Desain Kerja
Desain Kerja
Desain pekerjaan atau desain penugasan merupakan sebuah pendekatan yang
menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seorang atau
sekelompok karyawan. Desain pekerjaan atau desain penugasan dapat diartikan juga sebagai
suatu pendekatan tugas secara spesifik, yang ditetapkan menjadi suatu uraian tugas
(deskripsi) di antara pekerja dengan kelompok atau organisasi.
a. Spesialiasi Tenaga Kerja
Spesialisasi tenaga kerja merupakan pembagian tugas secara khusus atau special,
yang dapat dilakukan dengan mengembangkan keterampilan karyawan, mengurangi kerugian
waktu sebagai akibat keengganan karyawan untuk melakukan peralihan tugas, serta pelatihan
untuk menggunakan peralatan secara special atau khusus.
Faktor-faktor diatas dapat menjadi pendorong untuk menciptakan kepuasan dan motivasi
kerja karyawan. Makin tinggi insentif yang diperoleh karyawan, akan makin tinggi kepuasan
dan motivasi kerja karyawan. Kondisi tingkat kepuasan dan motivasi kerja karyawan yang
tinggi akan menjadi suatu keunggulan bagi organisasi untuk bersaing. Dengan keunggulan
ini, sumber daya manusia perusahaan akan dapat mengikuti perubahan dan perkembangan
pasar, sesuai dengan permintaan konsumen atau pelanggan.
Dasar-dasar teknik ini menggunakan metode statistik dalam menentukan proporsi dan
besaran sampel. Langkah penggunaan teknik adalah :
1. Menentukan kegiatan yang bisa digolongkan sebagai kaitan bekerja dan tidak bekerja
terhadap objek studi (karyawan, mesin, atau kedua-duanya);
2. Menentukan lama waktu pengamatan terhadap satu unsur objek studi (umumnya yang
tergolong kepada kegiatan bekerja);
3. Menghitung proporsi satu unsur objek studi tersebut terhadap jumlah pengamatan
Penetapan tujuan dari strategi sumber daya manusia dan pengukuran kerja adalah
manajemen tenaga kerja dengan mendesain tugas setiap orang secara efektif dan efisien di
dalam pemanfaatannya. Fokus dari strategi sumber daya manusia adalah;
Memanfaatkan secara efisien, dengan semua keterbatasannya untuk keputusan
manajemen operasional
Memiliki kualitas kehidupan yang dapat diterima akal, untuk menciptakan suatu iklim
untuk membuat komitmen atas dasar saling mempercayai.
METODE
Manajer operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu secara tepat
dapat menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu dalam kondisi kerja normal. Penetapan standar pekerja dapat menggunakan
empat cara yaitu :
Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu berapa
jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini memiliki kelebihan
karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti ini lazimnya didapatkan datanya
dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak
obyektif dan tidak dapat diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak,
dan apakah kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu
penggunaan teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.
Penerapan jaminan mutu yang relevan ketika menggunakan standar yang diterbitkan
oleh institusi standardisasi atau persyaratan teknis minimal oleh kementerian teknis.
Perkembangan pengujian dan sertifikasi saat ini menuntut setiap pelaku usaha
memperhatikan proses jaminan mutu produk yang dihasilkan.
Penerapan jaminan mutu produk sangat tergantung pada kondisi standar yang
ditetapkan dan kemampuan usaha. Secara umum, penerapan jaminan mutu dapat dilakukan
sejak penyediaan sarana produksi sampai hasil produksi tersebut tersaji sesuai kepentingan
konsumen.
Penerapan jaminan mutu non organik untuk produk pangan hasil pertanian umum
mengacu pada sistem jaminan mutu produk berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011 Prinsip
Umum Higiene Pangan. Standar ini merupakan salah satu sistem mutu yang menggunakan
model jaminan mutu dengan berdasarkan keamanan pangan (food safety) sebagai pendekatan
utama. Sedangkan, penerapan jaminan mutu organik wajib mengikuti aturan Standar
Nasional Indonesia (SNI 6729:2016 Sistem Pertanian Organik).
4. Registrasi
Bagi produk pangan, proses uji mutu atau sertifikasi harus dilanjutkan dengan proses
registrasi Produk Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sesuai peraturan yang berlaku. Penerapan ini
sangat penting dalam mengembangkan kompetensi pelaku usaha tanaman pangan ditengah-
tengah pasar yang terus berkembang.
Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi
sebuah item atau peralatan, atau mengembalikannya ke dalam kondisi tertentu (Dhillon,
2006). Kemudian dengan penekanan inti definisi yang sejalan Ansori dan Mustajib (2013) di
dalam bukunya mendefinisikan perawatan atau maintenance sebagai konsepsi dari semua
aktivitas yang di perlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar
dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awal.
1. Mengurangi total biaya pemeliharaan (biaya suku cadang dan biaya overtime)
Perbedaan strategi pemeliharaan pada satu mesin dengan mesin lainnya mungkin saja
terjadi. Pemeliharaan sebaiknya dilakukan dengan mengklsifikasikan mesin dan peralatan
kedalam beberapa kategori sehingga implementasi pemeliharaan dapat menjadi efektif.
Klasifikasi mesin atau peralatan yang menjadi sasaran sistem pemeliharaan menurut Scheffer
dan Girdhar (2004) dapat dibagi tiga, yaitu:
1. Kategori kritis Mesin atau komponen mesin yang dianggap kritis dalam pemeliharaan
umumnya memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Kerusakan yang dapat membahayakan area pabrik
b) Mesin atau komponen mesin yang jika rusak/breakdown dapat menghambat
seluruh kegiatan produksi
c) . Mesin atau komponen mesin yang mempunyai biaya inisial yang tinggi,
tidak dapat diperbaiki, atau dapat diperbaiki namun dengan biaya yang mahal
dan waktu yang lama.
d) Mesin atau komponen mesin yang performanya sensitive terhadap kerusakan
kecil
e) Mesin atau komponen mesin yang jika dipelihara dapat meningkatkan
efisiensi dan menghemat energy.
2. Kategori Esensial Mesin atau komponen mesin yang dianggap esensial dalam
pemeliharaan umumnya memiliki kriteria :
a) Kerusakannya dapat membahayakan area pabrik
b) Mesin atau komponen mesin yang membutuhkan waktu yang tidak terlalu
lama dan biaya yang tidak terlalu mahal dalam perbaikannya.
c) Mesin atau komponen mesin yang performanya sensitive terhadap kerusakan
kecil, namun kerusakannya dapat dianalisa secara historis
d) Mesin atau komponen mesin yang memerlukan perawatan berkala
3. Kategori Umum Mesin atau komponen mesin yang termasuk kategori umum dalam
pemeliharaan memiliki kriteria :
a) Kerusakannya tidak membahyakan area pabrik
b) Mesin atau komponen mesin yang fungsinya tidak kritis pada lantai produksi
c) Mesin atau komponen mesin yang mempunyai cadangan
Tujuan Maintenance
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
produk itu sendiri dari kegiatan produksi yang tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan
menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai
dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya.
Ruang lingkup manajemen pemeliharaan mencakup setiap tahap dalam siklus hidup
sistem teknis (pabrik, mesin, peralatan, dan fasilitas), spesifikasi, akusisi, perencanaan,
operasi, evaluasi kinerja, perbaikan, dan pembangunan. Dalam konteks yang lebih luas fungsi
pemeiliharaan juga dikenal sebagai manajemen aset fisik.
1. Corrective Maintenance
Corrective maintenance adalah pemeliharaan yang menggunakan pendekatan
aktifitas pemeliharaan hanya dilakukan ketika mesin/alat breakdown. Pengertian
corrective maintenance adalah pemeliharaan yang yang dilakukan setelah
mengenali kerusakan yang terjadi dan bertujuan untuk mengembalikan kondisi ke
keadaan dimana mesin/peralatan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Tipe
pemeliharaan ini dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan korektif tertunda dan
pemeliharaan korektif langsung. Pemeliharaan korektif tertunda dilakukan jika
kerusakan/breakdown tidak mempengaruhi kinerja produksi secara keseluruhan.
Aktifitas pemeliharaan kemudian dapat dilakukan di lain hari untuk mencegah
terjadinya gangguan pada alur produksi. Pemeliharaan korektif langsung
dilakukan secepatnya ketika kerusakan terjadi. Pemeliharaan tipe ini dilakukan
jika mesin/peralatan tersebut dapat mempengaruhi aktivitas produksi secara
keseluruhan.
2. Preventive maintenance
Preventive maintenance, merupakan pemeliharaan yang dilakukan pada
(jadwal) interval atau kriteria yang telah ditentukan untuk mengurangi
kemungkinan kerusakan atau degradasi fungsi mesin/peralatan. Berdasarkan
pengertian ini, preventive maintenance dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Predetermined maintenance. Aktifitas pemeliharaan dilakukan
berdasarkan interval waktu tertentu atau banyaknya penggunaan tanpa
investigasi terlebih dahulu terhadap kondisi mesin/peralatan tersebut.
Condition based maintenance. Aktifitas pemeliharaan preventif
yang berdasarkan performa atau parameter pengawasan (parameter
monitoring). Pengawasan terhadap performa dan parameter kondisi
pada condition based maintenance (CBM), menurut Bengtsson, dapat
dilakukan berdasarkan jadwal yang ditentukan atau kontinyu.