Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia ialah suatu proses penuaan yang dengan perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau menggantikan dan mempertahankan fungsi normalnya mengalami penurunan sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi atau kerusakan. Lansia merupakan individu yang berusia diatas 60 tahun dimana tubuh memiliki

tanda-tanda penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi yang terus menerus secara alamiah. Ada

beberapa batasan-batasan umur pada lansia diantaranya yaitu usia pertengahan (middle age) yakni usia 45-59 tahun,

lanjut usia (elderly) yakni usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yakni usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (verry old)

usia diatas 90 tahun (Sunaryo dkk, 2016).

Diabetes Melitus (DM) atau yang sering juga disebut sebagai penyakit kencing manis merupakan suatu keadaan

dimana tubuh tidak dapat lagi menghasilkan hormon insulin yang dibutuhkan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan

secara optimal hormon insulin yang dihasilkan, sehingga terjadi kenaikan kadar gula dalam darah yang melebihi batas

normal. Diabetes Melitus dapat juga terjadi karena hormon insulin yang dihasilkan oleh tubuh tidak dapat bekerja

dengan baik (Fitriana, 2016).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan strategi dan penanganan yang cepat

untuk mengurangi berbagai resiko yang terkait akibat peningkatan kadar gula darah dalam tubuh. Diabetes melitus

seringkali undiagnosed selama bertahun-tahun karena kadar gula darah dalam tubuh meningkat secara bertahap dan

gejala yang dirasakan pasien masih ringan. Pasien dengan kondisi peningkatan kadar gula darah memiliki resiko untuk

mengalami komplikasi penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi jangka pendek yang akan dialami

penderita DM adalah kadar gula yang tinggi dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan

organ tubuh yang terjadi pada saat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa sebagai energi karena kekurangan

insulin. Komplikasi jangka panjang DM adalah kerusakan mata, gangguan pada jantung dan pembuluh darah,

neuropati, dan stroke (ADA, 2015).

Diabetes Melitus (DM) yang tidak dapat terkendali akan menyebabkan komplikasi metabolik ataupun komplikasi

vaskuler pada jangka panjang. Komplikasi kronik dapat terjadi pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Diabetes

Melitus klinis adalah suatu kondisi sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya

sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau dengan keduanya
(Kartika, 2017).

Dibetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

(kadar gula darah tinggi) yang dapat terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Klasifikasi

DM secara umum terdiri atas DM tipe II atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan DM tipe II atau Non

Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). Diabetes Melitus tipe 2 terjadi karena sel B pankreas memproduksi

insulin dalam jumlah yang sedikit atau mengalami resistensi insulin. Jumlah penderita DM tipe 2 diperkirakan

sebanyak 90-95% dari penderita DM di seluruh dunia (ADA, 2020).

Pemyakit diabetes melitus disebabkan karena hormon insulin gagal bekerja dengan baik. Akibat dari kekurangan

insulin maka di dalam tubuh glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah mengalami

peningkatan dan terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemia, karena batas normal untuk gula

darah adalah 180mg sehingga apabila terjadi hiperglikemia maka ginjal tidak bisa lagi menyaring dan mengabsorbsi

kadar glukosa dalam darah. Gula yang dapat bersifat untuk menyerap air maka kelebihan kadar gula akan dikeluarkan

bersamaan dengan urine yang disebut glukosuria. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan penurunan

transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein yang

menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga

menyebabkan klien mengonsumsi banyak makanan yang disebut poliphagia (Margareth TH, 2019).

Upaya dalam mengendalikan gula darah tidak efektif jika dilakukan dengan pengobatan saja. Hal ini dikarenakan

penderita yang mengalami diabetes melitus disebabkan oleh kerusakan pankreas dalam memproduksi insulin, dimana

insulin ini berfungsi dalam mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh. Penurunan kadar gula darah sebagai salah

satu indikasi dapat terjadinya perbaikan diabetes melitus yang dialami penderita. Oleh karena itu pemberian aktivitas

senam kaki menjadi salah satu cara untuk pengobatan yang efektif dalam mengelola penyakit diabetes melitus (Ruben,

Rottie, dan Karundeng, 2016).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017 prevalensi DM di dunia mencapai 424,9 juta

jiwa dan diperkirakan akan mencapai 628,6 juta jiwa pada tahun 2045, negara paling banyak penderita DM adalah

China dengan jumlah penderita mencapai angka 11,4 juta, sedangkan Indonesia peringkat ke-6 dengan jumlah

penderita DM dengan 10,3 juta jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) kejadian DM di Indonesia

terus meningkat pada tahun 2018, penderita DM mencapai angka 22,9 juta jiwa dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi

2,0% pada 2018. (Riskesdas, 2018)


B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus Tipe II

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu mengetahui dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit diabetes melitus tipe II

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Diabtes Melitus Tipe II.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan penyakit Diabetes Melitus Tipe II.

c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Diabetes Melitus Tipe II.

d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan untuk mengatasi masalah pada klien dengan penyakit Diabetes Melitus Tipe II.

e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien dengan penyakit Diabetes

Melitus Tipe II.

f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawtaan pada klien dengan Diabetes Melitus Tipe II.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah untuk menambah pengetahuan dan informasi dalam menerapkan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II.

2. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Memberikan informasi dan bahan masukkan dalam kegiatan pelaksanaan studi kasus yang digunakan sebagai sebagai

acuan bagi mahasiswa yang sedang melaksanakan pendidikan di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

3. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukkan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek keperawatan khususnya pada klien

dengan Diabetes Melitus Tipe II.

4. Bagi Pembaca

Sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengambilan keputusan tepat dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

Anda mungkin juga menyukai