Anda di halaman 1dari 10

67

PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING)


DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
Oleh:
Siti Kunarti
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Abstract

Arrangement concerning of outsourcing in Law Number 13 Year 2003 concerning Labour, at one side
have opened opportunity of new companies appearance which active in service, and on the other
side, have enabled companies which have stood to do efficiency through exploiting of service
company of outsourcing to product selected service or products which do not in direct corollation to
especial business of company. There is no definitive measure him to determine especial as
profession and not especial become the reason of justification for entrepreneur to execute
outsourcing business regulasi the clearness in execution of harmless outsourcing in job relation.

Kata kunci: outsourcing

A. Pendahuluan tenaga kerja baik sebelum selama atau dalam


Kehidupan dan pekerjaan adalah dua sisi hubungan kerja , dan sesudah hubungan kerja.2
mata uang, agar manusia dapat hidup maka Salah satu polemik dalam ketenagakerja-
manusia harus bekerja. Manusia sebagai mahluk an yang banyak mendapatkan sorotan adalah
sosial (zoon politicon) mempunyai kebutuhan permasalahan outsourcing. Kondisi perekonomi-
yang beraneka ragam, yang diantaranya adalah an yang terpuruk telah memaksa pemerintah
sandang, papan, pangan. Demi terpenuhinya dan dunia usaha untuk lebih kreatif untuk
berbagai kebutuhan itu manusia dituntut untuk menciptakan iklim usaha. Melalui berbagai
bekerja karena dengan pekerjaanya itu dapat regulasi, pemerintah telah menciptakan pe-
diperoleh suatu penghasilan. Dalam hal ini, rangkat hukum bagi berkem-bangnya investasi
hak untuk bekerja sudah secara eksplisit diatur melalui dunia usaha. Disisi lain, pengusaha juga
dalam Pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945. berupaya untuk menang-kap setiap peluang
Dalam melakukan pekerjaan, seseorang bisnis yang ada, baik melalui pemanfaatan
dapat berusaha dengan sendiri (wirausaha) berbagai kemudahan usaha yang diberikan
ataupun dapat bekerja pada orang lain dan pemerintah maupun melalui upaya-upaya inter-
inilah yang berkaitan dengan Hukum Per- nal, misalnya melaku-kan efiensi untuk
buruhan. Hukum Perburuhan adalah sebagian menghemat biaya operasio-nal.
dari hukum yang berlaku (segala peraturan- Salah satu regulasi yang banyak men-
peraturan) yang menjadi dasar dalam mengatur dapat sorotan belakangan ini adalah Undang-
hubungan kerja antara buruh (pekerja) dengan Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
majikan atau perusahaannya, mengenai tata Ketenagakerjaan. Ketentuan yang mengundang
kehidupan dan tata kerja yang langsung ber- perdebatan dalam undang-undang ini adalah
sangkut paut dengan hubungan kerja tersebut.1 ketentuan mengenai Outsourcing.
Sementara berdasarkan pengertian ketenaga- Outsourcing berasal dari bahasa Inggris
kerjaan maka hukum ketenagakerjaan adalah yang berarti alih daya. Outsourcing mempunyai
semua peraturan hukum yang berkaitan dengan nama lain yaitu “contracting out” merupakan
sebuah pemindahan operasi dari satu

2
Lalu Husni, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
1
Zainal Asikin, dkk, 2006, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Indonesia (edisi revisi), Jakarta: PT. Raja Grafindo, hlm.
Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 1-2 24
68 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009

perusahaan ketempat lain.3 Outsourcing dapat source, yaitu bagian-bagian yang tidak berkait-
disebut juga sebagai perjanjian pemborongan an dengan bisnis inti. Melalui UU tersebut mulai
pekerjaan4. Pasal 64 Undang-undang Nomor 13 tumbuh kesadaran perusahaan-perusahaan
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menye- besar untuk menggantikan tenaga kerja yang
butkan bahwa perusahaan dapat menyerahkan tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti
sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada per- perusahaan, seperti cleaning service, security/
usahaan lainnya melalui perjanjian pemborong- satpam, akunting dan lain-lain.
an pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/ Akhir-akhir ini, pelaksanaan outsourcing
buruh yang dibuat secara tertulis. banyak dibicarakan oleh para pelaku proses
Pada awalnya, outsourcing belum diiden- produksi barang maupun jasa, maupun
tifikasikan secara formal sebagai strategi bisnis. pemerhati karena outsourcing banyak dilakukan
Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang untuk menekan biaya pekerja/buruh (labour
semata-mata mempersiapkan diri pada bagian- cost) dengan perlindungan dan syarat kerja
bagian yang tidak dapat dikerjakan secara yang diberikan jauh dibawah dari yang se-
internal dikerjakan secara outsource.Namun harusnya diberikan sehingga sangat merugikan
sekitar tahun 1990, outsourcing telah mulai pekerja/buruh.
berperan sebagai jasa pendukung. Tingginya Pelaksanaan outsourcing yang demikian
persaingan telah menuntut manajemen per- tentunya menimbulkan banyak keresahan bagi
usahaan melalui outsource fungsi-fungsi yang pihak pekerja/buruh dan tidak jarang diikuti
penting bagi perusahaan akan tetapi tidak dengan tindakan mogok kerja, sehingga maksud
berhubungan dengan bisnis inti perusahaan. diadakan outsourcing seperti apa yang disebut-
Dalam perkembangan selanjutnya, outsourcing kan diatas menjadi tidak tercapai, karena
tidak lagi sekedar membagi risiko tetapi terganggunga proses produksi barang dan jasa.
menjadi lebih kompleks. Micheal F. Corbett, Outsourcing dapat dikatakan sebagai pe-
pendiri The Outsourcing Institut dan Presiden manfaatan tenaga kerja untuk memproduksi
Direktur dari Micheal F. Corbett & Associatiates atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu
Consulting Firm mengemukakan outsourcing perusahaan, melalui perusahaan/penyedia atau
telah menjadi alat manajemen. Bukan hanya pengerah tenaga kerja. Disini berarti bahwa
untuk menyelesaikan masalah tetapi juga untuk terdapat dua perusahaan yang terlibat, yakni
mendukung tujuan dan sasaran bisnis.5 perusahaan yang khusus menyeleksi, melatih
Pada dasarnya, praktek outsourcing di dan mempekerjakan tenaga kerja yang meng-
Indonesia telah dikenal sejak zaman kolonial hasilkan suatu produk/jasa tertentu untuk
Belanda. Praktik ini dapat dilihat dari adanya kepentingan perusahaan lainnya. Dengan demi-
pengaturan mengenai pemborongan pekerjaan kian perusahaan yang kedua tidak mempunyai
diatur dalam Pasal 1601 KUH Perdata yang hubungan kerja langsung dengan tenaga kerja
menyebutkan bahwa pemborongan pekerjaan yang bekerja padanya, dan hubungan kerja
adalah suatu kesepakatan kedua belah pihak hanya dengan perusahaan penyedia tenaga
yang saling mengikatkan diri, untuk menyerah- kerja.
kan suatu pekerjaan kepada pihak lain dan Kegiatan outsourcing dilakukan oleh per-
pihak lainnya membayar sejumlah harga. usahaan jasa penyalur tenaga kerja yang
Lahirnya Undang-undang Nomor 13 mengajukan proposal untuk menempatkan
Tahun 2003 telah mengatur bidang-bidang tenaga kerja untuk bekerja pada perusahaan
tertentu yang memungkinkan untuk diout- yang dituju. Apabila perusahaan calon peng-
guna tenaga kerja tertarilk dapat menyetujui
3
Mengupas & Membedah Seluruh Permasalahan Outsour- dengan membuat perjanjian kerja tertulis an-
cing di Indonesia, http:/www.mailarchive.com/bursa-
tara perusahaan pengguna dengan perusahaan
kerjaonlain2yahoogroups.com/msg00193.html
4
Sehat Damanik, 2006,Outsourcing & Perjanjian Kerja, yang menyalurkan tenaga kerja mengenai hak
Jakarta: DSS-Publising, hlm. 3
5
Ibid, hlm. 8
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Outsourcing) 69
dalam Hukum Ketenagakerjaan

dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa
pelaksanaan outsourcing tersebut. outsourcing)6. Melalui pendelegasian tersebut,
Dalam hal ini, Indonesia merupakan maka pengeloalaan tidak lagi dilakukan oleh
negara dunia ketiga yang memiliki jumlah perusahaan yang menggunakan jasa outsour-
tenaga kerja yang cukup banyak, namun cing, melainkan dilimpahkan kepada perusaha-
dengan ketersediaan lapangan kerja yang an jasa outsourcing yang telah menjadi
sangat terbatas maka penggangguran masih pemborong.
relatif banyak, hal inilah yang menjadikan Sementara dalam KUHPerdata Pasal 1601
outsourcing semakin hari semakin menjamur di b disebutkan bahwa pemborongan pekerjaan
seluruh wilayah Indonesia dengan alasan dari (outsourcing) adalah suatu perjanjian dimana
pihak pemilik modal adalah demi berkurangnya pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri
jumlah pengangguran. untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan
Memperhatikan dari uraian diatas maka tertentu bagi pihak yang lain, yaitu pihak yang
maka artikel ini akan membahas mengenai memborongkan, dengan menerima harga yang
perjanjian pemborongan pekerjaan (outsour- telah ditentukan. Berdasarkan ketentuan
cing) dalam hukum Ketenagakerjaan di Indo- tersebut maka outsourcing dapat dibedakan
nesia menjadi dua kelompok :
a. Penyerahan suatu pekerjaan oleh suatu
B. Pembahasan perusahaan kepada perusahaan lain untuk
1. Pengertian outsourcing dikerjakan ditempat perusahaan lain ter-
Outsourcing merupakan bahasa asing sebut (titik beratnya pada produk keben-
yang berasal dari dua suku kata Out yang daan)
berarti “luar” dan Source yang artinya “sum- b. Penyediaan jasa pekerja oleh perusahaan
ber”. Namun jika diintrodusir ke dalam bahasa penyedia jasa pekerja yang dipekerjakan
Indonesia, Outsourcing adalah ”alih daya”. pada perusahaan lain yang membutuhkan
Outsourcing memilki istilah lain yakni (titik berfatnya lebih kepada orang per-
”contracting out” orangan yang jasanya dibutuhkan).
Dalam hukum ketenagakerjaan outsour- Pada poin pertama, yang dimaksud ada-
cing disebut juga sebagai perjanjian pem- lah outsourcing produk dimana perjanjian
borongan pekerjaan. Dalam Pasal 64 Undang- kerjasama cukup dibuat dan ditandatangani
Undang Nomor 13 Tahun 2003 dinyatakan oleh perusahaan yang satu dengan yang
bahwa Perusahaan dapat menyerahkan sebagi- lainnya, dengan menyebutkan obyek. Misalnya
an pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan pembuatan kancing baju, risleting dan lainnya
lainnya melalui perjanjian pemborongan pe- pada perusahaan garmen atau mur, kunci-kunci
kerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh pada perusahaan otomotif lainnya. Sedangkan
yang dibuat secara tertulis. pada poin kedua dalam pelaksanaan perjanjian
Perjanjian pemborongan pekerjaan ada- outsourcing dalam bentuk mempekerjakan/
lah suatu perjanjian, pihak yang satu mengambil jasa per-orangan dapat dilakukan
pemborong mengikatkan diri untuk membuat dengan penandatanganan kontrak kerja antara
suatu karya tertentu bagi pihak yang lain, yang perusahaan yang merekrut/tenaga kerja de-
memborongkan dengan menerima pembayaran ngan perusahaan yang menampung penempatan
tertentu, dan dimana pihak yang lain yang tenaga kerja, kemudian antara pekerja dengan
memborongkan mengikatkan diri untuk perusahaan yang menerima dan melatih
memborongkan pekerjaan itu kepada pihak pekerja.
yang satu, pemborong, dengan pembayaran Asas yang berlaku dalam hukum per-
tertentu. Sementara menurut Chandra Suwon- janjian adalah, hal-hal yang telah disepakati
do, outsourcing adalah pendelegasian operasi
dan manajemen harian dari suatu proses bisnis 6
Sehat Damanik, Op. cit.hlm. 2
70 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009

kedua belah pihak dalam perjanjian berlaku kerjaan, perusahaan pemberi pekerjaan dan
sebagai undang-undang yang mengikat. pekerja/buruh.
Ketentuan tersebut sebgai undang-undang yang a. Perusahaan penerima pekerjaan
mengikat. Ketentuan tersebut disebut sebagai Dalam melakukan oursourcing, per-
kebebasan berkontrak, namun syarat dan usahaan penerima pekerjaan disebut juga
ketentuan tersebut tidak boleh bertentangan sebagai pemborong ataupun perusahaan
dengan undang-undang, kesusilaan dan norma penerima pemborongan pekerjaan. Dalam
keadilan. keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP.
Kehadiran Undang-Undang No. 13 Tahun 220/MEN/X/2004 Pasal 1 ayat (2) yang di
2003 tentang Ketenagakerjaan telah dianggap maksud dengan Perusahaan Penerima
memberikan aturan outsourcing lebih jelas Pemborongan Pekerjaan adalah perusahaan
karena kalau kita bandingkan mendasarkan lain yang menerima penyerahan sebagian
pada pasal-pasal dalam KUHPerdata, tidak pelaksanaan pekerjaan dari perusahaan
dibatasi pada pekerjaan yang mana saja yang pemberi pekerjaan, sedangkan dalam Ke-
dapat diborongkan/outsource. Sedangkan putusan Menteri Tenaga Kerja No.
dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 KEP.101/MEN/VI/2004 Pasal 1 ayat (4) yang
tentang Ketenagakerjaan telah membatasi pada dimaksud dengan Perusahaan Penyedia Jasa
produk/urusan yang tidak berhubungan lang- adalah perusahaan berbadan hukum yang
sung dengan bisnis utama dalam suatu dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa
perusahaan. Meskipun di dalam UU tersebut pekerja/buruh untuk dipekerjakan di
tidak ditemukan istilah outsourcing secara perusahaan pemberi pekerjaan.
langsung, namun dalam realitanya undang- Memperhatikan definisi mengenai pe-
undang tersebut menjadi tonggak baru yang ngertian perusahaan penerima pekerjaan
mengatir dan melegalkan masalah outsourcing. harus berbadan hukum, dan ketentuan me-
Istilah yang digunakan dalam Undang- ngenai keharusan bahwa hanya perusahaan
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Kete- yang berbadan hukum yang dapat melakukan
nagakerjaan adalah perjanjian pemborongan bisnis outsourcing telah ditetapkan dengan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh. tegas oleh pembuat UU nomor 13 tahun
Istilah tersebut diambil dari istilah yang 2003, walaupun mengenai batasan per-
digunakan dalam KUHPerdata seperti yang usahaan-perusahaan berbadan hukum tidak
telah dijelaskan sebelumnya. Ketentuan yang dijelaskan batasannya dalam Undang-undang
mengatur outsourcing ditemukan dalam Pasal ini. Dengan tidak adanya batasan secara
64-66. Dalam Pasal 64 dinyatakan bahwa Per- tegas tidak menetukan badan hukum ter-
usahaan dapat menyerahkan sebagian pelak- tentu yang dapat melaksanakan bisnis out-
sanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya sorcing, maka dapat diartikan semua badan
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan hukum di Indonesia dapat melakukan
atau penyediaan jasa pekerja .buruh yang outsourcing, yang terdiri dari:
dibuat secara tertulis. Karena ketentuan ter- 1) Perseroan Terbatas (PT)
sebut merupakan pilihan bebas, maka peman- 2) Koperasi
faatan outsourcing bukanlah sesuatu yang wajib 3) yayasan7
melainkan berdasarkan pada pertimbangan b. Perusahaan pemberi Pekerjaan
pengusaha. Menurut FX Jumialdji perusahaan peng-
guna jasa disebut juga sebagai pemberi
2. Pihak-pihak dalam outsourcing tugas, pimpro, aanbesteder, bouwheer, atau
Dalam outsourcing pihak-pihak terlibat
dalam hubungan kerja tidak hanya melibatkan
pengusaha dan pekerja, melainkan melibatkan
7
I.G. Rai Widjaya, 2004, Hukum Perusahaan, Bekasi:
tiga pihak yaitu perusahaan penerima pe-
Devisi Kesaint Blanc, hlm. 143
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Outsourcing) 71
dalam Hukum Ketenagakerjaan

principal ataupun pemberi pekerjaan.8 Da- bermutu dan efisien. Dalam hal ini perusaha-
lam Keputusan Menteri Tenaga kerja No. an hanya akan mengurus bisnis utamanya
KEP.220/MEN/X/2004 Pasal ayat (1) disebut- (core business), sedangkan bisnis pendukung
kan bahwa perusahaan yang selanjutnya diserahkan kepada pihak ketiga. Dengan
disebut perusahaan pemberi pekerjaan penyerahan beban tersebut maka pengusaha
adalah : akan lebih focus pada bisnis utama yang
1) setiap bentuk usaha yang berbadan hu- digelutinya. Dan dengan outsourcing maka
kum atau tidak, milik orang perseorang- resiko investasi akan terbagi menjadi lebih
an, milik persekuatuan atau milik badan kecil resiko itu bukan hanya secara finansial
hukum, baik milik swasta maupun milik akan tetapi juga operasional. Dengan demi-
negara yang mempekerjakan pekerja/ kian perusahaan akan menjadi lebih fleksibel
buruh dengan membayar upah atau im- dan lebih tahan terhadap guncangan-gunc-
balan dalam bentuk lain; angan yang timbul dalam dunia usaha.
2) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain c. Pekerja/buruh
yang mempunyai pengurus dan mempe- Pengertian pekerja/buruh dalam out-
kerjakan orang lain dengan membayar sourcing sebenarnya tidak berbeda jauh de-
upah atau imbalan dalam bentuk lain. ngan pengertian pekerja/buruh berdasarkan
Pertimbangan yang dijadikan alasan pengertian ketenagakerjaan Dalam Keputus-
perusahaan pengguna jasa untuk melakukan an Menteri Tenaga Kerja No. KEP.220./MEN/
outsource ialah karena terdapat keseder- X/2004. Pasal 1 ayat (3) menyebutkan pe-
hanaan bagi pengusaha tempat kerja di ngertian pekerja/buruh adalah setiap orang
pekerjakan, yakni perusahaan mengurus per- yang bekerja pada perusahaan penerima
masalahan perekrutan dan pelatihan kerja. pemborongan pekerjaan dengan menerima
Mereka hanya menentukan kriteria tenaga upah atau imbalan dalam bentuk lain.
kerja yang diperlukan dan memberikannya
kepada perusahaan outsourcing. Hal ini 3. Perjanjian Pemborongan (outsourcing) da-
merupakan efisiensi bagi perusahaan untuk lam hukum ketenagakerjaan di Indonesia.
melakukan bisnis pokoknya (core business). Prosedur perjanjian pemborongan peker-
Dasar pertimbangan perusahaan me- jaan (outsourcing) dalam hukum ketenaga-
lakukan outsourcing diantaranya adalah; kerjaan di Indonesia berpedoman pada Pasal
1) Perusahaan dapat melakukaingan efisi- 64-65 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
ensi/penghemata tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian tersebut
2) Perusahaan lebih kompetitif dalam meng- harus dibuat secara tertulis, dengan memper-
hadapi pers hatikan beberapa ketentuan dalam hukum
3) Perusahaan dapat mempertahankan jum- perjanjian pada umumnya. Undang-undang
lah tenaga kerja tetap seminimal mung- Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
kin telah membatasi pekerjaan-pekerjaan yang
4) Perusahaan tidak perlu menangni masalah dapat diserahkan kepada perusahaan lain yang
ketenagakerjaan secara langsung. melalui pemborongan atau outsourcing. Dalam
Menurut Zainal Asikin, banyak manfaat Pasal 65 ayat (2) disebutkan pekerjaan yang
dengan adanya outsourcing bagi perusahaan dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus
apabila dilihat sebagai langkah strategis memenuhi syarat :
jangka panjang. Pilihan outsourcing oleh pe- a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan
ngusaha merupakan satu langkah untuk utama.
menerapkan spesialisasi sehingga produk b. Dilakukan dengan perintah langsung.
atau layanan yang diberikan menjadi lebih c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan
secara keselauruhan;dan
8
F.X Djumialji, 2006, Perjanjian Kerja, Jakarta: Sinar
Grafika, hlm. 20
72 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009

d. Tidak menghambat proses produksi secara antara pekerja/buruh dengan perusahaan jasa
langsung. atau perusahaan penerima pekerjaan dapat
Persyaratan tersebut merupakan syarat didasarkan pada perjanjian kerja waktu ter-
yang bersifat kumulatif yang harus dipenuhi tentu dan perjanjian kerja waktu tidak terten-
secara keseluruhan, baik oleh pemberi peker- tu. Apabila hubungan kerja yang dilakukan
jaan (perusahaan outsourcing). Tidak ter- antara perusahaan yang dilakukan antara
penuhinya salah satu syarat mengakibatkan perusahaan penerima pekerjaan dengan pe-
pekerjaan yang di-outsource tidak dapat kerja/buruh mendasarkan pada perjanjian
diserahkan kepada perusahaan lain. Bila sudah kerja waktu tertentu, tetap harus berpedoman
terlanjur dilaksanakan akan menimbulkan dam- pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
pak yang merugikan bagi pemberi pekerjaan, Transmigrasi No. KEP.!00/MEN/VI/004,hal ter-
khususnya berkaitan dengan tanggungjawab sebut juga memungkinkan perjanjian kerja
terhadap pekerja/buruh. waktu tertentu menjadi perjanjian kerja wak-
Pasal 65 ayat (6) bahwasannya hubungan tu tidak tertentu.
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai- Dalam membuat perjanjian pemborongan
mana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam pekerjaan (outsoaurcing) perlu memperhatikan
perjanjian kerja secara tertulis antara per- syarat-syarat pelaksanaan outsourcing sebagai
usahaan lain dan pekerja/buruh yang dipeker- berikut :
jakannya. Ini berarti hubungan kerja yang a. Berbadan Hukum
terjadi adalah hanya antara pekerja/buruh b. Syarat Perizinan
dengan perusahaan yang dalam hal ini adalah c. Perlindungan Kerja
perusahaan penerima pekerjaan. Antara Perlindungan kerja terhadap tenaga
pekerja/buruh tidak memilki hubungan kerja kerja/buruh merupakan sesuatu yang mutlak
dengan perusahaan pemberi pekerjaan yang dalam pemborongan pekerjaan. Hal ini sesuia
menggunakan jasa outsourcing. Sementara dengan Kepmenakertrans RI No. KEP-101/MEN/
Pasal 65 ayat (7) menentukan bahwasanya VI/2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusaha-
hubungan kerja yang dimaksud dalam ayat (6) an penyedia jasa pekerja/buruh. Menurut ke-
dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tentuan dalam peraturan tersebut setiap
tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu pekerjaan yang diperoleh perusahaan dari
tertentu apabila memenuhi syarat sebagaimana perusahaan lainnya maka kedua belah pihak
dimaksud dalam Pasal 59. Pasal 59 ayat (1) harus membuat perjanjian tertulis yang
menyatakan: Perjanjian kerja untuk waktu memuat sekurang-kurangnya :
tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan a. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau pekerja/buruh dari perusahaan jasa.
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam b. Penegasan bahwa dalam melaksanakan
waktu tertentu yaitu : pekerjaan sebagaimana dimaksud huruf a,
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang hubungan kerja yang terjadi adalah antara
sementara sifatnya : perusahaan penyedia jasa dengan pekerja/
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaian- buruh yang dipekerjakan perusahaan pe-
nya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan nyedia jasa sehingga perlindungan upah dan
paling lama 3 (tiga) tahun. kesejahteraan, syarat-syarat kerja dan
c. Pekerjaan yang bersifat musiman;atau perselisihan yang timbul menjadi tanggung
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/
baru, kegiatan baru atau produk tambahan buruh.
yang masih dalam percobaan atau pen- c. Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa
jajakan. pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/
Memperhatikan pasal tersebut, maka buruh diperusahaan penyedia jasa pekerja/
dalam oursourcing perjanjian kerja yang dibuat buruh sebelumnya untuk jenis-jenis pekerja
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Outsourcing) 73
dalam Hukum Ketenagakerjaan

yang terus menerus ada di perusahaan pem- Perlindungan ini lebih sering disebut
beri kerja dalam hal terjadi penggantian keselamatan kerja.
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. c. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis
Berdasarkan ketentuan diatas, maka per- perlindungan yang berkaitan dengan usaha-
aturan perundang-undangan dengan tegas telah usaha untuk memberikan kepada pekerja
memberikan jaminan atas pemenuhan/perlin- /buruh suatu penghasilan yang cukup guna
dungan hak-hak pekerja oleh perusahaan. Hal memenuhi keperluanb seharihari baginya
ini mempertegas Pasal 6 UU Nomor 13 tahun dan keluarganya termasuk dalam hal
2003 bahwa setiap pekerja/buruh berhak pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena
memperoleh perlakuan yang sama tanpa dis- sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan
krimnasi dari pengusaha. Menurut Gunarto jenis ini biasanya disebut dsengan jaminan
Suhardi untuk melindungi pekerja dengan wak- sosial.9
tu tertentu atau tenaga kerja outsourcing maka Ketentuan-ketentuan tersebut sebenar-
ketentuan tersebut adalah ketentuan yang nya merupakan peraturan-peraturan yang sudah
sangat penting untuk mempersamakan per- cukup mengakomodir perlindungan kerja ter-
lakuan dengan pekerja tetap. Bagi pekerja hadap pekerja/buruh akan tetapi hal ini juga
outsourcing, sebenarnya perbedaan tersebut harus dipatuhi oleh pembuat perjanjian out-
dapat dibuat tidak berarti apabila mereka sourcing demi terpenuhinya kepentingan peker-
mengetahui tentang hak-hak dasar pekerja ja/buruh. Akan tetapi persoalan-persoalan
seperti disebutkan dalam Pasal 6 tersebut. muncul berkaitan dengan hukum ketenaga-
Dalam Pasal 5 Kepmenaketrans Nomor kerjaan dalam masalah outsourcing adalah:
KEP-220/MEN/X/2004 tentang syarat penyerah- a. Pekerja kontrak dan rendahnya perlindungan
an sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pekerja
perusahaan lain ditentukan bahwasannya, Mengingat perjanjian kerja antara pemberi
setiap perjanjian pemborongan pekerjaan wajib pekerjaan dengan penerima pekerjaan
memuat ketentuan yang menjamin terpenuhi- umumnya dibatasi waktu yang singkat, bisa
nya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan dalam hitungan satu tahun atau bahkan
kerja sebagaimana diatur dalam peraturan per- bulanan maka sangat berpengaruh terhadap
undang-undangan. Ketentuan-ketentuan ter- kesinambungan pekerjaan buruh menjadi
sebut untuk diketahui oleh pekerja/buruh demi terancam. Persoalan yang muncul adalah
melindungi haknya sebagai pekerja/buruh. setelah pekerjaan diperjanjikan selesai,
Berdasarkan hal di atas, maka secara maka otomatis para pekerja akan berhenti
teoritis dikenal adanya 3 (tiga) jenis per- bekerja. Dalam hal demikian lantas siapakah
lindungan kerja yaitu : yang akan menaggung gaji mereka ? Untuk
a. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlin- menghindar dari kewajiban membayar gaji
dungan yang berkaitan dengan usaha ke- pekerja pada saat tidak ada pekerjaan,
masyarakatan yang tujuan untuk memung- maka pengusaha mensyaratkan kontrak kerja
kinkan pekerja/buruh mengenyam dan me- dengan pekerja. Dalam pelaksanaannya,
ngembangkan perikehidupan sebagaimana kontrak kerja tesrebut bisa berlangsung
manusia pada umumnya, dan khususnya sampai bertahun-tahun dengan kontrak kerja
sebagai anggota masyarakat, serta anggota yang telah diperpanjang sampai lebih dua
kekuarga.Perlindungan ini disebut juga kali. Kendati perpanjangan kontrak telah
dengan kesehatan kerja. nyata-nyata melanggar hukum ketenaga-
b. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindung- kerjaan, namun sulit bagi semua pihak untuk
an yang berkaitan dengan usaha–usaha untuk menghindar dari persoalan tersebut.
menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari
bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh
9
Zaeni Asyadhie, 2007, Hukum Kerja, Jakarta: PT
alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
Rajagrafindo Persada, hlm. 78
74 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009

b. Upah yang diterima oleh pekerja jauh lebih dalam satu perusahaan outsourcing terdapat
rendah dari jumlah yang diterima oleh beberapa jenis produk yang berbeda-beda.
pengusaha. Disinilah letak keunggulan outsourcing,
Dalam kegiatan outsourcing perjanjian ker- namun secara tidak langsung hal ini telah
jasama bukan ditandatangani oleh pekerja menghambat pengembangan keahlian para
dengan pemberi pekerjaan, melainkan an- pekerja/buruhnya.
tara perusahaan tempat pekerja bekerja,
selaku penerima pekerjaan dengan per- C. Penutup
usahaan pemberi pekerjaan, maka negosiasi Istilah outsourcing tidak ditemukan se-
terhadap upah/jasa pekerja tidak bias di cara langsung dalam Undang-Undang Nomor 13
ketahui oleh pekerja/buruh. tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, namun
Para pekerja umumnya tidak bisa berbuat demikian dari Pasal 64-65 telah mensiratkan
banyak. Mereka tidak punya cukup keberani- adanya outsourcing. Walaupun pelaksanaan
an untuk meminta perusahaan penerima perjanjian outsorcing mengakomodir hukum
pekerjaan bersikap terbuka terhadap jumlah perjanjian dalam hubungan kerja, namun pada
uang yang diterima atas tenaga kerja yang perjanjian yang mereka buat tidak boleh
dikerahkan. Ketika hal ini diketahui oleh mengesampingkan beberapa ketentuan dalam
perusahaan pemberi pekerjaan, mereka juga UU Nomor 13 Tahun 2003. Dalam oursourcing,
tidak bisa secara langsung memaksakan agar perjanjian kerja yang dibuat antara pekerja/
perusahaan penerima pekerjaan membayar buruh dengan perusahaan jasa atau perusahaan
pekerjanya secara layak. Bahkan sering penerima pekerjaan dapat didasarkan pada
terjadi, pemberi pekerjaan dan penerima perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian
pekerjaan berkolusi untuk memberikan upah kerja waktu tidak tertentu.
pekerja seminimal mungkin, sehingga selisih
dari upah/jasa tersebut bisa mereka bagi- Daftar Pustaka
bagi. Asikin, Zainal, dkk. 2006. Dasar-dasar Hukum
Untuk menciptakan keteraturan dan keadil- Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers;
an, sebaiknya pemerintah membuat aturan Asyadhie, Zaeni. 2007. Hukum Kerja. Jakarta:
yang tegas mengenai batasan atas hak dan PT Rajagrafindo Persada;
kewajiban perusahaan penerima pekerjaan,
Damanik, Sehat. 2006. Outsourcing dan
termasuk besaran persentasi yang boleh
Perjajian Kerja. Jakarta: DSS-Publising;
dipotong dari upah para pekerja. Dengan
demikian, kepentingan pekerja bias lebih Djumadi. 2003. Hukum Kerja, Perburuhan,
Perjanjian. Jakarta: PT. Rajagrafindo;
terlindungi serta pengusaha juga mendapat
perlindungan atas kepastian haknya. Djumialji, F.X. 2006, Perjanjian Kerja. Jakar-
c. Pengembangan keahlian yang terbatas10 ta: Sinar Grafika;
Kendala yang lain yang dihadapi dalam pe- Editus, Dan Jehan Libertus. 2006. Hak-Hak Pe-
laksanaan outsourcing adalah sulitnya me- kerja Perempuan. Jakarta: Visi Media;
lakukan pengembangan karir, karena di
Muadz, Farid. 2005. Pengadilan Hubungan
perusahaan umumnya pekerjaan yang di
Industrial dan Alternatif Penyelesaian
lakukan adalah satu jenis tertentu secara Perselisihan Hubungan Industrial di luar
berulang, hal ini terjadi karena adanya pengadilan. Jakarta: Ind. Hill C;
spesialisasi perusahaan. Spesialisasi itu
Suhardi, Gunarto. 2006. Perlindungan Hukum
benar-benar dilakukan sehingga perusahaan Bagi Para Pekerja Kontrak Outsourcing.
bisa menghasilkan produk yang mempunyai Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
keunggulan ekonomi. Sangat jarang terjadi Yogyakarta;

10
Sehat Damanik, Op. cit , hlm. 111-115
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Outsourcing) 75
dalam Hukum Ketenagakerjaan

Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenaga-


kerjaan Indonesia. (edisi revisi). Jakarta:
PT. Raja Grafindo;
Rai Widjaya, I.G. 2004 Hukum Perusahaan
Bekasi: Devisi Kesaint Blanc;
Mengupas dan Membedah Seluruh Permasalahan
Outsourcing di Indonesia, http:/www.
mailarchive.com/bursakerjaonline@yaho
o-groups.com/msg00193.html.
76 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai