Uslub Amtsal Wa Qosam
Uslub Amtsal Wa Qosam
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Oleh karena itu sangatlah penyusun harapkan kritik dan saran dari semua
pihak khususnya dari Dosen Pembimbing dan para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Uslub Dalam al-Qur’an........................................................................................2
1. Pengertian Uslub................................................................................................2
2. Macam-macam Uslub Al-Quran.........................................................................4
B. Amtsal Dalam al-Qur’an.....................................................................................5
1. Pengertian Amtsal..............................................................................................5
2. Macam-Macam Amtsal al-Qur’an......................................................................7
3. Faedah-faedah Amtsal al-Qur’an......................................................................10
4. Tujuan Amtsal al-Qur’an..................................................................................13
C. Aqsam/Qasam Dalam al-Qur’an.......................................................................14
1. Pengerian Aqsam..............................................................................................14
2. Unsur-Unsur Yang Membentuk Sumpah Dalam Al-Qur’an.............................14
3. Macam-Macam Qasam.....................................................................................18
4. Faedah Qasam Dalam al-Qur’an......................................................................20
BAB III KESIMPULAN................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan maksud uslub al-Qur’an.
2. Menjelaskan maksud Amtsal al-Qur’an.
3. Menjelaskan maksud Aqsam al-Qur’an.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Uslub
Uslub berasal dari kata salaba – yaslubu – salban سلبا- سلب – يسلبyang
berarti merampas, merampok dan mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang
berarti jalan,1 jalan di antara pepohonan dan cara mutakallim dalam berbicara
(menggunakan kalimat)2. Jika dikatakan ( سلكت اسلب فالن فى كذاsalaktu usluba
fulanin fi kaza ), maka artinya adalah aku mengikuti jalan dan mazhab fulan. Juga
jika dikatakan “ akhodztu fi asaliba minal-qaul “,maka artinya aku mengambil
seni-seni ucapan yang bermacam-macam.
Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah
stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang
atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics
atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya
bahasa.
1
Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus al-Bisyri, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1999), h. 335
2
Tim Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 297
4
kaitannya dengan tulisan sastra maupun tulisan kebahasan (linguistik). Demikian
pula dapat didefinisikan sebagai cara yang khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.
Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa Arab
yang mempunyai karakteristik dengan kandungan makna yang kuat, memakai
lafaz yang serasi, argumentasi yang relevan dan kekuatan IQ oratornya.
Biasanya seorang orator berbicara mengenai tema yang relevan dengan
realitas kehidupan untuk membawa audiens mengikuti pemikirannya. Uslub
yang indah, jelas, lugas merupakan unsur yang dominan dalam retorika untuk
mempengaruhi aspek psikis audiens.
5
b) Uslub ‘Ilmy (gaya bahasa ilmiah)
Uslub ‘ilmy harus jauh dari aspek subyektif dan emotif penuturnya,
karena eksperimen ilmiah itu obyektif dan tidak ada hubungannya dengan
aspek psikis, emotif dan kondisi orang yang melakukannya. Uslub ‘ilmiah
membutuhkan logika yang baik, pemikiran yang lurus serta jauh dari imajinasi
dan emosi, karena sasarannya adalah pikiran dan menjelaskan fakta-fakta
ilmiah.
Karakteristik uslub ‘ilmiah adalah jelas dan lugas. Namun juga harus
menampakkan efek keindahan dan kekuatan penjelasan, argumentasi yang
kuat, redaksi yang mudah, rasa yang brilian dalam memilih kosa kata dan
informasi yang dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, uslub ‘ilmiah
harus tematik dan terhindar dari majaz, kinayah dan permainan kata-kata
lainnya.
6
3. Aqsamul-Quran (sumpah-sumpah dalam Al-Quran)
5. Balaghatul-Quran.
Namun penulis dalam hal ini spesifik membahas dan menguraikan tentang
amtsalul Qur’an dan Aqsamul Qur’an saja.
Kata amtsal merupakan bentuk jamak dari mufrod mitslu. Kata mitslu
dalam segi arti maupun bentuk lafazhnya itu sama dengan lafazh syibhu yaitu
matsalu, mitslu dan matsiil yang sama dengan lafazh syabahu, syibhu dan syabiih.
Kata mitslu secara etimologi mempunyai 3 arti, yaitu:3
a). Kata mitslu yang artinya sama dengan kata syibhu yaitu penyerupaan.
b). Sebagian ulama’ mengatakan bahwa lafazh mitslu adalah keadaan atau
cerita yang menakjubkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh orang arab yaitu:
Arti ini banyak digunakan dalam penerapan lafazh mitslu pada al-Qur’an.
Sebagaimana dalam surat Muhammad ayat 15:
3
Manna’ al-Qaththan, Mabaahits fii ‘Uluum al-Qur’an (t.t.: Mansyuraat al-‘Ashr al-
Hadiits, t.t.), h.282
7
memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan
mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan
air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”
c). Ada juga sebagian ulama’ yang mengatakan bahwa mitslu adalah:
ال الَّ ِذي ُح ِك َى فِ ْي ِه بِ َحا ِل الَّ ِذي قِ ْي َل أِل َجْ لِ ِه ِ َو ْال ِم ْث ُل فِي اأْل َ َد.
َ ب قَوْ ٌل ُمحْ ِك ٌّي َسائِ ٌر يُ ْق
ِ ص ُد بِ ِه تَ ْشبِ ْيهُ َح
Artinya: “Mitslu dalam ilmu adab adalah ucapan yang disebutkan untuk
menggambarkan ungkapan lain yang dimaksudkan untuk menyamakan atau
menyerupakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang
dituju.”
ُْال َم َجا ُز ْال ُم َر َّكبُ الَّ ِذي تَ ُكوْ نُ َعاَل قَتُهُ ْال ُم َشابِهَةُ َمتَى فَ َشا إِ ْستِ ْع َمالُه
4
Ibid, h. 283
8
definisi ini adalah bentuk isti’aarah tamtsiiliyyah, yakni kiasan yang
menyerupakan. Seperti:5
َو َما ْال َما ُل َواأْل َ ْهلُوْ نَ إِاِّل َودَائِ ُع ◊ َواَل بُ َّد يَوْ ًما أَ ْن تُ َر َّد ْال َودَائِ ُع
“ Tiadalah harta dan keluarga melainkan bagaikan titipan; pada suatu hari
titipan itu pasti akan dikembalikan ”
َت تَ ْشبِ ْيهًا أَوْ قَوْ اًل ُمرْ َساًل ِ إِ ْب َرا ُز ْال َم ْعنَى فِي صُوْ َر ٍة َرائِ َع ٍة ُموْ ِجزَ ٍة لَهَا َوقَ ُعهَا فِي ْالنَّ ْف
ْ س َس َوا ٌء َكان
5
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
h.249.
6
Manna’ al-Qaththan, Op.Cit. h.284
9
a). Al-amtsal al-musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas yang di
dalamnya terdapat lafazh matsal atau lafazh lain yang menunjukkan arti
persamaan atau perumpamaan. Amtsal jenis ini banyak terdapat dalam
al-Qur’an. Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 261:
ْ َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَت
ُ َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكلِّ ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة َوهَّللا
ُضا ِعفُ لِ َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌمَ ي
10
Ungkapan ini merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat al-
Qur’an, di antaranya:
Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda; pertengahan antara itu…”
c). Al-amtsal al-mursalah, yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas yang
tidak jelas tanpa menggunakan lafazh tasybih. Al-amtsal al-mursalah ini
adalah beberapa ayat al-Qur’an yang berlaku sebagai perumpamaan.
Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51:
ُّ ص ْال َح
…ق…األية ِ ت ا ْم َرأَةُ ْال َع ِز
َ يز اآْل نَ َحصْ َح ِ َقَال
…َو َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َوه َُو خَ ْي ٌر لَ ُك ْم َو َع َسى أَ ْن تُ ِحبُّوا َش ْيئًا َوهُ َو َش ٌّر لَ ُك ْم…األية
11
3. Faedah-faedah Amtsal al-Qur’an
Apabila diamati berbagai macam dan contoh amtsal dalam al-Qur’an, maka
ditemukan bahwa pengungkapan amtsal dalam al-Qur’an mempunyai banyak
faedah. Di antara faedah-faedah tersebut adalah:
ِ اس َواَل ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ُ ِص َدقَاتِ ُك ْم بِ ْال َمنِّ َواأْل َ َذى َكالَّ ِذي يُ ْنف
ِ َّق َمالَهُ ِرئَا َء الن َ يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا
ص ْلدًا اَل يَ ْق ِدرُونَ َعلَى َش ْي ٍء ِم َّما َ َ ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فَأ
َ ُصابَهُ َوابِ ٌل فَتَ َر َكه َ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل
َك َسبُوا…األية
2) Menyingkap makna yang sebenarnya dan menampilkan hal yang gaib dalam
sesuatu yang tampak. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:
الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ …األية
12
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila…”
ْ َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَت
ُ َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكلِّ ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة َوهَّللا
ُضا ِعفُ لِ َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌمَ ي
5). Dapat menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi jiwa. Seperti
dalam surat al-Hujurat ayat 12:
…ض ُك ْم بَ ْعضًا أَيُ ِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ…األية
ُ َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع
13
Manusia pasti akan merasa jijik dan tidak suka memakan daging
orang lain yang telah meninggal. Karena itulan Allah SWT menyamakan
perbuatan menggunjing orang lain dengan hal tersebut agar manusia
menjauhi perbuatan tercela itu.
6). Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada para
sahabat Rasulullah dalam surat al-Fath ayat 29:
ْ ع أَ ْخ َر َج َش
…طأَهُ فَآ َز َرهُ فَا ْستَ ْغلَظَ فَا ْست ََوى َعلَى سُوقِ ِه ٍ ْك َمثَلُهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َو َمثَلُهُ ْم فِي اإْل ِ ْن ِجي ِل كَزَر
َ َِذل
الزرَّا َع لِيَ ِغيظَ بِ ِه ُم ْال ُكفَّا َر…األية
ُّ ُيُ ْع ِجب
Dalam ayat ini Allah para sahabat Rasul. Pada permulaan Islam,
kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari 10. Namun dalam
waktu yang terbilang singkat, yaitu 23 tahun, para sahabat jumlahnya
menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam
peristiwa fathu Makkah.
7). Digunakan untuk mencela. Ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi
perumpamaan adalah hal yang dianggap buruk oleh manusia. Seperti dalam
surat al-A’raf ayat 176:
ْث أَو
ْ َب إِ ْن تَحْ ِملْ َعلَ ْي ِه يَ ْله
ِ ض َواتَّبَ َع هَ َواهُ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل ْال َك ْل
ِ َْولَوْ ِش ْئنَا لَ َرفَ ْعنَاهُ بِهَا َولَ ِكنَّهُ أَ ْخلَ َد إِلَى اأْل َر
ك َمثَ ُل ْالقَوْ ِم الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَاتِنَا…األية َ ِث َذل ْ َتَ ْت ُر ْكهُ يَ ْله
14
Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap
cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, Allah
menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
8). Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati, lebih mantap
dalam menyampaikan nasihat atau larangan serta lebih kuat pengaruhnya.
Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat 27:
َاس فِي هَ َذا ْالقُرْ َءا ِن ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون
ِ َّض َر ْبنَا لِلن
َ َولَقَ ْد
Para ulama’ ahli tafsir tidak secara jelas menyebutkan tujuan dari amtsal
al-Qur’an. Namun apabila dicermati dari berbagai faedah dan ayat-ayat amtsal al-
Qur’an maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari amtsal adalah agar manusia
menjadikannya pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik
dijadikan sebagai teladan sedangkan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin
dihindari. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat az-Zumar ayat
: 27
إن ْالقُرْ أَنَ نَ َز َل َعلَى َخ ْم َس ِة أَوْ ُج ٍه َحاَل ٍل َو َح َر ٍام َو ُمحْ َك ٍم َو ُمتَ َشابِ ٍه َو أَ ْمثَا ٍل فَا ْعلَ ُموْ ا بِ ْال َحاَل ِل َواجْ تَنِبُوْ ا ْال َح َرا َم َّ
َواتَّبِعُوْ ا ْال ُمحْ َك َم َوأَ ِمنُوْ ا بِ ْال ُمتَ َشابِ ِه َوا ْعتَبِرُوْ ا بِاأْل َ ْمثَا ِل
Dari dalil al-Qur’an dan hadits di atas maka jelaslah bahwa tujuan amtsal
al-Qur’an adalah sebagai teladan dan bahan renungan sehingga manusia
terbimbing menuju jalan yang benar demi meraih kebahagiaan hidup dunia
maupun akhirat.
15
C. Aqsam/Qasam Dalam al-Qur’an
1. Pengerian Aqsam
16
1) Fi’il yang berbentuk muta’addi dengan diawali huruf ba’
Sighat qasam baik yang berbentuk uqsimu atau ukhlifu tidak akan berfungsi tanpa
dita’addiyahkan dengan huruf ba’
Contoh:
ۤ
)57 :21/االنبياء ( ٥٧ َ ُم ْدبِ ِر ْينœَوتَاهّٰلل ِ اَل َ ِك ْيد ََّن اَصْ نَا َم ُك ْم بَ ْع َد اَ ْن تُ َولُّوْ ا
Artinya: demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya
2) Muqsam Bih
Muqsam bih adalah lafad yang terletak sesudah adat qasam yang dijadikan
sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat Muqsam bih
atau mahluf bih maksudnya adalah sesuatu yang dengannya sumpah dilakukan.
Misalnya Allah bersumpah dengan Allah sendiri atau dengan sebagian makhluk-
17
Nya. Allah dalam al-Qur’an bersumpah dengan Zatnya sendiri Yang Maha Suci
atau dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya Yang Maha Besar.
ْي ٌرœ كَ َعلَى هّٰللا ِ يَ ِسœœَِز َع َم الَّ ِذ ْينَ َكفَر ُْٓوا اَ ْن لَّ ْن يُّ ْب َعثُوْ ۗا قُلْ بَ ٰلى َو َرب ِّْي لَتُ ْب َعثُ َّن ثُ َّم لَتُنَبَّؤ َُّن بِ َما َع ِم ْلتُ ۗ ْم َو ٰذل
)7 :64/ ( التغابن٧
3) Muqsam ‘Alaih
Muqsam ‘alaih adalah bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan
sebelumnya (muqsam bih). Posisi Muqsam ‘alaih terkadang bisa menjadi taukid,
sebagai jawaban qasam. Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk
mentaukidi muqsam ‘alaih dan mentahkikannya.
Jawab qasam itu pada umumnya disebutkan. namun terkadang ada juga
yang dihilangkan, sebagaimana jawab “lau” (jika) sering dibuang, seperti firman
Allah:
18
Penghilangan seperti ini merupakan bentuk/uslub penghilangan yang
paling baik, sebab menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Dan takdir ayat
ini adalah: “Seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara
yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak terlukiskan
banyaknya”.
)3-1 :89/ ( الفجر٣ َّوال َّش ْف ِع َو ْال َو ْت ۙ ِر٢ َولَيَا ٍل َع ْش ۙ ٍر١ َو ْالفَجْ ۙ ِر
Artinya: demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang
ganjil.
Artinya: tidak aku bersumpah demi hari kiamat, dan tidak aku bersumpah
dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).
)3-3 :75/ ( الق ٰيمة٣ ۗ ٗاَيَحْ َسبُ ااْل ِ ْن َسانُ اَلَّ ْن نَّجْ َم َع ِعظَا َمه
Untuk fi’il madli yang muttasharif yang tidak didahului ma’mul, maka jawab
qasamnya sering kali menggunakan “lam” atau “qad” contoh:
19
3. Macam-Macam Qasam
Qasam itu adakalanya zahir (jelas, tegas) dan adakalanya mudmar (tidak
jelas, tersirat).
1) Zahir adalah sumpah yang didalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam
bih. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana
pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jar, berupa “ba”,
“wawu”, dan “ta”.
ٰ ( ٣ ۗ ٗ اَيَحْ َسبُ ااْل ِ ْن َسانُ اَلَّ ْن نَّجْ َم َع ِعظَا َمه٢ س اللَّ َّوا َم ِة
/القيمة ِ م بِالنَّ ْفœُ َوٓاَل اُ ْق ِس
)3-2 :75
Dikatakan “la” di dua tempat ini adalah “la” nafi yang berarti tidak,
untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan
konteks sumpah. Dan takdir (perkiraan arti) nya adalah: “Tidak benar apa
yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada”. Kemudian baru
dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: “Aku bersumpah dengan hari
kiamat dan dengan nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak akan
dibangkitkan”. Dikatakan pula bahwa “la” tersebut untuk menafikan
qasam, seakan-akan Ia mengatakan: “Aku tidak bersumpah kepadamu
dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi aku bertanya kepadanya tanpa
sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak akan mengunpulkan
tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian? Sungguh
masalahnya teramat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah”, tetapi
dikatakan pula, “la” tersebut zaidah (tambahan). Pernyataan jawab qasam
dalam ayat di atas tidak disebutkan tetapi telah ditunjukkan oleh perkataan
yang sesudahnya. Takdirnya adalah: “Sungguh kamu akan dibangkitkan
dan akan dihisab.
20
2) Mudmar adalah sumpah yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan
tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk
kedalam jawab qasam, seperti firman Allah:
َ وا ْال ِك ٰتœœُ َمع َُّن ِمنَ الَّ ِذ ْينَ اُوْ تœœ ُك ۗ ْم َولَت َْسœœم َواَ ْنفُ ِسœْ َوالِ ُكœœ ُو َّن فِ ْٓي اَ ْمœœَ۞ لَتُ ْبل
َب ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم َو ِمن
( ٰال١٨٦ وْ ِرœœز ِم ااْل ُ ُمœ ْ œك ِم ْن َع َ ِ اَ ًذى َكثِ ْيرًا ۗ َواِ ْن تَصْ بِرُوْ ا َوتَتَّقُوْ ا فَاِ َّن ٰذلœالَّ ِذ ْينَ اَ ْش َر ُك ْٓوا
)186 :3/عمران
21
Dan terkadang ia inkar atau menolak isi pernyataan. Maka pembicaraan
untuknya harus disertai penguat sesuai dengan kadar keingkarannya, kuat atau
lemah. Pernyataan demikian dinamakan inkari.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik konklusi, bahwa uslub al-Quran
adalah metode analisis dan pendekatan yang refrensif dalam menyusun kalimat-
kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Uslub al-Quran mempunyai
karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Quran melalui keindahan intonasi al-Quran
dan keindahan bahasa al-Quran, dapat diterima semua lapisan masyarakat, al-
Quran menyentuh (diterima) akal dan perasaan, keserasian rangkaian kalimat al-
Quran dan kekayaan seni redaksional.
22
manusia mengambil pelajaran dari al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik
dan menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat. Amtsal al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak
diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Aqsamul Qur’an adalah salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an yang
membahas tentang pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk, tujuan, serta manfaat
(faedah) sumpah-sumpah Allah, dalam menegaskan suatu pernyataan tertentu,
yang terdapat di dalam al-Qur’an, dimana sumpah-sumpah dalam al-Qur’an itu
menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai Muqsam bih.
23
DAFTAR PUSTAKA
Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, (1999), “Kamus al-Bisyri”, Surabaya:
Pustaka Progresif.
Taufiq, Mohamad, (2002), Qur’an Kemenag in Microsoft Word, Jakarta: Tim IT LPMQ,
24