Anda di halaman 1dari 24

PENANGGULANGAN BENCANA

GUNUNGAPI
Manajemen Penanggulangan Bencana

Menurut Carter (1992) Manajemen


Penanggulangan Bencana (disaster
management) adalah suatu ilmu terapan
yang berupaya untuk meningkatkan usaha
penganggulangan melalui pengamatan
secara sistematis dan analisis berbagai
macam bencana berupa tindakan
pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan,
tanggap darurat dan rehabilitasi.
Gambar 1. Siklus Manajemen Penanggulangan
Bencana menurut Carter (1992)
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

Usaha penanggulangan pada tahap tanggap


darurat misalnya :
Mengangkut korban yang luka-luka ke rumah
sakit atau puskesmas
Mencari korban hilang
Menguburkan korban meninggal
Menyeamatkan harta benda yang ditinggal
Membantu pengungsian
Menyediakan bahan makanan, pakaian, barak
pengungsian dan bantuan obat-obatan.
Petugas volkanologi : memantau perkembangan
letusan (intensitas, arah, maupun ancaman
bahaya).
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

Dilakukan setelah bencana benar-


benar berlalu, yaitu membangun
kembali secara darurat sarana dan
prasarana, sepert jalan, pasar, barak
pengungsian, saluran air, tanggul
pengaman dan lain-lain agar kehidupan
kembali normal.
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

Tahap ini berupa pembangunan sarana


dan prasarana kehidupan yang permanen
setelah pertimbangan tata guna lahan
serta usaha penanggulanga bencana di
masa mendatang.
Berdasarkan pengalaman menghadapi
bencana yang telah berlalu pada tahap
rekonstruksi ini juga dilakukan penelitian -
penelitian serta pengembangan program
penanggulangan bencana pada masa
mendatang.
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

Usaha Mitigasi secara Fisik :


Pembangunan Dam/Tanggul pengendali aliran
lahar, pembuatan kantong lahar, serta pembuatan
terowongan air.
Pembangunan barak pengungsian, petunjuk arah
pengungsian dan papan informasi kebencanaan.
Pemasangan alat peringatan dini (Sirine,
kentongan, dll) di kawasan rawan bencana.
Penerapan bangunan standar (building codes)
untuk mengantisipasi gempa bumi, hujan abu dan
banjir.
Latihan penanggulangan bencana secara berkala
oleh masyarakat di kawasan rawan bencana.
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

Usaha Mitigasi secara Non-Fisik :


Penelitian bencana gunung api untuk menilai
potensi bahaya yang akan datang.
Pembuatan peta kawasan rawan bencana
gunung api.
Pemantauan (pengamatan/monitoring) kegiatan
gunungapi.
Pembakuan dan pemberlakuan prosedur tetap
sistem peringatan dini.
Penyuluhan terhadap masyarakat di kawasan
rawan bencana, secara langsung maupun
melalui media.
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana
Selain dilakukan hal-hal tersebut diatas,
untuk memperkecil jumlah korban jiwa dan
kerugian harta benda akibat letusan gunung
berapi dilakukan beberapa upaya sebagai
berikut :
• Pemantauan
• Tanggap Darurat
• Pemetaan
• Penyelidikan
• Sosialisasi
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

1. Pemantauan

Tujuan utama pemantauan kegiatan


gunungapi adalah untuk memperkirakan
besaran letusan yang akan terjadi melalui
model atau skenario erupsi gunung berapi;

Pemantauan dapat dilakukan dengan :


• Secara Visual (Teropong, Termometer)
• Secara Instrumental (Ilmu Geologi,
Geofisika, dan Geokimia).
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

1. Pemantauan

Perkiraan besar letusan dapat digunakan


untuk :
• Mendeteksi adanya peningkatan kegiatan
gunungapi.
• Memperkirakan waktu dan besaran
letusan berikutnya.
• Memperkirakan Lama letusan dan
mengidentifikasi penurunan kegiatan.
• Memperkirakan Luasan daerah yang
dilanda dan jenis ancamannya.
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

1. Pemantauan

Gambar 2. Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia


(http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi)
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

2. Tanggap Darurat
Hal yang harus dilakukan jika terjadi letusan gunung berapi :

- Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung,


lembah dan daerah aliran lahar.
- Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan
panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana
susulan.
- Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju
lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
- Jangan memakai lensa kontak.
- Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
- Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah
dengan kedua belah tangan.
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

3. Pemetaan

Tujuan dilakukan pemetaan adalah karena


Peta dapat menunjukan tingkat kerawanan
bencana suatu daerah apabila terjadi
letusan /kegiatan gunung api. Peta ini
disebut “Peta Kawasan Rawan Bencana”.

Kawasan rawan bencana gunungapi dibagi


menjadi tiga, yaitu :
1. Kawasan Rawan Bencana I
2. Kawasan Rawan Bencana II
3. Kawasan Rawan Bencana III
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

3. Pemetaan
1. Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan hujan
abu, serta tidak menutup kemungkinan dapat terkena
perluasan awan panas, aliran lava dan lontaran batu (pijar)
apabila letusan membesar.

2. Kawasan Rawan Bencana II


Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran
lava, lontaran atau guguran batu (pijar), aliran lahar dan
gas beracun.

3. Kawasan Rawan Bencana III


Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava,
lontaran/guguran batu (pijar), dan gas beracun.
Gambar 3. Peta Kawasan Rawan Bencana Gn. Anak Krakatau
(PVMBG. http://geospatial.bnpb.go.id/)
Gambar 4. Peta Kawasan Rawan Bencana Gn. Merapi
(PVMBG. http://geospatial.bnpb.go.id/)
Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

4. Penyelidikan

 Penyelidikan gunung berapi memerlukan


data volkanologi yang lengkap. Data
tersebut didapatkan dari hasil penelitian
dan pemantauan Geologi, Geofisika,
Geokimia, Geomorfologi, Klimatologi,
dan Sosial-Kependudukan.

 Penilaian Potensi Bahaya


Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

5. Sosialisasi

- Petugas melakukan sosialisasi kepada


Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung
berapi.
- Bentuk sosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda dan
penyuluhan langsung kepada masyarakat.

* Organisasi Penanggulangan Bencana


Organisasi Penanggulangan Bencana
Berdasarkan KepPres No 106 tahun 1999,
pengelola manajemen bencana adalah
“Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana (Bakornas PB)”.
Namun sejak Tahun 2007, menurut Undang-
Undang RI No. 24 Tahun 2007 manajemen
penanggulangan bencana ditangani oleh
“Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)” di Tingkat Pusat dan
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)” di tingkat Daerah
(Provinsi/Kabupaten).
Organisasi Penanggulangan Bencana
Gambar 5. Logo Badan Nasional Gambar 6. Logo Badan Penanggulangan
Penanggulangan Bencana (BNPB) Bencana Daerah (BPBD)
Organisasi Penanggulangan Bencana

Gambar 7. Struktur Organisasi BNPB (bnpb.go.id)


Organisasi Penanggulangan Bencana

Gambar 8. Struktur Organisasi BPBD Prov. Lampung (Perda Prov. Lampung No 14 Th 2009)
(bpbd-lampung.com)
Organisasi Penanggulangan Bencana

Gambar 9. Struktur Organisasi BPBD Kab. Lampung Barat


(Perda Kab. Lampung Barat No 15 Th 2008)

Anda mungkin juga menyukai