Anda di halaman 1dari 5

DEPRESI REMAJA MASA KINI DIPENGARUHI KESEHATAN MENTAL BUKAN

KURANG IBADAH

Depresi pada remaja, seringkali dianggap sepele oleh beberapa orang tua di Indonesia. Depresi
yang disebabkan oleh penurunan kesehatan mental anak ini, menurut survei, tidak dipahami oleh
lebih dari 50% orang tua pada umumnya. Perlu disoroti bahwa keadaan remaja saat ini, berbeda
dengan masa remaja orang tua terdahulu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
perkembangan zaman, kemajuan teknologi, serta pergaulan yang didapat oleh remaja masa kini.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi pembentukan karakter serta kesehatan mental pada remaja
Gen Z yang tentu tidak sama dengan generasi orang tua pada masa remajanya dahulu.
Permasalahan mengenai kesehatan mental remaja sering terjadi pada rentang usia 16-20 tahun
dimana pada usia tersebut seseorang sedang berproses untuk mencari jati diri mereka. Namun,
tidak sedikit dijumpai di luar sana orang tua yang masih kurang memahami mengenai persoalan
kesehatan mental.

            Kurangnya pemahaman orang tua mengenai kesehatan mental remaja, berdampak pada
kondisi yang semakin memburuk. Kesehatan mental dan permasalahannya sering diartikan orang
tua sebagai bentuk kurangnya kegiatan spiritual pada diri remaja. Tidak sedikit orang tua yang
tidak memahami makna depresi serta gangguan mental dan mengartikannya sebagai masalah
jiwa anak yang kurang dekat dengan tuhan. Hal tersebut terjadi karena orang tua tidak
memahami secara rinci penyebab depresi pada anak mereka, anggapan menyepelekan
permasalahan juga menjadi salah satu faktornya. Permasalahan mengenai depresi dan kesehatan
mental tidak memiliki wujud akibat secara nyata karena mempengaruhi jiwa atau mental dalam
diri anak, bukan fisik mereka. Pemikiran orang tua seperti demikianlah yang mengakibatkan
keadaan anak yang semakin tertekan. Kurangnya komunikasi antar keduanya juga mendukung
kesalahpahaman persepsi orang tua mengenai depresi pada anak. Dalam hal ini, perhatian orang
tua pada anak mereka dan terbukanya anak akan masalah yang dialami sangat penting dilakukan
untuk menghindari pemahaman orang tua mengenai depresi dan kesehatan mental yang kurang
tepat.

            Dilansir dari klikdokter.com, depresi merupakan bentuk perasaan kehilangan minat


disertai dengan kesedihan secara terus menerus pada suasana hati pengidap depresi. Depresi
muncul disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena keturunan, terdapat
ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak, pengalaman kehilangan seseorang yang dicintai,
hubungan yang bermasalah, atau situasi yang dapat membuat stres, sehingga menimbulkan
gejala seperti :

 Perasaan murung dan tertekan sepanjang hari


 Gangguan konsentrasi
 Merasa tidak berguna untuk hidup
 Rasa gelisah dan bertindak secara lamban
 Malas melakukan aktivitas karena minat berkurang
 Susah tidur
 Pikiran untuk mengakhiri hidup yang sering muncul
 Rasa lelah setiap waktu
Gejala di atas bila dilihat sering terjadi pada remaja di Indonesia. Namun, solusi yang ditawarkan
oleh hampir lebih dari 50% orang tua menyarankan anak mereka untuk melakukan ibadah,
memperkuat doa, mendekatkan diri dengan tuhan, dan meningkatkan kegiatan spriritual pada diri
mereka. Permasalahan seperti demikian, yang membuat anak enggan untuk bercerita dan
mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Pemikiran orang tua yang kurang tepat mengenai
depresi, dapat memperburuk keadaan anak karena depresi yang mereka alami tidak segera
diatasi. Depresi yang dibiarkan, dapat menyebabkan berbagai akibat yang membahayakan,
seperti masalah emosional dan perilaku, hingga masalah kesehatan yang akan berpengaruh pada
setiap aspek kehidupan pengidap. Depresi yang terus menerus dan disepelekan, akan
menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti gangguan kecemasan, gangguan panik, bahkan
fobia sosial, yang kemungkinan terburuknya dapat membuat pengidap merasa tidak berguna dan
mendukung untuk melakukan bunuh diri.

  Terlebih pada saat ini, perkembangan zaman disertai dengan globalisasi pada bidang teknologi
semakin canggih, hingga pengaruh depresipun dapat disebabkan oleh cyber bullying walaupun
tidak secara langsung. Namun, dampak yang ditimbulkan sama dengan perundungan secara
langsung bahkan dapat berdampak lebih parah hingga pada level tertinggi, yakni bunuh diri.
Pada era saat ini, segala sesuatu dapat dengan mudah diakses melalui media sosial. Didukung
dengan adanya aplikasi media sosial yang semakin canggih menghubungkan remaja dengan
dunia maya. Media sosial semakin kesini semakin memberi dampak yang sewaktu-waktu dapat
mempengaruhi suasana hati remaja. Pengaruh media sosial cukup besar, hanya dengan melihat
postingan foto seseorang yang diunggah dapat menarik simpati dan empati hingga bahkan
menimbulkan partisipasi dari orang yang melihat postingan tersebut. Hal seperti demikian, turut
menjadi sorotan salah satu penyebab remaja depresi. Kemajuan teknologi saat ini, membawa
kemudahan dalam mengakses segala hal. Terlebih saat ini, remaja dapat bergaul dan berinteraksi
dengan siapa saja dari berbagai kalangan dan tempat yang jauh sekalipun hingga memungkinkan
berinteraksi dengan seseorang yang bahkan tidak mereka kenali. Media sosial memberi
kesempatan pada siapapun untuk melakukan hal apapun secara bebas sesuka mereka. Hal
tersebut seringkali menimbulkan kebebasan yang berlebihan dan memungkinkan terjadinya
cyber bullying, hingga dapat memberikan dampak buruk bagi mental seseorang.

            Orang tua berperan penting dalam penanganan kasus depresi pada remaja karena
merupakan orang terdekat dan satu-satunya yang dapat memahami kondisi anak. Tidak ada yang
lebih dapat dipercaya selain keluarga sendiri. Tidak ada yang lebih memahami anak seperti yang
dilakukan orang tua mereka. Oleh karena itu, diperlukan rasa saling terbuka antar keduanya.
Orang tua baiknya mau mendengarkan keluh kesah anak dan memahami lebih dalam mengenai
depresi pada anak mereka, bukan langsung menghakimi seluruhnya adalah kesalahan anak yang
tidak dekat dengan tuhan, kurang ibadah, dan hal-hal lain yang tidak memiliki hubungan dengan
permasalahan depresi yang dialami. Peran anak adalah menyampaikan dengan jujur dan terbuka,
agar ditemukan solusi yang terbaik. Depresi dapat dicegah dengan meningkatkan upaya dalam
diri, dengan melakukan pengendalian stres, meningkatkan kepercayaan diri, mendekatkan diri
dengan keluarga dan terbuka, apabila terdapat tanda-tanda gejala depresi dalam diri, maka
baiknya segera menuju dokter untuk pencegahan dan penanganan lebih lanjut.
MENTAL ILLNES? BETTER YOU KNOW AND SHARING

Mental Illness adalah kumpulan penyakit gangguan kejiwaan yang mempengaruhi pikiran,
perasaaan dan perilaku seseorang. Gangguan kepribadian ini membuat penderita sulit untuk
mengetahui perilaku yang dianggap normal dan tidak. Mental Illness juga banyak menimpa
remaja loh! Sebagian besar gangguan kesehatan mental muncul pada masa remaja atau mungkin
di awal usia 20-an.

Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan, separuh dari kasus gangguan mental
dimulai dari usia sangat muda, 14 tahun dan tigaperempatnya terjadi sejak usia 24 tahun. Karena
kemunculannya yang sangat dini itu, maka terapi dan penanganannya harus dilakukan sejak awal
pula.

Ini juga salah satu penyebab para remaja stres atau depresi banyak yang memutuskan untuk
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan sering meminum alkohol atau minuman keras.
Jika kamu, atau teman dan orang orang terdekat yang kamu tahu sering mengalami hal di bawah
ini, maka bisa jadi kamu atau orang terdekatmu memiliki Mental Illness,
1. Sering merasa sedih dan tidak punya harapan
Sering merasa sedih dan tidak memiliki harapan, seperti mengucilkan diri selama lebih dari dua
minggu, hati hatilah kalau sebenarnya mentalmu sedang terganggu.

2. Munculnya keinginan mengakhiri hidup


Jika kamu memiliki keinginan atau niatan untuk bunuh diri, bisa jadi kamu mengalami gangguan
terhadap mental.

3. Tidak bisa mengendalikan diri sendiri


Suka marah dan teriak teriak histeris hanya karena hal kecil dan sering melakukan tindakan yang
beresiko.

4. Sering takut akan sesuatu tanpa alasan


Sering muncul rasa takut tidak beralasan bahkan merasakan sesak nafas itu bisa terjadi karena
mental mu yang sedang tidak stabil

5. Perubahan pola makan yang drastis


Berhenti makan dan suka memuntahkan makanan.

6. Mood Swing
Suasana hati yang bisa berubah kapan saja. Bisa sangat bahagia, sedih, mudah tersinggung dan
marah marah gak jelas.

7. Sering memikirkan suatu hal dengan berlebihan


Hal kecil saja bisa membuat kamu memikirkan nya dengan terus menerus

8. Suka menyakiti diri sendiri


Menyakiti diri sendiri seperti menjedutkan kepala kepada tembok, juga salah satu gejala Mental
Illness.
Disebutkan ada 10 tanda gangguan mental, namun gejala-gejala ini tergantung dengan gangguan
dan jenis yang di alami, gejala dapat bervariasi:
1. Orang dengan gangguan kepribadian cluster A cenderung mengalami kesulitan berhubungan
dengan orang lain dan biasanya menunjukkan pola perilaku yang dianggap aneh dan eksentrik.

2. Orang dengan gangguan kepribadian cluster B kesulitan berhubungan dengan orang lain.
Akibatnya, mereka menunjukkan pola perilaku yang dianggap dramatis, tak menentu,
mengancam atau mengganggu.

3. Orang dengan gangguan kepribadian cluster C takut terhadap hubungan pribadi dan
menunjukkan pola kegelisahan dan ketakutan di sekitar orang lain. Beberapa suka menyendiri
dan tidak ingin bersosialisasi.

Seperti pengakuan dari Karin Novilda, atau yang dikenal dengan Awkarin dalam video yang dia
unggah di Youtube-nya. Di dalam video berdurasi 44 menit ini, ia bukan hanya mengklarifikasi
soal mengapa ia sempat menghilang dari Instagram dalam video ini dia juga menceritakan soal
Mental Illness yang dia alami.

Menurutnya, orang Indonesia kurang mengetahui dengan baik soal Mental Illness, karena di
Indonesia masih banyak yang malu membicarakan atau mengakui soal Mental Illness. Itulah
sebabnya orang-orang Indonesia masih sedikit yang mengetahui tentang Mental Illness.

Karin adalah salah satu pengidap Mental Illness yang sukses bertahan hidup dan tidak malu mengakui
kepada orang terdekat, bahkan masyarakat luas akan Mental Illness-nya. Masih banyak beberapa orang
di sekitar kita yang menutupi nya dan memutuskan untuk tidak konsultasi.

Kita sebagai masyarakat juga harus peka dan peduli terhadap Mental Illness ini. Tidak sedikit loh
remaja yang mengalami Mental Illness. Kasih sayang dan perhatian lebih dari teman-teman dan
keluarganya adalah salah satu penguat kehidupannya ketika sedang merasa depresi.

Peran orang tua adalah hal yang sangat penting bagi pengidap Mental Illness. Orang tua harus
peka terhadap kebiasaan dan perilaku anaknya.

Ketahuilah, anak lebih dari orang lain atau sahabatnya dan cobalah raih anak kalian agar bisa
nyaman cerita dan meluapkan semua yang ia rasakan kepada orang tua.

Jangan sampai anak mengalami masa masa depresi ini sendiri, takut untuk cerita atau bahkan
malu. Jalinlah kedekatan terhadap anak bagaikan ‘teman’ atau sahabatnya.

Jadilah orang tua yang tidak keras, namun tegas dan bisa membuat anak nyaman untuk berada di
dekat kita. Jangan sampai anak merasa kurang perhatian dan semakin mengucilkan diri.

Beruntung bagi pengidap Mental Illness yang mungkin tidak dekat dengan orang tua, namun
memiliki banyak teman yang setia dan peduli menemaninya. Coba kalau tidak, bisa bayangkan
apa yang akan terjadi kepada dirinya?
Nah, setelah membaca ini, tidak ada lagi alasan untuk kalian tidak mengetahui apa itu Mental
Illness. Jadilah manusia yang peka terhadap lingkungan.

Stop Bullying, karena kalian tidak pernah tahu akibat yang bisa orang tersebut dapatkan setelah
di-bully. Bagaimana kalau kalian sebagai pem-bully menjadi penyebab seseorang depresi dan
mengalami Mental Illness?

Apa keuntungan yang kalian dapat setelah mem-bully? Kalian tidak pula akan terlihat bagus di
mata semua orang.

Hargai dan peduli dengan lingkungan sekitar kita, tidak ada salahnya mengetahui lebih luas dan
berbuat baik kepada orang lain. Minimal jika tidak bisa berbuat baik, setidaknya tidak menyakiti.

Teruntuk kalian yang mengalami Mental Illness, hari hari kalian tidaklah begitu berat. Tanpa
kalian sadari, lingkungan sekitar seperti keluarga, teman dan sahabat adalah orang orang yang
sangat peduli dan sayang kepada kamu loh! Buang jauh jauh rasa takut dan malu kalian untuk
bercerita terutama kepada orang tua.

Tidak ada satupun orang tua yang akan marah atau bahkan tidak terima jika mengetahui anak
tercintanya sedang mengalami depresi atau Mental Illness. Justru dengan ceritanya kalian ke
orang tua, ini adalah kesempatan untuk kamu bisa menjalani hari-hari kamu lebih tenang.

Konsultasi juga bukan suatu yang harus dihindari atau bahkan di takuti, kalian tidak akan di
anggap ‘sakit jiwa’ atau dikucilkan sama sekali. Dengan adanya konsultasi, kalian bisa
mengetahui banyak hal baik untuk diri kalian sendiri seperti cara menghilangkan ketakutan
berlebihan terhadap sesuatu, cara kalian menenangkan diri ketika depresi dan menghindari hal
hal yang buruk terjadi pada saat Mental Illness kalian kambuh.

Yuk, beranikan diri untuk sharing dan mengetahui hal hal positif yang bisa kalian dapatkan
setelah kalian konsultasi! Juga buang lah jauh jauh rasa malu untuk mengakuinya terhadap orang
lain, apalagi orang tua.

Anda mungkin juga menyukai