Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERDASARKAN

SKRINING PREEKLAMPSIA DALAM BUKU KIA PADA IBU HAMIL


TRIMESTER III DI PUSKESMAS GARUDA TAHUN 2021

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

SRI NOVIA LESTARI


2118088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di


definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu
atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawiroharjo, 2014)

Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap


saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari
seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan
dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Dari wanita hamil di
Indonesia, sebagian besar akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa
menjadi fatal. (Hernawati dkk, 2017)
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan
secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan se optimal mungkin fisik dan
mental ibu dan anak selama dalam kehamilan. Selain itu juga untuk mendeteksi
dini adanya komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil
sehingga hal tersebut dapat dicegah atau diobati sehingga angka morbidita dan
mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang. (Hernawati dkk, 2017)
Kasus kegawatdarutan Obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan
janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru
lahir. Dari sisi obstetric empat penyebab kematian ibu, janin dan bayi baru lahir
ialah Perdarahan, infeksi, hipertensi dan preeclampsia/eklampsia, serta
persalianan macet (distosia) (Prawirohardjo, 2014)
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian khusus karena preeklamsi merupakan penyebab kematian
ibu hamil dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Sampai saat
ini preeklamsia dan eklamsia masih merupakan “the disease of theories” karena
angka kejadian preeklamsia-eklamsia tetap tinggi dan mengakibatkan morbiditas
dan mortalitas maternal yang tinggi (Manuaba, 2010).
Pre eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ante, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeclampsia dapat dibagi
menjadi preeclampsia ringan dan preeclampsia berat. Pembagian preeklampsi
menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas
berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeclampsia ringat dapat
mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma (Prawirohardjo, 2014)
Gambaran klinik preeclampsia bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang-kadang sukar untuk menemukan gejala preeclampsia mana yang timbul
lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia
ialaah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini
timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeclampsia.
(Prawirohardjo, 2014)
Faktor resiko preeklampsia meliputi usia, nulipara, lingkungan, kondisi
sosial ekonomi, seasonal influences, obesitas, kehamilan ganda, usia ibu,
hiperhomocysteinemia, gangguan metabolis dan preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya (Cunningham, 2014)
Pre eklampsia – eklampsia merupakan penyumbang angka kematian ibu
dan janin ketiga setelah perdarahan dan infeksi. Di Indonesia masalah hipertensi
dalam kehamilan masih menjadi salah satu penyebab kematian maternal.
Berdasarkan kematian maternal 5 region (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Indonesia bagian Timur) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa eklamsia
merupakan penyebab tertinggi kematian maternal dalam kelompok hipertensi
dalam kehamilan. (Irianti.et.al, 2015)
Preeklampsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2014). Preeklampsia
dikelompokkan menjadi preeklampsia tanpa gejala berat dan preeklampsia berat,
dimana preeklampsia tanpa gejala berat ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg dan proteinuria ≥300 mg/24 jam. Sementara preeklampsia berat ditandai
dengan tekanan darah ≥160/110 mmHg disertai proteinuria >5g/24 jam (POGI,
2016)
Terdapat beberapa karakteristik ibu hamil yang dapat dijadikan skrining
preeclampsia kehamilan dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
karakteristik tersebut dibagi menjadi 2 diantaranya adalah Risiko sedang dan
Risiko tinggi. Risiko sedang diantaranya adalah multipara dengan kehamilan
oleh pasangan baru, kehamilan dengan teknologi reproduksi berbantu (bayi
tabung, obat induksi ovulasi), umur ibu diatas 35 tahun, Nulipara, multipara
dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun, riwayat preeclampsia
pada ibu atau saudara perempuan, obesitas sebelum hamil, Mean Arterial
Pressure >90 mmHg, Proteinuria (urin celup > +1 pada 2 kali pemeriksaan
berjarak 6 jam atau segera kuantitatif 300mg/24 jam). Sedangkan karakteristik
ibu hamil dengan risiko tinggi diantaranya adalah multipara dengan riwayat
preeklampsi sebelumnya, kehamilan multiple atau gemeli, diabetes dalam
kehamilan, hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit auto imun, anti
phospholipid syndrome. (Kemenkes RI, 2020)
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. aki adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2019)
Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu
menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum
terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305
per 100.000 kelahiran hidup. walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka
kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai
yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas
tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan
target MDGs. Gambaran AKI di Indonesia dari tahun 1991 hingga tahun 2015.
(Kemenkes RI, 2019)
Target penurunan AKI ditentukan melalui tiga model Average Reduction
Rate (ARR) atau angka penurunan rata-rata kematian ibu seperti Gambar 5.2
berikut ini. Dari ketiga model tersebut, Kementerian Kesehatan menggunakan
model kedua dengan rata-rata penurunan 5,5% pertahun sebagai target kinerja.
Berdasarkan model tersebut diperkirakan pada tahun 2030 AKI di Indonesia
turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2019)
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data World
Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015
adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu
adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang
yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di negara berkembang 20
kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Menurut Ertiana.et,al (2019) Preeklampsia merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal. Prevalensi kejadian
preeklampsia sekitar 5%- 15% dari keseluruhan kehamilan di dunia. Sedangkan
salah satu faktor yang mempengaruhi preeklamsia adalah usia berisiko. Pada
usia berisiko lebih rentan mengalami berbagai penyakit, salah satunya
preeklamsia
Jumlah kematian ibu tahun 2019 berdasarkan data dan informasi profil
kesehatan Indonesia sebanyak 4.221 kasus kematian ibu. Menurun 5 kasus
dibandung tahun 2018 yaitu sebanyak 4.221 kasus. Penyebab kematian ibu di
Indonesia masih di dominasi oleh perdarahan 1.280 kasus (30,3%), Hipertensi
dalam kehamilan 1.006 kasus (23,8%) , infeksi 207 kasus (4,9%) gangguan
sistem peredaran darah 200 kasus (4,7%), gangguan metabolic 157 kasus (3,7%)
dan lain-lain 1.311 kasus (31,6%). (Profil Kesehatan Indonesia,2019)
Jumlah kematian ibu tahun 2019 berdasarkan pelaporan profil kesehatan
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat sebanyak 684 kasus atau 74,19 per
100.000 KH, menurun 16 kasus dibandingkan tahun 2018 yaitu 700 kasus.
Penyebab kematian ibu di Jawa Barat masih di dominasi oleh 33,19%
perdarahan, 32,16% hipertensi dalam kehamilan 3,36% infeksi 9,80% gangguan
sistem peredaran darah (jantung), 1,75% gangguan metabolic dan 19,74%
penyebab lainnya. (Profil Dinkes Jawa Barat, 2018)
Di Provinsi Jawa Barat kematian ibu yang disebabkan oleh hipertensi
dalam kehamilan terjadi sebanyak 220 kasus dan kasus hipertensi kehamilan
terbanyak berada di kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bogor yaitu sebanyak
26 kasus. (Dinkes Jawa Barat, 2019)
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 10 Kabupaten/Kota
dengan kematian ibu tertinggi, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Bandung, Kota Depok, Kabupaten Cirebon dan Kota
Bandung. (Profil Dinkes, 2018)
Terjadi 29 kasus kematian ibu sepanjang tahun 2019 di Kota Bandung.
Jumlah kematian ibu di tahun 2019 tidak berbeda dengan jumlah kematian ibu
di tahun sebelumnya. Bila diamati perbandingan jumlah kematian ibu di Kota
Bandung sejak tahun 2014, tidak banyak mengalami perubahan. (Profil Dinkes
Kota Bandung, 2019)
Terdapat beragam penyebab kematian ibu di Kota Bandung tahun 2019.
Penyebab kematian ibu tersebut antara lain perdarahan (11 kasus), hipertensi
pada kehamilan (6 kasus), gangguan system peredaran darah (3 kasus), ganguan
metabolik (1 kasus), serta terdapat 8 kasus dengan penyebab lain-lain.
Kecamatan dengan jumlah kematian ibu terbanyak berturut-turut ada di
Kecamatan Regol (6 kasus), Cidadap (5 kasus), Coblong (4 kasus). Sebanyak
lima belas kecamatan tidak terjadi kasus kematian ibu selama tahun 2019. (Profil
Dinkes Kota Bandung, 2019)
Jumlah ibu hamil yang memeriksakan kandungan/ Antenatal Care di
wilayah kerja puskesmas Garuda per Juni-Desember 2020 terdapat 804 ibu
hamil, diantaranya ada (14,67%) 118 ibu hamil yang mengalami preeclampsia.
1.2 Identifikasi Masalah
Menurut penelitian Idaman. M.et.al (2019:210) di Indonesia, angka
kejadian preeklampsia/ eklampsia berkisar antara 6%-8% pada seluruh wanita
hamil. Preeklampsia sering mempengaruhi wanita hamil dengan usia
muda/nulipara dan wanita hamil dengan usia yang lebih tua memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami preeklampsia.
Jumlah ibu hamil yang memeriksakan kandungan/ Antenatal Care di
wilayah kerja puskesmas Garuda per Juni-Desember 2020 terdapat 804 ibu
hamil, diantaranya ada (14,67%) 118 ibu hamil yang mengalami preeclampsia.
Terjadi 29 kasus kematian ibu sepanjang tahun 2019 di Kota Bandung.
Jumlah kematian ibu di tahun 2019 tidak berbeda dengan jumlah kematian ibu
di tahun sebelumnya. Bila diamati perbandingan jumlah kematian ibu di Kota
Bandung sejak tahun 2014, tidak banyak mengalami perubahan. (Profil Dinkes
Kota Bandung, 2019)
Terdapat beragam penyebab kematian ibu di Kota Bandung tahun 2019.
Penyebab kematian ibu tersebut antara lain perdarahan (11 kasus), hipertensi
pada kehamilan (6 kasus), gangguan system peredaran darah (3 kasus), ganguan
metabolik (1 kasus), serta terdapat 8 kasus dengan penyebab lain-lain. . (Profil
Dinkes Kota Bandung, 2019)
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat di identifikasi masalah yang ada,
yaitu masih adanya kematian ibu yang disebabkan oleh Hipertensi dalam
kehamilan (Preeklampsi) terutama di Provinsi Jawa Barat khusunya di Kota
Bandung yaitu kematian yang disebabkan oleh preeclampsia berjumlah 6 kasus.
Preeklamsi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan menjadi
sasaran pertama untuk menurunkan angka kematian ibu karena dapat dilakukan
deteksi dini dan pencegahan. Deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan
skrining/ penapisan awal preeclampsia pada ibu hamil .
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran kejadian preeklampsia
berdasarkan skrining buku kia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda
tahun 2021?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Gambaran kejadian
preeklampsia berdasarkan skrining buku kia pada ibu hamil trimester III
di Puskesmas Garuda tahun 2021.
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian diatas :
a. Mengetahui gambaran kejadian preeclampsia pada ibu hamil dengan
hasil skrining tidak berisiko preeclampsia.
b. Mengetahui gambaran kejadian preeclampsia pada ibu hamil dengan
hasil skrining berisiko sedang preeclampsia.
c. Mengetahui gambaran kejadian preeclampsia pada ibu hamil dengan
hasil skrining berisiko tinggi preeclampsia.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan teori tentang
skrining ibu hamil yang berisiko preeclampsia yang di antaranya adalah
multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru,umur ibu diatas 35
tahun, nulipara, multipara dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari
10 tahun, riwayat preeclampsia pada ibu atau saudara perempuan,
obesitas sebelum hamil, riwayat preeklampsi sebelumnya, kehamilan
multiple atau gemeli, diabetes dalam kehamilan, hipertensi kronik
enyakit ginjal
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas Garuda)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi faktor
resiko terjadinya Preeklampsia pada ibu hamil.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Institusi Institut Kesehatan Rajawali
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai