Anda di halaman 1dari 7

Kehadiran bisnis bermula dari adanya fenomena globalisasi saat ini yang menyebabkan adanya

kemajuan teknologi dan standar akuntansi sehingga target pasar perusahaan mampu mencangkup lokal
maupun internasional. Adanya aktivitas ekonomi inilah yang mengharuskan perusahaan memiliki
standar pelaporan keuangan berstandar akuntansi. Pelaporan keuangan sendiri sebagai penyajian
laporan keuangan perusahaan secara struktur dan menurut PSAK memberikan informasi posisi laporan
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas untuk mengkomunikasikan informasi kepada para
pengguna laporan internal (manajemen dan karyawan) dan pengguna eksternal (investor, kreditur).
Penting sebuah laporan keuangan dibuat relevan terlebih akuntansi sebagai informasi harus mengukur
kinerja manajer dalam mengoptimalkan sumber daya yang terbatas karena itu dapat menarik modal
investasi dan alokasi modal yang baik. Informasi yang dibutuhkan dalam pelaporan keuangan
perusahaan untuk para investor atau kreditur pun tidak hanya terkait laporan keuangan berupa data
kuantitatif, namun juga laporan nonkeuangan (laporan tahunan, sustainability report, prospektus,
otoritas regulator). Pelaporan berstandar akuntansi internasional yang disusun oleh IOSCO (organisasi
tidak menetapkan standar akuntansi) dan IASB (organisasi penetap standar internasional dengan IFRS
Foundation, IFRS Advisory Council, IFRS Interpretations Committee) melihat IFRS dalam lingkungan
politik, kesenjangan ekspektasi, masalah pelaporan keuangan yang signifikan, etika pada lingkungan
akuntansi keuangan, dan konvergensi internasional menjadi tantangan pelaporan keuangan. Untuk
standar akuntansi di Indonesia sendiri ada 4 pilar, yaitu SAK sebagai standar akuntansi keuangan umum
yang digunakan oleh seluruh badan akuntabilitas publik atau badan yang telah terdaftar di Indonesia
dalam pencatatan dan pelaporan keuangan, SAK – ETAP sebagai Standar Akuntansi Keuangan yang
digunakan oleh badan yang tidak memiliki akuntabilitas publik (Unit Kecil Menengah) yang signifikan
dalam pencatatan dan pelaporan keuangan, SAK Syariah sebagai Standar Akuntansi Keuangan yang
digunakan oleh badan yang berkaitan langsung dengan transaksi Syariah (bank syariah, koperasi syariah,
dan perusahaan syariah) dalam pencatatan dan pelaporan keuangan, SAK – EMKM sebagai Standar
Akuntansi Keuangan yang dirancang oleh IAI untuk digunakan para Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam pencatatan dan pelaporan keuangan. Penetapan Standar Akuntansi Keuangan oleh
DSAK-IAI dengan proses identifikasi masalah, konsultasi isu dengan DKSAK (optional), riset terbatas,
pembahasan materi Standar Akuntansi, pengesahan dan publikasi exposure draft, public hearing, limited
hearing (optional), pembahasan masukan publik, dan pengesahan Standar Akuntansi.
NO 3

1. PSAK – IFRS (International Financial Report Standart)


Standar akuntansi keuangan umum yang digunakan oleh seluruh badan akuntabilitas
publik (BUMN, perusahaan dana pension, asuransi) yang telah terdaftar di Indonesia. Standar
akuntansi yang diadopsi oleh IAI ini bertujuan untuk memudahkan pencatatan dan penyajian
laporan keuangan seluruh badan yang telah terdaftar di Indonesia.
2. SAK – ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
Standar akuntansi keuangan yang digunakan oleh badan yang tidak memiliki
akuntabilitas publik yang signifikan. SAK ETAP pun juga menjadi bagian dari IFRS dalam acuan
utama penerapan standar Usaha Kecil Menengah (UKM). Berkaitan dengan standar akuntansi
untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), SAK ETAP bertujuan untuk pedoman para Usaha Kecil
Menengah (UKM) dalam membuat laporan dan pengauditan.
3. PSAK – Syariah

Standar akuntansi keuangan yang digunakan oleh badan yang berkaitan langsung
dengan transaksi syariah. Dimana PSAK Syariah yang berpedoman dari MUI ini bertujuan untuk
memberikan acuan kepada para lembaga berbasis syariah, seperti bank syariah, koperasi
syariah, maupun perusahaan bersistem syariah dalam melakukan pelaporan keuangan.

4. SAP (Standar Akuntansi Pemerintah)


Standar akuntansi keuangan yang ditujukan untuk badan pemerintah dimana standar ini
diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dalam menyusun laporan yang
transparansi sehingga SAP ini dapat menjadi pedoman instansi pemerintah agar terwujud
pemerintahan yang baik.

Tahun 1945 - 1955

Sistem praktik pendidikan dan pelatihan akuntansi tahun 1950 masih


didominasi dengan model sistem akuntansi Belanda.

Tahun 1958

Atas nasionalisasi dan kelangkaan akuntan akibat pindahnya orang -


orang Belanda menyebabkan perubahan sistem praktik akuntansi dari model sistem Belanda
menjadi model

sistem praktik akuntansi Amerika.

Tahun 1960

Model sistem praktik akuntansi Amerika semakin didorong


kehadirannya dengan meningkatnya pendidikan akuntansi di beberapa institusi pendidikan
tinggi di Indonesia.

Tahun 1974

IAI membentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komisi PAI)


berhasil melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi berstandar akuntansi Amerika
dalam buku "Prinsip

Akuntansi Indonesia".

Tahun 1984

Komite PAI melakukan revisi PAI 1973 secara mendasar dan melakukan
kodifikasi prinsip dan standar akuntansi dalam buku "Prinsip Akuntansi Indonesia 1984"
bertujuan untuk

menciptakan kesesuaian kententuan akuntansi dalam penerapan dunia


bisnis. Pada akhir 1984, standar akuntansi di Indonesia bersumber dari IASC (International
Accounting
Standart Commitee).

Tahun 1994

IAI mulai melakukan penyelarasan Standar Akuntansi Internasional


(IAS) ke dalam Standar Akuntansi Indonesia dan merevisi total PAI 1984 sehingga terjadi
perubahan model

standar akuntansi Amerika menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


IFRS. Dengan terbit Standar Akuntansi Keuangan (SAK), menjadikan standar ini sebagai standar
akuntansi

Indonesia.

Tahun 2008

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah memulai program


konvergensi standar akuntansi keuangan Indonesia menuju Internasional Financial Reporting
Standard (IFRS) yang

dikeluarkan oleh Internasional Accounting Standar Board (IASB) sebagai


acuan utama dalam pengembangan standar akuntansi di Indonesia.

Tahun 2012

Diterapkan konvergensi PSAK dengan IFRS dalam menyusun laporan


keuangan suatu badan berdasarkan pengkajiaan dan penelahaan secara detail.

Tahun 2019

Terbentuknya 4 pilar SAK di Indonesia (SAK-IFRS, SAK-ETAP, SAK Syariah,


SAK-EMKM).

Pilar Standar Akuntansi Indonesia

PSAK - IFRS (International Financial Report Standart)

Standar akuntansi keuangan umum yang digunakan oleh seluruh


badan akuntabilitas publik (BUMN, perusahaan dana pension, asuransi) yang telah terdaftar di
Indonesia. Standar
akuntansi yang diadopsi oleh IAI ini bertujuan untuk memudahkan
pencatatan dan penyajian laporan keuangan seluruh badan yang telah terdaftar di Indonesia.

SAK - ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)

Standar Akuntansi keuangan yang digunakan oleh badan yang tidak


memiliki akuntabilitas publik yang signifikan. SAK ETAP pun juga menjadi bagian dari IFRS dalam
acuan
utama penerapan standar Usaha Kecil Menengah (UKM). Berkaitan
dengan standar akuntansi untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), SAK ETAP bertujuan untuk
pedoman para

Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam membuat laporan dan


pengauditan sendiri.

PSAK – Syariah

Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan oleh badan yang


berkaitan langsung dengan transaksi syariah. Dimana PSAK Syariah yang berpedoman dari MUI
ini bertujuan untuk

dijadikan acuan kepada para lembaga berbasis syariah, seperti bank


syariah, koperasi syariah, maupun perusahaan bersistem syariah dalam melakukan pelaporan
keuangan.

SAK - EMKM (Standar Akuntansi Entitas Mikro Kecil dan Menengah)

Standar Akuntansi Keuangan yang dirancang oleh IAI untuk digunakan


para Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dimana ditujukan untuk penyusunan laporan
keuangan

para UMKM dengan laporan untuk akuntabilitas, pengambilan


keputusan, dan lmemperoleh dana dari pihak lain serta lampiran pelaporan pajak.

Proses Penetapan PSAK dan Pelaku Pengesahan PSAK

A. Proses Penetapan PSAK (Due Process Procedure)

1. Penelitian awal dengan mengidentifikasi isu dan solusi terkait


masalah dalam pelaporan keuangan oleh IASB.
2. Setelah diidentifikasi, dilakukan penggambaran isu dan solusi oleh
IASB dalam discussion paper.

3. Publikasi discussion paper untuk mengetahui feedback dari publik.

4. Dari hasil feedback akan dievaluasi dan diterbitkan exposure draft


untuk memperoleh feedback dari pihak di seluruh dunia dan menjadi gambaran standar
akuntansi yang akan

ditetapkan.

5. Setelah mendapat feedback akan dievaluasi oleh IASB dan IASB


melakukan konsultasi dengan IFRS.

6. Mengubah exposure draft apabila diperlukan dan baru kemudian


menetapkan standar akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai