Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN FLOUR ALBUS

Disusun Oleh :

SANTI WIDIYANTI RAMADANI S.KEP


2008076

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPUTIHAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Keputihan adalah semacam Silim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih
seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Silim atau lendir ini tidak
terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Handayani, 2018).
Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ
reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah
keputihan yang tidak normal (Blankast, 2018).
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal dan
keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang
dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan
kelamin) (Manuaba, 2019).
2. Etiologi
Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di
sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa warnanya putih susu, kental, berbau agak
keras, disertai rasa gatal pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi
kemerahan dan meradang. Biasanya terjadi pada saat kehamilan, penyakit kencing
manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi
yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan
tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan seks ditularkan lewat
hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, atau bibir
kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan
dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang
vagina nyeri bila ditekan.
Bakteri
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial vaginosis. Infeksi ini
menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih,
dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit
kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud
Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti
condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang
sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil.
Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka
melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa
panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.
3. Manifestasi Klinis
a. Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari saluran
vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang berbusa. Mungkin
gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.
b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya
keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dalam
dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah.
Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal
dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar.
c. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari dari
vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang dihasilkan oleh
plasenta atau uri.
d. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum masa pubertas.
Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
4. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis.
Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam vagina
sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu. Flora
normal didalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan
yang optimal. PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu.
Misalnya karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang
lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain
itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-
kuman lain dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang
akhirnya menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan
ketidaknyamanan

5. Pathways

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
b. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
c. Sitologi vagina
d. Kultur sekret vagina
e. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
f. Ultrasonografi (USG) abdomen
g. Vaginoskopi
h. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
i. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
j. Pemeriksaan PH vagina.
k. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH10%
l. Pulasan dengan pewarnaan gram .
m. Pap smear.
n. Biopsi.
o. Test biru metilen.
7. Komplikasi
- Penyebaran infeksi ke daerah organ kewanitaan lain
Sebut saja infeksi mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi belum
diatasi, maka infeksi dapat menyebar ke mulut rahim dan menyebabkan radang
mulut rahim sehingga menimbulkan komplikasi keputihan.
- Infertilitas
Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi berlanjut lagi ke rahim,
saluran telur atau mencapai indung telur hingga menimbulkan kemungkinan
terjadinya infertilitas.
- Gagal ginjal
Pada kasus rembetan infeksi yang agak ekstreme, infeksi dapat menyebar ke ginjal
hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi gagal ginjal.
- Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease [PID])
Pada trikomoniasis dan klamidia, sering kali tejadi perluasan infeksi ke daerah
panggul. Perluasan infeksi ini dikenal dengan nama
penyakit radang panggul (PID). PID dapat menyebabkan kerusakan pada indung
telur, saluran telur, dan struktur organ reproduksi lainnya. Kerusakan ini dapat
mengakibatkan terjadinya nyeri panggul kronis, kehamilan ektopik, hingga
infertilitas.
- Sepsis
Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi seluruh tubuh apabila
kuman berhasil masuk hingga sistem peredaran darah atau kelenjar getah bening.
- Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan suami atau
pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi penularan infeksi kepada
pasangannya.
- Depresi dan masalah seksual
Karena keputihan akibat infeksi biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada
daerah kewanitaan, beberapa perempuan akan merasa malu, menyalahkan diri
sendiri dan berujung pada depresi. Masalah seksual juga dapat terjadi akibat depresi
maupun hilangnya minat pasangan akibat adanya keputihan maupun bau tidak sedap
yang biasa menyertai adanya keputihan ini.
Oleh karena itu, setiap keputihan patologis hendaknya diobati hingga tuntas sebagai
bentuk pencegahan keputihan dan dengan mengenali gejala keputihan, perluasan
infeksi dapat dihindari.
8. Penatalaksanaan
a. Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim
yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah
muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
b. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan
dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan
flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk
mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral
(tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.
c. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
d. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
e. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
f. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
g. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
h. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
i. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
j. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.

k. Tujuan pengobatan
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
Candida albicans
a. Topikal
1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
b. Sistemik
1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal
4. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
5. Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Chlamidia trachomatis
a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
Gardnerella vaginalis
a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
d. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
Neisseria gonorhoeae
a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im
c. Ampisiillin 3,5 gram im atau
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
a. Seftriaxon 250 mg im atau
b. Spektinomisin 2 mg im atau
c. Ciprofloksasin 500 mg oral
Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
a. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
b. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
c. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Subjektif
Identitas
Keluhan Utama :
Riwayat Perkawinan
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kehamilan, Persalianan dan Nifas Yang Lalu
Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Riwayat kesehatan
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Keadaan Psiko Sosial Spritual
b. Pengkajian Objektif
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dalam/ Ginekologis :
Pemeriksaan penunjang :
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
Definisi : Keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya.
Batasan karakteristik
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2 : Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual


Definisi : Kondisi ketika individu mengalami perubahan fungsi
seksual selama fase respons gairah seksual, rangsang seksual,
dan/atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak
ada penghargaan, atau tidak adekuat
Batasan karakteristik
Subjektif
a. Perubahan dalam penerimaan kepuasan seksual
b. Perubahan minat terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Ketidakmampuan untuk mencapai kepuasan yang diharapkan
d. Persepsi perubahan rangsang seksual
e. Persepsi defisiensi gairah seksual
f. Persepsi keterbatasan akibat penyakit atau terapi
g. Menyatakan masalah
Objektif
a. Pembatasan actual akibat penyakit atau terapi
b. Perubahan dalam pencapaian persepsi peran seks
c. Mencari penegasan tentang kemampuan respons gairah seksual
Faktor yang berhubungan :
- Ketiadaan model peran atau model peran tidak berpengaruh
- Perubahan struktur atau fungsi tubuh (misalnya, kehamilan, baru
melahirkan, obat-obatan, pembedahan, anomaly, proses penyakit, trauma,
dan radiasi)
- Perubahan biopsikososial seksualitas
- Kurang privasi
- Kurangnya orang terdekat
- Salah informasi atau kurang pengetahuan
- Penganiayaan fisik
- Penganiayaan psikososial (misalnya, hubungan yang menyakitkan)

Diagnosa 3 : Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai


penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topic spesifik
Batasan karakteristik
- Memverbalisasikan adanya masalah
- Ketidakakuratan mengikuti instruksi
- Perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan
- Keterbatasan kognitif
- Interpretasi terhadap informasi yang salah
- Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
- Tidak mengetahui sumber-sumber informasi
3. Intervensinya
Diagnosa 1 : Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
Tujuan : Menghilangknagkan rasa tidak nyaman
Kriteria hasil : Memperhatikan bahwa nyeri ini ada mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat
mengidentifikasi dan menurunan sumber-sumber nyeri
Intervensi Keperawatan dan rasional
a. Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal
b. Meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
c. Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien
d. Berikan privasi selama prosedur tindakan
Diagnosa 2 : Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
Tujuan : Akan membuat hasrat seksual menjadi menurun
Kriteria hasil : Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual,
mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual.
Melaporkan keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.
Intervensi Keperawatan dan rasional
a. Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan seksual
masalah seksual
b. Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual
c. Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual

Diagnosa 3 : Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai


penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Tujuan :
a. Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pengetahuan pasien
tentang penyakitnya bertambah
b. Melaksanakan therapi untuk menurunkan episode berulang
c. mencegah komplikasi
Kriteria hasil : Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang
benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama perawatan
dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor resiko yang
berkaitan dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang
tepat.
Intervensi Keperawatan dan rasional
a. Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia
b. Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi
c. Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-
resiko pada kekuatan penularan dari infeksi
d. Terafi antimikroba sesuai order dokter
DAFTAR PUSTAKA

Smetlzher, C. Suzanne. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12.
Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Handayani, Tri Asih. (2018). Memberantas dan mengobati keputihan,


http://sangwanita.blogspot.com. Di akses 14 Juni 2016

Carpenito, L. J. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan. Edisi 13. Jakarta : EGC
Wulan, S. (2019). PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN SIRIH MERAH
TERHADAP KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA REMAJA PUTRI. Jurnal
Penelitian Kebidanan & Kespro, 1(2), 19-22.

Baety, D. N., Riyanti, E., & Astutiningrum, D. (2019). Efektifitas Air Rebusan Daun
Sirih Hijau dalam Mengatasi Keputihan Kelas XI SMA Muhammadiyah 1
Gombong. Proceeding of The URECOL, 48-58.

Anda mungkin juga menyukai