I. Tujuan
Praktikan dapat mengetahui dan melakukan validasi metode parameter batas deteksi (LOD)
dan batas kuantifikasi (LOQ) terhadap tablet parasetamol menggunakan spektrofotometri UV-
Vis.
II. Prinsip
1. Akurasi
2. Presisisi
3. Linieritas
4. Spesifisitas
5. LOD dan LOQ
III. Teori Dasar
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian
terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode analisis
bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai
untuk peruntukannya (Gandjar, 2007).
c. Linieritas dan Rentang
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran konsentrasi
tertentu. Sedangkan rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang
sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set
larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer & Miller 2005).
Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari metode kuadrat
terkecil, yaitu y = a + bx. Persamaan ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien
korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linearitas suatu metode analisis. Penetapan
linearitas minimum menggunakan lima konsentrasi yang berbeda. Nilai koefisien korelasi yang
memenuhi persyaratan adalah lebih besar dari 0.9970 (ICH, 1995). Linearitas juga dapat
diketahui dari kemiringan garis, intersep, dan residual (Ermer & Miller 2005).
d. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain
yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan
sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap
sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,
senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis
sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Penyimpangan hasil
jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak
dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan
dengan cara menganalisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai
dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk
pengujian kemurnian seperti kromatografi, hhanalisis kelarutan fase, dan Differential
Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan
ukuran selektivitas (Riyadi, 2009).
e. Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi
Limit deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitasi adalah
jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat ditentukan secara kuantitatif pada tingkat
ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitasi merupakan parameter pengujian kuantitatif
untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan untuk
menentukan adanya pengotor atau degradasi produk. Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung
dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang
diperoleh (ICH, 1995).
Asetaminofen
Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang di absorbsi oleh sampel.
Spektrofotometer UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau
kompleks dalam larutan. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400
nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Sebagai
sumber cahaya biasanya di gunakan lampu hydrogen atau deuterium untuk
pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak
(Dachriyanus, 2004).
3 Labu Ukur
6 Spektrofotometer UV
7 Volume pipet
Bahan
1. Etanol 95%
2. Tablet parasetamol
V. Prosedur
Pembuatan kurva baku
Parasetamol BPFI ditimbang sebanyak 5 mg secara seksama, kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml. Kemudian dilarutkan dengan etanol dan di-add hingga tanda batas.
Diperoleh larutan baku stock 100 ppm. Dari larutan baku tersebut dibuat pengenceran hingga
diperoleh 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm, dan 12 ppm. Masing-
masing konsetrasi diukur absorbansinya menggunakan sperktrofotometer UV pada panjang
gelombang 245 nm kemudian dibuat kurva baku.
Persen recovery
Persen recovery (%) = x 100 %
Keterangan :
a = konsentrasi contoh + konsentrasi standar yang ditambahkan
b = konsentrasi contoh
c = konsentrasi standar teoritis yang ditambahkan
1. 8 ppm
= x 100 % = 110 %
2. 10 ppm
= x 100 % = 111,26 %
3. 12 ppm
= x 100 % = 108,725 %
Dari hasil yang diperoleh, nilai ini masih dapat diterima akurasinya karena menurut
(AOAC, 1998), secara umum nilai akurasi yang dapat diterima sebesar 80- 120%.
DATA PENGAMATAN PRESISI TABLET PARACETAMOL
Penimbangan Tablet dan Sampel
Jumlah parasetamol dalam tablet 0,63336 gram adalah 0,5000 gram atau 500 mg
Pengenceran Sampel
V1 x N1 = V2 X N2
V1 x 1995,6 = 25 ml x 6 ppm
V1 = 0,075 ml ........... Ad hingga 25 ml
Hasil Absorbansi
Perhitungan RSD
RSD = = 0,0367
Perhitungan CV
Pengukuran Absorbansi
Konsentrasi (ppm) A1 A2 A3 A4 A5 A6
4 0,2092 0,2097 0,2120 0,2106 0,2102 0,2097
6 0,3050 0,3048 0,3052 0,3061 0,3062 0,3055
8 0,4622 0,4618 0,4610 0,4621 0,4621 0,4620
10 0,6176 0,6176 0,6174 0,6170 0,6181 0,6147
12 0,7561 0,7549 0,7562 0,7550 0,7558 0,7545
Linearitas
Pengukuran R a b
1 0,9971 0,07032 -0,09654
2 0,99703 0,07016 -0,091152
3 0,99677 0,07003 -0,08988
4 0,99712 0,069985 -0,08972
5 0,997132 0,070155 -0,09076
6 0,99714 0,070075 -0,09078
Rata-Rata 0,99704 0,07012 -0,091472
Konsentrasi Absorbansi
(ppm) A1 A2 A3 A4 A5 A6
4 0,2092 0,2097 0,2120 0,2106 0,2102 0,2097
6 0,4622 0,4618 0,4610 0,4621 0,4621 0,4620
8 0,3050 0,3048 0,3052 0,3061 0,3062 0,3055
10 0,6176 0,6176 0,6174 0,6170 0,6181 0,6174
12 0,7561 0,7549 0,7562 0,7550 0,7558 0,7545
Persamaan Garis
- y = 0,07032 x – 0,09254
r2 = 0,9971
- y = 0,07016 x – 0,091152
r2 = 0,99703
- y = 0,07003 x – 0,08988
r2 = 0,99677
- y = 0,069985 x – 0,08972
r2 = 0,99712
- y = 0,070155 x – 0,09076
r2 = 0,997132
- y = 0,070075 x – 0,09078
r2 = 0,99714
o. Perhitungan % Recovery
% recovery = x 100 %
1. % recovery = x 100 % = 0,332 %
2. % recovery = x 100 % = 0,362 %
3. % recovery = x 100 % = 0,352 %
4. % recovery = x 100 % = 0,522 %
5. % recovery = x 100 % = 0,398 %
2.
3.
4.
5.
No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) yi (y-yi)
1 4 ppm 0.21023 0.18961 0.000425
2 6 ppm 0.30547 0.32985 0.000594
3 8 ppm 0.46187 0.47009 0.0000674
4 10 ppm 0.61752 0.61033 0.0000517
5 12 ppm 0.75542 0.75057 0.0000235
Jumlah 0.00116
Pengenceran stock
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 100 x 20
V1 = 2 mL
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk memahami kerja alat spektrofotometer
ultraviolet- visible, mencari panjang gelombang maksimum dan optimum suatu seyawa obat,
serta membuat kurva kalibrasi suatu senyawa parameter validasi (kurva validasi, akurasi, presisi,
LOD, LOQ) dan penetapan kadar dalam sediaan. Sampel yang digunakan adalah tablet
paracetamol dan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS. Waktu praktikum selama 2 kali
pertemuan.
Spektrofotometer ultraviolet visible merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada
daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan untuk mengukur serapan sinar ultra
violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan.Prinsip dasar Spektrofotometri
UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya
diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan
cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari
molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi
diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi
oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau
atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari
tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding
dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan
cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan.
Spektrofotometer UV-VIS dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
analisa kualitatif karakteristik resapan suatu zat dalam pelarut tertentu, yaitu panjang gelombang
maksimum dan daya resapnya. Penentuan panjang gelombang maksimum dengan membuat
spektrum dengan cara membuat larutan baku primer/induk.
Langkah awal yang dilakukan adalah tablet parasetamol sebanyak 20 tablet digerus
menggunakan mortir dan stamper hingga halus. Kemudian serbuk parasetamol ditimbang
sebanyak 50 mg secara seksama, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Ke dalam labu
ditambahkan 20 ml etanol, dikocok hingga larut lalu di-add etanol hingga tanda batas dan
diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Larutan tersebut dikocok hingga homogen, kemudian disaring
menggunakan kertas saring dan filtratnya diambil. Setelah tahap preparasi sampel, dilakukan
tahap pembuatan kurva baku. Parasetamol BPFI ditimbang sebanyak 5 mg secara seksama,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian dilarutkan dengan etanol dan di-add
hingga tanda batas. Diperoleh larutan baku stock 100 ppm. Dari larutan baku tersebut dibuat
pengenceran hingga diperoleh 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm, dan
12 ppm. Masing-masing konsetrasi diukur absorbansinya menggunakan sperktrofotometer UV
pada panjang gelombang 245 nm kemudian dibuat kurva baku.
Pipet sejumlah volume larutan induk dan diencerkan kedalam labu hingga diperoleh
konsentrasi 10 um/mL . setelah itu ukur serapannya dengan spektrofotometer untuk menentukan
panjang gelombang maksimum. Setelah dianalisis dengan spektrofotometer didapatkan panjang
gelombang maksimum untuk paracetamol adalah 243 nm. Berdasarkan literature, panjang
gelombang paracetamol 245 nm. Sehingga hasil dari praktikum tersebut masih sesuai dengan
panjang gelombang maksimum sebenarnya karena hasilnya tidak terlalu jauh berbeda. Setelah
itu, membuat kurva kalibrasi berdasarkan data panjang gelombang maksimum yang diperoleh,
dibuat lima seri konsentrasi larutan dari larutan induk dengan menggunakan rumus Lambert
Beer. Untuk membuat lima seri konsentrasi larutan sebelumnya, ditentukan nilai konsentrasi
minimum dan maksimum dengan rumus A=a.b.c. Nilai konsentrasi minimum yang didapat
adalah 4 ppm dan nilai konsentrasi maksimumnya 12 ppm. Selanjutnya dibuat lima seri
konsentrasi larutan yaitu 4,6,8,10,12, ppm. Setelah itu ukur serapan masing-masing larutan pada
panjang gelombang maksimum baku. Sehingga didapatkan persamaan regresi linear yaitu
y=0,0702x - 0,09087. sehingga diperoleh nilai resapan 0,997 .
Setelah itu dicari batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ). Batas deteksi adalah
titik di mana suatu nilai yang terukur lebih besar dari ketidakpastian yang terkait dengannya. Ini
adalah konsentrasi terendah dari analit dalam suatu sampel yang dapat dideteksi namun tidak
selalu diukur. Batas deteksi sering bingung dengan sensitivitas dari metode ini. Sensitivitas dari
metode analisis adalah kemampuan metode ini untuk membedakan perbedaan-perbedaan kecil
konsentrasi atau massa analit uji. Dalam istilah praktis, sensitivitas kemiringan kurva kalibrasi
yang diperoleh dengan merencanakan respons terhadap konsentrasi analit atau massa.
Pada kromatografi, batas deteksi adalah jumlah injeksi yang menghasilkan puncak
dengan ketinggian minimal dua atau tiga kali lebih tinggi tingkat kebisingan baseline. Selain itu
sinyal / kebisingan metode, yang ICH menjelaskan tiga metode lebih lanjut:
1. Inspeksi visual: Batas deteksi ditentukan oleh analisis sampel dengan konsentrasi
analit dan dikenal dengan penentuan tingkat minimum yang analit dapat dipercaya terdeteksi.
2. Standar deviasi respon berdasarkan deviasi standar dari kosong: Pengukuran
besarnya respons latar belakang analitis dilakukan dengan menganalisis jumlah sampel yang
tepat kosong dan menghitung standar deviasi tanggapan ini.
3. Standar deviasi respon berdasarkan kemiringan kurva kalibrasi: Sebuah kurva
kalibrasi tertentu dipelajari dengan menggunakan sampel yang mengandung analit dalam kisaran
batas deteksi. Deviasi standar residu dari garis regresi, atau standar deviasi dari y-perpotongan
garis-garis regresi, dapat digunakan sebagai standar deviasi.
Gambar 1. Batas deteksi dan batas kuantisasi melalui sinyal terhadap kebisingan
Batas kuantifikasi (LOQ) adalah jumlah minimum yang disuntikkan menghasilkan
pengukuran kuantitatif dalam matriks target dengan presisi diterima dalam kromatografi,
biasanya membutuhkan ketinggian puncak 1-20 kali lebih tinggi dari dasar suara.
Jika diperlukan presisi metode di batas kuantisasi telah ditentukan, EURACHEM
(Gambar 2) pendekatan dapat digunakan. Sejumlah sampel dengan penurunan jumlah analit
adalah disuntikkan enam kali. RSD persen dihitung dari ketepatan diplot terhadap jumlah
analit. Jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan presisi didefinisikan sebelumnya adalah
sama dengan batas kuantisasi.Adalah penting untuk tidak hanya menggunakan standar murni
untuk tes ini tetapi juga matriks runcing yang erat merupakan sampel yang tidak diketahui.
Untuk batas deteksi, para ICH merekomendasikan, di samping prosedur seperti yang
dijelaskan di atas, inspeksi visual dan deviasi standar respon dan kemiringan kurva kalibrasi.
VIII. Kesimpulan
LOD merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi
meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan nilai LOQ merupakan konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang masih dapat ditentukan. Nilai LOD yaitu 0.8415 dan nilai LOQ
yaitu 2.8052.