I. Lukito
KARAKTERISTIK INDUSTRI PENERBANGAN
Add caption
KARAKTERISTIK INDUSTRI
A. KATEGORI BANDAR UDARA
Kategori bandar udara atau sistem bandar udara nasional ditentukan menurut kebijakan setiap
negara. Kebijakan ini dipengaruhi antara lain oleh kondisi dan konstelasi geografi negara
tersebut, demografi, serta sistem ekonomi dan politiknya. Berikut ini diuraikan kategori bandar
udara di Amerika Serikat, Inggris, dan Indonesia; menurut fungsinya. Sistem Bandar Udara
Nasional Amerika Serikat (disarikan dari Alexander T. Wells & Seth B. Young, 2004: 12-19)
f) Local Airports
Bandar udara ini memberi layanan tingkat tiga, yaitu untuk layanan penumpang berjadwal yang
diangkut dengan pesawat udara bertempat duduk paling banyak 25, kemudian jasa boga secara
pribadi bagi kebutuhan setempat, berkonsentrasi pada penerbangan umum (general aviation)
dengan beberapa layanan federal (pemerintahan) dan beberapa penerbangan borongan .
Penanganan di Darat
Layanan dan fasilitas ini berkaiatan langsung dengan pesawat udara yang mencakup
pembersihan, bongkar-muat bagasi atau kargo, dan pengisian bahan bakar dan pemeriksaan
teknis. Adapun kegiatan penanganan lainnya yaitu yang lebih banyak berkaitan dengan lalu-
lintas dan mencakup berbagai tingkatan proses layanan penumpang, bagasi atau kargo menuju
terminal tertentu dan sampai di pesawat udara
Kegiatan Komersial
Pada kebanyakan fasilitas komersial bandar udara terdapat konsesi-konsesi yang spesialis dalam
jenis usaha masing-masing. Dari pemegang konsesi, penguasa bandar udara menghimpun dana
konsesi dan sewa, tetapi sangat jarang penyelenggaraan bandar udara yang langsung terlibat
dalam menjalankan usaha-usaha komersial. Tampaknya, hanya dalam penyelenggaraan parkir
kendaraan banyak penguasa bandar udara melakukan kegiatan komersial.
Kepemilikan dan Pengelolaan
Kepemilikan
Menurut Rigas Doganis (1992: 11-14) terdapat empat model kepemilikan bandar udara:
1) milik negara dengan pengendalian langsung oleh pemerintah (pusat atau daerah);
2) milik negara melalui penguasa bandar udara yang bekerja secara otonom;
3) milik campuran (negara dan swasta), yang dalam pelaksanaannya terpisah menurut sektor
yang dikelola (misalnya, swasta memiliki dan mengelola terminal sedangkan sisi udara
milik negara dan dioperasikan negara);
4) milik swasta, yang sangat dibatasi, baik dalam jumlah maupun cakupan fungsinya, pada
umumnya hanya berupa sisi udara kecil dan biasanya untuk penerbangan umum (general
aviation) atau aeroclub.
a. Pelaksana Kegiatan
i. Fungsi Pemerintah
Fungsi pemerintahan, mencakup keamanan, kenyamanan, dan keselamatan penerbangan;
bea cukai, imigrasi, dan karantina; keamanan dan ketertiban bandar udara.
ii. Pengoperasian bandar udara, ialah unit Pelaksana Teknis/Satuan kerja bandar udara pada
bandar udara umum oleh pemerintah atau satuan pelaksana Badan Usaha Kebandarudaraan.
iii. Kegiatan lain di bandar udara dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia (perusahaan
penerbangan, konsesioner, pengusaha)
b. Persaingan
Jenis dan tingkat layanan yang ditawarkan oleh suatu bandar udara juga berperan dalam
meningkatkan daya saing. Diuraikan beberapa kasus yang menggambarkan suasana persaingan
tersebut (Richard de Neufvill, 1976: 59-79).
Pemegang sertifikat harus memenuhi hal-hal di bawah ini (Norman Ashford et all, 1984:
111)
1. Kawasan operasi bandar udara (dalam bandar udara) dan daerah sekitarnya dalam keadaan
aman (safe)
2. Fasilitas bandar udara berkesuaian dengan jenis operasi yang sedang berlangsung
3. Para manajemen dan staf kunci bandar udara sangat berkompeten dan berkualifikasi tinggi
dalam aspek keselamatan penerbangan pesawat udara
Pembatasan Operasi
1. Batas Pengelihatan
Batas pengelihatan ditentukan oleh kondisi cuaca dan pengaruh kepadatan lalu-lintas
Landas pacu digolongkan menurut kemampuannya menangani pesawat udara dalam batas
penglihatan :
ILS (instrument landing system) dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu
Category I
- A minimal height of resolution at 200 ft (60,96 m), dimana decision height
menunjukkan ketinggian pilot harus mengambil keputusan meneruskan
pendaratan berdasarkan visual contact terhadap runway . Jika dirasakannya
tidak positif secara visual pendaratan maka pilot akan abort dan bisa
mengulangi pendaratannya.
- Minimum Runway Visibility minimum 1800 ft (548,64 m)
- Pesawat dilengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan secara IFR (Instrument
Flight Rules) dan marker beacon receiver.
Category II
- A minimal decision height at 100 ft (30,48 m)
- Minimum Runway visibility 1200 ft (365,76 m)
- Pesawat dilengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan secara IFR(Instrument
Flight Rules) , marker beacon receiver, autopilot link, a raindrops remover
dan juga sistim untuk automatic draught control of the engine.
- Komposisi crew harus two pilots.
Category III A
- A minimal decision height lower than 100 ft (30,48 m)
- Minimum ruway visibility m 700 ft (213,36 m)
- Pesawat dilengkapi autopilot dengan passive malfunction monitor or HUD
(Head-up display).
Category III B
2. A minimal decision height lower than 50 ft (15,24 m)
3. Minimum runway visibility 150 ft (45,72 m)
4. Dilengkapi peralatan untuk perubahan dari rolling speed to travel speed.
Category III C
- Zero visibility
5. Dampak Angin dari samping
Menurut ICAO pada Annex 14, arah landas pacu dirancang agar paling sedikit dapat beroperasi
pada tingkat 95 persen pada saat angin dari samping berkecepatan 20 knots (37 km/jam) untuk
landasan berkategori A dan B, 15 knots (27 km/jam) untuk landasan berkategori C, dan 10 knots
(18.5 km/jam) untuk landasan berkategori D dan E
Landasan cat A & B, landasan tersebut menimbulkan kondisi cross wind 20 knot ( 37 km/jam)
Landasan cat C , landasan tersebut menimbulkan kondisi cross wind 15 knot (27 km/jam)
Landasan cat D & E , landasan tersebut menimbulkan kondisi cross wind 10 knot (18,5 km.jam)
Bandar udara memiliki runway dengan runway azimuth 11/29 . Terdapat tendensi angin dengan
rata rata data arah dan kecepatan angin 325deg/27 knot.
Maka landasan pada bandara tersebut masuk dalam kategori…
Bandar udara memiliki runway dengan runway azimuth 09/27 . Terdapat tendensi angin dengan
data sebagai berikut
2300 020/05kt cross wind = 5 x cos 20 = 4,69 knot runway cat D/E
0000 030/15kt cross wind = 15 x cos 30 = 12,99 knot runway cat C
0100 015/25kt cross wind = 25 x cos 15 = 24,1 knot runway cat A/B
0200 030/35kt cross wind = 35 x cos 30 = 30,31 knot runway cat A/B
0300 005/27kt cross wind = 27 x cos 05 = 26.9 knot runway cat A
0400 350/25kt cross wind = 25 x cos 10 = 25 x sin 80 = 24,7 knot runway cat A/B
0500 175/26kt cross wind = 26 x cos 5 = 26 x sin 85 = 25,9 knot runway cat A/B
0600 195/15kt cross wind = 15 x cos 15 = 15 x sin 75 = 14,4 knot runway cat C
Bandara tersebut tergolongkan dalam runway cat ….
Pada jam berapakah pesawat mengalami max critical cross wind ?
Bandara Eltari KOE RW 07/… VOR DME Approach guidance RW-07
Wind data
2200z 280/24kt
2300z 330/26kt
0000z 045/17kt
0100z 090/27kt
0200z 110/17kt
Tentukan potensi hazard yang disebabkan oleh keberapadaan angina (presented wind)
Bandara KOE = El Tari Arport
Runway Azimuth 07 artinya 070 deg
Maka sisi runway azimuth lainnya adalah 070 + 180 = 250
Sehingga RW Eltari 07/25 360/000
north
070 deg
280
South
180
Nilai PCN harus lebih besar dari ACN dalam pengertian bahwa kekuatan kekerasan
permukaan landasan pada bandara harus mampu menahan besar kekuatan tumpu yang
dihasilkan oleh pesawat
Pesawat Boeing B707 320C (freigther) akan mendarat di bandara dengan kekuatan
PCN 38 R/B/X/T
Berapa berat maksimum pesawat B707 320C (freighter) agar bisa mendarat di bandara tersebut
Max take off mass =
Max Take off mass = 152.407 kg
Actual mass = n = 122.984 kg
Terjadi penurunan kemampuan takeoff sebesar = 152.407 kg – 122.984 kg = 29.423 kg
Sehingga performa peaswat saat take off berkurang
= (29.243/152407) x 100% = 19,2%
Performa takeoff pesawat juga dipengarui oleh kondisi field yang ada di bandara
Antara lain
1. Runway length
2. Runway slope
3. Runway elevation
4. Pavement runway
5. Wind in the airport area
6. Air temperature in the airport (OAT)
7. Obstacle runway
Contoh
Pesawat B-737/800 NG akan melakukan takeoff di bnadara dengan data bandara sebagai berikut
RW azuimuth 28/….
Airpport elevation 820 meter
OAT 27 deg
Panjang runway 2450 meter
QFE RW 28 986 mbar
QFE RW lainnya 983 mbar
Terdapat obstacle berupa bukit setinggi 4200 feet sejauh 16 km dri end of RW 28
QNH 1010 mbar
Angin dari arah 290/25 knot
290
986 mbar
983 mbar
PCN 38/F/B/X/T
Maximum takeoff mas 79243 kg
Empty mass 43459 kg
ACN max 43
ACN empty 23
PCN = ACN = ACNmax – ((Max T/O mass- actual mass)/(Max T/O mass-Empty mass))x
(ACNmax-ACNempty)
((79243-n)/(79243-43459))x (20) = 5
(79243-n) x 20 = 5 x (79243-43459)
(79243-n) x 20 = 5 x (35784)
(79243-n) x 20 = 178920
79243-n = 178920/20
79243-n = 8946
n = 79243 – 8946
= 70297 kg
Pesawat tersebut bisa maximum takeoff dengan batasan runway strength sebesar 70297 kg
Sehingga didapatkan Maximum takeoff yang dibatasi oleh runway field length sebesar
77800 kg
Takeoff weight yang dibatasi oleh climb limit = 75.000 kg
Takeoff weight dibatasi oleh obstacle limit 68.000 kg
8. Kawasan operasional
Mencakup permukaan yang diperkeras di bandar udara yang dilalui pesawat udara yaitu landas
pacu, landas penghubung, landas parkir; namun dalam hal ini hanya landas pacu sebagai fasilitas
utama yang menentukan batas operasi bandar udara yang bebas dari batasan maximum take off
weight.
1. Bebas Zat Pencemar (Countaminants)
Mutu permukaan landas pacu terancam oleh keausan landasan (normal wear), uap air, serta zat
pencemar seperti salju, es, genangan air, lumpur, debu, minyak, dan potongan-potongan karet.
Layanan Khusus
1. Penanganan bahan bakar pesawat udara tergolong kegiatan berbahaya bagi keselamatan
penerbangan.
2. Penyelamatan pesawat udara dalam kecelakaan penerbangan dan pemadaman api dalam
kebakaran, juga menghadapi risiko yang memerlukan upaya untuk menghindari bahayanya.
3. Bagi kawasan penerbangan yang memiliki musim dingin, bandar udara dilengkapi peralatan
deicing menggunakan cairan yang berbahaya (deicing fluid)