Anda di halaman 1dari 9

NAMA.

: RINDIANI LESTARI

NIM : 1905124925
PRODI : PEND. BIOLOGI ( 3B )

Latihan dan tes formatif

1. Coba simpulkan filum plathyhelmintes dari kelas turbellaria,trematoda,dan cestoda !

1. Kelas Turbellaria

Anggota-anggota Turbellaria hidup soliter dalam air tawar, air laut, atau di daratan yang
lembab, jarang yang hidup sebagai parasit. Epidermis bersilia dan tubuh berbentuk seperti
tongkat. Umumnya berwarna coklat kehitaman. Contoh Turbellaria antara lain Planaria
(Dugesia), Geoplama, Bipalia, Pseudobicero, Prostheceraeus. Planaria merupakan tipe umum
untuk mempelajari platyhelmintes yang mempunyai panjang tubuh kira-kira 5-25 mm.

Permukaan tubuh bersilia dan mempunyai sepasang bintik mata. Terdapat celah mulut yang
dilengkapi dengan proboscis, yaitu faring yang dapat ditonjolkan ke luar. Faring berlanjut ke
ruang digesti yang terdiri dari 3 cabang utama, dua anterior dan satu posterior. Saluran
pencernaannya berupa rongga gastrovaskular sehingga tidak terdapat anus. Sistem pencernaan
planaria sebagai berikut. Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi
darah khusus, sehingga bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya.

Mampu bergerak secara aktif sebab memiliki silia yang membantunya berpindah tempat.
Mekanisme gerak berkaitan dengan sistem saraf dan sistem indera.

Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya
berhubungan silang, dan dua ganglion anterior yang terletak di dekat bintik mata. Sistem indera
pada hewan kelas ini berkembang cukup baik. Terdapat indera peraba dan sel kemoreseptor
yang terletak di sisi kepala. Beberapa spesies mempunyai statosis sebagai alat keseimbangan
dan reoreseptor untuk mengetahui arah aliran air.

Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang dimulai dari sel-sel nyala (flame
cell) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh sistem terbuka ke luar melalui
porus ekskretorius. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut
protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel
api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di
dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api
sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Gambar sistem ekskresi sebagai berikut:

Sistem reproduksi majemuk karena bersifat hermafrodit dan dapat melangsungkan pembuahan
sendiri. Secara aseksual dengan fragmentasi karena memiliki daya regenerasi yang besar.
Fragmen tersebut dapat tumbuh menjadi individu baru. Sistem reproduksi aseksual
digambarkan sebagai berikut:

2. Kelas Trematoda

Semua anggota Trematoda hidup parasit, terutama pada Vertebrata. Ada yang hidup sebagai
ektoparasit, ada yang sebagai endoparasit. Permukaan tubuh tidak bersilia, tetapi tertutup
dengan kutikula. Tidak memiliki alat gerak. Umumnya berwarna gelap, dengan ukuran yang
beragam. Contoh hewannya antara lain Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Paragonimus
westermani, Schistosoma. Gambar anatomi Fasciola hepatica: Beberapa ada yang memiliki alat
isap mulut dan alat isap perut yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada
inangnya. Saluran pencernaannya berupa rongga gastrovaskular. Mulut melanjut ke faring dan
esofagus yang bercabang dua, yang kemudian masing-masing bercabang banyak. Sisa
metabolisme yang berupa cairan akan dikeluarkan melalui pori ekskresi.

Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi darah khusus, sehingga
bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya.

Hewan-hewan kelas ini tidak memiliki alat gerak, gerakan terjadi akibat aliran dalam cairan
tubuh inangnya. Jika hewan tersebut telah menempel pada inangnya melalui alat isap mulut
dan alat isap perut, maka gerakan akan mengikuti arah dari aliran tubuh inangnya.

Sistem saraf serupa dengan sistem saraf pada kelas Turbellaria. Sistem saraf ini bersifat primitif,
yaitu berupa ganglion otak yang memanjang. Sistem indera tidak berkembang.Sistem ekskresi
dimulai dari flame cell, terus ke saluran ekskresi dan bermuara di bagian posterior.Cacing kelas
ini bersifat hermafrodit. Inang perantaranya adalah siput air dan inang tetapnya adalah sapi.

3. Kelas Cestoda

Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh
Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus),
dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda
tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk
melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.

Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina
(ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di
bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh
inang utama bersama dengan tinja.

Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan
diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan
pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang
dimasak tidak sempurna.Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi
pada taenia solium.

Reproduksi dan daur hidup Taenia solium dimulai dari lepasnya proglotid tua bersama feses
dari tubuh manusia. Tiap ruas berisi ribuan telur yang telah dibuahi. Kemudian, ruas-ruas
tersebut hancur dan telur yang telah dibuahi bisa tersebar ke mana-mana. Zigot terus
berkembang membentuk larva onkosfer di dalam kulit telur. Jika telur termakan babi, kulit telur
dicerna dalam usus, dan larva onkosfer menembus usus masuk ke pembuluh darah atau
pembuluh limfe dan akhirnya masuk ke otot lurik. Di otot, larva onkosfer berubah menjadi kista
yang terus membesar membentuk cacing gelembung (sistiserkus). Pada dinding sistiserkus
berkembang skoleks. Jika seseorang memakan daging tersebut yang belum matang,
kemungkinan sistiserkus masih hidup. Di dalam usus manusia yang memakannya, skoleks akan
keluar dan akan menempel pada dinding usus, sedangkan bagian gelembungnya akan dicerna.
Dari “leher”, kemudian akan tumbuh proglotid-proglotid. Selanjutnya, proglotid tua akan
menghasilkan telur yang telah dibuahi.

2. Bedakan antara siklus hidup fasciola hepatica,schistosoma japonicum,taenia solium dan


echinococcus granolus !

1. Fasciola hepatica

Dalam fase hidupnya, cacing hati pada inang perantara berupa siput dan hewan ternak.

Dalam tubuh siput sebagai hewan inang perantara untuk sementara berkembang secara
parthenogenesis dan paedogenesis. Parthenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di
mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
Sedangkan paedogenesis adalah reproduksi yang terjadi ketika suatu organisme belum
mencapai usia kedewasaan secara fisik, misalnya pada fase larva.
Cacing hati dapat masuk ke dalam tubuh hewan ternak melalui bentuk metaserkaria pada
rumput yang dimakan hewan ternak. Selanjutnya, Fasciola hepatica sebagai bentuk cacing
dewasa berkembang dalam hewan ternak dan menghasilkan telur.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai daur hidup Fasciola hepatica.

Telur yang dihasilkan cacing dewasa akan keluar dari tubuh hewan ternak bersama
feses/kotoran hewan ternak.

Apabila telur berada di lingkungan yang tepat/tempat yang basah, telur akan menjadi larva
bersilia yang disebut mirasidium. Larva tersebut akan berenang mencari hewan perantara
sementara yaitu siput Lymnea auricularis dan akan menempel pada mantel siput.

Setelah berada pada tubuh kemudian larva berkembang dan berubah menjadi sporokista.

Selanjutnya (masih di dalam tubuh siput), sporokista yang akan berkembang secara
parthenogenesis menjadi redia (larva II).

Redia kemudian melakukan metamorfosis (berkembang secara paedogenesis) menjadi larva


berekor yang disebut serkaria.

Berikutnya, serkaria akan meninggalkan tubuh siput. Kemudian akan tumbuh menjadi
metaserkaria (kista) yang menempel pada rumput. Metaserkaria yang menempel pada rumput
akan termakan oleh domba, sapi atau hewan ternak lainnya kemudian berkembang menjadi
cacing dewasa Fasciola hepatica.

Cacing dewasa tersebut akan menghasilkan telur dan selanjutnya akan masuk dalam daur hidup
Fasciola hepatica berikutnya, begitu seterusnya.

Kemungkinan lain juga dapat terjadi.

Apabila telur yang keluar bersama kotoran hewan berada pada keadaan lingkungan tidak baik,
misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria. Pada
saat ternak makan rumput yang terdapat metaserkaria, maka kista akan menetas di usus ternak
dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang menjadi cacing muda (larva).

2. Schistosoma japonicum

Daur hidup Schistosoma adalah sebagai berikut:

Telur sudah berembrio keluar melalui kotoran atau urin (tergantung spesies).

Telur menetas menjadi mirasidium.


Mirasidium menginfeksi inang perantara siput.

Berkembang menjadi sporosista pada siput.

Serkaria yang motil keluar dari siput dan bergerak bebas di air.

Serkaria ini menembus (menginfeksi) kulit manusia.

Serkaria kehilangan ekornya saat penetrasi dan menjadi schistosomulae.

Schistosomulae terbawa peredaran darah.

Kemudian berpindah ke hati untuk menjadi dewasa.

Schistosoma dewasa yang berpasangan berpindah ke berbagai lokasi saluran pencernaan atau
saluran kencing (tergantung spesies) untuk bertelur.

3. Tania solium

Taenia solium disebut juga cacing pita babi karena memiliki inang perantara babi. Cacing ini
berbahaya karena dapat menyebabkan sistiserkosis (en: cysticercosis), yang jauh lebih
berbahaya dari taeniasis. Pada Taenia solium, tidak hanya cacing muda dan cacing dewasa saja
yang dapat hidup di dalam tubuh manusia, akan tetapi sistiserkus juga dapat terbentuk di
organ-organ manusia. Bahkan, sistiserkus dapat terbentuk di mata dan otak manusia. Daur
hidup cacing pita babi ini adalah:

Telur atau proglotid yang matang terbawa oleh kotoran manusia ke lingkungan luar.

Inang perantara, yaitu babi memakan makanan yang terkontaminasi telur atau proglotid Taenia
solium.

Dalam tubuh babi, telur menetas menjadi onkosfer lalu menjadi heksakant, lalu di otot
membentuk sistiserkus.

Sistiserkus pada daging babi yang tidak dimasak dengan benar dimakan oleh manusia.

Dalam usus, Taenia solium muda berkembang menjadi dewasa dan menempel menggunakan
skoleks.

Setelah reproduksi, proglotid matang yang berisi telur mulai “gugur” dan terbawa kotoran.

Telur cacing pita babi termakan oleh manusia. Ini bisa terjadi karena makanan yang
terkontaminasi, atau autoinfeksi (infeksi sendiri) karena tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah buang air.
Dalam tubuh manusia, telur menetas menjadi onkosfer lalu menjadi heksakant.

Sistiserkus dapat berkembang di semua organ manusia, umumnya pada jaringan di bawah kulit,
juga mata dan otak.

4. Echinococcuus granolus

Echinococcus granulosus dewasa hidup dalam lumen usus halus anjing → telur keluark bersama
tinja → tertelan hospes perantara (domba, kambing, babi, sapi, kuda, unta) atau manusia →
telur menetas di usus halus dan melepaskan onkosfer → menembus dinding usus dan
bermigrasi melalui sistem peredaran darah ke berbagai organ, terutama hati dan paru-paru →
onkosfer berkembang menjadi kista hidatid → kista hidatid membesar secara bertahap
menghasilkan protoscolices → hospes definitif menjadi terinfeksi dengan menelan organ yang
mengandung kista hidatid → menempel pada mukosa usus → berkembang menjadi dewasa
dalam waktu 32 – 80 hari.

3. Bedakan kelas trematoda dan cestoda

Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada
inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh
Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma.

Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang.
Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata.
Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi
dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut
onkosfer.

4. Bedakan ordo cyclophylidea dan ordo pseudophylidea

Pseudophylidae

Memiliki Scolex 2 cekah isap di tengahsegmen (sucking grove)

Porus uterinus ditengah segmen

Uterus seperti spiral

Telur mempunyai operculum

Larvanya Procercoid, Plerocercoid

Onchosphere memiliki silia


Genus & Spesies Diphyllobothrium latum, Diplogonoporous grandis

cyclophylidea

Scolex Ada 4 batilisap

Pirus uterinus Tidak ada (buntu)

Uterus Seperti kantong, bercabang-cabang, dan berisi telur yang terbungkus kapsul

Telur Tidak beroperculum

Onchospere Tidak bersilia, ada 6 kait

Larva Cysticercoid, Cysticercus, Hidatid

Genus dan spesies Taenia saginataTaenia solium Hymenolepis nana Hymenolepis diminuta
Dipylidium caninum

Tes Formatif

1. Cacing yang termasuk kedalam filum plathyhelmintes memiliki tubuh pipih,kelas yang hidup
bebas adalah...

a. Cestoda. c. Turbellaria

b. Trematoda d. Nematoda

2. Kelas plathyhelmintes dengan karakteristik, tubuh terdiri atas 3 bagian scolex,leher dan
strobila, tubuh terdiri dari proglotid dan memiliki sucker 2 atau 4. Kelas ini adalah.....

a. Cestoda c. Turbellaria

b. Trematoda d. Nematoda

3. Cacing dari kelas trematoda memerlukan hospes perantara dalam siklus hidupnya yaitu 1
atau 2 bahkan lebih dari dua, ordo yang memerlukan hospes perantara dengan 2 atau lebih
termasuk kedalam ordo....

a. Monogenea c. Aspidobothrea

b. Digonea d. Pseudophylidea

4. Cacing digenia memiliki beberapa famili dengan karakteristik yang berbeda - beda salah satu
famili dengan ciri sexual dimorphisme. Famili ini termasuk kedalam famili....
a. Ophistorchidae c. Strigcidae

b. Fasciotidae d. Schistosomatidae

5. Berdasarkan percabangan intestine kelas turbellaria terdiri atas 7 ordo, ordo yang intestine
bercabang tiga termasuk kedalam ordo...

a. Acoela c. Polycladida

b. Themnocephalida d. Tricladida

6. Hidup di air , mempunyai satu cakram perekat dan merupakan indikasi adanya hubungan
dengan trematoda, ini merupakan salah satu karakteristik dari kelas turbellaria. Ordo tersebut
adalah...

a. Acoela c. Polycladida

b. Themnocephalida d. Tricladida

7. Cacing pipih umumnya adalah hermafrodit,ada beberapa spesies yang dioceus atau kelamin
terpisah contoh spesies yang kelamin dioceus tersebut adalah....

a. Microstomum liniare c. Ophistorcjis sinesis

b. Schistosoma haematobium d. Fasciola hepatica

8. Cacing trematoda memerlukan hospes perantara didalam siklus hidupnya ada yang 1,2,3
atau lebih. Cacing pipih dalam siklus hidupnya menggunakan hospes perantara yaitu siput
lymanaea sp. tempat berkembanya larva. Spesies cacing tersebut adalah....

a. Microstomum liniare c. Ophistorchos sinesis

b. Schistosoma haematobium d. Fasciola hepatica

9. Tubuh cacing pita terdiri dari pratoglid - pratoglid ada yang jumlahnya 4 sampai banyak
protoglid. Spesies cacing pita yang tubuhnya hanya terdiri dari 4 protoglid adalah..

a. Dibothriocephalus latus c. Hymenolepis nana

b. Echinococcus granulosus d. Taenia solium

10. Kebanyakan hewan vertebrata pada usus halusnya didapatkan spesies cacing pita, yang
berbeda spesies untuk masing masing hewan. Spesies raillietina tetragona hospes tegapnya
adalah...
a. Unggas domestik c. Biri biri dan domba

b. Tikus dan mencit d. Kucing dan anjing

Anda mungkin juga menyukai