Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus Bangsal

Gangguan Afektif Bipolar Kini


Manik dengan Gejala Psikosis

Pembimbing:
dr. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ

Disusun Oleh:
Margarita Terfina Masneno
11-2017-171

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 16 September 2019 – 19 Oktober 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta-Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus:
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Nama: Margarita Masneno Tanda Tangan


Nim: 112017171

Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Meutia Laksminingrum, SpKJ

Nama Pasien :Ny. NY


Nama Dokter yang merawat : dr.Meutia Laksminingrum, SpKJ
Masuk RS pada tanggal : 13 September 2019
Rujukan/datang sendiri/keluarga :Diantar keluarga pasien

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 28 tahun
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 25 Mei 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : KP. Dangdeur RT 04/ RW 08. Kec Sindangkerta
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Data diperoleh dari :
Autoanamnesis : Rabu, 18 September 2019 pada pukul 11.30 WIB
Alloanamnesis : Sabtu, 20 September 2019 dengan ayah pasien melalui telepon

A. KELUHAN UTAMA :
Pasien marah – marah (agresivitas verbal)

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG :


Paien datang ke IGD RSJ Provinsi Jawa Barat pada tanggal 13 September
2019 dibawa oleh keluarga pasien. Berdasarkan ayah pasien, seminggu SMRS pasien
marah-marah (agresivitas verbal). Kejadian berawal setelah pasien melahirkan dan
merasa sedih ketika mengetahui anaknya cacat (tidak ada jari-jari tangan kiri).
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga mengamuk (agresivitas motorik)
dan berkata-kata kasar pada keluarganya (agresivitas verbal). Pasien juga merasakan
ada yang memegang-mengang tubuhnya setelah melahirkan (halusinasi raba). Pasien
susah tidur karena berpikir tentang anaknya terus (insomnia).
Empat hari SMRS, pasien dikatakan semakin parah, sering berbicara sendiri
(austistic), dan pasien merasa di sukai banyak laki-laki (waham kebesaran). Karena
merasa disukai banyak lelaki pasien sempat takut dengan laki-laki karena dia takut
akan diperkosa (waham kejar). Pasien masih mau mandi sendiri dan masih mau
menyusui anaknya.
Satu hari SMRS, gejala dirasakan keluhan semakin berat, berbicara kasar,
pasien mendengar bisikan dan melihat sosok perempuan dan laki-laki (halusinasi
auditorik dan visual), suara bisikan tersebut mengatakan menjelek-jelekkan
keluarganya sehingga pasien tersebut menjadi semakin marah-marah.
Saat ini pasien pasien masih mendengar bisikan bisikan namun pasien sudah
bisa menguatkan dirinya. Melihat sosok bayangan laki-laki dan perempuan masih ada.
pasien sudah mengatakan perasaanya sudah lebih baikan dari saat pertama ia masuk
dan mengatakan ingin bisa pulang.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama ± 3 tahun yang lalu. Pernah dirawat 1
kali di RSJ Provinsi Jawa Barat dan kontrol rutin, tapi pasien putus obat ± 7 bulan
karena hamil.

2. Riwayat gangguan medik


Pasien sebelumnya dan saat ini tidak ada kelainan medis. Tidak ada riwayat trauma
kepala, kejang, operasi dan patah tulang.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol. Dan tidak menggunakan
obat-obatan terlarang.

4. Riwayat gangguan sebelumnya

Tahun 2016 September Tahun 2019

Pada tahun 2013 pasien pernah di rawat di RSJ Provinsi Jawa Barat dengan
keluhan marah-marah (agresivitas verbal). Kejadian berawal setelah suaminya pergi
dari rumah. Pasien juga sering berbicara sendiri (autistic), mengurung diri dalam
kamar, kadang mudah tersinggung (irritable) dan sulit tidur malam hari karena
kepikiran suaminya (insomnia).
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI :
1. Riwayat perkembangan fisik :
Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Pasien dilahirkan dengan
persalinan normal ditolong bidan. Tidak ada kelainan pada proses tumbuh kembang
dari bayi sampai dewasa. Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, operasi dan patah
tulang.

2. Riwayat perkembangan kepribadian :


a. Masa kanak-kanak : pasien mengalami perkembangan kepribadian seperti
anak seusianya. Mulai dari kanak-kanak mampu aktif bergaul dengan orang
lain di lingkungannya.
b. Masa remaja : pasien aktif bergaul dengan lingkungan sekitar
c. Masa dewasa : pasien mengaku sudah menikah dan memiliki satu
orang anak.

3. Riwayat pendidikan :
Pendidikan pasien sampai lulus Sekolah Dasar. Tidak melanjutkan lagi karena faktor
ekonomi.

4. Riwayat pekerjaan:
Tidak bekerja

5. Kehidupan beragama:
Pasien beragama islam dan pasien mengaku rajin sholat 5 waktu

6. Kehidupan social dan perkawinan:


Pasien sudah menikah dan dikaruniai 1 orang anak

E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak ketiga dari enam bersaudara
Pohon keluarga

Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
Pasien

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG :


Pasien sehari-hari tinggal bersama ayah, ibu dan anaknya. Pasien adalah anak ke-3
dari 6 bersaudara. Orang yang mencari nafkah dalam keluarganya adalah ayah dan
suaminya dimana penghasilannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Pasien masih
mau bersosialisasi dengan tetangga di sekitar rumahnya.

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan:
Pasien seorang perempuan berusia 27 tahun, berpenampilan sesuai usia, postur
tubuh normal, warna kulit sawo matang, memakai jilbab. Pasien berpenampilan
rapi dengan mengenakan kaos seragam RSJ Provinsi Jawa Barat. Pasien tenang,
kontak verbal dan visual pasien cukup baik.

2. Kesadaran:
a. Kesadaran sensorium/neurologik: Compos mentis
b. Kesadaran Psikiatrik: Tidak tampak terganggu

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor:


Cara berjalan : Baik, tanpa bantuan.
Sebelum wawancara : Pasien sedang duduk bersama teman-temannya
Selama wawancara :Pasien tampak tenang, kooperatif, dapat melakukan
tanya jawab.
Sesudah wawancara : Pasien bersalaman lalu mengucapkan terima kasih.

4. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif (pasien mendengarkan dan menjawab


pertanyaan).

5. Pembicaraan:
a. Cara berbicara: Spontan, intonasi jelas, lancar, volume suara normal
b. Gangguan berbicara: Tidak ada gangguan

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)


1. Suasana perasaan (mood) : Hipertim
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : cepat
b. Stabilisasi : stabil
c. Kedalaman : dalam
d. Skala diferensisasi : luas
e. Keserasian : serasi
f. Pengendalian impuls : kuat
g. Ekspresi : wajar
h. Dramatisasi : tidak ada
i. Empati : belum dapat dinilai

C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Ada (halusinasi auditorik, visual, raba, dan rasa)
- Auditorik : Pasien mengatakan bahwa ada suara bisikan-bisikan yang
mengatakan pasien untuk menjelekkan keluarga.
- Visual : pasien mengatakan bahwa melihat bayangan laki-laki dan
perempuan.
- Raba : pasien mengatakan bahwa tubuhnya dipegang-pegang setelah
melahirkan anaknya

b. Ilusi : Tidak ada


c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF ( FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : Tamat SD
2. Pengetahuan umum : Cukup (mengetahui nama presiden)
3. Kecerdasan : Baik
4. Konsentrasi : Baik ( pasien fokus saat diajak bicara)
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (pasien mengetahui waktu wawancara siang hari)
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui berada di RSJ Prov Jawa Barat)
c. Orang : Baik (pasien tahu pemeriksa adalah dokter)
d. Situasi :Baik (pasien dapat menyesuaikan diri dengan aktifitas di
ruangan )

6. Daya ingat
a. Tingkat
 Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengetahui umurnya dengan tepat
dan menceritakan masa remajanya sebelum mengalami gangguan)
 Jangka pendek : Baik (pasien dapat menceritakan makan apa untuk
sarapan)
 Segera : Baik (pasien dapat menyebutkan kembali benda yang
di sebut diawal percakapan)
b. Gangguan : Tidak ditemukan adanya gangguan.

7. Pikiran abstraktif
Persamaan : Baik (dapat memberitahukan persamaan pulpen dan pensil)
Perbedaan : Baik (pasien dapat membedakan pulpen dan pensil)
8. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambarkan arah jarum jam dengan tepat)
9. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (mampu mandi, BAB dan BAK sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
 Produktifitas : pasien berbicara spontan dan menjawab ketika
diajukan.
 Kontinuitas : Pasien berpikir cepat, berbicara secara spontan dan
relevan.
 Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
 Preokupasi dalam pikiran : Ingin pulang
 Waham : Ada ( Pasien merassa banyak di sukai banyak
laki-laki) → Waham kebesaran.
 Obsesi : Tidak ditemukan
 Fobia : tidak ditemukan
 Gagasan rujukan : Tidak ditemukan
 Gagasan pengaruh : Tidak ditemukan
 Idea of suicide : Tidak ditemukan

F. PENGENDALIAN IMPULS
Kuat (karena pasien bisa mengendalikan agresivitas dan halusinasi)

G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : Baik (pasien mengatakan tidak baik marah-marah terhadap
orang lain)

b. Uji daya nilai : Baik (pasien mengatakan kalau melihat dompet jatuh
tergantung hati nurani, kalau baik seharusnya dompet diambil dan diberikan ke
kantor polisi terdekat atau langsung mengembalikan ke si pemilik dompet)

c. Daya nilai realitas : Terganggu (halusinasi auditorik)

H. TILIKAN :
Tilikan derajat 4 : Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sekitarnya.
I. RELIABILITAS : (Reality Testing Ability)/ RTA
Baik

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tensi : 110/80 mmHg
4. Nadi : 84x/menit
5. Suhu badan : 36,0°C
6. Frekuensi pernafasan : 18x/menit
7. Bentuk tubuh : Normal
8. Sistem kardiovaskuler : BJ I & II murni regular, murmur (-), gallop (-)
9. Sistem respiratorius : Suara napas vesikuler +/+. Wheezing (-)
10. Sistem gastro-intestinal : Bising usus (+)
11. Sistem musculo-sceletal : Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Sistem urogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status internus tidak ditemukan kelainan

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Tidak dilakukan
2. Gejala rangsangan meningeal : Tidak ada
3. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
4. Pupil : Isokor
5. Ofthalmoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Motorik : normotoni, normotrofi
7. Kekuatan motoric : Tidak dilakukan
8. Sensibilitas : Tidak dilakukan
9. Sistim saraf vegetative : Tidak dilakukan
10. Fungsi luhur : Fungsi bahasa baik
11. Fungsi memori (ingatan) : Baik
12. Fungsi orientasi : Baik
13. Gangguan khusus : Tidak ada gangguan
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan status neurologik dalam batas normal.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan:
 Fungsi hati: SGOT, SGPT
 Fungsi ginjal: ureum dan kreatinin
.
VI. IKTHISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang perempuan berusia 27 tahun, beragama Islam, sudah menikah,
pendidikan terakhir SD. Pasien adalah anak ketiga dari enam bersaudara. pasien
sempat marah-marah (agresivitas verbal), mengamuk (agresivitas motorik). Pasien
mengaku sering mendengar suara bisikan (halusinasi auditorik) dan melihat
bayangan laki-laki dan permepuan (halusinasi visual), pasien susah tidur malam hari
(insomnia), pasien merasa di sukai oleh banyak pria (waham kebesaran). Pada saat
pemeriksaan psikiatri didapatkan moodnya hipertim. Pasien menyadari sedang sakit
(Tilikan 4).

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna
dengan urutan untuk evaluasi multiaksial, sebagai berikut:
Aksis I:
Berdasarkan iktisar penemuan bermakna, pasien pada kasus ini dapat dinyatakan
mengalami gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
(F31.2) atas dasar diagnosis:
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan :
 Sering bicara sendiri (autistik)
 Sering marah-marah dan mengamuk (agresivitas verbal dan motrik)
 Mendengar bisikan dan melihat bayangan (halusinasi audotik dan visual)
 Pasien merasa di sukai oleh banyak pria (waham kebesaran)

1. Gangguan kejiwaan karena pernah adanya :


Gejala kejiwaan berupa: adanya gejala psikotik seperti waham dan halusinasi
2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik/GMNO, karena
 Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik
 Tidak tampak ada retardasi mental
 Tidak ada riwayat trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi

3. Termasuk gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
(F31.2)

 Episode sekarang harus memenuhi episode mania dengan gejala psikotik


(F30.2), yaitu adanya gagasan kebesaran yang berubah menjadi waham
kebesaran.
 Disertai dengan gejala tambahan lainnya : kepercayaan diri yang
meningkat (merasa diri cantik), kebutuhan tidur yang menurun, aktivitas
seksual yang meningkat, aktivitas membeli barang secara berlebihan,
tidak berhati-hati dalam hubungan seksual, logorhea.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lainnya (hipomanik,
manik, depresif, campuran) di masa lampau, yaitu pasien pernah
mengalama depresi berat (idea of suicide).
Yang didapat : halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi raba,
halusinasi rasa, dan waham kebesaran

Pada pasien didapatkan sakit dengan gejala halusinasi auditorik dan


visual, waham kebesaran, autistik, agresivitas verbal dan motorik. Pada pasien
ini memenuhi kriteria diagnosa Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik
dengan Gejala Psikotik.
Working Diagnosis menurut PPDGJ III: Gangguan psikotik ini termasuk
dalam Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala Psikotik
(F31.2) karena:
 Pasien memiliki halusinasi berupa halusinasi visual, auditorik, raba,
dan rasa yaitu melihat sosok bayangan perempan dan laki-laki,
mendengar bisikan, merasa ada yang meraba dirinya, dan merasakan
asin dimulut padahal tidak ada apa-apa.
 Pasien juga memiliki gejala waham kebesaran
 Pasien memiliki gejala psikotik dan gejala afektif
 Tetapi pasien ini mengalami gejala autistik lebih dahulu, baru
kemudian diikuti dan gejala afektif, sedangkan gangguan afektif tipe
manik gejala psikotik dan gejala afektif muncul secara bersamaan
dalam 1 episode yang sama, sehingga dapat mematahkan gangguan
skizoafektif tipe manik.

Diagnosa banding: skizoafektif tipe manik (F25.0), karena:


 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik
 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek baik
yang tak begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak.
 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenia yang khas ( sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.- pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)

Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental


Aksis III : P1A0 post partum spontan dengan anak lahir suspect syndrom amelia
Aksis IV : Anak lahir cacat dan putus obat
Aksis V : Global Assessment of Functioning (GAF) Scale 60-51 yaitu gejala
sedang dengan disertai disabilitasi yang sedang

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : (F31.2) Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan
gejala psikotik; DD: skizoafektif tipe manik (F25.0)
Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : P2A0 post partum spontan dengan anak lahir suspect syndrom amelia
Aksis IV : Anak lahir cacat dan putus obat
Aksis V : GAF 60-51 gejala sedang, disabilitas sedang
IX. PROGNOSIS
1. Faktor yang mempengaruhi prognosis :
Baik Buruk
Tidak ada riwayat keluarga dengan ciri Onset perlahan-lahan (insidious)
yang sama
Faktor prespitasi tidak jelas Menikah
Gejala positif menonjol Tilikan pasien buruk

2. Kesimpulan prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

X. DAFTAR PROBLEM
 Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik
 Psikologi/psikiatrik: Gangguan mood manik, halusinasi auditorik, agresivitas
verbal
 Sosial/keluarga : Anak lahir cacat dan putus obat

XI. TERAPI
1. Psikofarmaka
R/ Haloperidol 5 mg tab No.XV
S 1-0-1
----------------------------------------------

R/ Depakote tab 250 mg No. X


S 0-0-1
----------------------------------------------
Pro: Ny. N
Umur: 27 tahun
2. Non Psikofarmaka
 Memberikan dukungan kepada pasien dan membantu pasien dalam memahami
dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai
penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin
timbul selama pengobatan, serta motivasi pasien supaya minum obat secara
teratur.
 Menyakinkan pasien bahwa gejala-gejala akan berkurang dengan minum obat
yang teratur.
 Bantu pasien untuk mengenali pikiran-pikiran dan mengatasi dengan cara
mengalihkan pikiran tesebut dengan aktivitas.
XII. LAMPIRAN
Wawanvara – 18 September 2019 pukul 10.30 WIB di bangsal Merpati.

Dokter Pasien Temuan

D: Selamat pagi ibu, P: Boleh


perkenalkan saya dokter
muda nama saya Itha, Saya
mau ngobrol-ngobrol
sebentar boleh ?

D: Nama ibu siapa ? P: Nurwanti

D: Ibu sudah makan ? P: Sudah dok.

D: Makan dengan apa buk? P: Nasi, sayur, tahu, ayam

D: Ibu Nurwanti bagaimana P: Senang dok. Saya sudah lebih baik


perasaan sekarang? dari kemarin.

D: Ibu umurnya sekarang P: 27 tahun


berapa ?

D: Tempat tanggal lahir ? P: Bandung, 25 mei 1992

D: Ibu sudah menikah ? P: Sudah dok. Saya sudah punya anak


1. Baru melahirkan 1 minggu yang
lalu.

D: Anaknya cewek atau P: Anak saya cewek dok


cowok buk?
D: : Ibu, saya akan sebutkan P: Iya
tiga benda (kursi, meja dan
buku) nanti saya Tanya lagi
ya ?

D: Di rumah ibu tinggal P: Sama keluarga. Orangtua, suami,


dengan siapa ? anak.

D: Ibu nurwanti berapa P: Enam dok. Saya anak ketiga.


bersaudara?

D: Tahu gak sekarang ibu P: Di RSJ Prov Barat


dimana ?

D: Ibu dibawa siapa kesini ? P: Dibawah sama ayah saya dok.

D: Kenapa dibawa kesini ?? P: Saya marah-marah dok. Tapi


sekarang saya sudah sehat dok. Saya
ingin pulang. Kasihan anak saya juga
ingin kasih sayang dari seorang ibu.

D: Ibu pernah dengar ada P: Pernah dok. Saya dengar suara Halusinasi auditorik
suara bisikan padahal gak ada banyak orang.
orangnya ?

D: Suaranya laki-laki atau P: Dua-duanya dok. Halusinasi auditorik


perempuan ?

D: Suaranya ngomong apa P: menjelek-jelekkan keluarga saya. Halusinasi auditorik


buk ? Tapi sekarang saya sudah bisa
mengabaikan suaranya dok. Kalau ada
suara bisikan saya tutup mata dan saya
berusaha mengabaikan.

D: Ibu lihat ada bayangan P: Saya melihat bayangan wanita dan Halusinasi auditorik
waktu ngomong gak ? Seperti laki-laki
apa ?

D:Bisikannya dengar P: Di telinga dan hati. Saya gak kenal Halusinasi auditorik
dimana? Ibu kenal gak sama suaranya.
suaranya ?

D: Ada perasaan seperti P: dulu sempet pernah setelah Halusinasi raba


diraba-raba begitu tidak melahirkan ada yang meraba-raba gitu
tubuhnya? cuman tidak ada orangnya

D: ada perasaan seperti P: pernah saya seperti merasa asin Halusinasi


merasakan sesuatu rasa aneh dimulut kecap/rasa
dimulut padahal tidak
makan?

D: Ibu dengan keluarga P: Baik


hubungannya bagaimana ?

D: Perasaan ibu saat ini P: Saya sudah baikan. Lebih senang


bagaimana? sekarang pokoknya. Saya sudah bisa
mengendalikan bisikan-bisikan.

D: Ibu pernah dirawat disini ? P: Pernah. Tahun 2016

D: Kenapa ibu dirawat? P: saya ngamuk-ngamuk juga

D: Ibu pernah merasa ingin P: Tidak Idea of suicide (-)


mati?

D: Ibu pernah ada perasaan P: Tidak


ingin bunuh orang?

D: Ibu ini sekarang siang atau P: siang dok.


malam ?

D: Selama disini pernah P: iya pernah. Biasanya ayah atau


dijenguk keluarga? suami yang datang jenguk

D: Ibu bisa menamai tiga P: Buku, meja kursi


benda yang saya sebut diawal
?

D: Baik ibu terima kasih P: Iya sama-sama dok.


sudah mau ngobrol sama
saya.
Follow Up 19 September 2019 Jam 11.00 WIB

Dokter Pasien Temuan

D: Selamat pagi ibu P: Iya masih dok.


Nurwanti, masih ingat saya
gak ?

D: Gimana perasaan hari ini P: Saya senang. Sudah lebih


buk? baikan dari kemarin.

D: Hari ini sudah minum P: Sudah dok


obat ?

D: Ibu ngobrol gak sama P: ngobrol dok.


orang-orang di sini ?

D: Ibu masih dengar suara P: Masih. Tapi sekarang


bisikan ? sudah jarang. Saya juga
sudah bias mengendalikan.

D: Berapa orang buk? P: Banyak dok

D: Suara Cewek atau cowok P: Dua-duanya. Kadang


buk? cewek, kadang cowok.

D: Suaranya ngomong apa ? P: menjelek-jelekkan


keluarga saya dok.

D: Ibu masih lihat bayangan P: Sudah jarang


gak ?
D: Semalam tidurnya P: nyenyak dok.
nyenyak gak ?

D: Baik buk, hari ini sudah P: Iya dok


dulu ngobrolnya ya. Besok
ngobrol-ngobrol lagi.
Makasih ya buk.

Anda mungkin juga menyukai