Anda di halaman 1dari 6

DILEMA PEMANFAATAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG

BUKIT BETABUH SEBAGAI PUSAT DARI RIMBA CORRIDOR

Taluak Kuantan –  adalah namanya Bukit Betabuh yang ditetapkan sebagai kawasan
Hutan Lindung oleh Menteri Kehutanan melalui SK 878/2014 tentang Kawasan Hutan
Riau. Kawasan ini berada di perbatasan Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat
yang memanjang hingga ke perbatasan Provinsi Jambi. Berdasarkan PP 26/2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang diturunkan dalam Perpres 13/2012
tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera, kawasan ini menjadi Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dari sisi konservasi terutama bagi penyelamatan Harimau, Gajah
Sumatera dan berbagai spesies Burung. Secara administrasi kawasan ini lebih banyak
berada di Kabupaten Kuantan Singingi dan sedikit di Kab. Indragiri Hulu.

Bagi kebutuhan penyelamatan kedua spesies tersebut khususnya Harimau Sumatera,


sebelum Perpres 13/2012 juga telah diatur oleh Menteri Kehutanan dalam Permenhut
P.42/2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae) 2007 – 2017. Dalam kedua aturan tersebut kawasan ini dijadikan
sebagai koridor penghubung antara TN Bukit Tigapuluh di bagian timur dengan SM
Rimbang Baling (SMRB) di bagian utara dan TN Kerinci Seblat (TNKS) di bagian barat
melalui HL Batanghari II serta dengan TN Bukit Duabelas (TNBD) di bagian selatan yang
dikenal dengan KORIDOR RIMBA (RIMBA Corridor).

Sayangnya dalam kondisi eksistingnya di beberapa bagian dari kawasan ini malah
dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan baik yang dikelola oleh masyarakat kelas
menengah ke atas berupa perkebunan sawit maupun oleh masyarakat kelas menengah
ke bawah berupa kebun karet dan sawit serta peladangan dan bahkan menjadi lokasi
sumber kayu bagi beberapa pihak. Upaya penyelamatan kawasan ini cenderung tidak
seintensif yang dilakukan di SMRB dan TNBT terutama sejak 15 tahun terakhir. Sehingga
berdampak kepada pengalihan fungsi yang tidak terkontrol secara eksisting. Padahal
secara spasial kawasan ini menjadi kawasan inti bagi koridor RIMBA tersebut.

Memang secara fungsi kawasan, kawasan ini hanya memiliki fungsi lindung tidak
seperti fungsi konservasi seperti kedua kawasan yang dihubungkannya tersebut. Dalam
upaya penyelamatan kawasan hutan, memang fungsi lindung tidak se’sexy’ kawasan
yang berfungsi konservasi. Namun bila melihat kondisi pentingnya kawasan ini sesuai
dengan fungsinya apalagi sebagai koridor RIMBA, kawasan ini malah memiliki fungsi
strategis yang menjadikannya sebagai KSN namun sepertinya terlupakan oleh banyak
pihak penggiat konservasi alam dan mungkin oleh Pemerintah sendiri.

Dari sisi masyarakat khususnya masyarakat Kuantan Mudik yang hidup dan
berpenghidupan di sekitar dan di dalam kawasan ini, berdasarkan kajian singkat yang
dilakukan beberapa waktu lalu, keberadaan kawasan ini sebagai fungsi lindung telah
diketahui sejak lama. Namun seiring dengan tingginya laju konversi hutan sejak 15 tahun
yang lalu, masyarakat mengalami dilema yang akhirnya beberapa diantaranya ikut
memanfaatkannya sebagai lahan kebun dan peladangan.

Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat tersebut hanya berupa kebun karet campur
(Agroforestry) yang sudah turun temurun mereka kelola. Seiring dengan masuknya
perkebunan sawit (PT. TBS) yang dalam 10 tahun terakhir sudah mendapatkan hasil,
masyarakat pun ikut tertarik untuk bertanam sawit dengan mengkonversi lahan-lahan
mereka secara bertahap menjadi sawit. Apalagi pada saat ini nilai ekonomi karet jauh
dibawah nilai ekonomi sawit berdasarkan waktu dan tenaga dalam bekerja.

Kehilangan fungsi Hutan Lindung Bukit Betabuh telah memberikan dampak bagi
masyarakat serta menambah jumlah luasan kawasan hutan secara nasional. Namun
sebagai kawasan pusat koridor RIMBA, kawasan ini tidak begitu diperhatikan banyak
pihak. Berbagai ancaman baik yang sudah, sedang dan akan berjalan sepertinya akan
terus menurunkan kualitas kawasan lindung tersebut.

Harapan masyarakat tempatan walaupun segelintir tetap saja seharusnya menjadi


perhatian serius bagi berbagai pihak. Isu perubahan iklim dengan alasan kehilangan
hutan menjadi salah satu penyebabnya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat
tempatan dan kawasan hutan yang berada dalam wilayah kelola mereka.

Bagi menanggapi usaha tersebut, diakhir bulan Oktober lalu, segelintir masyarakat
tempatan yang menggantungkan penghidupan dan kehidupannya kepada hutan di
kawasan HL Bukit Betabuh telah menginisiasi pembentukan Kelompok Tani Hutan secara
swadaya dan swakelola. Usaha ini diharapkan oleh mereka sebagai salah satu langkah
dalam mendukung penyelamatan kawasan HL Bukit Betabuh.

Dukungan berbagai pihak juga menjadi dukungan penting bagi penguatan kelompok
tersebut. Apalagi kelompok tersebut telah mendapatkan legalitas oleh Pemerintahan
Desa setempat.
Bahaya plastik bagi kesehatan tubuh dan lingkungan

Banyak sekali benda – benda mainan hinga perabotan rumah tangga yang terbuat dari
plastik. Bahkan banyak jenis makanan dan minuman menggunakan plastik sebagai
pembungkus kemasannya. Karena selain fungsinya yang praktis dan desain kemasan yang
menarik, menjadikan plastik banyak di gemari oleh masyarakat. Padahal banyak sekali
bahaya yang di timbulkan dari plastik ini.
Plastik adalah istilah umum yang di pakai untuk Polimer, material yang terdiri dari rantai
panjang karbon dan elemen – elemen lain yang mudah dibuat menjadi berbagai macam
bentuk dan ukuran. Polimerisasi adalah cara membuat plastik dari monomer, sedangkan
monomer adalah bahan – bahana dasar plastik yang di susun dan membentuk secara
sambung menyambung.
Plastik juga mengandung zat nonplastik yang disebut Zat adiktif. Zat adiktif diperlukan
untuk memperbaiki sifat plastik itu sendiri. Zat dengan berat molekul rendah, diantaranya
berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lengket, dan masih
banyak lagi.
Plastik pertama kali di temukan pada tanggal 14 November 1863 oleh seorang warga
Amerika berkebangsaan Belgia, dia adalah Leo Hendrik Baekeland yang merupakan
seseorang yang ahli dalam bidang kimia. Plastik yang di temukan oleh Leo Hendrik
Baekeland adalah plastik yang berjenis bakelit ( plastik yang tahan panas).
Namun, ada duga plastik yang bersifat lunak (seluloid). Plastik jenis ini ditemukan oleh John
Wesley Hyatt, bahan yang digunakannya adalah berupa campuran dari selulosa nitrat dan
kamfor yang di larutkan dalam alcohol, yang menghasilkan plastik yang dinamakan seluloid.
Sifatnya yang kurang tahan terhadap panas dan mudah terbakar membuat seluloid ini tidak
terpakai dalam industri bahan plastik dan di gantikan oleh plastik jenis lain yang sering kita
temui sekarang yaitu bakelit.
Dari Pusat Penelitian Kimia (LIPI) yaitu Dr. Agus Haryono mengatakan bahwa setiap hari
orang kerergantungan terhadap plastik semakin tinggi, namun bahaya yang timbulkannya
kurang di sadari oleh masyarakat. Penggunaan bahan plastik dalam kehidupan sehari - hari
tidak perlu di khawatirkan jika kita tau cara penggunannya. Plastik yang aman untuk di pakai
pada suhu tertentu dan minyak/lemak untuk kemasan makanan adalah plastik yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Namun, tidak semua produk kemasan plastic
memenuhi standar SNI. Maka dari itu kita harus lebih teliti untuk memasukan makanan atau
minuman panas kedalam plastik.
Adapun bahaya yang di timbulkan plastic bagi kesehatan tubuh adalah sebagai berikut:
Menyebabkan Kanker, mungkin sebagian besar masyarakat menganggap bahwa plastic
merupakan barang biasa yang member banyak keuntungan, namun bahayanya jika sampai
terurai kedalam tubuh bisa berbahaya bagi kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kanker.
Dikarenakan plastic mengalami penguraian sebagai dioksin.
Menganggu Sistem Saraf. Dioksin yang terhirup oleh manusia, bukan cuma sekedar
kanker yang di timbulkan. Sistem saraf pun akan terangsang sehingga menimbulkan
kerusakan. Kerusakan sistem saraf ini juga akan berimbas pada kinerja organ dalam lainnya,
karena pembakaran plastic yang tidak sempurna.
Depresi. Depresi berawal dari stres yang sudah parah. Biasanya disebabkan oleh masalah
internal maupun eksternal yang kemudian depresi berujung pada gangguan jiwa dan
mental. Namun potensi depresi ini juga dapat disebabkan oleh paparan senyawa dari plastik
saat proses pembakaran yang tidak sempurna.
Pembekakan Hati. Kemasan plastic yang di pakai untuk membungkus makanan atau
minuman panas juga dapat menimbulkan pembekakan hati, karena plastik yang sifatnya
bisa di daur ulang.
Gangguan Reproduksi. Salah satu bahaya penggunaan plastic adalah gangguan
reproduksi, hal ini disebabkan adanya bahan kimia tambahan yang beragam.
Radang Paru – Paru. Zat karsinogenik yang keluar dari pengunaaan botol atau plastic saat
terkena paparan panas akan menyebabkan peradangan pada paru – paru.
Selain menganggu kesehatan tubuh ternyata plastic juga menggangu ekosistem lingkungan,
yaitu :
Mengakibatkan Banjir. Bukan hanya berbahaya bagi kesehatan, plastik juga sangat
berbahaya bila pembuangannya tidak tepat pada tempatnya. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya banjir karena plastik yang menyumbat aliran sungai yang tidak mudah terurai
menumpuk.
Menurunkan Kesuburan Tanah. Plastic yang susah atau lama mengurai dapat
mengakibatkan kesuburan tanah menjadi menurun, karena sirkulasi udara dalam tanah
menjadi terhalang, ruang gerak makhluk bawah tanah pun menjadi terhambat dan
tergangggu. Sedangkan makhluk bawah tanah tersebut adlah untuk menyuburkan tanah.
Menjerat Hewan. Bukan hanya hewan yang berada di dalam tanh, hewan yang berada di
laut pun mengalami dampak negatif dari sampah plastik. Sampah plastik yang di buang ke
perairan sungai atau laut sangat besar peluang bagi hewan tersebut untuk terjerat plastik.
TEKS DISKUSI
Permasalahan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Ridha Dwi Wahyuni


Asmaul Husna
Magfiratul Alyannisa
Fatul Fatanah Wassiddiq
Kelvin Palinggi
Ade Algifari

KELAS IX.1
SMP NEGERI 1 TINGGIMONCONG
TEKS DISKUSI
Dilema Pemanfaatan Hasil Hutan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Mutiara Ramadhani
Aulya Maghfirah A.G
Rina
Wahyu Saputra
Risaldi

KELAS IX.1
SMP NEGERI 1 TINGGIMONCONG

Anda mungkin juga menyukai