Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR TEMATIK BIRR WALIDAINI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tematik Sosial dan Politik

Dosen pengampu : Prof. Dr. Hj Erwati Aziz, M.Ag

Disusun oleh :

Mujibulloh Al Wahid

191111039 IAT 4B

ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kita haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas mata Kuliah Tafsir
Tematik Sosial dan Politik yang berjudul Tafsir Tematik Birr Walidaini. Sholawat dan salam
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW. Dan juga penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Prof. Dr. Hj Erwati Aziz, M.Ag selaku Dosen Mata
kuliah Tafsir Tematik Sosial Politik yang telah memberikan tugas ini.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca,
khususnya penulis. Penulis mengakui bahwa dalam pembuatan makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap memohon kritik dan saran dari
pembaca. Dengan kritik dan saran tersebut, penulis berharap mampu membuat makalah yang
lebih baik untuk kedepannya.

Harapan makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang baik dan menjadi refrensi
dikemudian hari. Penulis berharap makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Surakarta, 7 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................3


2.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
3.1 Tujuan.........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Birr Walidaini............................................................................................6


2.2 Ayat dan Asbabun Nuzul.............................................................................................6
2.3 Munasabah Ayat..........................................................................................................8
2.4 Penafsiran, Hadis, dan Analisa Ayat...........................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ..........................................................................................................


....13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

3
.BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Hal ini karena manusia
merupakan makhluk pedagogik yaitu makhluk yang dilahirkan membawa potensi yang
dapat dididik dan mendidik. Pendidikan itu sendiri merupakan bagian terpenting dari
kehidupan manusia, oleh karena itu mutlak diperlukan. Anak yang baru lahirpun
memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibunya. Pada umumnya sikap
dan kepribadian anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilalui
sejak masa kecil, oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan hidup dan tuntunan
kejiwaan. Pendidikan dalam Islam itu sendiri berdasarkan pada alQur‟an dan Hadits. Al-
Qur‟an merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam karena mengandung konsep
yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Secara garis besar, ajaran dalam
al-Qur‟an terdiri dari dua prinsip, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan
yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syariah.
masalah hubungan dengan sesama dan lingkungan, orang tua merupakan cerminan
masa depan anakanaknya di dalam kehidupan sehari-hari. Apabila di dalam rumah
tangga tercipta hubungan yang harmonis antar anggota keluarga yang satu dengan yang
lain, artinya saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati, maka sudah
barang tentu anak-anak pun pada masa yang akan datang akan selalu menjunjung tinggi
perintah orang tuanya, memelihara dan menjaganya ketika lanjut usia. Sebagai seorang
anak sudah sepatutnya untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, karena
kedua orang tua telah berkorban dan mencurahkan kasih sayang yang sangat besar lagi
tulus kepada anak-anaknya dan kasih sayang mereka tidak dapat diukur dengan sesuatu
apapun. Kedua orang tua merupakan sebab wujudnya kita, maka sudah sepantasnya kita
menghormati, menjunjung tinggi dan meneruskan kebaikan-kebaikan mereka. Istilah
orang Jawa mengatakan “Mikul dhuwur mendhem jero”. Untuk itulah, birr al-walidain
(berbuat baik kepada kedua orang tua) merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh
anak.
Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik kepada kedua orang tua (birr
al-walidain) telah menjadi salah satu dari akhlak yang mulia (mahmūdah). Dorongan dan
kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ayah
dan ibulah yang paling besar jasanya kepada setiap anak-anaknya. Dapat difahami bahwa
di dalam memelihara hubungan horizontal kemanusiaan atau kemasyarakatan, ayah dan
ibu sudah sepatutnya mendapat prioritas pertama dan paling utama. Dalam pemahaman
dan kesadaran etika atau al-akhlāk al-kārimah, sangat keliru apabila anak hanya
memelihara hubungan baik dengan orang lain, sedangkan hubungan etis ke-Islaman
dengan ayah ibunya diabaikan, apalagi sampai mendurhakai keduanya, yang secara
langsung diperintahkan dan harus dengan rasa ikhlas yang sungguh-sungguh birr al-
walidain patut dilaksanakan oleh seorang anak terhadap kedua orang tuanya.

4
Melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia pada zaman sekarang ini
sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur‟an, maka bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut
mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa
yang terjadi yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat di dalamnya.
Minimnya pengetahuan manusia terhadap pemahaman al-Qur‟an, akan semakin
memperparah kondisi manusia yang berupa kerusakan moral. Untuk itu kali ini makalah
ini membahas tentang ayat yang berhubungan dengan Birr Walidaini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Birr Walidaini.
2. Mengumpulkan ayat serta asbabun Nuzulnya.
3. Munasabah ayat.
4. Penafsiran ayat dan hadis yang terkait serta analisa.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari Birr Walidaini.
2. Mengumpulkan dan mencari asbabun ayat-ayat Al Qur’an yang berhubungan
dengan Birr Walidainii.
3. Mengupas dengan mencari munasabah ayat yang terkumpul.
4. Mengetahui penafsiran ayat dan hadisnya dengan tujuan analisa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Birr Walidaini


Secara bahasa kata Al - Walidain memiliki arti kedua orang tua kandung. Sedangkan
Al -Birr artinya kebaikan, berdasarkan hadits Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasalam:
“Al – Birr adalah baiknya akhlak”. Al - Birrmerupakan hak kedua orang tua dan kerabat
dekat, lawan dari Al-Uquuq (durhaka), yaitu "kejelekan dan menyia-nyiakan hak“.Al -
Birradalah mentaati kedua orang tua di dalam semua apa yang mereka perintahkan
kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al -„Uquuqdan menjauhi
mereka dan tidak berbuat baik kepadanya. Sebagian masyarakat menganggap bahwa
bahasa Arab dari berbakti kepada orang tua adalah Birr Al - Walidain. Padahal, didalam
Al-qur‟an berbakti kepada orang tua tidak hanya ditunjukkan dengan kata birr,
melainkan juga dengan kata ihsan dan ma‟ruf. Secara umum birr, ihsan, dan ma‟ruf
sama-sama bermakna kebaikan, suatu perbuatan yang bersifat baik. Pada akhirnya ketiga
kata tersebut memiliki arti yang sama.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan dari definisi birrul walidain tersebut adalah, suatu
bentuk keharusan yang menjadi kewajiban bersifat Fardhu „Ain bagi anak untuk
menunjukkan akhlak yang mulia kepada kedua orang tua, menuruti perintahnya selama
masih dalam ta‟at yang baik (tidak menyimpang dari ajaran agama Islam), tidak menyia
– nyiakan keberadaanya, mendoakannya, dan tetap melakukan kebaikan kepadanya.
Perlu kita sadari birrul walidain merupakan muamalah utama yang diperintahkan oleh
Allah Subhanahu Wata’ala. Sehingga dalam bertingkah laku kepada kedua orang tua
memiliki adab – adab yang khusus. Penulis kitab Majmu’ Az –Zawa’id telah menulis
kisah berikut ini : “Abu Ghassan Adh-Dhabby bercerita, “Aku keluar dan berjalan
bersama Ayahku saat cuaca sedang panas. Lalu Abu Hurairah bertemu denganku dan ia
bertanya, „siapa orang ini?‟.„Ayahku,‟ jawabku. i kata Abu Hurairah.8Dengan
demikian penulis akan memaparkan adab-adab kepada orang tua.Namun terlebih dahulu
kiranya memahami pengertian adab. 1
2.2 Ayat dan Azbabun Nuzulnya
Ayat-ayat yang berhubungan dengan Birr Walidain antara lain yaitu QS Al Isra’ ayat
23-24 :

َ ‫ك أَاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن إِحْ ٰ َسنًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعن َد‬
‫ك ْٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
‫ص ِغيرًا‬ ُّ
َ ‫ٱخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ٱلذ ِّل ِمنَ ٱلرَّحْ َم ِة َوقُل رَّبِّ ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬ ْ ‫۞ َوقُل لهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما ۞ َو‬ َّ

Yang Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
1
Widya Yulianti, Konsep Pendidikan Birrul Walidain Dalam QS Luqman(31) ; 14, dan QS Al Isra’ (17) :
23-24, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2017 VOL. 18, NO. 1, hal 17-19.
http://repository.iainbengkulu.ac.id/4825/1/TESIS%20DELVI%20OCTATIANTI.pdf

6
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. (23) Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Yang selanjutnya yaitu QS Al Ankabut ayat 8 :

‫ى َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم‬


َّ َ‫ك بِ ِهۦ ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َمٓا ۚ إِل‬
َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه ُح ْسنًا ۖ َوإِن ٰ َجهَدَا‬
َ ‫ك لِتُ ْش ِر‬
َ ‫ك بِى َما لَي‬ َّ ‫َو َو‬
َ‫۞تَ ْع َملُون‬

Yang Artinya : Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.

Adapun dari surat Al Ankabut ayat 8 memiliki Asbabun Nuzulnya yaitu berhubungan
dengan peristiwa Sa’ad bin Abi Waqqas dan ibunya ketika masuk Islam. Beliau adalah
salah seorang sahabat Nabi yang paling awal masuk Islam (assabiqunal awwalun).
Ibunya bernama Hamnah binti Abi Sufyan. Sebagai seorang anak, Sa‟ad telah berbakti
kepada ibunya sesuai kemampuannya. Setelah Hamnah mengetahui bahwa Sa‟ad secara
sembunyi-sembunyi masuk Islam, maka sang ibu sama sekali tidak rela anaknya
meninggalkan agama berhala. Ia memprotes tindakan Sa‟ad dan bersumpah, “Hai Sa‟ad,
agama apa pula yang baru engkau ikuti itu? Demi Allah aku tidak akan makan dan
minum sampai engkau kembali kepada agama leluhurmu. Atau relakah aku mati sedang
engkau menanggung malu sepanjang zaman gara-gara engkau meninggalkan agama kita?
Engkau pasti dicap orang kelak sebagai pembunuh ibu kandungmu sendiri.”

Hamnah mencoba untuk tidak makan dan minum selama sehari semalam dengan
harapan anaknya keluar dari Islam. Sa‟ad tampaknya tidak menghiraukan protes ibunya
itu. Di hari yang lain, kembali Hamnah meninggalkan makan dan minum. Waktu itu
Sa‟ad datang menengok ibunya dan berkata, “Ibuku, andaikata engkau punya seratus
nyawa, dan nyawa itu keluar dari tubuhmu satu persatu, namun aku tetap tidak akan
meninggalkan keyakinanku.” Lalu Sa‟ad berkata dengan tegas, “Terserah pada ibu, apa
ibu mau makan atau tidak.” [ CITATION Wid17 \l 1057 ][ CITATION Asy08 \l 1057 ]

Akhirnya Hamnah putus asa, tidak ada harapan lagi anaknya akan berbalik kepada
agama berhala.

Karena tak tahan, ia kembali makan dan minum seperti biasa. Peristiwa tersebut
diabadikan dengan menurunkan ayat ini. Allah membenarkan tindakan Sa‟ad, yakni
tetap berbuat baik kepada orang tua, tapi tidak boleh mengikutikemauannya andaikata itu
perintah untuk syirik.2

2
Jalaludin Asy-Suyuthi, Lubanun Nuqul Fii Asbabin Nuzuul, (Jakarta : Gema Insani) 2008, hal 427-428.

7
Yang berikutnya yaitu QS Al Luqman ayat 14-15 :

‫صي ُر۞ َوإِن‬ ِ ‫ى ْٱل َم‬


َّ َ‫ك إِل‬ َ ٰ ِ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن أَ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬
َ ‫يل َم ْن أَن‬
‫َاب‬ َ ِ‫صا ِح ْبهُ َما فِى ٱل ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا ۖ َوٱتَّبِ ْع َسب‬ َ ‫ك بِِۦه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما ۖ َو‬ َ َ‫ْس ل‬َ ‫ك بِى َما لَي‬ َ ‫ٰ َجهَدَاكَ َعلَ ٰ ٓى أَن تُ ْش ِر‬
ُ
َ‫ى َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬ َّ َ‫ى ۚ ثُ َّم إِل‬
َّ َ‫۞إِل‬

Yang Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (14) Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.(15).

Dari Asbabun Nuzul surat Al Isra’ dan Surat Luqman karena tidak ada bahan yang
bisa digunakan, ayat tersebut tidak memiliki sebab-sebab diturunnya ayat tersebut.

2.3 Munasabah Ayat


Secara bahasa Munasabah berasal dari kata nasaba-yunasibu-munasabatan yang
artinya dekat (qarib). Al-Munasabatu artinya sama dengan al-qarabatu yang berarti
mendekatkan dan juga al-Musyakalah (menyesuaikan). Arti secara menyeluruhnnya
yaitu bahwa setiap sesuatu yang berdekatan dan mepunyai hubungan dikatakan
munasabah.
Yang pertama yaitu QS Surat Al Isra ayat 23-24 :
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah SWT menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi
dua golongan. Golongan pertama, ialah orang-orang yang mencintai kenikmatan dunia,
tetapi mengabaikan kebahagiaan akhirat.3
Golongan kedua, ialah mereka yang menaati perintah Allah dan bernaung di bawah
bimbingannya. Mereka mencari keutamaan dunia untuk kepentingan akhirat. Selanjutnya
ayat sesudahnya menjelaskan tentang janji baik yang ditujukan untuk orang yang berbuat
baik kepada ibu bapaknya dan ancaman yang keras yang ditujukan kepada orang-orang
yang meremehkannya, apalagi yang sengaja sampai mendurhakai kedua ibu bapaknya.4
Yang kedua yaitu QS Al-Ankabut ayat 8 :
Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa amal saleh menghapuskan dosa kesalahan, dan
dapat balasan yang berlipat ganda. Kemudian pada ayat ini Allah mengiringi pula
firman-Nya dengan perintah berbuat baik kepada ibu bapak (orang tua). Keduanya
adalah yang menjadi sebab kelahiran manusia ke atas bumi. Untuk menghargai jasa serta
pengorbanannya, sudah sewajarnya si anak taat, patuh, dan berbuat baik kepada

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya, jil. V, hlm 459.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya, jil. V, hlm 464.

8
keduanya.5 Selanjutnya ayat sesudahnya menjelaskan bahwa orang yang berbuat baik
akan termasuk ke dalam barisan para Nabi dan wali Allah dengan segala kemuliaannya.6
Yang terakhir dari QS Luqman ayat 14-15 :
Pada ayat yang lalu dijelaskan tentang nikmatnikmat Allah yang tidak tampak, berupa
hambahamba-Nya yang memiliki ilmu, hikmah dan kebijaksanaan seperti Lukman.
Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi
pekerti yang mulia, tanpa ada Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. 7 Kemudian
pada ayat ini menjelaskan kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu oleh Lukman
diajarkan pada putranya agar ia menjadi hamba yang shaleh di muka bumi ini.
Selanjutnya ayat sesudahnya masih berkaitan dengan kepercayaan dan budi pekerti yang
baik yang oleh Lukman diajarkan kepada putranya.8

Dapat diambil kesimpulan bahwa dari ayat-ayat tersebut memiliki munasabah yang
dikatakan yaitu dijanjikan kepada orang yang berbuat baik kepada orang tua. Dan
ditegaskan untuk berbakti kepada orang tua karena mereka yang melahirkan seorang
dirimu karena itu merupakan budi pekerti bagi seseorang. Apab [ CITATION Dap10 \l 1057 ]
ila kamu tidak berbakti kepada keduanya maka ada ancaman atau balasan bagi orang-
orang yang durhaka kepada orang tuanya.
2.4 Penafsiran Ayat, Hadis dan Analisa Ayat

َ ‫ك أَاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن إِحْ ٰ َسنًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعن َد‬
‫ك ْٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أُفٍّ َواَل‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
َ ‫ٱلذ ِّل ِمنَ ٱلرَّحْ َم ِة َوقُل رَّبِّ ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬
‫ص ِغيرًا‬ ُّ ‫ٱخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح‬ ْ ‫۞تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما ۞ َو‬

Yang Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. (23) Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al Isra’ :23-24)

Menurut M Quraish Shihab Ayat di atas mengandung perintah kewajiban untuk


mengEsakan Allah SWT, serta berbuat baik terhadap orang tua baik dari segi perkataan,
perbuatan dan perintah perkataan yang mulia kepada mereka. Ini berbeda dengan
perkataan yang benar, meskipun apa yang disampaikan benar namun perkataan mulia
lebih utama dan diharapkan dalam berkomunikasi kepada kedua orang tua. Hal ini
menunjukkan suatu akhlak atau etika kepada Allah SWT dan orang tua. Tentunya sangat
disadari semua itu ajakan bagi kaum muslimin dalam ibadah, mengikhlaskan diri, tidak
mempersekutukan-Nya dan memperlakukan sebaik mungkin sesuai anjuran al-Qur’an
terhadap orang tua.9
5
Ibid, hal 566.
6
Ibid, hal 364.
7
Ibid, hal 454.
8
Ibid, hal 547.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm. 443

9
Ayat yang selanjutnya yaitu QS Al Ankabut ayat 8 :

‫ى َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم‬


َّ َ‫ك بِ ِهۦ ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َمٓا ۚ إِل‬
َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه ُح ْسنًا ۖ َوإِن ٰ َجهَدَا‬
َ ‫ك لِتُ ْش ِر‬
َ ‫ك بِى َما لَي‬ َّ ‫َو َو‬
ُ
َ‫۞تَ ْع َملون‬

Yang Artinya : Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.

Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)


kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya, yakni kami perintahkan kepada manusia
untuk memelihara, berbakti dan berbuat kebaikan kepada kedua orang tua.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, yakni
Jika kedua orang tuamu memaksamu untuk mengikuti agama mereka jika mereka
musyrik, maka janganlah kamu melakukan hal itu.

Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan, yakni sesungguhnya kalian semua akan kembali kepada-Ku pada hari kiamat,
baik dia orang yang beriman diantara kalian maupun yang kafir, baik yang berbakti
kepada kedua orang tuanya atau durhaka. Kemudian Aku akan memberi balasan kepada
kalian atas amal yang telah kalian lakukan orang yang berbuat kebaikan akan dibalas
dengan kebaikan, dan orang yang berbuat keburukan akan dibalas sesuai dengan
haknya.10

Ayat yang terakhir yaitu QS Luqman ayat 14-15 :

َ ‫صي ُر۞ َوإِن ٰ َجهَدَا‬


‫ك‬ ِ ‫ى ْٱل َم‬
َّ َ‫ك إِل‬ َ ٰ ِ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن أَ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬
‫ى‬ ُ
َّ َ‫ى ۚ ث َّم إِل‬ َ ً
َ ‫صا ِح ْبهُ َما فِى ٱل ُّد ْنيَا َم ْعرُوفا ۖ َوٱتَّبِ ْع َسبِي َل َم ْن أن‬
َّ َ‫َاب إِل‬ ْ
َ ‫ك بِ ِهۦ ِعل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما ۖ َو‬ َ َ‫ْس ل‬َ ‫ك بِى َما لَي‬ َ
َ ‫َعلَ ٰ ٓى أن تُش ِر‬
ْ
َ‫۞ َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Yang Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (14) Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kemb [ CITATION MQu05 \l
1057 ][ CITATION Ahm93 \l 1057 ] ali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(15). (QS
Luqman :14-15).

10
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maragh,i terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, (Semarang:
PT Karya Toha Putra, 1993), juz 20, hlm. 205-207.

10
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan - .Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah. Mujahid berkata: “Beratnya kesulitan
mengandung anak”. Qatadah berkata: “Keberatan demi keberatan”. Sedangkan Atha al-
Khurasa berkata: “Kelemahan demi kelemahan”.

Dan menyapihnya dalam dua tahun. Yakni, mengasuh dan menyusuinya setelah
melahirkannya setelah dua tahun.

Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. Yaitu sesungguhnya Aku akan membalasmu atas semua itu secukup-cukup
balasan.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya.
Yakni, jika keduanya begitu antusias untuk memaksakan agamanya, maka janganlah
engkau menerimanya dan hal itu pun tidak boleh menghalangimu untuk berbuat baik
kepada keduanya di dunia secara ma‟ruf, yaitu secara baik kepada keduanya.

Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.Yaitu orang-orang yang beriman.11

Serta hadis yang terkait dalam Birr Walidaini yaitu Di riwayatkan pula oleh Abu
Sa‟ad bin Abu Bakar Al - Ghazi berkata bahwa Muhammad bin Ahmad bin Hamdan
telah berkata kepada kami dan berkata bahwa Abu Ya‟la telah memberitahu kami bahwa
Abu Qutsaimah telah memberi tahu kami dan berkata bahwa Al - Hasan bin Musa telah
memberitahu kami dan berkata bahwa Juhair telah memberitahu kami dan berkata bahwa
Samak bin Harb telah memberi tahu kami dan berkata bahwa Mus‟ab bin Sa‟ad bin Abi
Waqash dari ayahnya berkata, “lalu dia berkata” ibu Sa‟ad telah bersumpah untuk tidak
bicara selama-lamanya sehingga dirinya (Sa’ad) mengingkari agamanya (Islam). Dia
tidak makan dan minum. Ibu berada dalam keadaan seperti itu selama tiga hari sehingga
tampak kondisinya menurun lalu turunlah firman allah swt “ dan kami perintah hak
kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapak). (Hr. Muslim dari Abu
Khutsaimah). Dalam hadis ini dijelaskan bahwa memiliki sifat Amr yaitu untuk berbakti
kepada orang tua.12

Dari berbagai pendapat para mufassir di atas mengenai pendidikan birr al-walidain,
maka dapat disimpulkan bahwa Allah SWT. telah memberikan perintah kepada kita,
perintah yang pertama yaitu tidak boleh menyembah selain Dia, kemudian dilanjutkan
dengan perintah yang kedua yaitu untuk berbuat baik kepada kedua orang tua
sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-Isra’ (17) : 23-24, yang mana dalam ayat
tersebut dijelaskan cara berbuat baik kepada kedua orangtua mulai dari hal yang paling
kecil yaitu dilarang berkata “Ah” ketika diperintah atau ada sesuatu yang sekiranya tidak
kita sukai dari apa yang telah orang tua kerjakan. Namun sebaliknya, kita diperintahkan

11
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar,
(Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2008), hlm. 255-256.
12
Ibid, hal 24.

11
untuk berkata y[ CITATION Abd08 \l 1057 ]ang baik, lemah lembut, sopan serta
merendahkan diri kepada kedua orang tua apalagi ketika mereka telah berusia lanjut.

Kewajiban berbuat baik tersebut dikarenakan jasa-jasa mereka yang begitu banyak
terhadap kita tercantum pada QS Luqman ayat 14. Namun ada satu hal yang tidak boleh
untuk dituruti dan bahkan wajib ditolak, yaitu ketika orang tua memerintahkan kita untuk
menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain termaktub dalam ayat 15 dari surat
Luqman. Namun meski demikian, kita sebagaimana anak tetap diwajibkan untuk berbuat
baik kepada kedua orang tua selama dalam hal duniawi bukan dalam hal akidah.

BAB III

PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan
Dalam kajian tafsir tematik ini mengupas ayat-ayat yang berhubungan dengan tema
yang ditenttukan. Untuk mengulas semuanya yaitu dengan mengumpulkan ayat-ayat
yang berkesinambungan, lalu menghubungkan ayat tersebut dengan munasabah ayat,
tafsir dari ulama’ tafsir terdahulu, dan hadis yang terkait dari itu bisa diketahui untuk
mengulas kajian tafsir tematik tersebut. Dari munasabah tersebut kandungan ayat bisa
dijadikan analisa atau ditarik kesimpulan menjadi satu.
Biir Walidaini yaitu berbakti kepada orang tua atau berbuat baik kepada orang tua.
Dalam berbakti orang tua akan ada imbalannya ketika di akhirat nanti itu tertera pada Al
Isra’ ayat 23-24. Beperilaku sopan, dan berakhlak pada orang tua juga termaktub pada
QS Al-Ankabut ayat 8, berdosa besar apabila seorang anak yang berkata ah kepada orang
tuanya. Diwajibkan juga bagi anak untuk berbakti dan mengikuti perintahnya dalam
tanda kutip bukan hal akidah itu juga tercantum pada QS Luqman ayat 14-15. Dapat
diambil kesimpulan bahwa ayat dari surat yang lain pasti berkesinambungan antar satu
dengan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, A. M. (1993). Terjemah Tafsir Al Maraghi terj, Bahrun Abu Bakar dkk.
Semarang: PT Karya Toha Putra.

13
Asy-Suyuthi, J. (2008). Lubanun Naqul Fii Asbabin Nuzul. Jakarta: Gema Insani.

RI, D. A. (2010). Al Qur'an dan Tafsirannya. Jakarta: Lentera Abadi.

Shihab, M. Q. (2005). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

Syaikh, A. b. (2008). Tafsir Ibnu Katsir terj, M Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi'i.

Yulianti, W. (2017). Konsep Pendidikan Birrul Walidain dalam QS Luqman(31) : 14 dan QS


Al-Isra'(17) : 23-24. Ilmiah DIDAKTIKA , 16-31.

http://repository.iainbengkulu.ac.id/4825/1/TESIS%20DELVI%20OCTATIANTI.pdf
diakses pada 23:34 6 April 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai