumus uji statistik t, Sugiyono (2010:184) dengan rumus

sebagai berikut ini:

r√n-2
t=
1 – r2

Dimana :

t = Nila t Terhitung

r = Koefisien Korelasi

n =Banyaknya Pasangan Rank

Bentuk pengujian :

Ho : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel

bebas (x) dengan variabel terikat (y)

Ho : rs# 0, artinya adanya hubungan signifikan antara variabel bebas

(x) dengan variabel terikat (y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika : - ttabel ≤ -thitung ≤ ttabel pada α = 5%,df = n-2

Ho di tolak jika : 1. ttabel > ttabel

2. -ttabel < -ttabel

66
b. Uji f

Menurut Sugiyono (2010:192) untuk menguji signifikan hubungan

antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan dengan

rumus berikut:

R2 / k
fh =
(i – r2) / (N – k -1)

Di mana :

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah Variabel

N = Jumlah anggota sample

Kriteria uji yang di gunakan adalah :

Jika nilai signifikansi ( f hitung < f tabel),maka Ho di tolak

Jika nilai signifikansi ( f hitung > f tabel ),maka Ho di terima

Dengan bentuk pengujian sebagai berikut:

Ho = Tidak ada pengaruh antara Gross Profit Margin (GPM), Net

Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity

(ROE) secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan Laba.

Ha = Ada pengaruh Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin

(NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) secara

bersama-sama terhadap Pertumbuhan Laba.

4. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Nilai R-Square adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel

terikat di pengaruhi oleh variabel nilai,variabel bebas. Koefisien


67
determinansi (R-Suare) berfungsi untuk melihat sejauh mana

keseluruhan variabel indenpeden dapat menjelaskan variabel dependen.

Nilai koefisien determinansi adalah 0 dan 1,apabila angka koefisien

determinasinya semakin kuat,yang berarti variabel-variabel indenpenden

memberikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen,sedangkan nilai koefisien

determinasi (adjust R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah

terbatas,

D = x 100%

Keterangan:

D = Koefisein Determinasi

R = Nilai Korelasi Berganda

100% = Persentasi Kontribusi

68

Anda mungkin juga menyukai