Anda di halaman 1dari 45

Makassar,2 April 2019

LAPORAN PBL
MODUL 4 KEPUTIHAN
BLOK REPRODUKSI

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Ade Apriani ratnasari 11020150049
Fatimah Marwah 11020160059
Muhammad sothyan fajrin 11020160018
Resky karnita dewi 11020160072
Dwi deno zubiranto 11020160038
Ridha mardhatillah 11020160048
Siti khadijah nawir 11020160058
Dewi putri pratiwi 11020160068
A. Nashira iswalaily 11020160078
Sulfiani 11020160088
Tutor :
dr. Yusriani Mangerangi M.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
SKENARIO 2 :

Seorang perempuan, berusia 35 tahun, P3A0, datang ke puskesmas


dengan keluhan keputihan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan yang keluar
dari vagina berwarna putih seperti susu dan bergumpal, berbau, dan
disertai rasa gatal. Riwayat akseptor KB hormonal Inj 4 minggu sejak 3
bulan yang lalu

KATA KUNCI

- Seorang perempuan 35 tahun


- P3A0
- Keputihan sejak 1 bulan yang lalu
- Cairan yang keluar dari vagina berwarna putih seperti susu dan
bergumpal, berbau, dan disertai rasa gatal
- Riwayat akseptor KB hormonal Inj 4 minggu sejak 3 bulan yang lalu
-

PERTANYAAN

1. Jelaskan definisi dan klasifikasi keputihan!


2. Jelaskan Mekanisme keputihan!
3. Jelaskan penyebab keputihan!
4. Sebutkan tanda dan gejala keputihan !
5. Sebutkan faktor resiko dan predisposisi keputihan!
6. Jelaskan hubungan riwayat akseptor KB injeksi pada skenario!
7. Jelaskan langkah-langkah diagnosis!
8. Penyakit apa saja yang menyebabkan keputihan?
9. Apa diagnosis banding dari skenario?
10. Bagaimana pencegahan keputihan ?
11. Persfektif islam sesuai skenario!
JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan definisi dan klasifikasi keputihan!


Fluor albus (keputihan, leukorea, vaginal discharge) merupakan
istilah yang digunakan untuk cairan yang keluar dari genitalia
wanita yang bukan berupa darah. Keputihan merupakan kondisi
yang sering dialami oleh wanita sepanjang siklus kehidupannya
mulai dari masa remaja, masa reproduksi maupun masa
menopause. Keputihan sangat berisiko terjadi pada remaja
sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Masa ini, remaja puteri
mengalami pubertas yang ditandai dengan menstruasi. Pada
sebagian orang saat mengalami menstruasi dapat mengalami
keputihan. Keputihan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu keputihan
normal atau fisiologis dan abnormal atau patologis.
a. Keputihan Fisiologis adalah cairan yang keluar kadang-
kadang berupa mucus yang banyak mengandung epitel
dengan leukosit yang jarang, sedangkan keputihan patologis
kandungan leukositnya banyak. Keputihan fisiologis di
pengaruhi oleh perubahan hormon, yang biasanya terjadi
pada saat menjelang dan sesudah haid, sekitar fase sekresi
antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang,
hamil, kelelahan, stress dan mengkonsumsi obat-obat
hormonal seperti pil KB.
b. Keputihan Patologisadalah cairan eksudat yang banyak
yang mengandung banyak leukosit. Ini terjadi karena reaksi
tubuh terhadap luka (jejas). Jejas biasanya diakibatkan oleh
infeksi mikroorganisme seperti jamur (Kandida Albikan),
parasit (Trikomonas), dan parasit (E.Coli, Staphylococcus,
Treponema Pallidum). Fluor Albus juga bisa disebabkan
benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan
neoplasma ganas.

Fisiologi Patologi
Tidak berbau Berbau
Bening Keruh
Leukosit jarang Leukosit banyak
Hormon estrogen meningkat Infeksi patogen (bakteri,jamur,virus)
Ransangan koitus Trauma fisik
Sebelum dan sesudah haid Kontrasepsi hormonal
Stress atau kelelahan Benda asing
Bayi baru lahir (BBL) Perubahan PH pada Vagina
Pre menopouse Kelainan organ Reproduksi
Banyak mucus
Banyak epitel
Tidak disertai keluhan

Referensi :
 Persia, A. Gustia, R. Bahar, E. 2015. Hubungan Pemakaian
Panty Liner dengan Kejadian Fluor Albus pada Siswi SMA di
Kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin
(Kuisioner). Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. Halaman
509.
 Marhaeni, G.A. 2016. Keputihan Pada Wanita. Denpasar:
Jurnal Skala Husada Vol 13 No 1. Halaman 30.
 Abrori, Hernawan A.D, Ermulyadi. 2017. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Patologis Siswi
SMAN 1 Simpang Hilir

2. Jelaskan Mekanisme keputihan!

A. Keputihan Normal

Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi,


pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang
fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan
vaskularisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium menjadi
sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum sehingga
mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan

B. Keputihan Abnormal

Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri yang dominan dalam


ekosistem vagina. Lactobacillus membantu mempertahankan pH vagina
normal (3,5 – 4,5) dengan memproduksi asam laktat, yang
menyeimbangkan ekosistem vagina.2
Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang
awalnya bersifat asam menjadi lebih basa. pH asam pada genital wanita
berfungsi sebagai mekanisme pertahan alat genital terhadap patogen-
patogen didaerah tersebut, pH yang berubah menjadi basa tidak hanya
menyebabkan patogen bisa mengivasi daerah genital tetapi juga flora-
flora normal yang ada pada daerah genital menjadi bersifat patogen.
Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang
tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang
menyebabkan keputihan. Manifestasi dari keputihan tergantung kepada
penyebab keputihan.

Ekosistem vagina adalah biokomuniti yang dinamik dan kompleks


yang terdiri dari unsur-unsur yang berbeda yang saling mempengaruhi.
Salah satu komponen lengkap dari ekosistem vagina adalah mikroflora
vagina endogen, yang terdiri dari gram positif dan gram negatif aerobik,
bakteri fakultatif dan obligat anaerobik. Aksi sinergetik dan antagonistik
antara mikroflora vagina endogen bersama dengan komponen lain,
mengakibatkan tetap stabilnya sistem ekologi yang mengarah pada
kesehatan ekosistem vagina. Beberapa faktor / kondisi yang
menghasilkan perubahan keseimbangan menyebabkan
ketidakseimbangan dalam ekosistem vagina dan perubahan pada
mikroflora vagina. Dalam keseimbangannya, ekosistem vagina didominasi
oleh bakteri Lactobacillus yang menghasilkan asam organik seperti asam
laktat, hidrogen peroksida (H2O2), dan bakteriosin.
Asam laktat seperti organic acid lanilla yang dihasilkan oleh
Lactobacillus, memegang peranan yang penting dalam memelihara pH
tetap di bawah 4,5 (antara 3,8-4,2), dimana merupakan tempat yang tidak
sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya mikroorganisme yang
patogen bagi vagina. Kemampuan memproduksi H2O2 adalah
mekanisme lain yang menyebabkan Lactobacillus hidup dominan daripada
bakteri obligat anaerob yang kekurangan enzim katalase. Hidrogen
peroksida dominan terdapat pada ekosistem vagina normal tetapi tidak
pada bakterial vaginosis. Mekanisme ketiga pertahanan yang diproduksi
oleh Lactobacillus adalah bakteriosin yang merupakan suatu protein
dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan banyak
bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.
G. vaginalis sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang
variabel gram yang mengalami hiperpopulasi sehingga menggantikan flora
normal vagina dari yang tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa.
Perubahan ini terjadi akibat berkurangnya jumlah Lactobacillus yang
menghasilkan hidrogen peroksida. Lactobacillus sendiri merupakan
bakteri anaerob batang besar yang membantu menjaga keasaman vagina
dan menghambat mikroorganisme anaerob lain untuk tumbuh di vagina.
Sekret vagina adalah suatu yang umum dan normal pada wanita usia
produktif. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan
suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina
yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini. Pada wanita, sekret
vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin, dan pertahanan dari berbagai infeksi.
Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh,
atau berwarna kekuningan ketika mengering di pakaian, memiliki pH
kurang dari 5,0 terdiri dari sel-sel epitel yang matur, sejumlah normal
leukosit, tanpa jamur, Trichomonas, tanpa clue cell.
Pada bakterial vaginosis dapat terjadi simbiosis antara G.vaginalis
sebagai pembentuk asam amino dan kuman anaerob beserta bakteri
fakultatif dalam vagina yang mengubah asam amino menjadi amin
sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang sesuai bagi
pertumbuhan G. vaginalis.Beberapa amin diketahui menyebabkan iritasi
kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan duh tubuh
berbau tidak sedap yang keluar dari vagina.Basil-basil anaerob yang
menyertai bakterial vaginosis diantaranya Bacteroides bivins, B. Capilosus
dan B. disiens yang dapat diisolasikan dari infeksi genitalia.G. vaginalis
melekat pada sel-sel epitel vagina in vitro, kemudian menambahkan
deskuamasi sel epitel vagina sehingga terjadi perlekatan duh tubuh pada
dinding vagina.Organisme ini tidak invasive dan respon inflamasi lokal
yang terbatas dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah leukosit dalam
sekret vagina dan dengan pemeriksaan histopatologis. Timbulnya
bakterial vaginosis ada hubungannya dengan aktivitas seksual atau
pernah menderita infeksi Trichomonas.

Sistem Imun terhadap keputihan:

A. Sistem Imun pada keputihan Normal

Ekosistem mukosa vagina terdiri dari epitel skuamosa berlapis


yang ditutupi oleh lapisan mukosa terus menerus dilumasi oleh cairan
servicovaginal (CVF), yang mengandung produk sel epitel, seperti lendir
dan molekul antimikroba B-Defensin, Lipocalin, Elafine dan sekresi
leukosit protease inhibitor (SLPI) [1,2], antibodi IgA dan IgG yang
diproduksi oleh mukosa sel plasma. CVF terus-menerus melumasi epitel,
menjaga fluiditas ekosistem dan merupakan garis pertahanan pertama
terhadap kolonisasi patogen eksogen melalui aktivitas lendir yang
menjebak mikroba dan memfasilitasi ikatannya dengan antibodi

B. Sistem imun pada keputihan patologis

Hormon seks adalah pengatur utama interaksi ini: hormon


mengatur produksi peptida antimikroba (beta-defensin, alpha Defensin,
SLPI) dan pro-inflamasi sitokin (IL-6, IL-8)

Ketika dominasi Lactobacillus hilang dan keragaman mikroba


meningkat, perubahan kekebalan tubuh dan homeostasis epitel sering
muncul, diinduksi melalui berbagai mekanisme, seperti: (a) produksi
sitokin dan kemokin proinflamasi, (b) rekrutmen sel imun (c) reduksi dalam
viskositas CVF, karena produksi enzim pendegradasi musin (termasuk
sialidase, α-fucosidase, α-dan β-galactosidase, N-asetil-glukosaminidase,
dan glisin dan arginin aminopeptidases. Perubahan fisik / kimiawi dalam
ekosistem vagina pada akhirnya memengaruhi penghalang sifat-sifat CVF
dan epitel genital dan meningkatkan risiko infeksi secara seksual patogen
yang ditransmisikan

Referensi : Torcia M. 2019. Interplay among Vaginal Microbiome, Immune


Response and Sexually Transmitted Viral Infections. Department of
Clinical and Experimental Medicine, University of Firenze, 50139 Firenze,
Italy; Halaman 1 - 2

3. Jelaskan penyebab keputihan!

Fluor albus fisiologis pada perempuan normalnya hanya ditemukan


pada daerah porsio vagina. Sekret patologis biasanya terdapat pada
dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologis ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Menjelang atau setelah haid.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada
senggama.
d) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres dan kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri
Fluor albus patologis ditemukan pada :
1) Iritasi:
Yang menyebabkan iritasi seperti sperma, pelicin, kondom,
sabun, cairan antiseptic untuk mandi., pembersih vagina, celana yang
ketat dan tidak menyerap keringat kertas tisu toilet yang berwarna.

2) Tumor atau jaringan abnormal lain


Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis
akibat gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga
menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan
mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.

Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang


banyak dan berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan
tersebut dan sering kali disertai adanya darah yang tidak segar.
3) Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda
tertentu yang dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium
yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang
pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari
flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.

4) Radiasi
5) Fistula
6) Penyebab lain:
1. Psikologi: Volvovaginitis psikosomatik
2. Tidak diketahui: “Desquamative inflammatory vaginitis”
7) Infeksi
a. Bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri dari bakteri
”baik” yang berfungsi dalam keseimbangan ekosistem sekaligus
menjaga keasaman / pH yang normal serta beberapa bakteri lain
dalam jumlah kecil seperti Gardnerella vaginalis, mobiluncus,
bacteroides dan Mycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral /
IUD (intra uterine device), hubungan seksual, promiskuitas dapat
memicu ketidakseimbangan flora normal vagina dimana
pertumbuhan bakteri ”jahat” menjadi berlebihan. Keputihan yang
disebabkan oleh bakteri Gardnerella disebut sebagai bacterial
vaginosis / BV.
Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan dan
berbau amis (fishy odor). Bau tercium lebih menusuk setelah
melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi
berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti
gatal biasanya bersifat lebih ringan daripada keputihan yang
disebabkan oleh jamur dan parasit.

 Gardanerrella vaginalis
Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial
vaginosis pada wanita. Salah satu dari spesies Haemophilus,
tumbuh, berukuran kecil, sirkuler, koloni abu-abu, di bawah
mikroskop terlihat gram negative, namun sebenarnya memiiki
dinding sel gram positive, sel epitel yang menyelimuti bakteri.
Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan
membentuk bentukan khas dan disebut clue cell. Gardanerrella
menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin
yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Infeksi ini menyebabkan
rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair,
berbuih dan bermau amis. bakteri ini juga dapat memicu munculnya
penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorhea

b. Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida
albicans umumnya dipicu oleh faktor dari dalam maupun luar tubuh
seperti Pemakaian pil KB, obat-obatan tertentu seperti steroid,
antibiotic, daya tahan tubuh rendah, iklim, panas dan kelembaban.
Sekret yang keluar biasanya berwarna putih kekuningan, seperti
kepala susu (cottage cheese), berbau khas dan menyebabkan rasa
gatal yang hebat pada daerah intim-vulva dan sekitarnya sehingga
disebut vulvovaginitis. Rasa gatal sering merupakan keluhan yang
dominan dirasakan.

 Candida albicans

Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih


susu seperti susu pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal.
Vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Dengan
KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu
(pseudohifa). Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat
yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes
mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga
biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai
phenomena ping-pong.

c. Parasit
Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam
golongan penyakit menular seksual (PMS) karena penularan
terutama terjadi melalui hubungan seksual namun juga dapat
melalui kontak dengan perlengkapan mandi, bibir kloset yang telah
terkontaminasi.Keputihan berupa sekret berwarna kuning-hijau,
kental, berbusa dan berbau tidak enak (malodorous). Kadang
keputihan yang terjadi menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada
daerah intim.
 Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan
dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat
dipantau dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan
senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui
perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

Referensi :
- Badaryati, Emi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis Pada Siswi Slta
atauSederajat di KotaBanjarbaruTahun 2012. Depok: FKM UI.
Halaman 10.
- Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. EGC:
Jakarta
4. Sebutkan tanda dan gejala keputihan !

a. Keputihan Fisiologis
Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna
bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan
tanpa disertai dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri,
dan terbakar serta jumlahnya sedikit. cairan yang keluar
kadang-kadang berupa mucus yang banyak mengandung
epitel dengan leukosit yang jarang.
b. Keputihan Patologis
Ciri-ciri keputihan patologik adalah terdapat banyak
leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus,
warnanya berubah (biasanya kuning, hijau, abu-abu, dan
menyerupai susu), disertai dengan keluhan (gatal, panas,
dan nyeri) serta berbau (apek, amis dan busuk).
Referensi :

- Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Edisi 5 Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Sebutkan faktor resiko dan predisposisi keputihan!

 Faktor predisposisi (yang melatarbelakangi, pencetus)

Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor

infeksi dan non infeksi.

1) Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, dan virus.

2) Non infeksi yaitu:

- Masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak

sengaja yang dapat melukai epitel vagina,

- Daerah sekitar vagina yang lembab,

- Kondisi tubuh stres, seperti kondisi tubuh yang selalu tegang

atau cemas,

- Menahan buang air kecil,

- Personal hygiene yang buruk atau kurang tepat:

o Duduk dan jongkok sembarangan ditanah,

o Kurangnya menjaga personal hygiene pada saat

menstruasi seperti, sering tidak mengganti pembalut

saat menstruasi.

o Celana dalam yang kurang menyerap keringat,

o Jarang mengganti celana dalam,


o Mencuci organ genital dengan air kotor (air kurang

bersih),

o Memakai pembilas secara berlebihan.

 Faktor resiko (karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang tampak

pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit)

Kebiasaan tidak menjaga hygiene organ reproduksi dengan baik

seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara

berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang

mengganti celana dalam dan jarang mengganti pembalut.

Sikap (perilaku) dalam menjaga kebersihan genitalia seperti

mencucinya dengan air kurang bersih, memakai sabun pembersih vagina

secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap

keringat, jarang mengganti celana dalam, tidak sering mengganti

pembalut saat menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang

menyebabkan keputihan

Lingkungan, berada di daerah tropis yang panas menyebabkan

pengeluaran keringat yang berlebihan, keringat ini membuat tubuh

menjadi lembab terutama pada organ genitalia. Akibatnya bakteri dan

jamur dapat berkembang biak sehingga ekosistem di vagina terganggu

yang dapat menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi. Untuk itulah

diperlukan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan melakukan


personal hygiene, untuk menghindari timbulnya infeksi yang dapat

menyebabkan timbulnya keputihan

Douching merupakan suatu tindakan untuk mencuci atau

membersihkan vagina dengan air atau campuran yang terdiri atas air,

cuka, baking soda dan yodium. Tujuan douching sesungguhnya untuk

tujuan terapeutik yaitu untuk membersihkan vagina yang dikarenakan

tindakan pembedahan dan untuk memberikan antiseptik yang berguna

untuk mengurangi pertumbuhan bakteri. Douching bisa mengganggu

keseimbangan flora vagina (organisme normal yang hidup didalam

vagina) dan tingkat keasaman vagina yang sehat. Dalam vagina yang

sehat tedapat bakteri baik dan bakteri jahat. Keseimbangan kedua jenis

bakteri ini membantu menjaga tingkat keasaman lingkungan yang ada

sehingga vagina tidak membutuhkan “bantuan” dari luar. Rekayasa dari

luar justru bisa menyebabkan pertumbuhan bakteri jahat yang berlebihan

sehingga bisa memicu terjadinya infeksi atau bacterial vaginosis.

Referensi : Elmia Kursani, H. M. (2015). Faktor-faktor YangMempengaruhi


Terjadinya Flour Albus (Keputihan) Pada Remaja Putridi SMA PGRI
Pekanbaru Tahun 2013. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 1,
31.

6. Jelaskan hubungan riwayat akseptor KB injeksi pada skenario!

Dalam penelitian Syahlani dkk (2013), bahwa penggunaan


kontrasepsi hormonal suntik, pil dan implant dapat menyebabkan
keputihan dikarenakan kadar estrogen dan progesteron yang dikandung
oleh kontrasepsi hormonal tersebut. Terjadinya keputihan dalam
menggunakan kontrasepsi hormonal suntik sesuai dengan teori
Sulistyawati (2013) karena hormon progesteron mengubah flora dan pH
vagina, sehingga jamur mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan.
Gambaran lama penggunaan jenis kontrasepsi hormonal, sebagian besar
pada responden yang menggunakan kontrasepsi lebih dari tiga tahun 72
orang (74%), sedangkan kurang dari tiga tahun sebanyak 25 orang (26%).

Menurut penelitian Fakhidah (2014), bahwa kejadian keputihan


dapat dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi hormonal karena
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh wanita. Ketidakstabilan
ekosistem pada vagina akan menyebabkan keputihan, kestabilan
ekosistem vagina dapat dipengaruhi sekresi (keluarnya lendir dari uterus),
status hormonal (masa pubertas, kehamilan, menopouse), benda asing
(IUD, tampon, dan obat yang dimasukkan melalui vagina), penyakit akibat
hubungan seksual, obat-obatan (kontrasepsi), diet (kebanyakan
karbohidrat, kurang vitamin)

Ada hubungan penggunaan jenis kontrasepsi hormonal dengan


kejadian keputihan pada akseptor KB. Hal ini sejalan dengan penelitian
Syahlani dkk (2013) bahwa ada hubungan antara penggunaan
kontrasepsi hormonal dengan kejadian keputihan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman kota Banjarmasin. Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan
umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi Efek samping akibat
kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa
mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus
atau keputihan. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon
progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan
dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan
disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-
kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor
albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi
dengan candida albicans. Dengan demikian kita wajib menjaga
kebersihan dan kesehatan di daerah genitalia. Keputihan dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan genitalia, memilih pakaian dalam yang tepat,
menghindarkan faktor risiko infeksi seperti berganti ganti pasangan
seksual, serta pemeriksaan ginekologi secara teratur.

Penggunaan kontrasepsi suntik dan kontrasepsi pil adalah metode


kontrasepsi yang sangat populer di Bangladesh. Kontrasepsi suntik dan pil
mengandung hormon estrogen dan progesteron, Depo-Provera (DMPA)
digunakan oleh lebih dari 15 juta wanita lebih dari 90 negara. Dengan
demikian Candida Albicans tumbuh dengan subur, karena kontrasepsi
yang mengandung hormon estrogen dan progesteron, yang dapat
meningkatkan glikogen didalam vagina yang diubah menjadi asam laktat
oleh lactobacilli. Dengan demikian pertumbuhan yang berlebih dari
spesies Candida terjadi karena penurunan pH. Ditemukan hubungan
antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian keputihan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman kota Banjarmasin. Penggunaan
kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
kejadian fluor albus. Kontrasepsi hormonal suntik dan pil memiliki efek
samping terjadinya keputihan. Dengan demikian kita wajib menjaga
kebersihan dan kesehatan. di daerah genitalia. Keputihan dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan genitalia, memilih pakaian dalam yang tepat,
menghindarkan faktor risiko infeksi seperti berganti ganti pasangan
seksual, serta pemeriksaan ginekologi secara teratur

Referensi : Syahlani, A., Redjeki, S.S.D., dan Rini. 2013. Hubungan


Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Organ Reproduksi Dengan Kejadian Keputihan Di Wilyah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Dinamika Kesehatan. Vol. 12. No.
12. 17 Desember. 2013.

7. Jelaskan langkah-langkah diagnosis!

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan dalam serta pemeriksaan laboratorium

Gambar 1. Tabel perbedaan temuan klinis pada keputihan

1) Anamnesis
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi
wanita atau pada wanita dewasa, keputihan (leukorea / fluor
albus) yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi
dan merupakan keputihan yang fisiologis. Wanita dalam usia
reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu PHS (Penyakit
Hubungan Seksual) dan penyakit infeksi lainnya
b. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks
c. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan
sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan
adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD (Intra Uterine Device) juga
dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang
meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat
d. Kontak seksual
Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS, seperti gonore,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang
perlu ditanyakan adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa
dilakukan
e. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-
temannya kemungkinan tertular penyakit infeksi yang
menyebabkan terjadinya leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan
yang kurang baik adalah tukar menukar peralatan mandi atau
handuk
f. Sifat keputihan
Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh / jernih, ada / tidaknya darah, frekuensinya
dan telah berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu
ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal
tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya
g. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi
Pada kedua keadaan ini, keputihan yang terjadi biasanya
merupakan hal yang fisiologis
h. Masa inkubasi
Bila keputihan timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik

2) Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Dalam


Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk
mendeteksi adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi
saluran kemih, dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan dengan
keputihan. Pemeriksaan yang kusus harus dilakukan adalah
pemeriksaan genitalia, meliputi inspeksi dan palpasi genitalia
eksterna, pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks,
serta pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding
vagina, hindari kontaminasi dengan lendir serviks.
Pada infeksi karena Gonococcus, kelainan yang dapat ditemui
adalah orifisium uretra eksternum merah, edema dan sekret yang
mukopurulen, labio mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan.
Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang dan terasa nyeri
waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum
terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada Trichomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan
sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan
serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal
sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat
menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan
vagina yang berwarna hiperemis, sekret yang melekat pada dinding
vagina, dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada
pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir
bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva
dan vagina, pada dinding vagina sering terdapat membran-membran
kecil berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang
agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah
dengan permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang
menjadi granuler, berbenjol-benjol, dan ulseratif disertai adanya
jaringan nekrotik. Disamping itu, tampak sekret yang kental berwarna
coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi
nekrosis, berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya bergranuler,
memberikan gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang
mengiritasi, seperti IUD, tampon vagina, pesarium, kondom yang
tertinggal, dan sebagainya.

3) Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan:
a. Penentuan pH
Penentuan pH dengan indikator pH (3,0-4,5)
b. Penilaian sediaan basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan KOH
10% dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis.
Trichomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis
sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan
gerakannya yang cepat, sedangkan Candida albicans dapat dilihat
jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa
semu. Vaginitis nonspesifik yang disebabkan Gardnerella
vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil,
lekosit yang tidak seberapa banyak, dan banyak sel-sel epitel
yang sebagian besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini
disebut clue cell yang merupakan ciri khas infeksi Gardnerella
vaginalis

c. Pewarnaan gram
Neisseria gonorrheae memberikan gambaran adanya gonococcus
intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan
gambaran batang-batang berukuran kecil gram negatif yang tidak
dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil,
tanpa ditemukan laktobasil
d. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara
pasti, tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-
hati dalam penafsiran
e. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi herpes
genitalis dan human papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA
(Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
f. Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan
pada serviks
Referensi : Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis yang
Disebabkan Oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik Ginekologi
Rumah Sakit Umum Dr. Kariadi Semarang. Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Diakses pada 31 Maret
2019: http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf.

8. Penyakit apa saja yang menyebabkan keputihan?

1. Peradangan serviks
Peradangan serviks atau leher rahim (bisa disebut juga sebagai
cervicitis) adalah salah satu masalah organ reproduksi yang bisa
menyebabkan keputihan. Beberapa gejala lainnya adalah sakit
pada punggung bagian bawah. Biasanya ini disebabkan oleh
peradangan yang dipicu oleh penyakit menular seksual, reaksi
alergi terhadap kontrasepsi yang ditanam dalam rahim, atau reaksi
alergi terhadap kondom dan pelumas yang digunakan saat
berhubungan seksual.

2. Infeksi jamur
Keputihan juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur pada vagina. Ini
biasanya dialami oleh wanita yang memiliki penyakit diabetes, hamil,
mengonsumsi antibiotik atau pil KB. Perubahan pH pada vagina bisa
menyebabkan infeksi jamur. Selain itu, jamur juga bisa disebabkan
oleh kebersihan yang kurang atau celana dalam yang terlalu lembap.

3. Trikomoniasis vagina
Trikomoniasis vagina adalah salah satu bentuk penyakit menular yang
terjadi pada vagina. Salah satu gejala penyakit ini adalah keluarnya
cairan berwarna kekuningan dari vagina dan rasa gatal. Biasanya
terjadi tiga sampai 28 hari setelah infeksi terjadi.
Itulah beberapa jenis penyakit yang wajib diwaspadai oleh para wanita
jika mengalami keputihan yang tak biasa. Jika mengalaminya
sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Keputihan dan penyakit di
atas bisa dicegah dengan menjaga kebersihan vagina dan melakukan
hubungan seks yang aman.

Referensi : Prawirohardjo, Sarwono. Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu


Kandungan. Edisi Ketiga. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
9. Apa diagnosis banding dari skenario?

a) Candidiasis vulvovaginalis
Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi yeast pada vagina dan
vulva yang disebabkan beberapa tipe Candida, yang paling
sering yaitu Candida albicans, dapat bersifat asimptomatis
maupun simptomatis. Kandidiasis vulvovaginalis rekuren adalah
kandidiasis vulvovaginalis yang terjadi sebanyak empat episode
atau lebih dalam periode 12 bulan.

Etiologi

KVVR dan KVV sering disebabkan oleh C.albicans,


walaupun spesies non-albicans dapat ditemukan sebagai agen

penyebab.1 Candida merupakan organisme yang berasal dari


genus Candida dari famili Cryptococcaceae, ordo Moniliales dari
filum Fungi imperfecti. Pada tahun 1877 Grawitz
mengemukakan bahwa genus ini merupakan jamur dimorfik.
Martin kemudian membagi genus menjadi beberapa spesies.
Telah diketahui 163 spesies Candida, walau diketahui hanya 20
spesies yang patogen pada manusia. Sel jamur Candida
berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 2-5 u X 3-6 u

hingga 2-5,5 u X 5-28,5 u. 14 Jamur membentuk hifa semu


(pseudohifa) yang merupakan rangkaian blastospora
(blastokonidia) yang memanjang tanpa septa, yang juga dapat
bercabang-cabang. Berdasarkan bentuk tersebut maka
dikatakan bahwa Candida menyerupai ragi (yeast like). Dinding
sel Candida terutama terdiri atas β- glucan, mannan, chitin serta
sejumlah protein dan lemak. Mannan merupakan komponen
antigen yang utama. Candida dapat tumbuh pada medium
dengan pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik
pada pH antara 4,5 sampai dengan 6,5.

Faktor predisposisi

Beberapa faktor diketahui sebagai faktor predisposisi dari KVVR,


antara lain:
1. Hormon seks
Umur merupakan faktor penting pada prevalensi KVVR. Tingginya

hormon seks wanita selama usia reproduksi meningkatkan

kemungkinan terhadap terjadinya infeksi Candida. Estrogen


meningkatkan perlekatan organisme yeast pada sel mukosa
vagina. Reseptor sitosol atau sistem perlekatan untuk hormon
reproduksi wanita telah diketahui pada C.albicans menyebabkan
meningkatnya pembentukan miselial/hifa.

2. Kontrasepsi
Kontrasepsi disini termasuk oral, pelindung maupun KDR
(kontrasepsi dalam rahim). Pengaruh kontrasepsi pada KVVR
berhubungan dengan kandungan estrogen yang akan menstimulasi
organisme Candida untuk persisten pada ekosistem vagina.

3. Obesitas, asupan karbohidrat Kontrol glikemik yang buruk pada


pasien diabetes merangsang kejadian KVVR. Korelasi antara
tingginya IMB (indeks massa tubuh) dan infeksi Candida genital
telah dihubungkan dengan peningkatan toleransi glukosa,
sedangkan penelitian lain tidak menemukan adanya korelasi antara
IMB dan KVVR. Namun pengaruh obesitas pada KVV/KVVR tidak
dapat dieksklusikan.

Patogenesis

Candida adalah patogen oportunistik yang dapat menyebabkan

infeksi diseminata pada tuan rumah dengan pertahanan imunitas


yang lemah. Tidak ada faktor patogenik pasti untuk Candida, namun
terdapat beberapa faktor virulensi yang mempengaruhi
kemampuannya dalam menginfeksi. Kombinasi dari faktor ini akan
mempengaruhi sistem pertahanan tuan rumah. Dipostulasikan
bahwa patogenesis dari KVVR adalah interaksi kompleks antara
virulensi Candida dan faktor imunologi.
Beberapa faktor virulensi untuk KVVR antara lain :
1) Germ tube formation sebagai faktor virulensi Germ tube formation
(GTF) dianggap sebagai faktor patogenik utama dari KVV/KVVR,
merupakan hal yang penting dalam perlekatan Candida ke
permukaan mukosa dan kemampuannya dalam menginvasi.
C.albicans mempunyai kemampuan lebih hebat dalam berlekat
dengan sel epitel dibandingkan strain non-albicans seperti
C.tropicalis, C.krusei dan C.parapsilosis. Ini dapat menjelaskan
mengapa strain non-albicans jarang menyebabkan KVVR. Pada
pemeriksaan mikroskop elektron secara in vivo dan in vitro terlihat
bahwa C.albicans setelah pembentukan hifa dan GTF akan
berpenetrasi ke dalam lapisan yang dalam dari stratum dan stroma
sel epitel. Setelah organisme menginvasi mukosa, ia akan
dilindungi dari terjadinya fagositosis dan dari mekanisme
pertahanan imunitas serta aktivitas agen antijamur. Pada beberapa
lokasi, yeast akan membentuk tempat untuk terjadinya rekurensi.
Fagositosis dianggap sebagai faktor pertahanan penting dalam
infeksi Candida. Uji in vitro menyatakan bahwa GTF dapat
mengubah hidrofobisitas dari sel yeast dan karenanya menurunkan
atau menghambat fagositosis. Ini juga yang menyebabkan
persistensi organisme pada ekosistem genital
2) Perlekatan pada garis mukosa
Permukaan blastokonidia mannoprotein mungkin memperantarai
perlekatan Candida ke sel epitel. Reseptor sitosol untuk estrogen
juga terdapat pada C.albicans. Ekspresi sel reseptor dan antigen
permukaan dengan membentuk filamen dari sel Candida
berkontribusi sebagai faktor virulensi. Fibrin dapat bekerja sebagai
reseptor C.albicans. Namun tidak jelas reseptor mana yang
berperan untuk perlekatan Candida dengan garis mukosa. Tidak
terdapat hubungan antara ekspresi reseptor dan/atau aktivasinya
dan manifestasi klinis pada kasus KVVR.

3) Enzim sebagai factor virulensi


Sedikitnya terdapat tiga proteinase yang berhubungan dengan
kompartemen intraseluler C.albicans. pH yang optimal adalah 5
untuk intraselular dan 2.2 sampai dengan 4.5 dalam bentuk sekret,
pH lebih rendah dari sekret vagina ditemukan pada kasus KVVR.
Proteinase asam yang disekresikan akan inaktif pada pH netral.
Pada pH 7,5 terjadi denaturasi enzim ireversibel. Efek patogenik
dari proteinase ini terbatas pada kasus untuk inflamasi akut pada
vagina, pada pasien dengan pH vagina yang meningkat dan pada
glikolisis neutrofil. Sekresi proteinase in vitro adalah bahan yang
ditemukan pada C.albicans, C.tropicalis, sedangkan hanya
beberapa ditemukan pada C.parapsilosis. Untuk spesies Candida
lainnya proteinase jarang atau absen. Ini dapat menjelaskan
mengapa hanya tiga spesies Candida saja yang menjadi patogen
umum pada manusia. Walaupun C.albicans diisolasi dari kasus
KVV mempunyai aktivitas proteolisis yang meningkat invitro,
peranan enzim ini pada KVVR masih belum jelas. Proteinase
mungkin meningkatkan kapasitas GTF pada C.albicans dan
karenanya meningkatkan penetrasi pada garis mukosa.
Gambaran klinis
Gejala yang berhubungan dengan infeksi genital Candida dapat
berbeda dari kasus ke kasus. Gejala tidak nyaman pada vagina
berupa pruritus akut dan sekret vagina merupakan gambaran yang
biasa ditemukan. Sekret digambarkan seperti susu, dapat
bervariasi dari basah sampai sekret tebal yang homogen. Nyeri
pada vagina, iritasi, perasaan tebakar pada vulva, dispareuni, dan
disuria eksternal biasanya ditemukan. Odor jika ditemukan
biasanya minimal dan tidak ofensif. Dari pemeriksaan akan
ditemukan vulva dan labia mayora yang bengkak dan eritem,
seringnya dengan lesi diskret pustulopapular perifer. Yang khas,
gejala biasanya timbul
seminggu setelah masa haid. Rasa frustasi pada wanita karena
seringnya gejala berulang karena anggapan pengobatan yang tidak
efektif juga merupakan gejala yang khas. Gejala tidak selalu
berhubungan dengan kultur Candida yang positif pada KVV
maupun KVVR.
Terapi
Terapi terdiri dari aplikasi topical imidasol atau triasol, seperti
mikonasol, klotriimasol, butokonasol, atau terjonasol. Obat-obat ini
dapat diresepkan sebagai krim, supositoria, atau keduanya. Lama
pengobatan bervariasi tergantung obat yang dipilih . dosis tunggal
flukonasol 150 mg per oral mempunyai tingkat kemajuan tinggi.
b) BAKTERIAL VAGINOSIS

A. DEFINITION
Vaginosis bakterial (bacterial vaginosis/BV) adalah penyebab paling
umum gejala duh tubuh vagina pada wanita usia reproduktif. Bakterial
Vaginosis (BV) adalah suatu kondisi abnormal perubahan ekologi vagina
yang ditandai dengan pergeseran keseimbangan flora vagina dimana
dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri-bakteri anaerob,
diantaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, Prevotella, Bacteroides,
dan Mycoplasma sp.

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi dan distribusi BV bervariasi di antara seluruh populasi dunia.


Beberapa penelitian melaporkan prevalensi BV tinggi pada populasi ras
Afrika, Afro-Amerika, dan Afro-Karibia. Prevalensi BV didapatkan sebesar
32% di antara wanita Asia di India dan Indonesia. Kelompok usia
terbanyak didapatkan pada kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 74.3%.

C. ETIOLOGI

BV merupakan sindrom klinis akibat pergantian Lactobacillus spp.


penghasil hidrogen peroksidase (H 2O2) dalam vagina normal dengan

bakteri anaerob konsentrasi tinggi, contohnya yaitu Bacteroides spp.,


Mobiluncus spp., Gardnerella vaginalis (G.Vaginalis), dan Mycoplasma
hominis (M.hominis). Hal itu menyebabkan penurunan konsentrasi H 2O2

yang umumnya ditandai dengan produksi duh tubuh vagina yang banyak,
berwarna abu-abu hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis, dan
terdapat peningkatan pH vagina.

D. PATOFISIOLOGI

Pada lingkungan mikrobiologi vagina, secara alami terdapat bakteri


yang berperan sebagai penjaga ekosistem vagina dan mencegah
gangguan dari lingkungan luar yang dapat mempengaruhi lingkungan
vagina. Flora normal vagina ini didominasi oleh laktobasilus yang
menghasilkan hidrogen peroksidase, yaitu Lactobaciluss crispatus,
Lactobasilus acidofilus serta Lactobasilus rhamnosus. Laktobasilus
penghasil hidrogen dapat ditemukan sebesar 96% pada vagina normal
dan hanya 6% pada wanita dengan VB.
Laktobasilus penghasil hidrogen ini juga memiliki kemampuan untuk
menghasilkan asam organik (asam laktat) sehingga menjaga ph vagina
<4,7 dengan menggunakan glikogen pada epitel vagina sebagai substrat,
selain itu laktobasilus juga menghasilkan bakteriosin, suatu protein yang
dapat menghambat spesies bakteri lainnya. Laktobasilus yang tidak
menghasilkan hidogen ditemukan sebesar 4% pada wanita normal dan
sebesar 36% pada wanita dengan VB. VB ditandai dengan hilangnyanya
laktobasilus penghasil hidrogen peroksidase dan pertumbuhan pesat
spesies anaerob. Tidak diketahui secara pasti mana peristiwa yang
mendahului, apakah terdapat faktor yang dapat menyebabkan kematian
laktobasilus sehingga bakteri anaerob ini berkembang secara pesat atau
bakteri anaerob yang sangat banyak jumlahnya menyebabkan
laktobasilus menghilang.
Pertanyaan dasar yang merupakan patogenesis VB ini masih belum
dapat terjawab sampai sekarang. Sejumlah perubahan biokimia juga telah
dijelaskan, epitel vagina normal dilapisi oleh lapisan musin tipis. Pada VB
lapisan pelindung ini digantikan oleh biofilm yang dihasilkan G.vaginalis. β
defensin -1 dan konsentrasi secretory leukosit protease inhibitor juga
berkurang pada VB. Interleukin (IL) 1 α, 1β dan reseptor 1 agonis
meningkat, IL8 ( sitokin leukotaktik primer ) berkurang. Terjadi
peningkatan pada protein 70 kD heat shock, enzim lytic sialidase, matriks
metaloproteinase 8 dan fosfolidase A2, nitrit oksida dan endotoksin juga
ditemukan pada vagina dengan VB. Kesemuanya ini dapat
menghilangkan mekanisme proteksi normal dan meningkatkan terjadinya
proses inflamasi.

Tabel 1.1 Kriteria diagnostik vagintis

Kriteria diagnostik Normal Vaginosis Bakterialis

pH Vagina 3,8-4,2 > 4,5

cairan Vagina Putih, jernih, halus Tipis, homogen, putih,


abu-abu, lengket, sering
kali bertambah banyak

Ujiwhiff - +

Bau Amis - +

Keluhan Utama - Keputihan, bau busuk


(mungkin tambah tidak
enak setelah senggama),
kemungkinan gatal

Pemeriksaan mikroskopik Laktobasili, sel-sel Clue cell dengan bakteri


epitel kokoid yang melekat, tidak
ada leukosit

Diagnosis Banding - Vaginosis trikomonas,


Vulvovaginitis kandida
E. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pemakai AKDR
Amsel dkk, dan Holst dkk menemukan VB lebih sering ditemukan
pada wanita yang menggunakan AKDR dibandingkan yang tidak
menggunakannya (18,8 % vs 5,4% dengan p <0,0001 dan 35 % vs 16 %
dengan p <0,03). Pada studi retrospektif yang dilakukan oleh Avonts dan
kawan –kawan melaporkan BV meningkat diantara pengguna AKDR
dibandingkan kontrasepsi oral hal ini mungkin disebabkan oleh bagian
ekor dari AKDR yang ada pada endoservik atau vagina menyebabkan
lingkungan untuk berkembangnya bakteri anaerob dan G.vaginalis , yang
mungkin memegang peranan dalam terjadinya VB pada wanita yang
menggunakan AKDR.
2.Douching

Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga


hiegene wanita bisa menyebabkan VB. Kebiasaan douching dikatakan
dapat merubah ekologi vagina, penelitian yang dilakukan oleh Onderdonk
dan kawan – kawan menyatakan douches yang mengandung povidon
iodine lebih mepunyai efek penghambatan terhadap laktobasilus vagina
dibandingkan yang mengandung air garam atau asam asetat.

3.Imunosupresi
4.Diabetes melitus
5.Perubahan hormonal (misal : kehamilan)
6.Penggunaan terapi antibiotik spektrum luas
7.Obesitas.

F. GEJALA KLINIS

1.Bau
Bau yang biasanya dideskripsikan sebagai fishy odor yang
disebabkan oleh produksi amin (trimetalamin, putresin dan kadaverin )
oleh bakteri anaerob. Volatilasi amin ini meningkat dengan peningkatan
pH , sehingga pasien sering merasa keluhan ini makin memburuk jika
terjadi peningkatan alkanin, misalnya setelah berhubungan seksual
( karena adanya cairan sperma) atau selama menstruasi.

2.Gatal (pruritus)
3.Keputihan
Berwarna abu-abu
4.Dispareunia
5.Disuria

G. DIAGNOSIS
Kriteria Amsel
Amsel dan kawan –kawan menganjurkan dasar diagnosis VB
berdasarkan adanya paling tidak tiga tanda – tanda berikut : sekret vagina
berwarna putih yang homogen, pH cairan vagina > 4,5. adanya fishy odor
dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% ( whiff test ), serta pada
pemeriksaan mikroskop ditemukan Clue cells
a. Sekret vagina
Sekret vagina pada VB berwarna putih , melekat pada dinding
vagina, jumlahnya meningkat sedikit sampai sedang dibandingkan
wanita normal.

b. Pemeriksaan pH cairan vagina.


pH normal vagina berkisar antara 3,8- 4,1, sedangkan pH pada
pasien VB biasanya 4,7 – 5,5.

c. Malodor vagina ( whiff test ) Malodor pada vagina merupakan


gejala yang paling sering terjadi pada wanita dengan VB, untuk
dapat membantu membantu deteksi malodor bagi klinisi dapat
dilakukan tes Whiff, hasilnya positif jika tercium aroma yang khas
berupa fishy odor setelah ditetesi KOH 10%.
d. Pemeriksaan Clue Cells
Clue cells merupakan sel epitel skuamous vagina yang tertutup
banyak bakteri sehingga memberikan gambaran tepi yang tidak
rata.

H. PENATALAKSANAAN (Plan)
 Non-Farmakologi :
1. Menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina
2. Hindari pemakaian handuk secara bersamaan

3. Hindari pemakaian sabun untuk membersihkan daerah vagina yang


dapat menggeser jumlah flora normal dan dapat merubah kondisi pH
daerah kewanitaan tersebut
4. Jaga berat badan Ideal

 Farmakologi :
Tatalaksana vaginosis bakterialis
- Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari selama 7 hari
- Metronidazol pervagina 2 x sehari selama 5 hari
- Krim klindamisin 2% pervagina 1 x sehari selama 7 hari

I. KOMPLIKASI

Resiko mempermudah mendapat penyakit IMS lain, yaitu gonore,


klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan HIV, Selain itu VB dikatakan
juga dapat menyebabkan infertilitas tuba, dimana dua penelitian yang
dilakukan di Glasgow dan Bristol menemukan rerata infertilitas tuba lebih
tinggi pada pasien VB dibandingkan yang tidak menderita VB.

J. PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya bonam.

K. PENCEGAHAN
Tindakan yang bisa dilakukan untuk pencegahan terjadinya BV
misalnya:
1. Menghindari penggunaan vaginal douching maupun produk higiene
wanita lain, misalnya disinfektan pemberi vagina, pengencang dan
pengering vagina.
2. Membersih bagian luar vagina cukup dengan air sabun.
3. Menggunakan kondom selama hubungan seksual
4. Membersihkan dengan benar alat kontrasepsi setelah pemakaian
(seperti diafragma, cervical caps dan spermicide).

C.Trikomoniasis

Definisi

Trikominiasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh


trichomonas vaginalis. Pada wanita infeksi TV terutama menyebabkan
vaginitis, sedangkan pada pria menyebabkan uretritis. Penyakit ini
ditandai dengan keluarnya duh tubuh vagina pada wanita dan duh tubuh
uretra pada pria.18

Etiologi

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang berbentuk oval dengan


panjang 4-32um dan lebar 2,4-14,4 um, memiliki 5 flagel yng keempat
flagelnya berlokasi di bagian anterior, sedangkan flagel kelima
berinkoporasi dengan membran undulating parasit. 18

Epidemiologi

Prevalensi trikominiasis pada laki-laki dilaporkan sekitar 5-29%.


Prevalensi pria Lebih rendah dibandingkan wanita. Karena infeksi pada
laki-laki sering asimtomatik.18

Patogenesis

T. Vaginalis menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenoital


dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel. Masa
tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat
bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat di
lapisan subepitel yang menjalar sampai dipermiukaan epitel. Di dalam
vagina dan uretyra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman dan
benda lain yang terdapat dalam sekret.

Gejala Trikomoniasis

Jika terjadi pada wanita, trikomoniasis berdampak pada vagina dan


saluran pembuangan urine atau uretra. Sedangkan pada pria,
trikomoniasis menyerang uretra, area penis (misalnya kulup), dan kelenjar
prostat.

Peranan Trichomonas Vaginalis

Perlekatan pada sel-sel epitel saluran urogenital merupakan langkah


penting pada patogenesis. Peristiwa perlekatan tergantung waktu, suhu,
dan pH. Sel permukaan TV

Gejala pada wanita:

- Bagian perut bawah terasa sakit.


- Muncul rasa sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau
berhubungan seksual.
- Keputihan menjadi kental, encer, berbusa, atau berwarna
kekuningan dan kehijauan serta berbau amis.
- Timbul rasa nyeri, bengkak dan gatal di area kewanitaan. Kadang
rasa gatal juga muncul di paha bagian dalam.

Gejala pada pria:

- Frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan disertai
rasa sakit.
- Muncul cairan putih dari penis.
- Muncul rasa sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis.
Rasa sakit ini juga bisa muncul saat buang air kecil atau saat
ejakulasi.

Biasanya, gejala trikomoniasis akan muncul dalam waktu satu bulan sejak
seseorang mulai terinfeksi. Namun, sekitar setengah dari pengidap
trikomoniasis tidak mengalami gejala apa pun.

Diagnosis

Diagnosis trikominiasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan didukung oleh pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis

Infeksi TV pada wanita sering menimbulkan keluhan duh tubuh vagina


yang berwarna hijau kekuningan yang berbuih, berbau, gatal-gatal, terasa
nyeri, dispareunia, dan disuria, sedangkan keluhan pada pria Ialah
keluahan uretritis nin gonokokkus non klamidia. Keluhan uretritis meliputi
duh tubuh uretra, disuria, dan gatal-gatal pada uretra. Duh tubuh uretra
bisa purulen sampai mukoid. Kebanyakan infeksi simtomatik adalah
intermiten dan sembuh tanpa pengobatan.

Pemeriksaan fisik

Pada wanita

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai

1. Tampak duh tubuh vagina yang purulen


2. Eritema pada vulva atau vagina
3. Colpitis muscularis atau strawberry cervix yang tampak berupa lesi
bercak-bercak makula eritema yang difus atau terlokalisir pada
serviks.
4. Nyeri abdomen bagian bawah
Pada laki-laki
Tanda klinis pada laki-laki jarang ditemukan kecualj bila terjadi
komplikasi. Tanda klinis yang tampak berkaitan dengan inflamasi
lokal seperti balanitis dan balanopistitis

Laboratorium

Spesimen klinis yamg repsentatif untuk pemeriksaan laboratorium


meliputi urin, cairan vaginal, endoserviks, cairan semen ,dan
usapan uretra.
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dapat menggunakan preparat basah,
pengecatan gram, giemsa, papanicolau, immunoperoksidase.
Pengecatan dengan pewarnaan papanicolau dapat digunakan
secara rutin untuk mendeteksi TV pada wanita yang asimptomatik.
Sensivitas dan spesifitas dideteksi dengan pewarnaan
papanicolaou dilaporkan 65% dan 95-97%.

Biakan

Biakan merupakan baku emas untuk diagnosis infeksi TV. Biakan


mikroorganisme dilakukan dalam medium diamond.

Pemeriksaan diagnostik cepat (rapid test )

Saat ini tersedia rapid test untuk mendeteksi TV pada wanita


namun belum ada untuk laki-laki. Terdapat 2 jenis pemeriksaan
rapid test yaitu The Affirm Vpill Microbial yang menggunakan probe
oligonukleotida dan The OSOM trichomonas Rapid test yang
merupakan tes strip immunokromatografi.

Nucleic acid amplification test ( NAAT )

Metode NAAT, seperti polymerase chain reaction (PCR) menjadi


alternatif dalam mendiagnosis infeksi TV karena rendahnya
sensivitas preparat basah dan terbatasnya ketersediaan medium
biakan. Pada laki-laki spesimen urin lebih sensitif dibandingkan
usapan uretra.

Penatalaksanaan

Terapi pilihan untuk trikomoniasis adalah obat golongan


nitromidazole ( metronidazole,tinidazole, ornidazole, carnidazole
dan nimorazole). Centre for disease control and preventiob (CDC)
merekomendasikan metronidazole dan tinidazol untuk pengobatan
trikominiasis. Pemberian metronidazol dosis tinggi dan lama akan
meningkatkan risiko efej samping yang meliputi mual, muntah, nyeri
kepala, rash, mulut kering, dan rasa kecap metalik. Efek samping
yang berat dapat terjadi eosonifilia, leukopenia, palpitasi, bingung,
dan neuropati perifer.

Komplikasi

Pada wanita biosa terjadi komplikasi adneksitis, piosalping,


endometritis, erosi serviks, bayi berat badan lahir rendah, dan
infertilitas, sedangkan pada laki-laki bisa terjadi komplikasi uretritis
non-gonokokus, prostatitis,, balanoposthitis, epididymitis, penyakit
struktur uretral, dan infertilitas.

Pencegahan

Pencegahan yang efektif adalah menghindari kontak seksual yang


tidak sehat dan pemakaian kondom secara benar dan konsisten.
Aktivitas seksual dihentikan sementara sampai orang dengan
trikominiasis mendapat pengobatan lengkap dan menjadi
asimtomtik. Reinfeksi dapat dicegah dengan memberikan p-
engobatan yang lengkap pada saat yang sama pada pasangan
seksualnya.
Referensi :

1. Elmia Kursani, H. M. (2015). Faktor-faktor YangMempengaruhi


Terjadinya Flour Albus (Keputihan) Pada Remaja Putridi SMA PGRI
Pekanbaru Tahun 2013. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 1,
31.
2. Babic M, Hukic M. Candida Albicans And Non Alcans Species As
Etiological Agent Of Vaginitis In Pregnant And Non Pregnant Women.
Bosnian Journal Of Basic Medical Sciences. 2010;10(1):89-97 16.
3. Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis yang
Disebabkan Oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik
Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr. Kariadi Semarang. Bagian Obstetri
& Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Diakses
pada 31 Maret 2019:
http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf.

10. Bagaimana pencegahan keputihan ?

1. Menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering

Vagina secara anatomis berada di antara uretra dan anus. Alat


kelamin yang dibersihkan dari belakang ke depan dapat meningkatkan
resiko masuknya bakteri ke dalam vagina. Masuknya kuman ke dalam
vagina menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan.
Cara cebok yang benar adalah dari depan ke belakang sehingga kuman
yang berada di anus tidak dapat masuk ke dalam vagina.

2. Menjaga kebersihan pakaian dalam

Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat perpindahan


kuman dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri, jamur, dan parasit dapat
mati dengan pemanasan sehingga menyetrika pakaian dalam dapat
menghindarkan infeksi kuman melalui pakaian dalam.

3. Tidak bertukar handuk

Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur, dan parasit.


Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila
digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna
handuk tersebut sehingga gunakan handuk untuk satu orang.

4. Menghindari celana ketat

Celana ketat dapat menyebabkan alat kelamin menjadi hangat dan


lembab. Alat kelamin yang lembab dapat meningkatkan kolonisasi dari
bakteri, jamur, dan parasit. Peningkatan kolonisasi dari kuman tersebut
dapat meningkatkan infeksi yang bisa memicu keputihan, maka hindari
memakai celana ketat terlalu lama.

5. Menghindari cuci vagina

Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam vagina.


Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina bersifat
basa sehingga menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik.
Produk cuci vagina yang digunakan harus sesuai dengan pH normal
vagina, yaitu 3,8-4,2 dan sesuai dengan petunjuk dokter.

6. Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin

Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi.


Mencuci tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan
perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi.

7. Sering mengganti pembalut

Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat menghindari


kelembaban.
8. Mengelola stress

Stres dapat meningkatkan hormon adrenalin yang menyebabkan


penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit
menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat sehingga dengan
menghindari stres dapat mengurangi keputihan.

9. Setia pada pasangan

Selalu setia pada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan


kondom untuk mencegah penularan penyakit menular

Referensi : Badaryati, Emi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis Pada Siswi
Slta atauSederajat di KotaBanjarbaruTahun 2012. Depok: FKM UI.
Halaman 10.

11. Perspektif Islam pada Skenario

Keputihan (ifrazat) adalah lendir yang umumnya bening, keluar


dari organ reproduksi wanita, namun bukan madzi dan mani. Baik
karena syahwat maupun ketika aktivitas normal. Baik yang bersifat
normal maupun karena penyakit. Para ulama menjelaskan hukum
keputihan (ifrazat) sebagaimana ruthubah (lendir yang selalu
membasahi organ reproduksi wanita).
Wadi: Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau
setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya
berolahraga berat. Wadi adalah najis berdasarkan kesepakatan
para ulama sehingga dia wajib untuk dicuci. Dia juga merupakan
pembatal wudhu sebagaimana kencing dan madzi.
Madzi: Cairan tipis dan lengket, yang keluar ketika munculnya
syahwat, baik ketika bermesraan dengan wanita, saat pendahuluan
sebelum jima’, atau melihat dan mengkhayal sesuatu yang
mengarah kepada jima’. Keluarnya tidak terpancar dan tubuh tidak
menjadi lelah setelah mengeluarkannya. Terkadang keluarnya tidak
terasa. Dia juga najis berdasarkan kesepakatan para ulama
berdasarkan hadits Ali yang akan datang dimana beliau
memerintahkan untuk mencucinya.
Mani: Cairan tebal yang baunya seperti adonan tepung, keluar
dengan terpancar sehingga terasa keluarnya, keluar ketika jima’
atau ihtilam (mimpi jima’) atau onani (wal ‘iyadzu billah), dan tubuh
akan terasa lelah setelah mengeluarkannya.”

Pertama, keputihan statusnya najis. Ini pendapat Imam as-Syafii


menurut salah satu keterangan, as-Saerozi; ulama madzhab
Syafiiyah, al-Qodhi Abu Ya’la; ulama madzhab hambali, dan
beberapa ulama lainnya.
Kedua, keputihan termasuk cairan suci. Ini pendapat hanafiyah,
pendapat imam as-Syafii menurut keterangan yang lain, al-
Baghawi, ar-Rafii; ulama madzhab Syafiiyah, dan Ibnu Qudamah;
ulama madzhab hambali.
Ibnu Qudamah – ulama madzhab hambali – menjelaskan,

. ‫ذي‬YY‫به الم‬YY‫ أش‬, ‫د‬YY‫ أنه نجس ; ألنه في الفرج ال يخلق منه الول‬, ‫ أحدهما‬: ‫وفي رطوبة فرج المرأة احتماالن‬
, ‫ طهارته ; ألن عائشة كانت تفرك المني من ثوب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وهو من جماع‬: ‫والثاني‬
‫ة‬YY‫ا بنجاس‬YY‫ لحكمن‬, ‫رأة‬YY‫رج الم‬YY‫ة ف‬YY‫ا بنجاس‬YY‫ وألننا لو حكمن‬, ‫ وهو يالقي رطوبة الفرج‬, ‫فإنه ما احتلم نبي قط‬
‫و‬YY‫اع فه‬Y‫ال الجم‬YY‫ه في ح‬YY‫اب من‬Y‫ا أص‬YY‫ م‬: ‫ي‬Y‫ال القاض‬Y‫ وق‬. ‫ فيتنجس برطوبته‬, ‫منيها ; ألنه يخرج من فرجها‬
‫ني دون‬YY‫رج الم‬YY‫تدت خ‬YY‫هوة إذا اش‬YY‫ فإن الش‬, ‫ وال يصح التعليل‬. ‫ وهو نجس‬, ‫نجس ; ألنه ال يسلم من المذي‬
‫ كحال االحتالم‬, ‫المذي‬

“Dalam permasalahan keputihan yang keluar dari organ reproduksi


wanita, ada dua pendapat,
[1] keputihan statusnya najis karena berasal dari kemaluan yang bukan
unsur terciptanya seorang anak. Sebagaimana madzi.

[2] keputihan statusnya suci. Karena ‘Aisyah pernah mengerik mani dari
baju Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bekas jima’. Mengingat tidak
ada seorang nabi pun yang mengalami mimpi basah. Sehingga makna air
mani tersebut adalah cairan yang bercampur dengan cairan basah farji
istri beliau. Karena jika kita menghukumi keputihan sebagai benda najis,
seharusnya kita juga

Anda mungkin juga menyukai