Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY DAN


GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN
SYARIAH

(Studi Kasus Pada Bank Syariah yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2020)

Diajukan Untuk Diseminarkan Pada Seminar Proposal di Depan Pembimbing


Program Pascasarjana Ekonomi Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda

Disusun Oleh :
KHARIS ISNAIN
NIM : 2020500017

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia usaha semakin pesat.

Hal itu dapat dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi dan

perkembangan arus informasi yang harus disampaikan oleh perusahaan untuk

memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Perkembangan ini diiringi dengan

persaingan usaha yang begitu ketat dan kompetitif, artinya pengambilan

keputusan sangat menentukan posisi perusahaan tersebut serta memiliki dampak

besar terhadap kinerja perusahaan.

Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan

suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Pengungkapan informasi

secara terbuka mengenai perusahaan juga sangatlah penting bagi perusahaan, hal

ini dilakukan sebagai wujud transparansi dan akuntanbilitas manajemen

perusahaan terhadap stakeholder. Keterbukaan informasi dari perusahaan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi stakeholder dalam pengambilan

keputusan (Amilia dan Retrinasari, 2017)

Selain itu menurut Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini (2006),

menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang

dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat

memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara

sekaligus. Perusahaan dalam hal ini adalah entitas ekonomi yang


bertanggungjawab bukan hanya kepada para stakeholder tetapi juga kepada

masyarakat luas (Kurniawan, 2007). Bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak

hanya bermanfaat bagi para pemilik modal saja namun juga bagi masyarakat

sekitar perusahaan maupun masyarakat luas.

Darwin (2004) mendefinisikan Corporate Social Resposnibility (CSR)

adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya

dengan stakeholder yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.

Menurut Tjager (2003) dalam Darmawati (2004) corporate governance

merupakan salah satu komponen kunci untuk meningkatkan efisiensi ekonmis,

yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan

komisaris, para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dalam penerapan

pengelolaannya good corporate governance merupakan sebuah konsep yang

menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memproleh informasi

dengan benar, akurat, tepat waktu dan transparan, selain itu juga menunjukan

kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan (disclouser) semua informasi

kinerja keuangan, oleh karena itu baik perusahaan publik maupun tertutup harus

memandang good corporate governance bukan hanya sebagai aksesoris belaka,

tetapi upaya untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.

GCG dan CSR merupakan suatu cara agar perusahaan mengelola usahanya

tidak hanya untuk kepentingan para pemegang saham (shareholder) tetapi juga

untuk pihak-pihak lain diluar perusahaan seperti pemerintah, lingkungan,

Lembaga Swadaya Masyarakat, para pekerja dan komunitas lokal atau yang sering
disebut sebagai pihak stakeholder. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008)

menyatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan

berpengaruh positif sebagai proksi dari kinerja keuangan. Dalam penelitian Dahlia

dan Siregar (2008) terdapat beberapa keterbatasan diantaranya periode penelitian

hanya 2 tahun.

Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Che Haat, et al (2008), meneliti

hubungan antara corporate governance, pengungkapan, ketepatwaktuan

penyampaian laporan keuangan dan kinerja perusahaan pada perusahaan-

perusahaan di Malaysia. Hasil penelitian mendapatkan tidak adanya hubungan

yang signifikan antara GCG dengan pengungkapan laporan keuangan maupun

ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Namun, GCG memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian tersebut diperoleh

pula bahwa pengungkapan dan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan

tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja keuangan. Serta pada

penelitian Herawaty (2008) yang melakukan penelitian mengenai hubungan antara

corporate governance sebagai variabel moderating dari terhadap nilai perusahaan

yang membuktikan bahwa corporate governance berpengaruh secara signifikan

terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan kepemilikan

institusional, tetapi kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan

sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya memiliki keterbatasan serta memiliki

hasil berbeda-beda, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian lebih


lanjut mengenai bagaimana corporate social responbility (CSR) dan good

corporate governance (GCG) dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti terhadap

kinerja perusahaan pada sektor perbankan, dalam hal ini yang saya maksud adalah

bank umum non devisa. Selain itu, bank umum non devisa banyak yang semakin

berkembang, serta berusaha menjadi bank devisa. Tentu dalam hal ini saya ingin

melihat perubahan-perubahan kinerja sampai sejauh mana bank-bank non devisa

dari tahun ke tahun.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menguji ulang pengaruh penerapan Corporate Social

Responbility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja

perbankan syariah yang terhadap di BEI pada tahun 2016-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh pengungkapan aktivitas CSR atau CSR disclosure

terhadap ROA bank syariah non devisa yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh pengungkapan aktivitas GCG atau corporate

governance ROA bank syariah non devisa yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel CSR terhadap kinerja perbankan.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel CSR terhadap kinerja perbankan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau

kegunaan baik manfaat bagi penulis, akademis,dan bank umum. Adapun manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis

Sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh selama

dibangku kuliah maupun hasil dari membaca literatur – literatur dengan

kenyataan praktis yang ada pada industry perbankan.

b. Bagi Akademis

Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data

sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang peran dan

fungsi manajemen keuangan, khususnya dalam salah satu fungsi yaitu

mengetahui kinerja Bank.

c. Bagi Bank Konvensional


Dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan dan

meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan

dan kekurangan.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Corporate Social Responsibility

Corporate Social Resposibility adalah mekanisme bagi suatu perusahaan

untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan sosial ke

dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi

tanggungjawab sosial di bidang hukum (Darwin 2004).

Menurut Pearce and Robinson (2007) dalam Budiartha (2008) ada sepuluh

iupihak yang mempunyai kepentingan berbeda dan cara pandang yang berbeda

terhadap perusahaan. Sepuluh pihak yang dimaksud adalah stockholder, creditors,

employees, customers, suppliers, goverments, unions, competitors, local

comunities dan general public.

Kepentingan yang dimaksud bisa saja klaim secara ekonomi maupun klaim

non ekonomi. Pearce and Robinson (2007) dalam Budiartha (2008)


mengelompokkan tanggungjawab sosial ke dalam empat kelompok yaitu sebagai

berikut :

 Economis Responsibility secara ekonomi tanggungjawab perusahaan

adalah menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat dengan harga yang

wajar dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

 Legal Resposnsibility dimanapun perusahaan beroperasi tentu saja tidak

akan lepas dari peraturan dan undang – undang yang berlaku di tempat

tersebut terutama peraturan yang mengatur kegiatan bisnis. Peraturan

tersebut terutama yang berkaitan dengan pengaturan lingkungan dan

perlindungan konsumen.

 Ethical Responsibility perusahaan yang didirikan tidak hanya patuh dan

taat pada hukum yang berlaku namun juga harus memiliki etika

 Discrestionary responsibility, tanggung jawab ini sifatnya sukarela seperti

berhubungan dengan masyarakat, menjadi warga negara yang baik, dll.

Adapun berbagai versi tentang definisi CSR (Corporate Social Responsibilty)

antara lain sebagai berikut :

 World Businnes Council for Sustainable Development

Komitmen berkesinambungan dari para perilaku bisnis untuk berperilaku

etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya

meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta

komunitas lokal dan masyarakat umum.


 International Finance Corporation

Komitmen dunia bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap

pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan

karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk

meningkatkan kehidupan mereka melalui cara – cara yang baik bagi bisnis

maupun pembangunan.

 Institute of Chartered Accountants, England and Wales

Jaminan bahwa organisasi – organisasi pengelola bisnis mampu

memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya

memaksimalkan nilai bagi pemegang saham (shareholder) mereka.

 Canadian Goverment

Kegiatan usaha yang mengintegrasikan kegiatan ekonomi, lingkungan dan

sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi dan operasi

perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab untuk

menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.

 European Commision

Sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap

sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya

dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasakan prinsip

kesukarelaan.

 CSR Asia
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan

prinsip ekonomi, sosial dan ekonomi seraya menyeimbangkan beragam

kepentingan para stakeholder.

Dari berbagai pengertian yang beragam dapat disimpulkan bahwa CSR

(Corporate Social Responsibilty) adalah operasi bisnis perusahaan yang tidak

hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan

juga untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan yang menyeluruh, melembaga

dan berkelanjutan.

Darwin (2004) mengatakan bahwa dalam pelaporan CSR (Corporate Social

Responsibilty) terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja

lingkungan, dan kinerja sosial. Menurut Ullman (1985) dalam Chariri dan Gozali

(2007) melakukan penelitian di Jerman menemukan bahwa dari perspektif

pekerja, pengungkapan sosial dan lingkungan mencakup kondisi pekerjaan,

penghasilan karyawan, jam kerja, pengaruh teknologi kualifikasi dan pelatihan,

subsidi yang diterima dari perusahaan, polusi lingkungan dan kontribusi

perusahaan pada tujuan sosial.

Tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan tahunan

yang disebut sustainability report. Sustainability reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja

organisasi dan produknya dalam konteks pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) (Nurlela dan Islahuddin, 2008).


Sustainability reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan,

dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Salah satu panduan pelaporan

yang banyak digunakan sebagai standar pelaporan saat ini oleh perusahaan adalah

Global Reporting Initiative (GRI). GRI adalah sebuah jaringan berbasis organisasi

yang telah memelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan

kerangka laporan berkelanjutan dan berkomitmen terus-menerus melakukan

perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. GRI digagas oleh PBB melalui

Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dan UNEP pada

tahun 1997.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur pengungkapan CSR

(Corporate Social Responsibilty) adalah dengan menggunakan item-item yang

terdapat dalam jurnal Hackston dan Milne (1996), yang menggunakan tujuh

kategori yaitu, lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan, tenaga kerja, lain-

lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum.

2.1.2 Manfaat Corporate Social Responbiity

CSR (Corporate Social Responsibilty) akan lebih berdampak positif bagi

masyarakat, ini akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan

organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002)

menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR (Corporate Social

Responsibilty) meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar,

keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR (Corporate Social
Responsibilty), menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi.

Untuk Indonesia bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR (Corporate Social

Responsibilty) membutuhkan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan

jaminan ketertiban sosial. Selain berdampak bagi masyarakat ternyata CSR

berdampak positif bagi perusahaan,antara lain :

1. Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty),

konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang

selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

2. Memperkuat “Brand” Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen

dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan

kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat

meningkatkan posisi brand perusahaan.

3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan

Dalam melaksanakan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty),

perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu

dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah,

masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi

yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya


Jika CSR (Corporate Social Responsibilty) dilakukan sendiri oleh

perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan

komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang

menawarkan produk atau jasa yang sama.

5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh

Perusahaan.

6. Memilih kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) yang sesuai

dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas.

7. Merencanakan CSR (Corporate Social Responsibilty) secara konsisten dan

berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya

8. Dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.

2.1.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibilty

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering juga disebut

corporate social responbility (hackston dan mine, 1996) merupakan proses

pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi

organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap

masyarakat secara keseluruhan. Dalam penelitian ini kami menggunakan

Checklist untuk melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam

tujuh kategori yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain

tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Kategori ini diadopsi
dari penelitian yang dilakukan oleh hackston dan mine (1996). Ketujuh kategori

ini terbagi dalam 66 item pengungkapan.

2.2 Good Corporate Governance

Penerapan Good Corporate Governance yang baik tidak hanya menghasilkan

informasi yang lebih transparan bagi investor dan kreditur juga mengurangi

asimetri informasi, dan juga membantu perusahaan untuk meningkatkan kegiatan

operasional perusahaannya. Perusahaan dengan Good Corporate Governance

yang baik tidak mempunyai performance yang lebih baik dari perusahaan dengan

Good Corporate Governance yang buruk diukur dari independensi dewan

komisaris independen. Anggota dewan komisaris independen telah bertugas

sangat lama sebagai komisaris independen sehingga seiring dengan berjalannya

waktu, perlahan- lahan menjadi kurang independen, dan bersikap lebih lunak

dalam melakukan pengawasan. Oleh karena itu, meskipun anggota dewan

komisaris independen dapat bertindak lebih sigap dalam menangani masalah,

mereka mungkin akan melakukan tindakan yang salah tanpa adanya informasi

yang lengkap.

Good Corporate Governance terdiri dari mekanisme eksternal dan internal.

Mekanisme eksternal pada dasarnya berhubungan dengan pihak luar perusahaan

yang mengontrol perusahaan. Contoh penerapannya adalah jika manajer tidak

mencapai tingkat performance yang diharapkan, maka ia akan diganti atau

didisiplinkan oleh pihak pemegang saham. Mekanisme internal berhubungan


dengan insentif dan mekanisme kontrol yang diterapkan dalam perusahaan. Hal

ini mencakup board share ownership (kepemilikan saham dewan komisaris),

board composition (komposisi dewan komisaris), dan blockholdings.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pengertian

Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak

kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal, dan

eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan

kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga

menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan (stakeholders).

Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai

tambah bagi semua stakeholders. Secara teoritis, pelaksanaan Good Corporate

Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kinerja

keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan

komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan

umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan

investor (Tjager:2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep Good

Corporate Governance, yaitu:

a) Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan

benar dan tepat pada waktunya.

b) Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)

secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja


perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

2.2.1 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Menurut FCGI, pelaksanaan Good Corporate Governance diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional

perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga

dapat lebih meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

Manfaat Good Corporate Governance dari sisi manajemen dapat dilihat

bahwa suasana kerja menjadi lebih nyaman dan teratur, artinya segala proses kerja

berjalan mulus, terkontrol, dan terciptanya kerja tim yang solid. Selain itu

penjualan bisa di atas pasar, profit meningkat, berbagai penghargaan dapat

diperoleh, dan meningkatnya kepercayaan mitra. Dengan Good Corporate

Governance, integritas perusahaan lebih dipercaya pihak luar yang

berkepentingan (stakeholder), memacu profesionalisme karyawan, kinerja

keuangan yang cemerlang, serta stabilitas harga yang baik.


2.2.2 Indikator Pengukuran Good Corporate Governance

Indikator pengukuran Good Corporate Governance yang Digunakan dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Ukuran Dewan komisaris.

Dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari

implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan akan

meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan

pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat

mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai

dengan kepentingan pemegang saham,

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi

dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer

benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian daripada

pencapaian tujuan perusahaan. Yang terpenting dalam hal ini adalah

kemandirian komisaris dalam pengertian bahwa Dewan Komisaris harus

mempunyai kemampuan untuk membahas permasalahan tanpa campur tangan

manajemen, dilengkapi dengan informasi yang memadai untuk mengambil

keputusan, dan berpatisipasi secara aktif dalam penetapan agenda dan strategi.

Dewan Komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan

untuk menjamin pelaksanaan perusahaan, mengawasi manajemen dalam

mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntanbilitas.


Ukuran dewan komisaris menentukan tingkat kefektifan pemantauan

kinerja bank. Menurut Chtourou et all (2001) dalam penelitian bahwa dengan

jumlah dewan semakin besar maka mekanisme monitoring manajemen

perusahaan akan semakin baik. Dalam komposisi ukuran dewan komisaris

didalamnya terdapat komisaris independen merupakan anggota dewan

komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,

kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan

komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau lain yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

Ada teori agensi, dewan komisaris perilaku oportunisnya (Jensen dan

Mecking, 1976). Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan

bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan dan memberi nasehat kepada

dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good

corporate governance (KNKG,2006)

b. Ukuran Dewan direksi

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang

akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun

jangka panjang. Pentingnya dewan (baik direksi maupun komisaris) tersebut

kemudian menimbulkan pertanyaan baru, berapa banyak dewan direksi yang

dibutuhkan perusahaan?. Apakah dengan semakin banyak dewan berarti

perusahaan dapat meminimalisir permasalahan agensi antara pemegang

sahamn dengan direksi? Jumlah dewan yang besar menguntungkan

perusahaan, maksud dari resouces dependence adalah bahwa perusahan akan


bergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara

lebih baik. Pfeffer & Salancik (1978) menjelaskan bahwa semakin besar akan

hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam

jumlah yang besar akan semakin tinggi.

c. Proporsi Komisaris independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan

lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen atau bertindak semata mata demi kepentingan perusahaan (Komite

Nasional Kebijakan Governance, 2006).

d. Ukuran Komite audit

Topik komite audit merupakan topik yang signifikan dalam literatur

akuntansi tahun-tahun terakhir ini. Hal ini penting karena adanya pengawasan

secara profesional yang dapat dipercaya reliabilitasnya dalam menjamin

pengungkapan laporan - laporan keuangan yang akan meningkatkan value

perusahaan dan kredibilitas perusahaan di mata investor. Adanya komite audit

saat ini diterima sebagai bagian dari mekanisme Good Corporate Governance

yang baik. Adanya komite audit ini juga direspon secara positif oleh berbagai

pihak, antara lain Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),

Bursa Efek Jakarta (BEJ), para investor, akuntan, dan sebagainya. Komite
audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap

laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris,

mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan

melaksanakan tugas-tugas lainnya. Tugas komite audit antara lain meliputi:

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan

perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan

lainnya.

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundang-

undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor

internal.

4. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadapi

perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas

pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau Perusahaan Publik.

6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan.

2.2.3 Faktor Penentu Keberhasilan Good Corporate Governance

Syarat keberhasilan Good Corporate Governance memiliki dua faktor yang

memegang peranan sebagai berikut:


1. Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek Good

Corporate Governance yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor

yang dimaksud antara lain:

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung

penerapan Good Corporate Governancedalam mekanisme serta sistem

kerja manajemen di perusahaan.

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu

pada penerapan nilai-nilai Good Corporate Governance.

c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-

kaidah standar Good Corporate Governance.

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan

untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami

setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga

kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap langkah

perkembangan dan dinamikan perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan

yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan Good Corporate

Governance diantaranya:

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin

berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

b. Dukungan pelaksanaan Good Corporate Governance dari sektor publik

atau lembaga pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan


Good Governance dan Clean Government menuju Good Government

Governance yang sebenarnya.

c. Terdapatnya contoh pelaksanaan Good Corporate Governance yang tepat

(best practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan Good

Corporate Governance yang efektif dan profesional.

d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan Good

Corporate Governance di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini

diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk

mendukung aplikasi serta sosialisasi Good Corporate Governance secara

sukarela.

e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan

implementasi Good Corporate Governanceterutama di Indonesia adalah

adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik

dimana perusahaan beroperasi.

2.3 Analisis Kinerja Perbankan (ROA)

Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara

keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan

kekayaan atau aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

Hanafi dan Halim (2003:27) Pengukuran performance keuangan perusahaan

dengan ROA menunjukkan kemampuan pengelolaan perusahaan atas modal yang

diinvestasikan dalam semua aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA

(Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai
seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Besarnya angka ROA menggambarkan seberapa besar pendapatan yang dapat

perusahaan hasilkan dengan setiap rupiah aset mereka. Jika ROA bernilai negatif,

maka laba perusahaan berada dalam kondisi negatif atau rugi. Hal ini

menunjukkan bahwa modal yang diinvestasikan di perusahaan belum mampu

untuk menghasilkan laba.

2.4 Bank Syariah Non Devisa

Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu BANCO yang berarti bangku.

Bangku disini dimaksudkan sebagai meja operasional para bankir jaman dahulu

dalam melayani seluruh nasabahnya. Istilah bangku ini kemudian menjadi populer

dengan nama BANK. Pengertian bank menurut Kasmir (2003) Bank secara

sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan utamanya

adalah menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkan kembali dana

tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lain. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1999 Pengertian bank adalah Bank

Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana yang dimaksud dalam undang-

undang yang berlaku.


  Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, jenis bank dapat

dibedakan menjadi :

A. Bank Umum

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

lalulintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum

sering juga disebut Bank Komersial. Usaha-usaha bank umum yang utama antara

lain:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat

deposito, tabungan;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Memindahkan uang;

5. Menempatkan dana pada atau meminjamkan dana dari bank lain;

6. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga;

7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:

1. Bank pemerintah, seperti BRI, BNI, BTN.

2. Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti BPD DKI Jakarta.

3. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank Danamon.

4. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.

5. Bank Campuran, contoh Sumitomo Niaga Bank.


6. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.

7. Bank umum ada yang disebut Bank Devisa dan Bank Non Devisa:

a. Bank Umum Devisa artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya

sampai ke luar negeri.

b. Bank Umum Non Devisa artinya ruang lingkup gerak operasionalnya

di dalam negeri saja.

2.5 Penelitian terdahulu

1. Dahlia dan Siregar (2008). Dalam penelitian Dahlia dan Siregar

menggunakan CSR sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan yang

diwakili oleh ROE dan CAR sebagai variabel terikat serta menggunakan

laverage, size, growth dan unexpected return sebagai variabel control.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan publik yang tercatat di

BEI selama tahun 2005 dan 2006 yang menerbitkan laporan tahunan atau

dokumen lain perusahaan secara lengkap baik secara fisik maupun

website. Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa terdapat pengaruh CSR

terhadap kinerja keuangan perusahaan. CSR berpengaruh positif terhadap

ROE namun tidak berpengaruh terhadap CAR.

2. Penelitian Heal dan Gareth (2004) menunjukkan bahwa aktifitas CSR

dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam strategi perusahaan,


memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara

hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara

CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. CSR memberikan kontribusi

bagi perusahaan dalam menciptakan laba, berbeda dalam melakukan

pengungkapan pertanggungjawaban sosial.

3. Paranita (2007) meneliti tentang pengaruh insider ownership, kebijakan

hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan,

dengan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang go public dan listing

di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2001-2005. Purposive

sampling dengan sampel penuh (full sample) digunakan dalam penelitian

ini. Jumlah perusahaan publik yang terdaftar di BEJ hingga tahun 2005

adalah 339 emiten, berdasarkan kriteria-kriteria purposive sampling, dari

populasi tersebut didapatkan 109 emiten yang memenuhi syarat-syarat

sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insider

ownership, kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

4. Siallagan dan Machfoedz (2006) Menguji adanya pengaruh mekanisme

Corporate Governance, komite audit, dan komisaris independen terhadap

nilai perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian yaitu terdapat pengaruh

antara mekanisme Corporate Governance terhadap kinerja perusahaaan.


5. Lastanti (2004) dalam Sabrina (2010) Meneliti hubungan antara struktur

corporate governance terhadap kinerja dan reaksi pasar. Hasil penelitian

yaitu terdapat hubungan positif signifikan antara independensi Dewan

komisaris dan Tobin’s Q, sedangkan varaibel lain (struktur kepemilikan

terkonsentrasi dan kepemilikan institusional) tidak memiliki pengaruh

yang signifikan baik terhadap Tobin’s Q, ROA, dan ROE.

2.7 Kerangka Pikir

CORPORATE SOCIAL
RESPONBILITY (CSR)

KINERJA PERBANKAN (ROA


RETUN ON ASSET)

GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG)

Gambar 2.7

Kerangka Pikir
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

3.1.1 Variabel Dependen (Variabel Y)

Variabel Dependen yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

independen.Variabel dependen (T), dalam penelitian ini adalah aspek

profitabilitas yang diukur dengan Return on Assets (ROA). Return on Assets

merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya selama tahun 2011-

2016. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik besar pula kinerja

perusahaan, karena return yang didapat perusahaan semakin besar.

3.1.2 Variabel Independen (variabel X)


Variabel Independen yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau

mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah Corporate Social Responbility (CSR) dan Good Corporate Governance

(GCG). Pengertian dari masing-masing veriabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Coorporate Social Responbility (X1)

dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang diharapkan berdasarkan

GRI (Global Reporting Institute) yaitu pengungkapan social data yang

diungkapkan oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang

meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan

kerja , 29 item lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9 item kepemilikan

masyarakat, dan 2 item umum, dimana jumlah dari keseluruhan item ada 78

item pengungkapan. Instrument pengukuran CSRI (Corporate Social

Responbility Indexs) dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi.

Rumus perhitungan CSRI adalah haniffa dkk, 2005) dalam Sayekti dan

Wondabio (2007).

Xi
CSRI j
Dimana : nj

CSRi = Coorporate social responbility disclosure index perusahaan


Nj = jumlah item untuk pengungkapan
Xij = jumlah iem yang diungkapkan

2. Good Coporate Governance (X2)

1. Aktifitas Dewan Komisaris

Aktifitas dewan komisaris merupakan jumlah rapat dewan komisaris

perusahaan (Beiner et al, 2003). Dewan komisaris bertanggung jawab dan

berwenang mengawasi tindakan manajemen, dan memberikan nasehat

kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris

(KNKG, 2004). Aktifitas dewan komisaris diukur dengan menggunakan

indikator jumlah rapat dewan komisaris suatu perusahaan.

2. Dewan Direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara

kolegial dalam mengelola perusahaan. Jumlah anggota direksi disesuaikan

dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas

dalam pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat serta

bertindak independen. Dewan Direksi diukur dengan jumlah anggota

Dewan Direksi.

3. Dewan komisaris Independen

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafilitasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya

pemegang saham pengedali, serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2004).


Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan

indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar

perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.

4. Komite Audit

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,

mengawasi audit eksternal, dan mengamati, sistem pengendalian internal

(termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen

yang melakukan manajemen laba (earnings amangement) dengan cara

mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit

eksternal. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit.

Definisi operasional dan pengukuran variabel tersebut diatas dapat

diringkas dalam suatu tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Pengertian Pengukuran


Dependen (Y) Rasio antara laba sebelum  
Return On Assets pajak terhadap total asset ROA =
(ROA) Laba sebelum pajak x
    total assets 100%
     
Perbandingan jumlah
Independen (X1) pengungkapan  
Coorporate Social yang diharapkan dengan
Responbility keseluruhan jumlah 78 item xij
CSRI =
(CSR) nj
   
       
Independen (X2) Ukuran dewan dewan komisaris ∑ Dewan komisaris
Good Coorporate Ukuran dewan direksi ∑ Dewan direksi
Governance ∑ Komisaris independen
Komisaris independen
(GCG) ∑ Seluruh komisaris
  Ukuran komite audit ∑ Komite audit
3.2 Sumber Data dan Objek penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

dikumpulkan dari data yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan

yang telah diaudit (Audited Annual Report) dari tahun 2011 sampai dengan tahun

2016 yang dapat diperoleh dari www.idx.co.id dan website perusahaan. Objek

penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di BEI untuk

jangka waktu enam (6) tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu

data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data berupa laporan keuangan perusahaan

perbankan seperti CSR dan GCG yang dipublikasikan oleh perusahaan Indonesia

selama enam tahun secara berturut-turut.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(Sugiyono, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29

perusahaan perbankan umum non devisa yang terdaftar Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2011 sampai dengan 2016 secara berturut-turut

3.4.2 Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi.

Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin meneliti seluruh

anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan yang disebut

sampel (Ferdinand, 2006). Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

yang berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 1.2 berikut ini :

Tabel 1.2 Penentuan Sampel

Keterangan jumlah
Jumlah bank umum non devisa yang terdaftar di BEI 29
Bank yang membuat laporan GCG 14
Bank yang membuat laporan CSR 21
Bank yang membuat laporan laporan tahunan 21
Bank yang rutin membuat laporan tahunan tahun 2011-2016 7
Jumlah bank yang dijadikan sampel 7

(Sumber IDX, data Sampel diolah dari penelitian, 2016)

Jumlah sampel dalam penelitian ini tidak memenuhi jumlah data

pengamatan minimal yaitu n = 30 maka pengolahan data menggunakan metode

polling. Sehingga jumlah data yang akan diolah adalah perkalian antara jumlah

perusahaan yaitu tujuh dengan periode pengamatan selama enam tahun (tahun

2011-2016). Jadi jumlah pengamatan dalam penelitian ini menjadi 42 data.


Maka sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dapat

dilihat pada tabel 1.3

Tabel 1.3. Daftar Sampel Penelitian

1 Bank Artos
2 Bank Central Asia Syariah
3 Bank Kesejahteraan Ekonomi
4 Bank Andara
5 Bank Rakyat Indonesia Syariah
6 Bank Tabungan Pensiunan Nasional
7 Bank Victoria Syariah
(Sumber: IDX data diolah 2016)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan secara online dan perpustakaan.

a. Pencarian secara online

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi Website yang

berhubungan dengan penelitian ini. Situs yang digunakan adalah :

1) www.idx.co.id

2) www.sahamok.co.id

3) www.google.co.id

b. Pengumpulan data laporan tahunan perbankan yang telah dipublikasikan

dari periode 2011 sampai dengan tahun 2016.

c. Penelitian Perpustakaan (Library Reserch)

Penelitian perpustakaan dimaksudkan untuk mengumpulan data yang

diperoleh dari buku-buku referensi dan literature lainnya yang berhubungan


dengan masalah yang sedang diteliti, guna memperoleh dasar-dasar dan informasi

yang berkaitan dengan pembahasan ini.

3.6 Alat Analisis

Analisis data mempunyai tujuan untuk menyampaikan dan membatasi

penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur serta tersusun dan lebih

berarti. Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan

dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standart yang

dibantu dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standart

yang dibantu dengan program Statistical Peckage Social Sciences (SPSS) versi

20.0. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear CCG dan GCG terhadap kinerja profitabilitas (ROA) perusahaan perbankan

yang terdaftar di BEI. Sebelum analisa regresi linear dilakukan, maka harus diuji

dulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi digunakan

tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan

autokolerasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan.

3.6.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel

dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), standar

deviasi maksimum dan minimum (Ghozali, 2011). Statistik deskriptif menyajikan

ukuran-ukuran numerik yang sagat penting bagi data sampel. Uji statistik

deskriptif tersebut dilakukan program SPSS.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengukuran asumsi klasik yang digunakan penelitian ini meliputi uji


normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi,

variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi

normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal, salah satu metode ujinya

adalah dengan menggunakan metode analisis grafik, baik secara normal plot ata

grafik histogram (Ghozali, 2011).

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresiditemikan adanya

korelasi antar varibel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat

dari nilai Tolerance (TOL) dengan metode VIF (Variance Inflation Factor). Nilai

TOL berkebalikan dengan VIF. TOL adalah besarnya variasi dari satu variabel

independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sedangkan

VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Nilai TOL yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang

tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cutt off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikonearitas adalah nili TOL > 0.10 atau sama dengan

nilai VIF <10 (Ghozali, 2011).

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengematan ke pengamatan lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatteplot, dengan dasar

analisis (Ghozali, 2011).

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mngetahui apakah terjadi korelasi

antara anggota serangkaian observasi yang diunitkan menurut waktu (data time

series) atau ruang data (data cross section). Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam satu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi

muncul karena observasi ang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari

autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model, dapat

menggunakan uji Durbin – Watson (DW test). Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan

ketentuan sebagai berikut (Sulaiman, 2004:89)

a. 1,65< DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi

b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terjadi autokorelasi


3.7 Analisis Regresi Linier Berganda

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

Hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel

dapat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dimana ROA sebagai

variabel dependen sedangkan CSR dan GCG sebagai variabel independen

(Ghozali: 2011). Persamaannya regeresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana :

Y = Return On Asset (kinerja perusahaan)

a = konstanta

b1-b2 = koefisien regresi

X1 = Corporate Social Responbility

X2 = Good Corporate Governance

e = error, merupakan komponen pengganggu yang mewakili faktor

lain yang berpengaruh terhadap variabel Y tetapi tidak dapat masuk ke

dalam model.

3.8 Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara

parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji f)


3.8.1 Perhitungan Koefisien Korelasi (R)

Priyatno (2009 : 78). “koefisien ini digunakan untuk menunjukan seberapa besar

hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1,X2,….Xn) secara serentak

terhadap variabel dependen (Y) “. Nilai R dapat dicari dengan rumus sebagai

berikut :

Menurut Sugiyono (2010 : 286), untuk melihat kekuatan hubungan antar

variabel X dengan Y, menggunakan 1.4 berikut :

Tabel 1.4 Interprestasi Koefisien dan Tingkat Hubungan

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah


0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2010 : 231)

3.8.2 Uji R² (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuanmodel dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R²

terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien

determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat. Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1 ). Semakin

besar nilai R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Dan
semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat

menjelaskan variabel dependen (Sulaiman, 2004:66)

3.8.3 Uji F (Uji Simultan)

Uji f digunakan untuk menguji apakah variabel – variabel independen

secara Bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen

(Sulaiman,2004:86). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

siignifikan terhadap variabel dependen

2. Menentukan tingkat signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan 5%

3. Pengembalian keputusan

a. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak

ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

b. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya pengaruh

yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.


3.8.4 Uji T (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara

individu berpengaruh dominan dengan taraf signifikan 5%. Langkah-langkah

dalam menguji t adalah berikut :

1. Merumuskan Hipotesis

Ho : β = 0,artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CSR dan GCG secara

parsial tidak berpengaruh terhadap ROA.

Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CSR dan GCG secara

parsial berpengaruh terhadap ROA

2. Menentukan tingkat signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%,artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan adalah 5%

3. Pengambilan keputusan

a. Jika probabilitas (sig t) > α (0.05) maka Ho diterima, artinya tidak

ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y)

b. Jika probabilitas (sig t) < α (0.05) maka Ho ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen

(X)
DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S. dan Retrinasari. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan


terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ” Proceeding Seminar
Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Bisnis. Jakarta.

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan” Studi Empiris pada Perusahaan-
Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang Vol. 9, pp 1-21.
Anggraini, R.R. (2006). “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan” (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar
Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang).

Budiarta, Ketut, 2008. Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 : Cara


Pandang Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 Dan Undang-Undang
RI No 17 Tahun 2000 Terhadap Corporate Social Responcibility
(CSR).Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Che Haat, MH, Rahman, RA dan Mahenthiran, S. 2008. “Corporate Governance,
Transparency anf Performance of Malaysian Companies, Managerial
of Auditing Journal” Vol. 23 No. 8
Dahlia, D. dan Siregar. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Moderating” (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Darwin, Ali, 2004. “Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia” Konvensi


Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan, Yogyakarta.

Epstein, M. J., dan Freedman, M. (1994). Social disclosure and the individual
investor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 7: 94-
109.

Fox, T., H. Ward B., and Howard, (2002), Public Sector Roles in Strengthening
Corporate Social Responsibility: A Baseline Study, The World Bank
Ghozali, Imam dan Anis Chariri.(2007).Teori Akuntansi Edisi 4. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP
Universitas Diponegoro. Semarang

Ghozali, Imam 2011. “Aplikasi Analisis Multivanate Dengan Program SPSS”


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hackston, David and Markus J. Milne, (1996). “Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies”.
Accounting,Auditing, and Accountability Journal, Vol. 9 No. 1, p. 7-
100.
Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Heal, Geoffrey, dan Garret, Paul. 2004. “Corporate Social Responsibility, An
Economic and Financial Framework”, Columbia Bussiness School
Herawaty, Vinola. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10 (2): 97-108.

Insukindro dan Aliman. 1999. “Pemilihan dan Fungsi Empirik: Studi Kasus
Perminatan Uang Kartal Riil di Indonesia” Jakarta: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. Vol. 14, No. 4:49-61.

Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good


Corporate Governance di Indonesia. Jakarta.
Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan
Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi:
Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance.
M.C. Jensen, W.H. 1976 “Meckling Center for Research in Government Policy
and Business Working Paper” University of Rochester, Rochester, NY,
no. PPS 76-4
Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai
Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI.
Paranita, 2007. Analisis Pengaruh InsiderOwnership, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.
ASET.Volume 9 Nomor 2. Agustus : 464-493.
Pearce dan Robinson.(2008). Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi dan
pengendalian. Jakarta: Salemba Empat

Pfeffer, J. and G. R. Salancik. 1978. “The External Control of Organizations: A


Resource Dependence Perspective” New York, NY, Harper and Row.
Sayekti, Yosefa, dan Ludovicus Sensi Wondabio.2007.”Pengaruh CSR terhadap
Earning Respons Coofficient”. Makalah disampaikan dalam Simposium
Nasional Akuntasi ke-10. Makassar 25-26 Juli

Sembiring, Eddy Rismanda. 2006. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan


Tanggung Jawab Sosial” Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat
di Bursa Efek. Jakarta: Jurnal Maksi Universitas Diponegoro Semarang.
Vol. 6, No 1, pp 69-85

Siallagan, Homonagan dan M.Machfoedz. 2006. “Mekanisme Corporate


Governance, Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi Ix, Padang 23-26 Agustus 2006.
Tjager, I.N., Alijoyo, F. A., Djemat, H.R., dan Soembodo, B. (2003). Corporate
Governance. Jakarta: Prenhallindo.
Ullman, A.A. (1985). Data in Search of a Theory: A critical Axamination of the
Realtionship among Social Performance, Social Disclosure, and
Economic Performance of U.S. Firms. Academy of Management
Review,Vol.10, No.3: 540-557.

Anda mungkin juga menyukai