Anda di halaman 1dari 10

Islam dan Ilmu Sosial Humaniora

“Islam sebagai Ilmu : Historis - Sosiologis”

Dosen Pengampu : Yayan Suryana

DISUSUN OLEH :

Muhammad Irsyad W (20107010103)

Ananda Itsnaini S (20107010111)

Najma Fuaida (20107010113)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


I. Pendahuluan

Agama merupakan akhlak yang baik, semisal janganlah engkau marah (Al Targhib wa
Al-Tarhub 3:405). Agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh. Begitu
dekat : ia senantiasa hadir dalam kehidupa kita sehari-hari, di ruma di kantor, media, pasar,
dimana saja. Begitu misterius : ia menampakkan wajah-wajah yang sering tampak
berlawanan-memotivasi kekerasan tan belas atau pengabdian tanpa batas; mengilhami
pencarian ilmu tertinggi atau menyuburkan takhayul dan siperstisi; menciptakan gerak-
gerakan massa paling kolosan atau menyingkap misteri ruhani paling personal; memikkan
perang paling keji atau menebarkan kedamain paling hakiki.

Islam telah lahir sejak 1400 tahun silam. Sepanjang sejarah itu, selain menyiarkan ajaran
agama, para pemimpin Islam juga turut menyebarkan budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi pada setiap wilayah masyarakat yang didatanginya. Sejak zaman Nabi Muhammad,
Islam telah menyebar luas hingga ke luar wilayah jazirah Arab. Dan pada masa-masa puncak
kejayaan kekuasaan para khalifah agung, Islam merambah masuk (sebagian menjadi
penguasa) di Afrika, Asia Pasifik, dan Eropa bahkan juga ke Amerika.

Ilmu secara bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ilman yang artinya mengerti, memahami.
Secara bahasa Yunani episteme sedangakan secara bahasa Inggris science. Menurut istilah
(termonologi) yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistimatis menurut
metode tertentu. Dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertrntu memiliki kemasan
yang sama. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan
(ritual), cenderung eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak
terlalu terkait dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif.

II. Islam sebagai Ilmu

Kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam, adalah pegetahuan sebagai kebudayaan. Islam
yang sangat memperhatikan bahkan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Kemajuan
peradaban tersebut tidak terlepas dari ajaran Islam kepada umatnya agar selalu menggunakan
instrumen ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menuju kemajuan peradaban. Sebelum abad-
19, ilmu dan sains tidak berbeda tetapi dengan berjalannya waktu dan ada perkembangan,
sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik dan inderawi. Sedangkan ilmu juga mencakup
bidang-bidang non-fisik seperti metafisik.

Kemajuan peradaban umat Islam dalam ilmu pengetahuan dapat dilihat pada era dinasti
Abbasiyah maupun pada abad pertengahan, ketika umat Islam tidak hanya tampil sebagai
komunitas ritual namun juga sebagai komunitas intelektual. Secara historis umat Islam
mengalami kemajuan dengan majunya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu
saat itu. Dapat dikatakan bahwa majunya sebuah peradaban adalah karena majunya ilmu
pengetahuan di kalangan umat manusia. Begitu juga sebaliknya kemunduran suatu peradaban
selalu diawali dengan memudarnya budaya ilmu dalam masyarakat di suatu negeri.

Ilmu dapat digunakan sebagai alat yang sangat halus sebagai penyebar kebudayaan dan
padangan hidup. Sains Islam dibutuhkan karena kaum muslim merupakan komunitas yang
selalu diwajibkan untuk menganjurkan kebenaran dan mencegah kemungkaran, sekaligus
untuk menunjukkan bahwa sains dapat menjadi kekuatan positif di dalam masyarakat.
Kebutuhan-kebutuhan umat Islam dan prioritas serta perhatian masyarakat muslim berbeda
dari apa yang dimiliki oleh peradaban Barat. Akhirnya sains Islam tetap dibutuhkan karena
suatu peradaban tidak akan sempurna tanpa memiliki suatu sistem objektif untuk
memecahkan masalah yang terkerangka sesuai dengan paradigmanya sendiri.

III. Islam dipelajari dalam konteks ilmu

Ilmu pengetahuan bertujuan mencari kebenaran ilmiah berdasarkan kaidah-kaidah


keilmuan. menurut Bambang Sugiharto adalah agama dapat membantu ilmu agar tetap
manusiawi dan selalu menyadari persoalan-persoalan konkrit yang mesti dihadapi. Melalui
agama, mengingatkan bahwa ilmu bukanlah satu-satunya jalan menuju kebenaran dan makna
terdalam kehidupan manusia.

Dalam pandangan sosial, Islam sebagai Agama yang memberikan perhatian pada
keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat yaitu hubungan antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah dan urusan muamalah. Ilmu
pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nilai
Agama. Ilmu sosial yang demikian yaitu ilmu sosial yang dapat meluruskan gerak
langkah.
Islam dan sains. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang berlangsung juga dapat
meredam berbagai keresahan sosial dan kejahatan lainnya yang mewarnai kehidupan saat ini.
Kerusuhan, tindak kriminal, pemerkosaan, kebakaran hutan, kecelakaan lalu lintas yang
menewaskan ribuan orang, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, prasangka
sosial, perilaku sembrono, perampasan hak asasi manusia, dan masalah sosial lainnya yang
terus berkembang adalah sosiologi bukan satu masalah terisolir . Mereka adalah produk dari
sistem dan cara berpikir, sudut pandang dekaden, dll. Salah satu cara untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan memberikan ilmu-ilmu sosial bernuansa religius, menurut
Kuntowijoyo disebut sebagai ilmu sosial profetik. Dengan ilmu sosial yang demikian
itulah kita siap menyongsong era globalisasi di Abad modern yang tanda-tandanya
sudah terasa di kota besar.

Dalam pandangan sains, ilmu-ilmu sains pun dipelajari dalam islam yang bertumpu
pada kajian ayat-ayat yang ada dijagat raya (ayat Kauniyah) menggunakan metode kajian
eksperimen di laboratorium dengan syarat-syarat dan langkah-langkahnya yang teruji
oleh para ahli.
Di zaman klasik, tokoh ilmuan Islam juga pernah mempraktikan ilmu sains,
misalnya Ibn Sina yang menekuni ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran yang bukan
semata-mata bertumpu pada Pengobatan tidak hanya didasarkan pada analisis mekanik
akademis, tetapi juga pengobatan yang alami dan ramah lingkungan. Profesi medis
menganggap obat-obatan dari alam sebagai pengganti, dan kepentingannya tidak kalah
pentingnya dengan obat-obatan yang diproses secara teknis. Selain itu, obat yang
dikembangkannya bukanlah obat yang arogan, yang terakhir hanya menganggap kesembuhan
pasien sebagai satu-satunya cara penyelamatan medis, namun kesembuhan ini juga berkat
rahmat Tuhan. Oleh karena itu, obat yang dikembangkan adalah obat yang memadukan usaha
dan doa, harapan dan kecemasan. Tidak ada jalan buntu dalam ilmu kedokteran. Karena
selain upaya pengobatan di atas, masih banyak lagi upaya medis yang dilakukan dengan
mendekati Tuhan.

IV. Perbedaan islam sebagai agama dan islam sebagai ilmu


i. Islam sebagai agama

Islam menurut istilah (terminologi) adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada
wahyu yang datang dari allah swt dan bukan berasal dari manusia. Islam adalah satu-satunya
agama yang samawi dan asli, karena agama Nasrani dan agama Yahudi sudah tidak murni
lagi dan keluar dari bentuknya yang asli sebagai agama Samawi.

Karakteristik agama islam ialah ajaran yang sesuai akal dan pikiran manusia, ajaran yang
rahmatan lilalamin yakni memberikan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, dan juga
mengajarkan keseimbangan dalam aspek kehidupan, dan ajaran islam juga berlaku secara
universal yaitu berlaku untuk semua umat manusia di dunia.

Islam adalah agama yang universal, yaitu agama yang tidak dibatasi oleh tempat dan
waktu tertentu. Ia sesuai untuk semua golongan manusia Islam tidak membedakan warna
kulit, bahasa, bangsa, pangkat, derajat. Inti ajaran islam bukanlah terletak pada kesukuan atau
leluhur, melainkan keesaan Allah SWT (tauhid) suatu implikasi yang sangat penting dari
ajaran tauhid tersebut adalah kesatuan umat manusia.

J. Suyuti Pulungan menjelaskan universalisme Islam adalah “Argumen-argumen dan


dasar-dasar tentang ide universalisme baik secara historis, sosiologis maupun secara teologis
dan substansi ajarannya antara lain dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu: pertama Pengertian
perkataan Islam itu sendiri yaitu sikap pasrah kepada tuhan yang merupakan tuntutan alami
manusia, kedua Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling banyak
mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan kawasan yang cukup
luas hampir meliputi semua ciri, ketiga Karakteristik dan kualitas dasar-dasar ajaran Islam itu
sendiri. Karakteristik dan kualitas dasar-dasar Islam yang mengandung nilai-nilai
universalisme antara lain berkaitan dengan tauhid, etika dan moral, bentuk dan system
pemerintahan, sosial, politik dan ekonomi, partisipasi demokrasi (musyawarah), keadilan
sosial, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme, etika kerja, lingkungan hidup dan
sebagainya.

Islam sebagai agama yang dijalan kan oleh para umatnya, yaitu dengan menjalan kan
kewajiban-kewajibannya dan menjauhi larangan-larangan nya salah satu kewajiban nya yaitu
seperti beiribadah, dengan cara solat lima waktu, bersedekah, menunaikan ibadah haji dan
lain sebagai nya.

ii. islam sebagai ilmu pengetahuan

Ilmu tidak dapat dipisahkan dari agama Islam, karena Islam sendiri berasal dari kata
"Islam" yang berarti ketaatan. Ilmu bukan hanya (knowledge), tetapi sekumpulan ilmu yang
didasarkan pada teori-teori yang diakui, yang dapat sistematis Tes dasar dilengkapi dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmiah tertentu. Ensiklopedia Indonesia
menjelaskan bahwa sains adalah sistem dari berbagai jenis pengetahuan, dan setiap jenis
pengetahuan diperoleh melalui pemeriksaan yang cermat dengan menggunakan metode
tertentu.

Islam menggunakan setidaknya beberapa mazhab yang berkaitan dengan teori


pengetahuan (epistemologi) dalam kajian gagasan. Setidaknya ada lima model sistem
pemikiran dalam Islam, yaitu Bayani, `irfani, burhani dan penerangan (isyraqi), dan metode
transendensi (hikmah al-muta'aliyah), setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang
ilmu. Tiga sistem atau metode (Bayani, ʻirfani, burhani) juga dikenal sebagai tiga mazhab
utama epistemologi Ada berbagai bahasa di Barat, yaitu empirisme, rasionalisme dan intuisi.

Islam tidak hanya mencakup ilmu-ilmu sosial dan ilmu alam, tetapi juga mencakup
semua aspek ilmu yang berkaitan dengan manusia dalam Islam, khususnya Alquran, dan
mencakup jawaban atas permasalahan yang dihadapi umat manusia.Oleh karena itu,
perkembangan Islam tidak lepas dari ilmu itu sendiri. . Masyarakat muslim saat ini telah
mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan beberapa ilmuwan muslim telah meraih
penghargaan, seperti peraih Nobel bidang Kimia dan peraih Nobel bidang kimia Ahmad
Zewail (Ahmad Zewail). Penghargaan tersebut hendaknya menginspirasi para pelajar Muslim
dan seluruh komunitas Muslim untuk berpegang pada ajaran agama dan mempelajari ilmu
yang bermanfaat bagi kehidupan, terutama ketika kita mengetahui bahwa mempelajari hukum
itu wajib.

Perbedaan islam sebagai agama dan islam sebagai ilmu bahwa Agama mengandung dua
kelompok ajaran yaitu pertama ajaran dasar yang diwahyukan tuhan melalui para rosulnya
kepada manusia, yang ke dua ajaran dasar yang demikian terdapat dalam kitab-kitab suci.
Ajaran yang dapat dari kitab suci memerlukan penjelasan tentang arti dan penjelasan nya,
maka dari itu penjelasan-penjelasan para pakar agama membentuk ajaran kelompok kedua .

Oleh karena itu, Islam sebagai agama adalah Islam yang mengacu pada wahyu Allah
SWT, dan Islam adalah ilmu yaitu bertujuan untuk mempelajari isi yang diberikan oleh Allah
dalam kitab ini atau Alquran.

V. Metode – Metode Ilmu Keislaman

Studi islam sangat berkaitan dengan islam karena berhubungan dengan ajaran-
ajarannya. Adapun metode studi ilmu keislaman memiliki harapan agar dapat melahirkan
suatu perbaikan secara intern dan ekstern. Secara intern, adanya harapan untuk
mempertemukan dan mencari jalan keluar dari konflik intra agama islam. Secara ekstern,
adanya harapan untuk melahirkan suatu masyarakat yang siap unruk hidup toleran dalam
menjalankan agama. Jika dilihat dari segi histori, islam tampak sebagai disiplin ilmu.

Diketahui metode terbaik untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah, akan
tetapi untuk memhami metode ini terlebih dahulu harus memahali pengertian ilmu. Yang
dimaksud metode di sini adalah cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang
sistematik. Sedangkan kajian mengenai kaidah-kaidah dalam metode tersebut disebut
metodologi. Dalam studi islam ada beberapa metode untuk memahami islam, diantaranya
yang pernah ada dalam sejarah jika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :

 Metode Komparasi

Cara untuk memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam
agama Islam tersebut dengan agama lainnya. Dengan cara yang demikian akan dihasilkan
pemahaman Islam yang obyektif dan utuh.

 Metode Sintesis

Cara cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya
yang rasional, obyektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normative.

Selain dua metode tersebut ada lagi metode yang digunakan yaitu : Metode Ilmiah, yaitu
digunakan untuk memahami Islam yang nampak dalam kenyataan histories, empiris,dan
sosiologis. Sedangkan metode teologis normative digunakan untuk memahami Islam yang
terkandung dalam kitab suci, Melalui metode teologis normative ini seseorang memulainya
dari meyakini Islam sebagai agama agama yang mutlak benar.

Jika secara lebih rinci metode studi islam dapat dijabarkan sebagai berikut, Metode
ilmu pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui oleh proses ilmu sehingga
dapat mencapai kebenaran. Oleh karenanya dalam sains-sains spekulatif mengindikasikan
sebagai jalan menuju proposisi-proposisi mengenai yang ada atau harus ada, sementara dalam
sainssains normative mengindikasikan sebagai jalan menuju norma-norma yang mengatur
perbuatan atau pembuatan sesuatu.

Metode yang digunakan untuk memahami islam itu seiring berjalanya waktu akan
dipandang tidak cukup oleh karena itu perlunya pendekatan baru yang harus dicari tau oleh
pembaharu untuk kedepanya. Oleh karenanya disadari bahwa kemampuan dalam menguasai
materi keilmuan tertentu perlu diimbangi dengan kemampuan di bidang metodologi sehingga
pengetahuan yang dimilikinya dapat dikembangkan. Adapun beberapa metodologi yang
membahas kajian seputar metode yaitu :

 Metode Diakronis,

Metode yang mempelajari islam dari aspek sejarah, dan adanya gabungan studi komparasi
di berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam islam.

 Metode Sinkronis-Analisis,

Metode untuk mempelajari islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang
sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek umat islam.

 Metode Problem Solving,

Metode ini mempelajari islam untuk mengajak pemeluknya berlatih menghadapi berbagai
masalah dari satu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.

 Metode Empiris,

Metode yang mempelajari islam yang memungkinkan islam untuk mempelajari ajarannya
melalui proses realisasi dan internalisasi norma dan menimbulkan interaksi sosial.

 Metode Deduktif

Metode untuk memahami islam dengan cara menyusun kaidah secara logis dan filosofis
dan menggunakan kaidah tersebut untuk menentukan masalah yang dihadapi.

 Metode Induktif.

Metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah hukum untuk diterapkan kepada
masalah furu’ yang disesuaikan dengan mazhabnya dahulu.

VI. Kesimpulan

Sejak lahirnya agama Islam, dalam sejarah nya diketahui bahwa telah menyiarkan
ajaran agama, dan para pemimpin pun ikut serta dalam menyebarkan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi disetiap wilayah yang sedang di singgahi. Dalam agama islam
sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan karena ilmu ini salah satu alat untuk
menyebarkan kebudayaan dan pandangan hidup, selain itu ilmu pengetahuan memiliki
tujuan untuk mencari kebenaran berdasarkan kaidah keilmuan sehingga muncul Sains
Islam dimana hal itu digunakan untuk menganjurkan kebenaran dan mencegah
kemungkaran. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan ini dapat digunakan
sebagai alat meredam berbagai keresahan sosial yang ada.

Islam sebagai agama diketahui bahwa agama yang bersumber pada wahyu
yang datang dari Allah dan memiliki karakteristik agama yang sesuai dengan akal dan
pikiran manusia sedangkan Islam sebaga ilmu pengetahuan yakni ilmu yang dilengkapi
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmiah. Lalu, ada metode yang
sangat berhubungan dengan ajaran islam, karena dengan adanya metode seseorang dapat
mengembangkan ilmu yang dimilikinya karena pada dasarnya metode digunakan untuk
mencapai tujuan dalam mencari kebenaran ilmu dan menggali kebenaran ilmu
pengetahuan.
Daftar Pustaka

Azizah, N. (2018). Hubungan Ilmu dan Agama dalam Prespektif Islam Telaah Pemikiran
Kuntowijoyo. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains, 1(September), 151–
156. http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/kiiis/article/view/24

Hasyim, B. (2013). Islam Dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains terhadap Perubahan
Islam). Jurnal Dakwah Tabligh, 14(1), 127–139.

Islam, P. (2007). Pendidikan Islam sebagai Ilmu. Rahmat Hidayat, I(1), 1–22.

Kosim, M. (2008). ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM (Perspektif Filosofis-Historis). Jurnal


TADRIS, 3, 121–140. http://tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/download/55/110

Perspectives, D., & Keilmuan, M. (n.d.). sTUDI IS  M.

Qosim Nurshela Dzulhadi. (2015). Islam Sebagai Agama dan Peradaban. Tsaqafah, 11(1), 3.

Ruslan, H., Republika, H., & Wacana, T. (2011). Part of Thesis : Bab I Pengenalan Islamisasi ilmu
pengetahuan sebagai gerakan internasional pada awalnya telah dimunculkan oleh Ismail Raji
Al-Faruqi dari Lembaga Pemikiran Islam Internasional (Internation Institute of Islamic
Thought) di Amerika Serikat. 1–24.

SH.MH, W. (2019). Pendekatan Sejarah Dalam Studi Islam. Tahkim (Jurnal Peradaban Dan Hukum
Islam), 2(1). https://doi.org/10.29313/tahkim.v2i1.4147

Suriyati, S. (2020). Islam Dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam &
Pendidikan, 8(2), 102–118. https://doi.org/10.47435/al-qalam.v8i2.238

Suyuthi Pulungan. (2002). Universalisme Islam. 6.

Filsafat ilmu Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.

Psikologi Agama Jalaluddin Rakhmat

Anda mungkin juga menyukai