Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPUTIHAN
5. Pathways
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
b. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
c. Sitologi vagina
d. Kultur sekret vagina
e. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
f. Ultrasonografi (USG) abdomen
g. Vaginoskopi
h. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
i. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
j. Pemeriksaan PH vagina.
k. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH10%
l. Pulasan dengan pewarnaan gram .
m. Pap smear.
n. Biopsi.
o. Test biru metilen.
7. Komplikasi
- Penyebaran infeksi ke daerah organ kewanitaan lain
Sebut saja infeksi mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi belum
diatasi, maka infeksi dapat menyebar ke mulut rahim dan menyebabkan radang
mulut rahim sehingga menimbulkan komplikasi keputihan.
- Infertilitas
Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi berlanjut lagi ke rahim,
saluran telur atau mencapai indung telur hingga menimbulkan kemungkinan
terjadinya infertilitas.
- Gagal ginjal
Pada kasus rembetan infeksi yang agak ekstreme, infeksi dapat menyebar ke ginjal
hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi gagal ginjal.
- Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease [PID])
Pada trikomoniasis dan klamidia, sering kali tejadi perluasan infeksi ke daerah
panggul. Perluasan infeksi ini dikenal dengan nama
penyakit radang panggul (PID). PID dapat menyebabkan kerusakan pada indung
telur, saluran telur, dan struktur organ reproduksi lainnya. Kerusakan ini dapat
mengakibatkan terjadinya nyeri panggul kronis, kehamilan ektopik, hingga
infertilitas.
- Sepsis
Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi seluruh tubuh apabila
kuman berhasil masuk hingga sistem peredaran darah atau kelenjar getah bening.
- Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan suami atau
pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi penularan infeksi kepada
pasangannya.
- Depresi dan masalah seksual
Karena keputihan akibat infeksi biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada
daerah kewanitaan, beberapa perempuan akan merasa malu, menyalahkan diri
sendiri dan berujung pada depresi. Masalah seksual juga dapat terjadi akibat depresi
maupun hilangnya minat pasangan akibat adanya keputihan maupun bau tidak sedap
yang biasa menyertai adanya keputihan ini.
Oleh karena itu, setiap keputihan patologis hendaknya diobati hingga tuntas sebagai
bentuk pencegahan keputihan dan dengan mengenali gejala keputihan, perluasan
infeksi dapat dihindari.
8. Penatalaksanaan
a. Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim
yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah
muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
b. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan
dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan
flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk
mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral
(tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.
c. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
d. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
e. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
f. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
g. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
h. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
i. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
j. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
k. Tujuan pengobatan
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
Candida albicans
a. Topikal
1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
b. Sistemik
1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal
4. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
5. Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Chlamidia trachomatis
a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
Gardnerella vaginalis
a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
d. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
Neisseria gonorhoeae
a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im
c. Ampisiillin 3,5 gram im atau
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
a. Seftriaxon 250 mg im atau
b. Spektinomisin 2 mg im atau
c. Ciprofloksasin 500 mg oral
Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
a. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
b. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
c. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Subjektif
Identitas
Keluhan Utama :
Riwayat Perkawinan
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kehamilan, Persalianan dan Nifas Yang Lalu
Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Riwayat kesehatan
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Keadaan Psiko Sosial Spritual
b. Pengkajian Objektif
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dalam/ Ginekologis :
Pemeriksaan penunjang :
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
Definisi : Keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya.
Batasan karakteristik
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
Smetlzher, C. Suzanne. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan. Edisi 13. Jakarta : EGC
Wulan, S. (2019). PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN SIRIH MERAH
TERHADAP KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA REMAJA PUTRI. Jurnal
Penelitian Kebidanan & Kespro, 1(2), 19-22.
Baety, D. N., Riyanti, E., & Astutiningrum, D. (2019). Efektifitas Air Rebusan Daun
Sirih Hijau dalam Mengatasi Keputihan Kelas XI SMA Muhammadiyah 1
Gombong. Proceeding of The URECOL, 48-58.