TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Tidur
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena
dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan
kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu tubuh yang tadinya
mengalami kelelaha akan menjadi segar kembali (Ulimudin,2011). Selama
dalam proses ini, seseorang berada dalam suatu keadaan bawah sadar dan dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang
lainnya (Fakihan,2016)
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang
terletak pada batang otak (Potter andPerry, 2005dalam Agustin, 2012).RAS
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan
bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,
neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR
(Potter andPerry, 2005dalam Agustin, 2012)
a. Sistem Serotoninergik
c. Sistem Kolinergik
Stimulasi jalur kolinergik, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG
seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi,
sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik
(scopolamine) yang menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus
maka tampak gangguan pada fase awaldan penurunan REM (Sitaram, 1976
dalam Japardi 2002)
2.1.2 Perawat
2.1.2.1 Pengertian Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Menurut International Council of Nursing
(Mariyanti& Citrawati,2011),perawat adalah seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan keperawatan, memiliki wewenang untuk
memberikan pelayanan dan peningkatan kesehatan, serta pencegahan penyakit
dinegara yang bersangkutan. Sedangkan menurut Depkes RI (2002), perawat
yang bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan
secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kewenangannya (Sudarma, 2008).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, yang
kemudian diperbaharui dengan Kepmenkes RI No.1239/Menkes/SK/XI/2001,
dijelaskan bahwa perawat adalah yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik
di dalam maupun luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
saat ini. Seseorang disebut sebagai perawat jika memiliki kualifikasi pendidikan
minimal DIII Keperawatan dengan sebutan Ahli Madya Keperawatan (Asmadi,
2005). Menurut Gunarsa (dalam Mayasari, 2007) Perawat sebagai orang
yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut sertamerawat dan
menyembuhkan orang sakit, dalam usaha-usaha rehabilitasi dan dalam
pencegahan penyakit yang dilaksanakan sendiri atau di bawah pengawasan
dokter dan suster kepala.
2.1.2.2 Peran Perawat
Gartinah,dkk (1999) dalam Yully (2011) mengemukakan bahwa dalam
praktek keperawatan, perawat melakukan peran sebagai berikut :
a. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien
dengan menggunakan proses keperawatan.
b. Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai penghubung pasien dengan
tim kesehatan yang lain, membela kepentingan pasien dan membantu klien
dalam memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan. Peran
advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan
fasilitator dalam pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh pasien atau keluarganya.
c. Sebagai pendidik pasien, perawat membantu pasien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan
medik sehingga pasien dan keluarganya dapat menerimanya.
d. Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi
yang ada secara terkoordinasi.
e. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kesehatan pasien.
f. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan pasien atau keluarga agar
menjadi sehat.
g. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu terpenuhinya kepuasan dasar dan kepuasan perawat melakukan
tugasnya.
2.1.2.3 Fungsi Perawat
Menurut Kozier (Sudarma, 2008) fungsi perawat ada tiga, yaitu:
a. Fungsi independen
Dalam fungsi ini tindakan perawat bersifat tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Oleh
karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari
tindakan yang diambil. Misalnya, membantu pasien dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
b. Fungsi interdependen
Tindakan perawatan berdasar pada kerjasama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan lain. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain
berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Perawat biasanya tergabung
dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Contoh tindakan ini
adalah menangani ibu hamil yang menderita diabetes, perawat bersama tenaga
ahli gizi berkolaborasi membuat rencana untuk menetukan kebutuhan makanan
yang diperlukan ibu hamil dan perkembangan janin.
c. Fungsi dependen perawat
Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan
pelayan medis. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan
dan tindakan khusus yang menjadi kewewenangan dokter.
2.2 Kerangka konsep
Penyebab perilaku
merokok :
1. Biologis
2. Lingkungan
3. Personal
4. Keluarga
5. Psikologis