Anda di halaman 1dari 85

KONSTIPASI

DAN DIARE
ANATOMI
KONSTIPASI
DEFINISI
⦿ Konstipasi atau sembelit adalah kelainan
pada sistem pencernaan di mana seorang
mengalami pengerasan feses atau tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau
sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya
⦿ Konstipasi berarti pergerakan feses yang
lambat melalui usus besar, dan sering
dihubungkan dengan feses yang mengeras,
kering dan berjumlah besar pada kolon
desenden yang tertimbun karena absorbsi
cairan yang berlangsung lama.
KONSTIPASI
⦿ DEFINISI:
⦿ Disorganized passage of feces resulting in
infrequent stool, and difficult passage stool.
◉ BAB kurang dari 2 kali seminggu atau lebih dari 3 hari
tidak BAB

⦿ Kata constipation atau konstipasi berasal dari


bahasa Latin constipare yang mempunyai arti
‘bergerombol bersama’, yaitu suatu istilah
yang berarti menyusun ke dalam menjadi
bentuk padat.
⦿ abad 16 istilah konstipasi digunakan pada
keadaan ditemukan sejumlah tinja
terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi.
⦿ World Gastroenterology Organization (WGO)
menjelaskan sebagian besar pasien
menyebutkan konstipasi sebagai defekasi
keras (52%), tinja seperti pil atau butir obat
(44%), ketidakmampuan defekasi saat
diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang
(33%).
EPIDEMIOLOGI
⦿ Prevalensi rata-rata keluhan konstipasi pada
pasien dewasa di seluruh dunia adalah 16%,
sedangkan pada pasien anak adalah 12%.
⦿ Suatu systematic review melaporkan
prevalensi konstipasi semakin meningkat pada
usia 60-110 tahun yaitu 33.5%, dan lebih tinggi
pada jenis kelamin perempuan
⦿ Terjadi pada 20% populasi, 1/3 pasien dengan
konstipasi memerlukan pengobatan
⦿ Banyak ditemukan pada lansia maupun
anak-anak dengan perubahan diet dan cairan
maupun perubahan lingkungan serta penggunaan
obat-obatan.
⦿ Anak-anak yang mengalami konstipasi berat,
dapat berulang pada masa pubertas.
⦿ Jumlah penderita konstipasi di Amerika
berkisar antara 2%-15%, hampir sekitar 3%
dari anak yang datang ke klinik dokter dan
lebih dari 25% dirujuk ke ahli
gastroenterologi anak karena konstipasi yang
disebabkan oleh kurang latihan dan stress
(Norma, 2010; Dianne, 2012).
⦿ Penyebab konstipasi pada anak dapat dibagi
menjadi organik dan fungsional. Hampir 95%
konstipasi pada anak disebabkan kelainan
fungsional dan hanya 5% oleh kelainan organic.
⦿ Konstipasi fungsional pada umumnya terkait
dengan kurangnya asupan serat, kurangnya
minum, kurang aktivitas fisik, stress dan
perubahan aktivitas rutin, ketersediaan toilet
dan masalah psikososial.
KLASIFIKASI KONSTIPASI
⦿ konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi
konstipasi akibat kelainan struktural dan
konstipasi fungsional.
⦿ Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi
melalui proses obstruksi aliran tinja, sedangkan
konstipasi fungsional berhubungan dengan
gangguan motilitas kolon atau anorektal.
⦿ Konstipasi yang dikeluhkan oleh sebagian besar
pasien umumnya merupakan konstipasi
fungsional.
KONSTIPASI FUNGSIONAL
Harus menyertakan 2 atau lebih dari berikut ini:
⦿ Mengejan setidaknya selama 25% buang air besar
⦿ Kotoran yang tidak rata atau keras pada
setidaknya 25% dari buang air besar
⦿ Sensasi evakuasi tidak tuntas minimal 25% buang
air besar
⦿ Sensasi obstruksi / penyumbatan anorektal
minimal 25% dari defekasi
⦿ Manuver manual untuk memfasilitasi setidaknya
25% buang air besar (mis., Evakuasi digital,
penyangga dasar panggul)
⦿ Kurang dari 3 buang air besar per minggu
⦿ Kotoran yang kendur jarang terjadi tanpa
menggunakan obat pencahar
KONSTIPASI ORGANIK
⦿ Kelainan organik sebagai penyebab konstipasi
jarang terjadi, walaupun demikian tetap harus
dipertimbangkan sebagai suatu kelainan yang
mendasari kejadian konstipasi setiap kali
menangani anak dengan konstipasi.
⦿ Beberapa kelainan organik yang sering dilaporkan
sebagai penyebab konstipasi pada anak, antara lain
kelainan neurologis (penyakit Parkinson, multiple
sclerosis, spinal cord lesions, distrofia muskular,
neuropati), endokrin (hipotiroid, diabetes),
psikologis (depresi, kesulitan makan), obat-obatan
(narkotik, antikolinergik, antipsikosis, calcium
channel blockers, anti-parkinson, antikonvulsan,
tricyclic antidepressants, besi, calcium, aluminum
antacids, sucralfate) dan metabolik
(hiperkalsemia, hipokalemia)
PATOFISIOLOGI
Penyebab konstipasi:
1. penyebab primer

⦿ Normal transit constipation


colonic motility unchanged, hard stools despite
normal movement
⦿ Slow-transit constipation
motility is decreased leading to infrequent, harder,
drier stools.
⦿ Dysynergic defecation
patient have lost the ability to relax the anal spincter
while coordinating muscle contractions of the pelvic
floor.
⦿ Konstipasi primer (fungsional/idiopatik) dapat
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
⦿ Normal transit constipation (NTC) tinja melewati
usus besar dengan kecepatan normal, tetapi
pasien mengalami kesulitan untuk
mengeluarkannya
⦿ slow-transit constipation (STC) pergerakan usus
yang jarang, penurunan urgensi, atau usaha untuk
buang air besar (sering terjadi pada perempuan).
⦿ disfungsi dasar panggul digambarkan sebagai
gangguan fungsi dasar panggul atau sfingter anus.
Pasien tipe ini sering mengeluhkan usaha yang
berkepanjangan/berlebih untuk buang air besar,
perasaan tidak puas, atau penggunaan tekanan
perineal atau vagina saat defekasi untuk
mengeluarkan tinja
2. penyebab sekunder

⦿ Endocrine/metabolic conditions (DM, hipothyroid,


hypercalcemia).
⦿ GI conditions (IBS, diverticulittis, haemorhoid)
⦿ Neurogenic conditions (brain trauma, spinal cord
injury, cerebrovascular accident, Parkinson’s
desease)
⦿ Psichogenic (psychiatric disorder)
⦿ Medications (analgesic, anticholinergics, calcium
channel blocker, chlonidine, diuretics,
phenothiazines, tricyclic antidepressant, iron
suplement, calcium-and aluminium contents as
antacid.
⦿ Miccelineous (immobility, poor diet, laxative
abuse, hormonal disturbance)
⦿ Konstipasi sekunder, sebagai contoh
dikarenakan hipotiroid, penyakit Hirschsprun,
atau perubahan kadar kalsium, merupakan
hal yang jarang terjadi dan hanya sekitar
kurang dari 10% kasus.
⦿ Selain itu, alergi protein susu sapi, khususnya
yang tidak dimediasi IgE, berkaitan dengan
dismotilitas usus besar dapat menyebabkan
konstipasi, dengan salah satu penelitian
memperkirakan hingga 40% kasus konstipasi
yang sulit diatasi (refrakter)
⦿ Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan
melalui lambung, usus halus, dan akhirnya
menuju usus besar/kolon.
⦿ Di dalam kolon inilah terjadi penyerapan cairan
dan pembentukan massa feses. Bila massa feses
berada terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan
yang diserap juga banyak, akibatnya konsistensi
feses menjadi keras dan kering sehingga
menyulitkan pada saat pengeluaran feses.
⦿ Kotoran yang tersimpan di usus lebih lama dari
normal dan terus menumpuk dapat menyebabkan
dinding usus meregangkan dan otot-otot untuk
fungsi kurang efisien. Jika itu terjadi selama
jangka waktu lama membuat kotoran menjadi
lebih sulit untuk bergerak melalui usus
konstipasi
⦿ Konstipasi sering terjadi pada lansia. Beberapa
penyebabnya:
1. Diet yang tidak tepat (diet rendah serat dan
kurangnya intake cairan)
2. Berkurangnya kekuatan otot dinding abdomen
3. Berkurangnya akrivitas fisik
4. Beberapa penyakit penyebab konstipasi:
kanker kolon dan diverticulitis meningkat
frekwensinya seiring dengan peningkatan
umur.
⦿ Namun pada dasarnya frekwensi gerakan usus
tidak menurun pada lansia
KONSTIPASI KRONIS ATAU OBSTIPASI
YAITU:
⦿ Perut terlihat membesar dan terasa sangat mulas.
⦿ Tinja sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil.
⦿ Frekwensi buang air besardapat mencapai
berminggu-minggu.
⦿ Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.
⦿ Sering kurang percaya diri dan kadang-kadang ingin
menyendiri.
⦿ Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih
cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan
terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
⦿ Mengalami mual bahkan muntah.
PENYEBAB:
⦿ Kurang serat pada makanan
⦿ Penurunan Aktivitas tubuh (especially in the elderly)
⦿ Obat dan makanan (ex : susu)
⦿ irritable bowel syndrome
⦿ changes in life or routine such as pregnancy, aging, and
travel
⦿ abuse of laxatives
⦿ ignoring the urge to have a bowel movement
⦿ dehidrasi
⦿ Akibat penyakit tertentu atau stress
⦿ Bermasalah pada colon and rectum
⦿ problems with intestinal function (chronic idiopathic
constipation)
OBAT OBAT PENYEBAB KONSTIPASI
CLINICAL PRESENTATION AND DIAGNOSIS

⦿ Diagnosis of functional is sugested


⦿ The diagnosis of functional constipation is suggested by
the presence of two or more of the following criteria:
⦿ (a) straining
⦿ (b) hard stools,
⦿ (c) sensation of incomplete evacuation,
⦿ (d) sensation of anorectal obstruction
⦿ (e) need for manual maneuvers (
⦿ f) fewer than three defecation per-week for at least 25%
defecation.
⦿ The symptom must have been present for the last 3 month
with onset at 6 month.
⦿ Endoscopic evaluation is required in patients who have
weight loss, rectal bleeding or anemia with constipation
to exlude cancer or stricture.
TANDA DAN GEJALA
⦿ Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa
kaku.
⦿ Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah,
dan terasa berat sehingga malas mengerjakan
sesuatu bahkan kadang-kadang sering
mengantuk.
⦿ Aktivitas erganggu karena kurang percaya diri,
tidak bersemangat, dan tubuh terasa terbebani
⦿ Feses lebih keras, lebih panas, dan berwarna
lebih gelap daripada biasanya, dan lebih sedikit
daripada biasanya.
⦿ Pada saat buang air besar feses sulit dikeluarkan,
tubuh berkeringat dingin, dan mengejan
LANJUTAN
⦿ Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
⦿ Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak
plong, dan terganjal sesuatu disertai sakit
akibat bergesekan dengan feses yang kering
dan keras
⦿ Lebih sering buang angin yang berbau lebih
busuk daripada biasanya.
⦿ Menurunnya frekwensi buang air besar, dan
meningkatnya waktu buang air besar (biasanya
buang air besar menjadi 3 hari sekali atau
lebih).
TEST LABORATORIUM
⦿ proctoscopy, sigmoidoscopy,
colonoscopy, atau barium enema untuk
menentukan patologi kolorektal.
⦿ kajian fungsi tiroid untuk menentukan
gangguan metabolisme atau gangguan
endokrin
⦿ dengan penyalahgunaan laxative,
cairan, dan elektrolit yang tidak
seimbang (biasanya hypokalemia),
kehilangan protein gastroenteropathy
dengan hypoalbuminemia
TES DIAGNOSTIK LAIN
⦿ abdominal x-ray
         
⦿ Seri Lower GI (barium enema.)
      Serangkaian prosedur yang memeriksa rektum, usus
besar, dan bagian bawah usus kecil. cairan yg disebut
barium (bahan kimia, logam, kapur, cairan yang
digunakan untuk melapisi bagian dalam organ sehingga
akan muncul pada sinar-x) diberikan ke dalam rektum
sebagai enema. X-ray perut menunjukkan kritik (daerah
menyempit), hambatan (sumbatan), dan masalah lainnya.
⦿ colonoscopy
      Colonoscopy adalah prosedur yang memungkinkan
untuk melihat sepanjang usus besar, dan dapat
membantu mengidentifikasi pertumbuhan abnormal,
peradangan jaringan, borok, dan pendarahan.
Ini melibatkan memasukkan kolonoskop, tabung
berlampu, di melalui rektum ke dalam usus besar.
kolonoskop ini untuk melihat lapisan usus besar,
menghilangkan jaringan untuk pemeriksaan lebih lanjut,
dan mungkin mengobati beberapa masalah yang
ditemukan.
⦿ sigmoidoskopi
      sigmoidoskopi adalah prosedur diagnostik yang
memungkinkan untuk memeriksa bagian dalam
sebagian dari usus besar, dan membantu
mengidentifikasi penyebab diare, sakit perut,
sembelit, pertumbuhan abnormal, dan pendarahan.
sigmoidoscope, dimasukkan ke dalam usus melalui
dubur.
⦿ kolorektal transit studi
      Tes ini menunjukkan seberapa baik makanan
bergerak melalui usus besar. Pasien menelan kapsul
berisi penanda kecil yang terlihat pada x-ray. Pasien
mengikuti diet tinggi serat selama pengujian, dan
pergerakan penanda melalui usus besar dimonitor
dengan rontgen perut beberapa kali diambil tiga
sampai tujuh hari setelah kapsul ditelan
⦿ fungsi anorektal tes
      tes mendiagnosa konstipasi disebabkan oleh fungsi
abnormal dari anus atau dubur.
TREATMENT/PENGOBATA
N
TUJUAN/PRINSIP TERAPI
Tujuan utamanya adalah untuk:
⦿ Identifikasi dan obati penyebab sekunder
⦿ Meringankan gejala
⦿ Kembalikan fungsi usus normal

Frekuensi dan volume defikasi paling baik diatur


melalui diet, obat-obatan diperlukan untuk tujuan
khusus seperti sebelum prosedur pembedahan dan
colonoscopy
⦿ Non Pharmacologic Therapy
◼ Modifikasi umum dan diet harus dilakukan
sebelum penggunaan obat pencahar dalam
kebanyakan kasus sembelit
◼ Tingkatkan asupan serat 20 hingga 35 g /
hari
◼ Makanan berserat tinggi: kacang-kacangan,
biji-bijian, sereal bekatul, buah segar,
sayuran
◼ Hindari makanan rendah serat: hotdog,
keju, es krim
TERAPI NON FARMAKOLOGI
KONSTIPASI
⦿ Minum air yang lebih
⦿ Makan makanan yang berserat tinggi
⦿ Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
⦿ Hindari makanan yang terlalu berlemak
⦿ Jauhi stress, kerana bisa mempengaruhi system
hormone
⦿ Latihan otot rektum untuk BAB setiap hari.
⦿ Berhati-hati penggunaan obat yang mengakibatkan
konstipasi seperti, antasida (aluminium), zat besi,
obat antidiare dari golongan narkotik dsb.
⦿ Sebaiknya hindari dari minum susu sapi dalam jumlah
yang banyak.
⦿ Latihan jasmani yang teratur dan regular bisa
membantumenstimulasi peristalsis.
⦿ Aspek terpenting dalam terapi konstipasi adalah
meningkatkan konsumsi makanan yang berserat.
Disarankan minimal 14 gram serat untuk
mencukupi kebutuhan dalam sehari.
⦿ Percobaan perubahan pola makan dengan tinggi
serat ini setidaknya harus dilakukan selama 1
bulan agar fungsi saluran cerna kembali normal.
⦿ Pasien harus diperingatkan adanya beberapa hal
yang mungkin muncul pada minggu-minggu
pertama seperti gangguan perut dan banyak
buang gas, terutama dengan meningkatnya
konsumsi sereal padi.
PHARMACOLOGICAL THERAPY
⦿ Oral laxatives are the primary pharmacologic
intervention for relief of constipation.

⦿ Agents that cause softening of feces in 1-3 days


Bulk forming agents (methylcellulose,
polycarbophil, psyllium)
⚫ Increase the volume of the intestinal content,
stimulating peristalsis
⚫ Stimulate stretch receptors in the mucosa
⚫ Indigestible polyshacharde: Bran (cellulosa),
ispaghula
Emollients (docusate sodium, docusate calcium,
docusate potassium, lactulose, sorbitol, mineral
oil)
⦿ Agents that result in soft or semifluid
stool in 6-12 jam
◼ Bisacodyl oral
◼ Senna

⦿ Agents that cause watery evacuation in


1-6 jam
◼ Magnesium citrate, magnesium
hidroxide, magnesium sulfate,
bisacodryl suppository, polyethylene
OSMOTIC LAXATIVE
❖ meningkatkan bulking dalam usus dengan menahan
air dengan efek osmotik
❖  MgSO4, laktulosa
⦿ Kerja : mendorong sejumlah besar air ke dalam
usus besar, sehingga tinja menjadi lunak Cairan
juga membantu meregangkan dinding usus besar
dan merangsang kontraksi mudah dilepaskan
⦿ Kandungan: garam-garam (fosfat, sulfat dan
magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol),
gliserin
⦿ Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam
digunakan sebagai pengobatan daripada
pencegahan.
STIMULANT
meningkatkan motilitas dengan bekerja pada mukosa
atau pleksus saraf
⦿  Merangsang pleksus mienterika
⦿  dapat merusak jika memperpanjang penggunaan obat
kram perut
⦿  Senna, bisacodyl, docusate, glyserol suppositoria, Sup
gliserol Merangsang rektum karena gliserol agak
mengiritasi
⦿  Bisacodyl dan sodium picosulfat dapat bertindak
dengan menstimulasi ujung saraf saraf Digunakan
untuk mengevakuasi usus sebelum operasi atau
prosedur endoskopi
⦿  Turunan antraquinon (cascara sagrada, sennoside dan
castrol).
⦿ Penggunaan terputus-putus dapat diterima,
penggunaan sehari-hari harus sangat tidak dianjurkan
PELUNAK TINJA
❑  Mempromosikan buang air besar dengan
melunakkan (mendokumentasikan) dan / atau
feses pelumas (minyak arachis) dan membantu
evakuasi
❑ Decusate, minyak Arachis (enema).
❑  Minyak mineral adalah pencahar pelumas,
bekerja dengan cara melapisi feses dan
memungkinkan pergantian yang lebih mudah. Ini
menghambat penyerapan kolon air, sehingga
meningkatkan berat tinja dan mengurangi waktu
transit tinja.
❑  Minyak mineral dapat mengurangi penyerapan
vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K)
dengan penggunaan kronis
Treatment recommendation
⦿ Pasien yang tidak mengalami konstipasi tetapi
perlu menghindari mengejan (pasien dengan
hemoroid, hernia, infark miokard) mendapatkan
manfaat dari pelunak tinja atau obat pencahar
ringan seperti polietilen glikol.
⦿ Obat pencahar tidak boleh diberikan kepada anak
di bawah 6 tahun
⦿ Orang lanjut usia dengan sembelit, penggunaan
pencahar kadang-kadang dipandang sebagai
bagian normal dari kehidupan sehari-hari.
Laktulosa mungkin merupakan pilihan yang lebih
baik.
⦿ Wanita hamil, pelunak feses mungkin aman
karena tidak terserap dengan baik.
⦿ Pengobatan dan pencegahan konstipasi meliputi
bulk-forming agent disertai dengan diet tinggi serat
⦿ Obat digunakan tiap hari terutama pada konstipasi
kronik
⦿ Kombinasi Bulkforming agent dengan diphenyl
methane atau turunan anthraquinon tidak dianjurkan
digunakan secara rutin
⦿ Pada sebagian besar pasien dengan konstipasi akut,
dapat diberikan laxative ringan
⦿ Konstipasi akut dapat diatasi dengan beberapa jenis
laxantia seperti tap-water enema atau gliserin
suppositoria
⦿ jenis laxantia lain sorbitol oral, dosis rendah golongan
diphenylmethane atau antraquinon, golongan saline
(seperti susu magnesia)
⦿ Jika laxative digunakan lebih dari 1 minggu, pasien
disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk mengetahui penyebab dari konstipasi tersebut
⦿ Untuk pasien geriatri atau pasien rawat inap,
bulk forming laksatif masih merupakan lini
pertama untuk pengobatan konstipasi. Obat-obat
yang lain dapat diberikan pada dosis yang paling
kecil antara lain turunan difenilmetan dan
turunan antrakuinon, susu kaya magnesium, dan
laktulose.

⦿ Untuk pasien yang dirawat dan tidak memiliki


penyakit gastrointestinal, konstipasi dapat
disebabkan oleh penggunaan obat anestasi umum
atau opiat. Pada banyak kasus dapat diatasi
dengan pemberian laksatif secara oral maupun
perrektal. Untuk memperbaiki saluran
pencernaan dapat digunakan tap-water enema,
supositoria gliserin, atau susu kaya magnesium.
⦿ Pada pasien anak-anak, perlu diperhatikan juga
mengenai abnormalitas neurologis, metabolik,
dan anatomik bila konstipasi sangat mengganggu.
⦿ Jika penyebab konstipasi bukan salah satu dari
ketiga hal tersebut, maka penanganannya sama
seperti pada pasien dewasa.
⦿ Obat-obat prokinetik seperti Cisaprid dapat
digunakan untuk pasien dengan gangguan
neurologis seperti Parkinson atau konstipasi
idiopati kronis.
DIARRHEA
⦿ Diarrhea is a symptom of an underlying problem,
not a desease.
⦿ Characterized by : increase stool frequency (>3
times/day), stool weight, liquidity, decreased
consistency of stool.
⦿ Acute diarrhea is defined as diarrhea lasting for
14 days or less
⦿ Chronic diarrhea is diarrhea lasting more 30 days
⦿ Illnes of 15-30 days is reffered to as persistent
diarrhea.
⦿ menurut WHO diare adalah buang air besar
encer atau cair yang lebih dari tiga kali sehari,
dimana konsistensi lebih utama daripada
frekuensi
⦿ Diare pada pelancong (Traveler’s diarrhea)
didefinisikan dengan BAB encer lebih dari tiga
kali selama kurun waktu 24 jam bersama satu
atau lebih gejala lain, seperti mual, muntah,
kembung, nyeri abdomen atau mulas,sakit
kepala, demam yang tidak tinggi, kelemahan
umum selama atau segera setelah perjalanan
ETIOLOGI
⦿ Diare dapat disebabkan oleh infeksi, baik oleh
bakteri, parasit, maupun virus.
⦿ Penyebab yang lain meliputi penyebab sederhana
(stres, ansietas),keracunan makanan
(campylobacter, salmonella, shigella, E coli),
konsekuensi penyakit, obat, perjalanan (traveler’s
diarrhea), dan penyebab lain
⦿ Diare yang disebabkan infeksi bakteri dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik) /
intoksikasi
2. Bakteri enteroinvasif.
⦿ Pemakaian obat-obatan juga bisa menyebabkan
diare
EPIDEMIOLOGI
⦿ Epidemiologi diare bervariasi antara negara
berkembang dengan negara maju.
⦿ Masalah diare dan resikonya amat bervariasi
pada masing-masing wilayah.
⦿ Pada negara berkembang, diare merupakan
penyebab utama penyakit dan kematian pada
anak-anak
⦿ Pada traveler's diarrhea, epidemiologi
bergantung pada daerah tujuan perjalanan,
terdapat daerah tujuan beresiko tinggi,
menengah atau rendah.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko pada diare
1. kelompok umur dewasa muda, berusia sekitar 20-29
tahun, meskipun alasannya tidak begitu jelas,
kemungkinan karena kelompok ini kekurangan acquired
immunity, semangat traveler yang tinggi, atau kurang
waspada terhadap makanan yang terkontaminasi.
2. seseorang dengan sistem imun dilemahkan, sistem imun
yang dilemahkan ini dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi penyakit.
3. seseorang dengan diabetes atau inflammatory bowel
disease, penyakit tersebut memudahkan terjadinya
infeksi
4. menggunakan bloker asam lambung atau antasid, asam
lambung akan menghancurkan mikroba, sehingga
penurunannya dapat meningkatkan resiko infeksi.
5. Seseorang yang melakukan perjalanan selama musim
tertentu, resiko traveler's diarrhea akan meningkat pada
musim panas dan musim penghujan
⦿ Adapun artikel medis terbaru yang berhubungan dengan
faktor resiko diare, adalah :
1. bayi yang lahir dengan bedah caesar, prevalensi terjadi
4 kali, kemungkinan karena terjadi penundaan
kolonisasi bakteri pada lambung bayi yang penting
untuk perkembangan sistem imun.
2. pencegahan penyakit gastrointestinal anak dengan 2
vaksin, vaksin dapat menurunkan intensitas inflamasi
intestinal yang justru dapat menyebabkan diare
3. diet dengan detox. Beberapa pembersih yang
digunakan, seperti liqourice dapat menurunkan level K,
membuat kelemahan otot dan fatigue
4. bangsal yang sanitasinya kurang baik, resiko infeksi
kuman, seperti Cryptosporidiosis
5. korban bencana alam (seperti misalnya Hurricane
Katrina, tsunami) terkait dengan kebersihan air dan
makanan penunjang, serta resiko hepatitis, tetanus
6. terapi demensia yang tersedia (efek samping obat yang
digunakan)
PROGNOSIS
⦿ Prognosis diare biasa mengacu pada outcome
diare.
⦿ Prognosis diare berhubungan dengan durasi
diare, kemungkinan komplikasi diare, outcome,
prospek periode kesembuhan diare.
⦿ Secara khusus, prognosis diare pada bayi dan
neonatus buruk jika tidak ditangani dengan
baik, karena diare dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa hari karena dehidrasi.
KLASIFIKASI

WGO Practice Guideline – Acute Diarrhea March


2008
PATOFISIOLOGI DIARE
⦿ Ada 4 mekanisme utama gangguan keseimbangan
air dan elektrolit yang dapat memicu diare, yaitu
1. perubahan dalam transport ion aktif, berupa
penurunan absorbsi sodium atau kenaikan
sekresi klorida,
2. perubahan motilitas intestinal
3. kenaikan osmolalitas luminal
4. kenaikan tekanan hidrostatik jaringan.
⦿ Diare sekretori terjadi ketika terdapat substansi yang
merangsang kenaikan sekresi atau penurunan absorbsi
air dan elektrolit dalam jumlah besar.
⦿ Secara klinis, diare sekretori dikenal dengan volum
stool yang banyak (lebih dari 1 L /hari). Dengan
kandungan ion normal dan osmolalitas kira-kira sama
dengan plasma. Puasa tidak mengubah stool pasien.
⦿ Substansi yang sulit diabsorbsi dapat menahan cairan
dan menyebabkan diare osmotic.
⦿ Proses ini terjadi ketika sindrom malabsorbsi,
intoleransi laktosa, pemberian ion divalent (misalnya
antasida mengandung magnesium), konsumsi
karbohidrat yang sukar larut (misalnya laktulosa).
Secara klinis, diare osmorik dapat dibedakan dengan
tipe lain karena dapat berkurang ketika pasien puasa.
⦿ Penyakit infalmasi saluran gastrointestinal
dapat menyebabkan mucus, protein serum
dan darah ke usus. Teradang pergerakan
usus besar dapat dipicu dengan adanya
mucus, eksudat dan darah.
⦿ Diare eksudatif bisa menyebabkan gangguan
fungsi absorbsi, sekresi atau motilitas yang
menyebabkan volume stool menjadi besar.
⦿ Perubahan motilitas intestinal dapat
menyebabkan diare melalui 3 mekanisme,
yaitu berkurangnya waktu kontak dengan
usu halus, pengosongan kolon yang
premature dan overgrowth dari bakteri.
Clinical presentation of diarrhea
⦿ Diagnosis
◼ Patients with diarrhea must be
questioned about; the onset of
symptoms, recent travel, diet, source of
water, and medication use.
◼ Durating and severity of the diarrhea,
abdominal pain, vomiting, blood in
stool, stool consistency, stool
appearance, stool frequency and weight
loss
◼ Finding on physical examination can
assist in determining hydration status
and desease severity
⦿ Signs and symptom of acute diarrhea
◼ Patients with acute diarrhea have the abrupt onset of
loose watery, or semi-formed stool
◼ Abdominal cramps and tenderness, rectal urgency,
nausea, bloating, and fever may be present.
◼ The disorder in generally self limited, lasting for 3 to
4 days even without treatment.
◼ Patients with acute infectius diarrhea from invasive
organisms also have bloody stools and severe
abdominal pain
⦿ Laboratory test
◼ Stool may also be analysed for mucus (suggest colony
involvement), fat (malabsorbtion disorder),
osmolality, fecal leucocytes (inflamatory caused by
E. coli, shigella, campylobacter) and pH (stool pH is
decrease by bacterial fermentation proses.
⦿ Signs and symptom of cronic diarrhea
◼ Symptom may be severe or mild
◼ Weight loss and weakness
◼ Dehydration may be manifested by decreased
urination, dark-colored urin, dry mucous
membranes, tachicardia
⦿ Laboratory test
◼ All the test is same with acute diarrhea

◼ Colonoscopy allow visualization and biopsy


SASARAN DIARE

1. PENYEBAB DIARE
2. GEJALA DIARE
3. RESIKO DEHIDRASI
4. PENYEBAB DIARE
STRATEGI TERAPI
1. menemukan penyebab diare dan membunuh
kuman penyebab
2. mengatasi gejala yang timbul
3. mencegah resiko kematian karena dehidrasi
berat
TREATMENT
⦿ Nonpharmacologic therapy
◼ Fluid and electrolytes
Fluid replacement is accomplished using oral
rehidration solution, a measure mixture of water, salts
and glucose.
The WHO-recognized solution consist of 75 mEq/L
sodium, 75 mmol/L glucose, 20 mEq/L potassium, and
10 mEq/L citrate, having a total osmolarity of 245
mOsm/L.
A simple solution can be prepared from 1 L watere
mixed with 8 teaspoonfuls of sugar and one teaspoon
of table salt. Some comercial product: pedialyte,
renalyte, ceralyte.
Severe diarrhea may require the use of parenteral
solutions such as lactated Ringer’s or normal saline
solution.
◼ Dietary modifications
⦿ Terapi non farmakologi dapat diberikan
dengan pemberian banyak minum dan
makanan yang mengandung banyak cairan
untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Selain
itu, peningkatan kebersihan makanan dan
individu, serta penyediaan air bersih perlu
diperhatikan.
PERHATIAN
⦿ Hindari penyebaran penyakit ini. Cucilah tangan
setelah buang air besar, sebelum makan atau
selama menyiapkan makanan.
⦿ Berikan makanan yang rendah serat, cukup
energi, protein, vitamin dan mineral.
⦿ Tetap mengkonsumsi makanan lunak dan bergizi.
⦿ Untuk anak-anak berikan cairan elektrolit dan
cairan rehidrasi.
⦿ Suhu makanan dan minuman yang diberikan
sebaiknya dalam keadaan hangat, tidak panas
atau terlalu dingin.
⦿ ASI mengandung banyak substansi yang
memelihara pencernaan dan melawan bakteri.
Adanya bukti yang kuat menunjukkan bahwa ASI
memberikan manfaat yang besar bagi anak -
anak dengan diare akut.
⦿ Pisang, nasi, jus apel, dan roti panggang
direkomendasikan selama bertahun-tahun.
Bagaimanapun, tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa diet ini bermanfaat, dan
sedikit kandungan protein di dalamnya
mungkin dikontraindikasikan. Karena itu, diet
tersebut tidak direkomendasikan.
⦿ Hindari soda atau minuman lain dengan kadar
glukosa tinggi karena gula akan menyerap
cairan ke dalam usus sehingga memperburuk
keadaan.
⦿ Anak-anak mungkin mengalami intoleransi
laktosa (tidak mampu mencerna gula susu)
selama beberapa waktu setelah diare. Dalam
hal ini, kenalkan kembali dengan susu secara
bertahap.
⦿ Pharmacologic therapy
The goal of drug therapy is to control symptom, as
attapulgite, loperamide, diphenoxilate/atropin,for acute
and chronic diarrhea; calcium polycarbophil for chronic
diarrhea, bismuth subsalicylate for traveler’s.
Most infectious diarrheas are self limited or curable with
anti-infective agents

◼ Adsorbent and bulk agents


Attapulgite adsorbs excess fluid in the stool with few
adverse effect.
Calcium polycarbophil is a hydrophilic polyacrilic resin that
also works as an adsorbents
Not only effective in reducing fluid in stool but they can
also adsorb nutrients and oher medications.
◼ Antiperistaltik (antimotility) agents
Antiperistaltic drugs prolong intestinal transit time, therby
reducing the amount of fluid stool in the stool
Loperamide HCL (imodium), and diphenoxilate/atropin
(lomotil)
◼ Antiscretory agents
bismuth subsalicylate (BSS) is tought to have
antisecretory and antimicrobial effect and is used to
acute diarrheal.
The salicylate portion is adsorbed in the stomach and
small intestine. For this reason BSS should not be given
to people who are allergic to salicylate.
◼ Probiotics
Dietary supplements containing bacteria that may
promote health by enhanching the normal microflora
in GI tract while resisting colonization by potential
patogen.
◼ Anti-infectives
Eradication of the causal microbe depends on the
etiologic agent and its antibiotic sensitivity.
Escherchia coli infection fluoroquinolon such as
ciprofloxasin or levofloxasin.
1. ANTIBIOTIKA
⦿ penggunaan antibiotika tidak begitu penting pada beberapa
kasus diare infeksi yang masih ringan dan dapat sembuh sendiri.
⦿ Walaupun demikian, penggunaan antibiotika untuk diare yang
berat terbukti dapat menurunkan durasi penyakit, menurunkan
morbiditas pada beberapa infeksi bakteri (cholera,
enterotoxigenic E.Coli, shigellosis, campylobacteriosis,
yersiniosis), mencegah proses invasi infeksi, dan juga mencegah
penularan patogen dari satu orang ke orang lainnya.
⦿ Terapi menggunakan antibiotika secara empirik tanpa menunggu
hasil pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk
beberapa kondisi di bawah ini:
a. Suspek diare karena bakteri berdasarkan pengamatan
tanda-tanda klinik tertentu, seperti demam atau adanya
darah dalam feses
b. Diare persisten yang lebih dari 2 minggu
c. Diare travelers
ENTEROTOXIGENIC
(CHOLERA-LIKE) DIARRHEA
1. Vibrio cholerae O1 atau O139
⦿ First line agent: Doksisiklin 300 mg secara oral dalam dosis tunggal;
tetrasiklin 500 mg oral 4 kali sehari selama 3 hari; atau
trimetoprim-sulfametoksazol (tablet DS) 2 kali sehari selama 3 hari;
atau norfloksasin 400 mg oral 2 kali sehari selama 3 hari; atau
siprofloksasin 500 mg oral 2 kali sehari selama 3 hari atau 1 gram oral
dalam dosis tunggal.
⦿ Alternatif agent: Kloramfenikol 50 mg/kg IV tiap 6 jam, eritromisin
250-500 mg PO tiap 6-8 jam, dan furazolidon

2. Enterotoxigenic E.Coli
⦿ First line agent: Norfloksasin 400 mg taua siprofloksasin 500 mg PO 2
kali sehari selama 3 hari
⦿ Alternatif agent: Trimetoprim-sulfametoksazol (tablet DS) tiap 12 jam

3. C.difficile
⦿ First line agent: Metronidazol 250 mg 4 kali sehari hingga 500 mg 3
kali sehari selama 10 hari
⦿ Alternatif agent: Vankomisin 125 mg secara oral 4 kali sehari selama
10 hari; basitrasin 20.000-25.000 unit 4 kali sehari selama 7-10 hari
INVASIVE (DYSENTERY-LIKE)
DIARRHEA
A. Shigella
⦿ First line agent: Trimetoprim-sulfametoksazol DS 2 kali sehari selama 3-5 hari
⦿ Alternatif agent: Ofloksasin 300 mg, norfloksasin 400 mg, atau siprofloksasin
500 mg 2 kali sehari selama 3 hari, atau asam nalidiksat 1gram/hari selama 5 hari;
azitromisin 500 mg oral selama 1 hari, lalu 250 mg secara oral tiap harinya selama
4 hari

B. Samonella
1. Nontyphoidal
⦿ First line agent: Trimetoprim-sulfametoksazol DS 2 kali sehari; ofloksasin 300
mg, norfloksasin 400 mg, atau siprofloksasin 500 mg 2 kali sehari selama 5
hari; atau ceftriaxon 2 gram IV atau cefotaksim 2 gram IV 3 kali sehari selama 5
hari
⦿ Alternatif agent: Azitromisin 1000 mg secara oral 1 kali sehari, diikuti dengan
500 mg secara oral 1 kali sehari selama 6 hari
2. Enteric fever
⦿ First line agent: Siprofloksasin 500 mg secara oral 2 kali sehari selama 3-14
hari
⦿ Alternatif agent: Azitromisin 1000 mg oral 1 kali sehari, diikuti dengan 500 mg
sehari selama 5 hari; atau cefixime, cefotaksim, dan cefuroksim; atau
kloramfenikol 500 mg 4 kali sehari secara oral atau IV selama 14 hari
C. Campylobacter
⦿ First line agent: Eritromisin 500 mg secara oral
2 kali sehari selama 5 hari; azitromisin 1000
mg oral 1 kali sehari, diikuti dengan 500 mg
perhari atau klaritromisin 500 mg secara oral 2
kali sehari
⦿ Alternatif agent: Siprofloksasin 500 mg atau
norfloksasin 400 mg secara oral 2 kali sehari
selama 5 hari

D. Yersinia
⦿ First line agent: Kombinasi terapi antara
doksisiklin, aminoglikosida,
trimetoprim-sulfametoksazol, atau
fluoroquinolon
TRAVELERS DIARRHEA
Profilaksis
⦿ First line agent: Norfloksasin 400 mg atau
siprofloksasin 500 mg secara oral perhari (di Asia,
Afrika, dan Amerika selatan);
Trimetoprim-sulfametoksazol (tablet DS) secara
oral perharinya (di Meksiko)

Treatment
⦿ First line agent: Norfloksasin 400 mg atau
siprofloksasin 500 mg secara oral 2 kali sehari
selama 3 hari, atau trimetoprim-sulfametoksazol
(tablet DS) secara oral 2 kali sehari selama 3 hari
(di Meksiko), atau azitromisin 500 mg secara oral 1
kali sehari selama 3 hari (hanya pada daerah
dengan spesies Campylobacter yang sudah resisten
kuinolon, seperti di Thailand)
2. ANTISEKRETORI
a. Bismuth subsalisilat
⦿ Bismuth subsalisilat mempunyai aktivitas sebagai antisekretori dan antibakteria dimana
senyawa ini akan menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin sehingga sel mukosa
usus akan terhindar dari kontak langsung dengan zat yang dapat merangsang sekresi
elektrolit. Selain itu bismuth subsalisilat juga efektif untuk pencegahan dan
pengobatan traveler,s diare dan sebagai alternatif penggunaan dari antibiotik.
⦿ Dosis sebesar 4 x 2 tabet/hari efektif sebagai profilaksis untuk diare travelers. Namun
penggunaan lebih dari 3 minggu tidak disarankan. Penggunaan pada orang dengan
alergi aspirin, insufisiensi renal, gout, pengguna antikoagulan, probenesid, dan
metotreksat harus dihindari. Efek samping berupa lidah dan kotoran yang hitam
temporer, mual, konstipasi, dan tinitus.

b. Lactobacillus acidophilus
⦿ Lactobacillus acidophilus dapat diberikan secara oral, baik dengan susu, jus buah, atau
air putih biasa. Seringkali beberapa sediaan L. acidophilus mengandung kultur dari L.
bulgaricus. L. bulgaricus ini bukan suatu spesies normal yang berhabitat di GI.
Walaupun demikian ia mampu menyediakan flora yang berguna dalam usus dan
menambah pertumbuhan bakteri yang menguntungan dengan membentuk asam laktat
melalui fermentasi karbohidrat.
⦿ Dosis dari sediaan yang mengandung L.acidophilus dan L. bulgaricus adalah 2 kapsul, 4
tablet, atau 1 paket bentuk granul, 3 atau 4 kali sehari. Untuk pengobatan diare, L.
acidophilus tidak boleh digunakan dalam waktu lebih dari 2 hari atau dalam kondisi
demam tinggi. Selain itu sediaan ini juga tidak boleh digunakan pada pengobatan diare
untuk infant dan anak kurang dari 3 tahun jika tidak di bawah petunjuk dan
pengawasan dokter. Seseorang yang sensitif terhadap susu atau produk olahannya
sebaiknya tidak mengunakan obat ini.
ANTIMOTALITAS
1. Loperamide
⦿ Mekanisme aksi : loperamid merupakan anti sekretori, yang
menghambat calcium-binding protein calmodulin dan mengontrol
sekresi klorida.
⦿ Loperamide dapat digunakan untuk mengontrol dan memperbaiki
gejala diare akut non spesifik dan diare kronis yang berhubungan
dengan inflamasi usus. Loperamide juga berguna untuk
pengatasan simptomatik traveler’s diarrhea yang ringan atau
tidak ada komplikasi.
⦿ Dosis : dosis sediaan 2mg/kapsul. Diawali dengan 4 mg,
kemudian 2 mg setiap buang air besar sampai max 5 hari. Tidak
boleh melebihi 16 mg/hari.
⦿ Kontraindikasi : kondisi penghambatan peristaltik, ulcerative
colitis aktif, atau antibiotik yang berhubungan dengan colitis.
⦿ Efek samping : kram abdominal, dizziness, drowsiness, dan
reaksi kulit termasuk urticaria, paralitic ileus dan abdominal
bloating.
2. Diphenoxylate
⦿ Mekanisme aksi : merupakan agen anti peristaltik yang
menurunkan motilitas saluran pencernaan.
⦿ Diphenoxylate merpakan derivat dari petidin dan juga dapat
menyebabkan ketagihan. Obat ini efektif terhadap jenis diare
yang penyebabnya tidak diketahui.
⦿ Dosis : dosis sediaan 2,5 mg/kapsul. Dosis dewasa 5 mg 4x
sehari,tidak boleh melebihi 20 mg sehari. Anak-anak 3-6 bulan
maksimal 3 mg sehari, 8-12 tahun 2-4 dd 1 tablet.
⦿ Kontraindikasi : Obstructive jaundice; diare yang berhubungan
dengan pseudomembranous enterocolitis atau enterotoxin-yang
memproduksi bakteri; narrow-angle glaucoma
⦿ Efek samping : rasa mengantuk, pusing, mulut kering, dan mual.
⦿ Interaksi obat : Alcohol, barbiturat, depresan Sistem Saraf Pusat,
tranquilizers: dapat meningkatkan aksi depresan. Monoamine
oxidase (MAO) inhibitor: dapat mengakibatkan krisis hipertensi.
ADSORBEN

1. Kaolin Pectin
⦿ Mekanisme aksi : mengabsorpsi cairan, mengikat dan mengeluarkan
iritan saluran pencernaan.
⦿ Kaolin pektin digunakan untuk terapi simptomatik diare dan tidak
direkomendasikan untuk diare akut.
⦿ Dosis Dewasa : semua dosis diberikan setelah buang air besar: PO
60–120 ml (regular strength) atau 45–90 ml (concentrate). Anak-anak:
6–12 tahun: PO 30–60 ml (regular strength) or 30 ml (concentrate) per
dosis. Anak-anak 3–5 tahun: PO 15–30 ml (regular strength).
⦿ Kontraindikasi : digunakan pada bayi dan anak-anak < 3 tahun tanpa
petunjuk dokter; digunakan selama > 2 hari atau pada demam tinggi;
intestinal obstruction; colitis.
⦿ Efek samping : GI: konstipasi; fecal impaction
⦿ Interaksi obat : Clindamycin, digoxin, lincomycin
penicillamine (oral): penurunan absorpsi dapat terjadi, dapat diatasi
dengan memberi jarak 2-4 jam.

2. Attapulgite
OUTCOME TERAPI
Memperbaiki kondisi pasien dengan mencegah
dehidrasi serta menurunkan frekuensi BAB
serta menjaga konsistensi feses sampai kondisi
normal.
MONITORING TERAPI
1. Monitoring frekwensi BAB
2. Monitoring berat badan penderita
3. Monitoring status cairan dan elektrolit
4. Monitoring pengobatan terhadap penyebab
5. Monitoring terhadap komplikasi diare
6. Monitoring efek samping obat antidiare
7. Monitoring keberhasilan terapi setelah 2
hari
KIE
1. Beritahukan pasien mengenai obatnya : nama obat,
indikasi, cara pemakaian, dosis, frekuensi pemakaian,
durasi pemakaian, interaksi, pentingnya teratur minum
obat, bagaimana kalau lupa minum obat dll.
2. Menjaga kebesihan diri, keluarga serta lingkungan.
3. Mengkonsumsi makanan lunak bergizi, sehat dan
seimbang sehingga ketahanan tubuh meningkat.
4. Memperbanyak asupan cairan sehingga terhindar dari
dehidrasi.
5. Menerapkan pola hidup sehat (makan, tidur dan
olahraga teratur) setelah terapi diare berhasil sebagai
usaha preventif penyakit.
6. Hindari penyebaran penyakit, cuci tangan setelah BAB
dan sebelum makan
7. Hindari soda atau makanan dengan kadar glukosa tinggi
karena gula akan menyerap cairan ke dalam usus
sehingga memperburuk keadaan

Anda mungkin juga menyukai