Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM KIMIA FARMASI II

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK

KELOMPOK : III

ANGKATAN : 2018

NAMA ASISTEN : ADELIA MARSYA UTAMI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antibiotik telah digunakan selama 60 tahun untuk mengurangi

angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi (WHO, 2014).

Menurut Kemenkes RI (2011) penyakit infeksi berada pada posisi sepuluh

besar penyakit terbanyak di Indonesia, sehingga penggunaan antibiotik

menjadi sangat tinggi. Antibiotik yang tidak digunakan secara rasional dan

penerapan standar kewaspadaan yang tidak benar di fasilitas pelayanan

kesehatan dapat menyebabkan terjadinya resistensi sehingga dapat

meningkatkan angka kesakitan, kematian dan biaya untuk mengobati

penyakit infeksi tersebut.

Awalnya resistensi hanya terjadi di lingkungan rumah sakit, namun

semakin lama resistensi menjadi meluas ke lingkungan masyarakat,

khususnya bakteri Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcusaureus,

dan Escherichia coli sehingga kemunculan resistensi antibiotik menjadi

masalah global kesehatan masyarakat yang dihadapi dalam beberapa

dekade terakhir

Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan, terkait

dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri yang diderita oleh banyak

orang. Disamping itu penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah

resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki.


Adapun antibiotik di kelompokkan menjadi 8 golongan yaitu

golongan penisilin, sepalosporin, golongan aminoglikosida, golongan

quinolone, golongan tetrasiklin, golongan makrolida dan linkomisin,

golongan peptide dan golongan antibiotic lainnya.

Amoksisilin adalah antibiotic bakterisidal yang memiliki spectrum

luas terhadap bakteri gram positif dan gram negative. Amoksisilin

meru[akan drug of choice yang digunakan untuk banyak infeksi terutama

infeksi saluran napas yang disebabkan oleh staphylococcus aureus,

haemophillus influenza, dan S. pneumonia.

B. Maksud Percobaan

Agar dapat menentukan kadar golongan antibiotic dalam sediaan

tablet amoksisislin dengan menggunakan metode iodimetri

C. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan kadar antibiotic dalam sediaan tablet

amoksisilin dengan menggunakan metode iodimetri

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari praktikum ini adalah untuk obat golongan

antibiotic pada sediaan tablet Amoxicillin dengan menggunakan metode

iodometri, dengan menggunakan sampel dan tidak menggunakan sampel

dengan titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Antibiotik adalah golongan obat yang paling banyak digunakan

didunia. Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk

penggunaan antibiotic. Penggunaan antibiotic secara rasional di artikan

sebagai pemberian antibiotic yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat,

tepat dosis dan waspada terhadap efek samping obat yang dalam arti

konkritnya adalah adalah pemberian resep yang sesuai indikasi. Obat juga

merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis

layak dapat menyembuhkan serta meringankan atau mencegah penyakit.

(Deni Andre atmadinata, 2012).

Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotic dengan spectrum luas,

Digunakan untuk pengobatan seperti infeksi pada saluran napas, saluran

empedu, dan saluran seni, gonorhe, gastroenteris, meningitis dan infeksi

karena Salmonella sp, seperti demam tipoid. Amoxicillin adalah turunan

penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase.

Amoxicillin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan β-

laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena obat tersebut dapat

menembus pori-pori dalam membran fosfolipid luar. Untuk pemberian oral

amoxicillin merupakan obat pilihan karena di absorbsi lebih baik dari pada

ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parenteral. (Verdha Aidhiya

2016).
Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia dapat

dibedakan sebagai berikut (Katzung, et. al. 2014) :

1. Beta laktam, penisilin (contohnya: penisilin, isoksazolil penisilin,

ampisilin), sefalosporin (contohnya sefadroksil, sefaklor), monobaktam

(contohnya: azteonam) dan karbapenem (contohnya: imipenem).

2. Tetrasiklin, contohnya tetrasiklin dan doksisiklin.

3. Makrolida, contohnya eritromisin dan klaritromisin

4. Linkomisin, contohnya linkomisin dan klindamisin

5. Kloramfenikol, contohnya kloramfenikol dan tiamfenikol

6. Aminoglikosida, contohnyastreptomisin, neomisin dan gentamisin.

7. Sulfonamida (contohnya: sulfadizin, sulfisoksazol) dan kotrimoksazol

(kombinasi trimetroprim dan sulfametoksazol).

8. Kuinolon (contohnya: asam nalidiksat) dan fluorokuinolon (contohnya:

siprofloksasin dan levofloksasin)

9. Glikopeptida, contohnyavankomisin dan telkoplanin.

10. Antimikrobakterium, isoniazid, rifampisin, pirazinamid.

11. Golongan lain, contohnya polimiksin B, basitrasin, oksazolidindion.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat

menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik

(contohnya sulfonamid, trimetroprim, kloramfenikol, tetrasiklin, linkomisin

dan klindamisin) dan ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai

aktivitas bakterisid (contohnya penisilin, sefalosporin, streptomisn, neomisin,

kanamisin, gentamisin dan basitrasin). Pada kondisi immunocompromised


(misalnya pada pasien neutropenia) atau infeksi dilokasi yang terlindung

(misalnya pada cairan cerebrospinal), maka antibiotik bakterisid harus

digunakan (Kemenkes, 2011; Setiabudy, 2011).

Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik dengan spektrum luas,

digunakan untuk pengobatan seperti infeksi pada saluran napas, saluran

empedu, dan saluran seni, gonorhe, gastroenteris, meningitis dan infeksi

karena Salmonella sp, seperti demam tipoid. Amoxicillin adalah turunan

penisilin yang tahan asam tetapi t idak t ahan t erhadap pe nisilinase (Verdha

Aidhya Eugelella. 2016 )

Amoxicillin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak

menghasilkan β laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena

obat tersebut dapat menembus pori-pori dalam membran fosfolipid luar.

Untuk pemberian oral amoxicillin merupakan obat pilihan karena di absorbsi

lebih baik dari pada ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parenteral

(Verdha Aidhya Eugelella, 2016).

Titrasi iodometri merupakan jenis reaksi redoks yang mengukur

jumlah iodin yang tersisa dari hasil reaksi redoks antara vitamin C dengan

reaktan. Indikator yang digunakan adalah amilum yang ditambahkan saat

sudah mendekati titik akhir titrasi. Hal tersebut dilakukan agar amilum tidak

membungkus iodin sehingga penentuan titik akhir dapat ditentukan secara

tepat. Titrasi ini menggunakan baku iodin digunakan untuk senyawa-senyawa

yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C. (Evi triyana

damayanti, dkk, 2017).


Metode Titrasi Iodium Titrasi lain yang dapat dilakukan adalah

titrasi Iodium. Metode ini juga paling banyak digunakan, karena murah,

sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih.

Titrasi ini memakai Iodium sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C

dan memakai amilum sebagai indikatornya. (Novalisha Techinamuti, 2018).

Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri secara

langsung yang mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Salah

satu sifat dari iodium adalah harga potensial standar (Eo) iodium berada pada

daerah pertengahan yaitu iodium dapat digunakan sebagai oksidator maupun

redukor. Walaupun pada dasarnya iodium akan lebih gampang mengoksidasi

dari pada mereduksi. (Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, 2013).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979. Hal : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur

Pemerian: : Cairan jernih, jernih, tidak berwarna,

berwarna, tidak berbau, berbau, tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. NaOH (Dirjen POM, 1979. Hal : 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM


Nama lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus struktur :

Pemerian : : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keeping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur; putih, mudah

meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.

Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

dan etanol (95%) P. Penyimpanan : Dalam

wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Zat tambahan

3. Asam Asetat (Dirjen POM, 1979. Hal : 143)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Asam asetat

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk,

rasa asam dan tajam

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol

(95%) p dan dengan gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

4. HCl (Dirjen POM, 1979. Hal : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM


Nama lain : Asam Klorida

RM/BM : HCl/36,46

Rumus struktur

Pemerian : Tidak berwarna, berasap, bau merangsang.

Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap

dan bau hilang Kelarutan : Larut dalam

etanol , asam asetet, tidak larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Zat tambahan

5. Iodium (Ditjen POM, 1979. Hal : 31)

Nama resmi : IODIUM

Nama lain : Iodium

RM/BM : I2/129,26

Rumus struktur :I–I

Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti

logam, hitam kelabu, bau khas

Kelarutan : Larut dalam lebih 3.500 bagian air, dalam

13 bagian etanol (95%) P,dalam lebih

kurang 80 bagian gliserol P, dalam lebih

kurang 4 bagian karbon disulfat P, dan

dalam karbon tetraklorida P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi


6. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979. Hal : 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur, putih, mudah

meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif,

segera menyerap karbondiosida. Kelarutan :

Sangat mudah larut dalam air dan dalam

etanol (95%) P. Kegunaan : Sebagai larutan

basah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

7. Natrium tiosulfat (Dirjen POM, 1979. Hal : 428)

Nama resmi : NATRII THIOSULFAS

Nama lain : Natrium tiosulfat

RM/BM : Na2S2O3/248,17

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbu

hablur besar. Dalam udara serbuk meleleh

basah,dalam tanpa udara pada suhu diatas

37°C merapuh
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak

larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Antidotum sionda

8. Larutan kanji (Ditjen POM, 1979. Hal : 762)

Nama resmi : STARCH

Nama lain : Amilum, pati, kanji

Pemerian : Serbuk putih, hablur

Kelarutan : larut dalam air panas, membentuk atau

menghasilkan larutan agak keruh

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai indikatorB.

C. Uraian Obat

1. Amoxicillin® (Ditjen POM, 1995; ISO Farmakoterapi, 2008; Wattimena,

1991)

RM/BM : C16H19N3O5S.3H2O/419,45

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau,

berasa pahit

Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol (1 gram

dalam 370 ml air atau dalam 2000 ml

alkohol), tidak larut dalam benzen, dalam

karbon tetraklorida dan dalam kloroform


Indikasi : Infeksi saluran kemih, otitsmedia, sinusitis,

bronkitis, kronis, salmonelosis, gonore,

profilaksis endokartis dan terapi tambahan

pada meningitis listeria

Cara kerja obat : Amoxicillin adalah senyawa Penisilin

asemi sintetik dengan aktivitas antibakteri

spektrum luas yang bersifat bakterisid,

efektif terhadap sebagian besar bakteri gram

positif dan beberapa gram negatip yang

patogen. Bakteri patogen yang sensitif

terhadap Amoxicillin antaralain :

Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S.

pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas,

E. coli,dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang

efefktifterhadap species Shigella dan

bakteripenghasil beta laktamase.

Peringatan : Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal,

lesieritmetous pada glandular fever,

leukemia limfositik kronik dan AIDS

Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap penisilin

Efek samping : Mual, diare ruam, kadang-kadang terjadi

colitis karena antibiotic


BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu beaker glass

(gelaskimia), buret, corong, gelasukur, klem dan statif, labu

erlenmeyer, pipet skala,pipet tetes

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aquadest,ampisilin,asam

asetat, ,asam nitrat,natrium tiosulfat indokator kanji dan kalium

hidroksida

C. Cara kerja

a. MetodeIodimetri

1) Menggunakan sampel

Disiapkan alat dan bahan, dilarutkan 0,07 mg amoxsicilin

dalam aquadest hingga 100 ml, dimasukkan 5 ml larutan di pipet

kedalam labu bersumbat kaca, ditambah 1 ml natrium hidroksida 1 N

dan biarkan selama 20 menit, ditambahkan 5 ml larutan dapar yang

dibuat dengan mencampurkan 5 ml asam asetat 12% dan 5 ml

larutan natrium asetat 27% dan ml aquadest, ditambahkan 1 ml asam

klorida 1 N dan 10 ml iodium 0,01 N, dibiarkan selama 20 menit dan

dilindungi oleh cahaya, lalu dititrasi dengan baku natrium tiosulfat

0,01 N , dan ditambhakan 1 ml larutan indikator kanji 0,5 %, setelah

itu amati perubahan warna yang terjadi.


2) Tanpa menggunakan sampel Disiapkan alat dan bahan,

ditambah 1 ml natrium hidroksida 1 N dan biarkan selama 20 menit,

ditambahkan 5 ml larutan dapar, dicampur 5 ml asam asetat 12% dan

5 ml larutan natriu asetat 27% dan ml air, ditambahkan 1 ml asam

klorida 1 N dan 10 ml iodium 0,01 N, dibiarkan selama 20 menit dan

dilindungi oleh cahaya, dititrasi dengan baku natrium tiosulfat 0,01

N dan ditambahkan 1 ml larutan indikator kanji 0,5 %, setelah itu

amati perubahan warna yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Sampel V.t Hasil Kadar


1. amoxilin 50 ml Berwarna kuning pucat
2. Larutan blanko 10 ml Berwarna biru

B. Pembahasan

Analisis kimia kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar

absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada didalam sampel. Pada

percobaan ini yaitu analisis senyawa obat golongan antibiotik dilakukan metode

pengerjaan yaitu metode analisis iodometri.

Pada percobaan ini, pertama dilakukan penimbangan sampel yaitu amoxilin

sebanyak 8 tablet kemudian dilakukan perhitungan rata-rata dan didapatkan hasil

0,69 g. Setelah itu dilakukan kembali perhitungan bobot yang akan ditimbang dan

didapatkan hasil 0,07 g yang setara dengan 50 mg antibiotik kemudian dilakukan

penggerusan pada sampel yang telah ditimbang.

Pada metode iodometri ini, sampel yang telah ditimbang dan di gerus

kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan dilarutkan dengan

menggunakan 100 ml aquades kemudian digojok hingga larutan tercampur

dengan baik, kemudian di ambil larutan sebanyak 5 ml ke dalam Erlenmeyer dan

ditambahkan 1 ml natrium hidroksida dengan konsentrasi 1 N, lalu diamkan

selama 20 metit, setelah itu ditambahkan larutan dapar sebanyak 5 ml, kemudian

ditambahkan lagi 1 ml asam klorida dengan konsentrasi 1 N dan 10 ml , setelah

itu larutan tersebut di gojok hingga karutan tercampur dengan baik, lalu diamkan
selama 20 menit yang terlindung dari cahaya. Setelah itu di titrasi dengan

menggunakan larutan natrium tiosulfat 0,5 % hingga berubah warna menjadi biru,

tapi hasil yang didapatkan yaitu berwarna kuning pucat. Hasil yang di dapatkan

tidak sesuai dengan teori adapun faktor dikarnakan pipet yang digunakan hanya

satu untuk semua indicator.

Untuk pengerjaan larutan blanko yang pertama yaitu di tambahkan 5 ml

aquades ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan ditambahkan 1 ml natrium

hidroksida dengan konsentrasi 1 N, lalu diamkan selama 20 menit, setelah itu

ditambahkan larutan dapar sebanyak 5 ml, kemudian ditambahkan lagi 1 ml asam

klorida dengan konsentrasi 1 N dan 10 ml , setelah itu larutan tersebut di gojok

hingga karutan tercampur dengan baik, lalu diamkan selama 20 menit yang

terlindung dari cahaya. Setelah itu di titrasi dengan menggunakan larutan natrium

tiosulfat 0,5 % hingga berubah warna menjadi biru. Hasil yang didapatkan sesuai

dengan teori yaitu berwarna biru.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan metode iodimetri maka

diketahui hasil titrasi golongan obat antibiotic dengan menggunakan sampel

amoxicillin yang dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat sebanyak 50 ml yaitu

didapatkan hasil terjadi perubahan warna menjadi kuning pucat.

Setelah dilakukan titrasi blanko dengan larutan natrium tiosulfat sebanyak

10 ml yaitu didapatkan hasil berwarna biru.

B. Saran

1. Untuk Laboratorium

Sebaiknya laboratorium melengkapi alat dan bahan yang masih diperlukan

oleh praktikan agar praktikan dapat mencoba semua metode titrasi yang telah

dijelaskan melalui teori yang terdapat dalam buku penuntun.

2. Untuk Asisten

Sebaiknya pihak asisten agar kiranya tetap menyalakn mic pada akun

Zoom agar praktikan online dapat mendengar suara pada saat praktikum

offline berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Evi Triyana Damayanti, 2017. Perbandingan Metode Penentuan Vitamin C pada


Minuman Kemasan Menggunakan Metode Spektrofotometer UV-Vis dan
Iodimetri

Katzung, B.G., Master, S.B. dan Trevor, A.J. 2014 Farmakologi Dasar dan
Klinik, Vol.2, Edisi 12, Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Kementerian Kesehatan, 2001. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 874 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penggunaan
Antibiotik. Menteri Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Novalisha Techinamuti, 2018. Metode Analisis Kadar Vitamin C. Universitas


Padjadjaran.

Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapamporo, 2013. Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap
Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa. Universitas
Tanjungpura: Pontianakss

Setiabudy, R. 2011. Golongan Kuinolon dan Flurokuinolon. Farmakologi dan


Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Verdha, Aidhya Eugelella, 2016. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan


Pemberian Amoxcillin. Universitas Airlangga.

Waittimena, 1991. Farmakodinamik dan Terapi antibiotik. Gadjah Mada


University Press: Yogyakarta.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Menggunakan Sampel

Disiapkan Alat dan Bahan

Dilarutkan 0,70 g amoxsicilin dalam aquadest


hingga 100 mL

Di masukkan 5 mL larutan dipipet kedalam labu


bersumbat kaca

Ditambah 1 mL natrium hidroksida 1 N dan biarkan


selama 20 menit

Di tambahkan 5 mL larutan dapar

Ditambahkan 1 mL asam klorida 1 N dan 10 mL


iodium 0,01 N

Dibiarkan selama 20 menit dan dilindungi oleh


cahaya

Di titrasi dengan baku natrium tiosulfat 0,01 N


sebanyak 50 mL

Ditambahkan 1 mL larutan indikator kanji 0,5 %

2. Tanpa menggunakan sampel

Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan 5 mL aquadest dipipet kedalam labu


bersumbat kaca

Ditambah 1 mL natrium hidroksida 1 N dan


biarkan selam 20 menit

Ditambahkan 10 mL larutan iodium dan biarkan


selama 20 menit

Tambahkan indikator kanji 1 ml

Dititrasi dengan natrium tiosulfat 40

Larutan berubah menjadi biru setelah dititrasi


dengan larutan tiosulfat sebanyak 10 mL.
B. Foto Pengamatan

Metode Iodemetri

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI II LABORATORIUM ANALISIS FARMASI II


PROGRAM STUDI D-III FARMASI PROGRAM STUDI D-III FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKYMAKASSAR

Gambar 1 : Penimbangan Sampel Gambar 2 : Larutan Asam Clorida 1 N


Amoxicillyn sebanyak 0,07 g
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI II LABORATORIUM ANALISIS FARMASI II
PROGRAM STUDI D-III FARMASI PROGRAM STUDI D-III FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKYMAKASSAR

Gambar 3 : Larutan Natrium Hidroksida Gambar 4 : Larutan Dapar


(NaOH) 1N
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI II LABORATORIUM ANALISIS FARMASI II
PROGRAM STUDI D-III FARMASI PROGRAM STUDI D-III FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKYMAKASSAR

Gambar 5 : Larutan sampel amoxicillyn Gambar 6 : Larutan Tanpa Sampel


sebanyak 5 ml, ditambahkan larutan NaOH 1 Ditambahkan aquadest sebanyak 5 ml,
N 1 ml, ditambahkan larutan dapar sebanyak 5 kemudian ditambahkan NaOH 1 N 1 ml,
ml,ditambahkan larutan HCl 1 N 1 ml, ditambahkan larutan dapar sebanyak 5
ditambahkan larutan I2 sebanyak 10 ml. ml,ditambahkan larutan HCl 1 N 1 ml,
Ditambahkan indikator kanji 0,5% sebanyak 1 ditambahkan larutan I2 sebanyak 10 ml.
ml. Kemudian Dititrasi dengan larutan Ditambahkan indikator kanji 0,5% sebanyak 1
Tiosulfat sebanyak 50 ml. Kemudian terjadi ml. Dititrasi dengan larutan Tiosulfat sebanyak
perubahan warna larutan berwarna kuning 10 ml. Kemudian terjadi perubahan warna
pucat larutan berwarna Biru
C. Kehadiran Zoom

Nella Sari 183145401020 Ahmad Kurniawan 183145401010

Irene Laorince 183145401002 Arsal Ilham P 183145401014

Raysa Julianti Abdul 183145401028 Fadilla Tenrisanna 183145401006

Anda mungkin juga menyukai