Anda di halaman 1dari 3

Generasi Y

Kaum Millennial adalah mereka mereka generasi muda yang terlahir antara tahun 1980an
sampai 2000. Kaum Millennial terlahir dimana dunia modern dan teknologi canggih
diperkenalkan publik (contoh : gadget, dll). Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan
awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga
awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari
generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo
Boomers" karena adanya 'booming' (peningkatan besar) tingkat kelahiran di tahun 1980-an
dan 1990-an. Untungnya di abad ke 20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-
negara maju terus berkembang, sehingga dampak relatif dari "baby boom echo" umumnya
tidak sebesar dari  masa  ledakan populasi paskah Perang Dunia II.

generasi ini umumnya ditandai oleh :

-peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
---Di sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan
liberalisasi politik dan ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan.

-Masa Resesi Besar (The Great Recession) memiliki dampak yang besar pada generasi ini
yang mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda, dan
menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial-ekonomi jangka panjang yang
merusak generasi ini.

generasi ini juga populer dengan sebutan Milenial Generation, Generastion next, Net Gen,
dan Echo Boomers yang lahir sekitar tahun 1977 hingga 2000.

Ungkapan Generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat yang
dipopulerkan William dan Neil penulis buku.

Waktu generasi ini lahir, tekologi komunikasi tengah gencar dikembangkan. Ponsel dan
internet belum terintegrasi, tapi sudah booming SMS, email, pesan instan (Yahoo Messenger,
ICQ, dsb).

Ketika generasi Y mulai remaja, muncullah media sosial seperti Friendster, MySpace,
Facebook, Twitter. Games online juga mulai populer. Koneksi internet sudah mulai membaik
dan mulai mudah diakses sehingga membuat generasi ini sangat kedanduan dengan internet.

Di era ini, selain komputer sudah menjamur, ditambah lagi dengan berkembangnya
videogames, gadget, smartphones dan setiap kemudahan akan fasilitas berbasis computerized
yang ditawarkan serta kecanggihan internet, membuat Generasi Y menjadi suatu generasi
yang mudah mendapatkan informasi secara cepat. Pola pikir dan karakter generasi ini dapat
dikatakan generasi penuh ide-ide visioner & inovatif untuk melahirkan generasi yang
memiliki pengetahuan dan penguasaan IPTEK.

Bagi Anda yang saat ini menginjak usia 20-30 tahun, tentunya Anda adalah Generasi Y dan
kini sedang dalam masa akhir perkuliahan dan memasuki dunia kerja. Manfaatkan usia Anda
untuk segera memiliki perencanaan keuangan yang mapan sebagai persiapan menuju usia
30an.
Generasi Y cenderung bertanya dan meminta kritik serta saran untuk kemajuannya. Mereka
menganggap bahwa rewards terbaik adalah perasaan ketika pekerjaannya dinilai berarti bagi
hal-hal tertentu.

Keseimbangan gaya hidup dan pekerjaan menjadi hal yang paling penting bagi mereka
Generasi Y. Karenanya, mereka cenderung mencari pekerjaan yang dapat menunjang gaya
hidup. Jika tidak, mereka cenderung berhenti dari pekerjaan tersebut.

“Kekuatan generasi ini adalah daya kreativitasnya yang tinggi. Lewat bantuan teknologi,
mereka memiliki kesempatan exposure yang lebih untuk melihat  tiap sudut di dunia ini tanpa
perlu pergi ke tempat tersebut. Dengan beberapa klik dan bermodal jempol saja, cukup buat
mereka merasakan dan melihat banyak ide di belahan dunia lain,” ujar Lita.

Sayangnya, gen Y dianggap tak memiliki komitmen tinggi dan loyalitas. Dalam bekerja,
mereka cenderung seperti kutu loncat. Ketika tempat kerja tak lagi menyenangkan atau tak
sesuai dengan gaya hidup, mereka tak segan-segan mencari tempat kerja baru. Yang dikejar
di perusahaan baru biasanya income tahunan yang lebih tinggi dan prestise  bekerja di
lingkungan kerja yang lebih sophisticated, lebih keren. Kesempatan untuk traveling juga
menjadi alasan kuat bagi generasi ini untuk berpindah kerja. Selain itu, pengaruh ikatan
teman juga dengan mudah membuat mereka mengubah karier dan pekerjaan.

 Generasi Y dikenal dengan ciri-ciri aktif, inovatif, multi-tasking, sadar akan teknologi,
namun sayangnya, mereka ini juga dikenal sebagai Consumerist Buyer. Gaya hidup
konsumerisme inilah yang menjadi bayang-bayang bagi generasi muda produktif saat ini.
Menurut Yudit Yunanto dari QM Financial, seiring dengan usianya saat ini, generasi inilah
yang sedang berada di usia produktif, berpendapatan baik, namun mahir juga menghambur-
hamburkan uang.

 Mereka lebih memilih menghabiskan ¼ dari penghasilan untuk hiburan dan berbelanja.
Bahkan, frekuensinya cukup sering, rata-rata antara 7-9 hari per bulan.

 Mengulik generasi Millennial di Indonesia, Yuswohady, pengamat karakteristik


konsumen, menggolongkannya menjadi 5 karakter kuat yang sangat identik pada generasi ini,
antara lain: Menjunjung tinggi gaya hidup, melek informasi, holiday effect, instagramers,
social media pressure (generasi akibat terpaan media sosial).

 Mendukung hal ini, LPS pun mengeluarkan data bahwa hanya 17 persen dari generasi Y
yang mampu membeli rumah seharga 300 juta. Data ini dikeluarkan berdasarkan riset
terhadap 8.510 responden. Bahkan menurut data ini, diasumsikan pada 2021, tak ada lagi
generasi millennials yang mampu membeli rumah diatas Rp 300 juta. Padahal, rumah di
pinggiran saja harganya sudah di atas 300 juta. Menurut Yuswohady, Standar dalam gaya
hidup memang bagian penting dari kehidupan milenial. Mereka tidak ingin berkompromi
dengan standar dalam membeli properti yang akan menjadi bagian dari masa depannya.

 Karena itulah, kebanyakan dari generasi Y amat bergantung pada orangtua. Survey CBRE
Global Research yang dirilis Oktober 2016, menjabarkan bahwa sebanyak 63 persen dari
13.000 koresponden yang ada di lima negara Asia Pasifik seperti China, Jepang, Australia,
Hong Kong, dan India ternyata lebih memilih tinggal bersama orangtua mereka.
 Selain itu, generasi yang aktif dan produktif ini yang mungkin akan terkena risiko
terburuk sakit, hingga dirawat di rumah sakit atau terdiagnosa penyakit kritis. Hal ini bisa
saja terjadi karena pola makan yang kurang baik, kurangnya istirahat dan beban stres
pekerjaan. Sebagai gambaran saja, penyakit kanker belakangan ini kerap terjadi di usia yang
tidak lagi tergolong tua. Hal ini menandakan polanya sudah bergeser, siapa pun tidak bisa
menghindar jika risiko sudah menghampiri.

 Jadi untuk generasi Y, apakah saat ini perlu membuat perencanaan keuangan? Investasi
dulu atau proteksi dulu? Karena terlalu lama berpikir, akhirnya tak ada yang dilakukan.
Menjawab hal ini, Ligwina Hananto dari QM Financial mengatakan sebelum jauh berbicara
mengenai investasi, ada baiknya millennials "lulus" dari step yang paling awal, yaitu
kebiasaan keuangan yang baik.

 Ligwina menerangkan, saat seseorang memiliki kebiasaan tersebut, maka ia akan lebih
tahan badai dan tahan godaan keuangan apa pun. Caranya, mulailah dari mengukur dua rasio:
Menabung dan cicilan. Rasio menabung artinya, rutin menabung minimal 10 persen per
bulan. Ini minimalo, jadi kalau ingin menabung 30 persen dari penghasilan rutin, ya lebih
baik.

 Sementara rasio cicilan perlu dibatasi maksimal 30 persen. Artinya, pastikan mampu
membayar semua cicilan dan hanya mengambil maksimal sepertiga dari penghasilan bulanan.
Namun, Ligwina menambahkan, jangan sekadar menabung. Sebab harus menentukan tujuan
finansialnya juga. Karena banyak dari generasi Y yang ambisius dan punya tujuan terlalu
wah.

 Lima tujuan finansial yang perlu disiapkan adalah: Tujuan hura-hura, asuransi kesehatan,
dana darurat, dana pensiun dan properti. Mau liburan, beli tas baru, semuanya harus
dipersiapkan, katanya, bukan tunggu gajian. Siapkan rekening khusus yang bisa diisi secara
rutin. Kalau dananya sudah cukup untuk sesuatu yang diidamkan, silahkan habiskan. Hura-
hura boleh saja, tambahnya, supaya termotivasi mengumpulkan uang lagi. Jadi bukan yang
utama, ya.

Anda mungkin juga menyukai