Anda di halaman 1dari 10

TOPIK 1

KONSEP PEDAGOGI KEJURUAN


A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa memiliki kompetensi untuk:


1. Menjelaskan pengertian pedagogi dengan konsep teoretik.
2. Menjelaskan tujuan pendidikan kejuruan
3. Menjelaskan peran dan fungsi pedagogi dalam pembelajaran pada
pendidikan kejuruan.
B. Pengertian dan Konsep Pedagogi
When I use the term ‘vocational pedagogy’ I mean‘ the science, art
and craft of teaching and learning vocational education’ (Lucas, 2012).
Maknanya pedagogi kejuruan adalah suatu ilmu, seni dan keterampilan
mengajar pada pendidikan kejuruan. Penguasaan atas berbagai keterampilan
mengajar menjadikan mahasiswa calon guru mempunyai kemampuan
mengembang diri serta belajar mandiri (longlife education). Kemampuan
seperti ini dapat dicapai melalui penerapan berbagai model dan strategi
Pembelajaran.
Pedagogi adalah ilmu atau seni yang harus dipelajari oleh seorang
guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.
Pedagogi merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar.
Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi
pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta
didik dan guru, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik
atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogic” dengan istilah
“pedagogi”. Pedagogic diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik
beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran
bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah

1
pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan pada praktek,
menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, krisis dan
objektif, mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia,
hakekat anak didik (peserta didik), hakekat tujuan pendidikan serta hakekat
proses pendidikan. meskipun masalah hakekat hidup dan hakekat manusia
masih banyak diliputi oleh kabut misteri.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di
sekolah, perlu mengetahui  ilmu tentang bagaimana cara untuk mendidik
muridnya. Guru bukan hanya sekadar terampil dalam menyampaikan bahan
ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi
anak, mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam
hati nurani anak. Guru juga berguna sebagai penanaman karakter anak.
Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing
anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa
tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik
anak. Oleh karena itu seorang guru harus menguasai ilmu ini. Tidak hanya
guru saja, instruktur juga harus dibekali ilmu paedagogi untuk dapat
merealisasikan strateginya kepada anak didiknya. Instruktur praktik kerja
industri juga membutuhkan paedagogi untuk mengajar di bengkel kerja.  
Pedagogik kadang-kadang juga dirujuk pada strategi-strategi
mengajar. Misalnya, Paulo Freire merujuk metode mengajar orang dewasa
sebagai "critical pedagogy". Dalam strategi-strategi mengajar
keyakinan-keyakinan filsafat pengajaran dari guru sendiri berinteraksi
dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman siswa, situasi-situasi
personal, dan lingkungan, juga tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan siswa
dan guru.
Pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-
laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara
harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara

2
kiasan pedagogik adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah
tujuan hidup tertentu. Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah
membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu
secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah ilmu
pendidikan anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti
mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, hakekat
anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Danilov (1978) mendefenisikan istilah paedagogis sebagai proses
interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan
pengembangan siswa. Asimilasi yang dimaksud adalah pengetahuan oleh
siswa berkaitan dengan antusiasme mereka untuk mengetahui diverifikasi
dalam proses kerja yang intensif dan aktif. Perlu diperhatikan adanya
penekanan pada aspek pengajaran terus-menerus dari proses asimilasi yang
merupakan upaya intelektual yang intensif pada diri siswa. Menjaga proses
pendidikan dan pengajaran secara keseluruhan dan bermuara pada
pembentukan kepribadian siswa adalah fungsi dari paedagogi.
Addine (2001), di antara prinsip-prinsip paedagogis terdapat kesatuan
karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis. Karakter ilmiah dan
ideologis ini menyoroti bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur
berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam
korespondensi total dengan ideologi kita. Selain itu, prinsip hubungan
sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting: kaitan antara
kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia. Prinsip
lain yang berorientasi pada proses tersebut adalah salah satu yang

3
mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta
penghormatan terhadap kepribadian siswa. Prinsip berikutnya merujuk pada
kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, karena
didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang
harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Prinsip terakhir
dari proses paedagogis adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas,
komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
Paedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat
dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi
mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan
pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang
dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran
pemikiran Socrates. 
Pedagogi modern membagi fungsi pengajaran dalam tiga bidang,
yakni apa yang dimaksudkan sebagai taksonomi Bloom. Taksonomi bloom
dikembangkan oleh seorang psikolog bidang pendidikan yang bernama
Benyamin S. Bloom  pada tahun 1956, Benyamin S. Bloom
mengklasifikasikan tujuan pendidikan kedalam 3 ranah, yaitu:
Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan
dan keahlian metalitas. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan
keahlian berfikir  yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses
berfikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai
sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga
mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan, mengubah teori kedalam
keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru
sebagai produk inovasi pikirannya. Pada ranah kognitif kemampuan berfikir
analisis dan sintesis di itegrasi melalui analisis saja.
Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah ini mencakup
watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai (norma, jujur,

4
percaya diri). Hasil pembelajaran pada ranha ini akan tampak pada tingkah
laku.
Ranah Psikomotor.
Adalah ranah dari yang tidak bisa menjadi bisa, terjadinya juga
melalui poses belajar. Ranah psikomotor mengenal menekankan aspek
keterampilan seperti, tulisan tangan, berenang, dan bagaimana cara
mengoperasikan mesin, ranah psikomotor berkaitan dengan fungsi
manipulative dan kemampuan fisik.
Ketiga ranah ini tampaknya memiliki sifatnya sendirir, tetapi dalam
dalam proses pembelajaran, ketiga ranah ini menyatu. Contohnya, apabila
seorang guru ingin mengajar seorang pelajar menulis, dia perlu mengajar
pelajar itu cara memegang pencil (bidang psikomotor); bentuk huruf dan
maknanya (bidang kognitif); dan juga harus memupuk minat untuk belajar
menulis (bidang afektif).
Menurut Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik
adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi
dibutuhkan pada masa dewasa. Usman (1994), mengajar adalah membimbing
siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa
mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan
terjadinya proses belajar. Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu
proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya dalam usahannya mencapai tujuan tertentu.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin
mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering
dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran
yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai
orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari
orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berpikir abstrak logis,
obyektif, kritis, sistematis sintesis, integrative analisis, dan inovatif. Tujuan
latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan

5
adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang
mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar,
seperti kemampuan berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan
sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu
proses pendidikan, yang menyangkut pembangunan seluruh kepribadian
seseorang.

C. Tujuan Pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3 menyebutkan: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Mendidik, Mengajar, Dan Melatih.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 26 ayat 3 Standar Kompetensi Lulusan suatu
pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
program kejuruannya.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah: (a) meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b)
mengembangkan potensi pesertadidik agar menjadi warga Negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab; (c) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya

6
bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi peserta didik agar
memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber
daya alam dengan efektif dan efisien.
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:
(a) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu
bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang adasebagai tenaga kerja
tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang
dipilihnya; (b) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan
gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya;
(c) membekali peserta didik denganilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar
mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta
didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian
yang dipilih/
Tujuan Program Keahlian Teknik Pemesinan secara umum mengacu
pada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3
mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang
menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian Teknik Pemesinan adalah
membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
kompeten:
a. Bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di
dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah
dalam bidang Teknik Pemesinan;
b. Memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sika p profesional
dalam bidang Teknik Pemesinan ;

D. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kejuruan

7
Beberapa fhilosof mengembangkan teori pendidikan kejuruan, salah
satu yang menonjol adalah ”enam belas teori pendidkan kejuruan” oleh
Charles Prosser dan dikenal dengan philosofi Prosser tentang pendidkan
kejuruan (Wardiman, 1998), keenam belas teori tersebut adalah:
(1) Pendidikan kejuruan akan efektif jika lingkungan di mana peserta didik
dilatih merupakan replika lingkungan di mana dia nanti akan bekerja.
(2) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan di mana tugas-
tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang diterapkan di tempat kerja.
(3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam
kebiasaan berfikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan
itu sendiri.
(4) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, okupasi atau
pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya,
menginginkannya dan dapat untung darinya.
(5) Pendidikan kejuruan akan efektif, jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan bekerja dan kebiasaan berfikir yang benar
diulangkan, sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan
nantinya.
(6) Pendidikan kejuruan akan efektif, jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan
pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
(7) Pada setiap okupasi ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia dapat tetap bekerja pada okupasi tersebut.
(8) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar
(memperhatikan tanda-tanda pasar kerja).
(9) Proses pembiasaan yang efektif pada peserta didik akan tercapai, jika
latihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
(10) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu
okuposi tertentu adalah dari pengalaman para ahli pada okupasi tersebut.

8
(11) Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-
beda satu dengan lainnya.
(12) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien, jika
sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukanlewat pengajaran kejuruan.
(13) Pendidikan kejuruan akan efisien, jika metode pengajaran yang
digunakan dan hubungannya dengan pribadi peserta didik,
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
(14) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien, jika dia luwes dan
mengalir dari pada kaku dan terstandar.
(15) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi,
maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan.

Tugas :
Diskusikan dalam kelompok
1. Apakah guru kejuruan saat ini telah menjalankan fungsi pedagogi dengan
efektif ?
2. Mengapa terjadi kesenjangan antara teori pedagogi dengan harapan ?
3. Bagaimanakah peran unsur sekolah dalam menciptakan guru kejuruan yang
efektif ?

9
DAFTAR PUSTAKA

Djojonegoro, Wardiman. 1998. Pengembangan Sumberdaya Manusia: Melalui


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero).

Langeveld, M.J. 1980. Pedagogik Teoritis dan Sistimatis. Alih Bahasa


Firmansyah. Bandung: Jemmars.

Lucas, B., Spencer, E. &Claxton, C. (2012) How to teach vocational education: a


theory of Vocational pedagogy. London: City & Guilds

Monast, Attilio. (2000). Antonio Gramsci (1891-1937). Paris UNESCO,


International Bureau of Education.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

10

Anda mungkin juga menyukai