Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK C

MAKALAH KONSEP RASA AMAN DAN NYAMAN

Disajikan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar 1

Anggota :
Mochammad Rafi Noorbadriana (201FK03024)
Nisa Cantika (201FK03025)
Nadya Novita Putri (201FK03026)
Chairul Misak Rerhan (201FK03027)
Nashaulia Fadlina Syahbani (201FK03028)
Putri Andrian Glaudia L (201FK03029)
Jejen Ijudin (201FK03030)
Amanda Azhaar Nurlayli (201FK03031)
Hilfa Hizkia Uswatun H (201FK03032)
Syifa Hoerunnisa (201FK03033)
Diana Safitri (201FK03034)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS BHAKTI KENCANA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji serta syukur kita panjatkan bagi Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan petunjuk-Nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:“ Konsep
Rasa Aman “ Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing.

Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar di lain kesempatan
kami dapat memperbaiki kekurangan yang ada.

Semoga dengan membaca makalah ini, sedikit banyaknya dapat menambah


pengetahuan kita.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, 07 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar belakang 1


1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan penulisan 1

Bab II Pembahasan 2

2.1 Rasa nyaman dan keselamatan 2


2.2 Anatomi dan fisiologi sistem sensorik 2
2.3 Resistensi tubuh terhadap infeksi 10
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan 14
2.5 Asuhan keperawan kebutuhan aman dan nyaman 17

Bab III Kesimpulan 23

3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23

Daftar Pustaka 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Setiap manusia pasti membutuhkan perlindungan untuk menciptakan rasa aman dan
nyaman agar dapat menjalani aktivitas dengan normal tanpa ada rasa takut dan khawatir
yang membebani pikiran. Ada banyak permasalahan yang berhubungan dengan
kebutuhan rasa aman dan nyaman dimulai dari bayi hingga lansia.
Kebutuhan rasa aman yaitu suatu keadaan bebas dari segala fisik dan psikologis
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi serta dipengaruhi
dengan faktor lingkungan, karena lingkungan yang aman akan secara otomatis kebutuhan
dasar manusia terpenuhi.
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah).
Belakangan ini, kehidupan sehari hari kita sering merasakan nyeri yang membuat
ketidak nyamanan dalam hidup kita, sebagian dari individu merasa tidak khawatir
terhadap nyeri, dan sebagian individu merasa cemas, takut terhadap nyeri itu. Banyak di
antara individu yang tidak bisa menyelesaikan masalah ketidak nyamanan ini, untuk itu
kelompok kami membuat makalah ini, untuk memberi petunjuk bagi pembaca dalam
menyelesaikan masalah ketidaknyamanan yaitu nyeri.
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Apa pengertian dari keamanan dan keselamatan ?
1.2.2. Apa saja anatomi dan fisologi sistem sensorik ?
1.2.3. Apa saja resistensi tubuh terhadap infeksi (leukosit, granulosit, sistem
makrofag, monosit inflasi dan imunitas bawaan dan didapat) ?
1.2.4. Apa saja faktor yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan bagaimana
asuhan keperawatan pada pemenuhan rasa aman dan nyaman ?
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari keamana dan keselamatan
1.3.2. Untuk mengetahui apa saja anatomi dan fisiologi sistem sensorik
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja resistensi tubuh terhadap infeksi (leukosit,
granulosit, sistem makrofag, monosit, imflamasi, dan imunitas bawaan dan
didapat)
1.3.4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keamanan dan
keselamatan
1
1.3.5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pemenuhan nyaman dan aman

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rasa nyaman dan keselamatan


Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa
juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi
yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual, 2000)
Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman
secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun
pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut.Untuk mencapai
hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian yang memungkinkan
terjadinya kerugian ekonomi atau kesehatan.
2.2 Anatomi dan fisiologi sistem sensorik
2.2.1 Anatomi Fisiologi Mata
a. Lapisan luar
1. Sklera
Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar
bola mata dengan ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur jaringan
fibrosa yang kuat sehingga mampu mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan jaringan-jaringan halus pada mata. Pada anak-anak, sklera
akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang dewasa akan terlihat seperti
warna kuning.
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi
kelopak & melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata
sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi
kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Fungsi
konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan
pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.
3. Kornea

2
Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6
bagian depan bola mata, dan mempunyai diameter 11mm. Kornea
merupakan kelanjutan dari sklera.
b. Lapisan tengah
1. Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan
dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel
pigmen yang memberi warna gelap. Fungsi koroid: memberi nutrisi ke
retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
2. Bandar siliar
Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris. Tersusun dalam
lipatan-lipatan yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris
yang mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh
darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk menghasilkan aquous
humour.
3. Iris
Iris terdiri dari otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot
sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya
sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Otot radier
dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya
lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan
cahaya lebih banyak. Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke mata
dan dikendalikan oleh saraf otonom.
4. Pupil
Merupakan ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui
cahaya untuk dapat masuk ke anterior mata. Ukuran pupil dapat berubah
secara refleksi yang dikendalikan otot-otot melingkar pada iris.
2.2.2 Anatomi dan fisiologi telinga
a. Anatomi telinga luar
Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius
eksternus,dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua
sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh
kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara
dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan
3
meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput
mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius
eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka
kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun
atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke
bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit
b. Anatomi telinga tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah
lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara
kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan
menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan
rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan
beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.Telinga tengah
mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga
tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela
bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana
sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami
robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,
namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver
Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan
atmosfer.
4
c. Anatomi telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirin.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak
sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas
utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan
Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe
dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan
initerganggu.
Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di
dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya
terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear
merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris
yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis
auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea,
bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis,
utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang
bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus
fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus
tersebut dan asupan darah ke batang otak
2.2.3 Anatomi dan fisologi sistem penciuman (hidung)
a. Anatomi sistem penciuman
Hidung merupakan bagian yang paling menonjol pada wajah. Fungsinya
sebagai jalan napas, alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring &
5
pembersih udara, indera pembau, resonansi suara, membantu proses berbicara,
dan refleksi nasal. Hidung juga merupakan tempat bermuaranya sinus
paranasalis dan saluran air mata. Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian,
yaitu :
1. Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa
digerakkan.
2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan
bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan.
3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling
mudah digerakkan.
Struktur penting dari anatomi hidung :
1) Dorsum nasi (batang hidung) Struktur yang membangun dorsum
nasi (batang hidung) :
a) Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung)
b) Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung)
Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) merupakan
bagian lunak dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh
kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras
menghubungkan antara kulit dan perikondrium pada kartilago alaris.
Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian
keras dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh os nasalis
dan ossis maksila prosesus fron talis.
2) Septum Nasi
Fungsi utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi
(batang hidung) dan membagi dua kavum nasi (lubang hidung).
Struktur yang membangun septum nasi adalah 2 tulang dan 2
kartilago, yaitu :
a) Bagian anterior septum nasi
b) Bagian posterior septum nasi
Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan, yaitu
kartilago quadrangularis, cartilago alaris mayor crus medial, dan cartilago
septi nasi. Bagian anterior septum nasi terdapat plexus Kiesselbach.
Bagian posterior septum nasi tersusun oleh os vomer dan os ethmoidalis
lamina perpendikularis. Kelainan septum nasi yang paling sering
ditemukanadalahdeviasisepti.

6
Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk
terowongan dari depan ke belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis
mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan mukosa respiratori.
1. Nares anterior (nosetril). Nares anterior merupakan lubang depan
rongga hidung (cavitas nasi).
2. Vestibulum nasi. Letaknya dibelakang nares anterior. Vestibulum nasi
dilapisi oleh rambut dan kelenjar sebasea.
3. Nares posterior (choanae). Nares posterior (choanae) merupakan lubang
belakang rongga hidung (cavitas nasi).P enghubung antara rongga
hidung (cavitas nasi) dengan nasofaring.
3) Fisiologi sistem penciuman
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di
udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif
terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi
bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10
juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the
olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke
otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh
hidung kita.
2.2.4 Anatomi dan fisiologi sistem peraba (kulit)
a. Anatomi sitem peraba
Kulit merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa
1,5 m2 dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar
terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang
terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis
terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan
kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala.
Kulit adalah alat indera yang mampu menerima rangsangan
temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain
sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan
dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari,
ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan kulit manusia terdapat beberapa
lapisan, yaitu:

7
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki
struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa
lapisan, yaitu :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
b) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan”
terhadap kulit dan rambu.
c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang
disebut melamin
d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena
lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.
2. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada
epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal
daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh
serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas
kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari
protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua
tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah
lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu
a) Akar Rambut
b) Pembuluh Darah
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang
merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut
merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya. Oleh
karena itu kulit merupakan organ terluas dimana pada organ ini
terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause),
rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan
(meissner).

8
b. Fisiologi sistem peraba
kulit secara umum :
a. Sebagai proteksi.
 Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.
 Melindungi dari trauma yang terus menerus.
 Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
 Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
 Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
b. Pengontrol/pengatur suhu.
 Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas
peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
c. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
 Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
 Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin
yang bersentuhan dengan tubuh.
 Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi.
 Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang
ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml /
menit.)
d. Sensibilitas
 Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
e. Keseimbangan Air
 Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
 Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari
untuk dewasa.
2.2.5 Anatomi dan fisiologi sistem perasa (lidah)
a. Anatomi sistem perasa
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu
membolak balik makanan dalam mulut.
9
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari
bahasa Latin lingua atau glossal dari bahasa Yunani. Sebagian besar, lidah
tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang
bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada
lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar
karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat 4 jenis papilla, yaitu:
a. Papilla filiformis, berbentuk seperti benang halus terdapat pada bagian
posterior
b. Papilla fungiformis, berbentuk seperti jamur pada bagian anterior
c. Papilla foliata, papilia ini tidak terdapat dimanusia namun ada
dihewan pengerat.
d. Papilla sirkumfalata, berberntuk bulat tersusun seperti huruf V berada
di belakang lidah atau pangkal lidah
b. Fisiologi sistem perasa
Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva.
Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap. Sensasi
Rasa:
a. Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis .terletak di ujung
lidah.
b. Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.
c. Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi
reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.
d. Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang
lidah.
2.3 Resistensi tubuh terhadap infeksi
a. Leukosit
Leukosit (Sel darah putih) Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh.Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti,dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /diapedesis Normalnya kita
memiliki 4x109 hingga 11x109 sel darah putih dalam seliter darah manusia
dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Ada beberapa jenis sel
darah putih, yaitu:

10
a) Basofil.
b) Eosinofil.
c) Sel batang.
d) Sel segmen.
e) Limfosit.
f) Monosit.
b. Granulosit
Granulosit Neutrofil, atau sering hanya disebut neutrofil adalah sel darah
putih terbanyak yang terkandung dalam darah manusia, berkisar 65% sampai
70%. Kegunaan Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi
bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya
neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah. Granula
berwarna merah kebiruan. Memiliki 3 inti sel.
c. Sistem makrofag
monosit Proses fagositosis adalah sebagian dari respons imun non spesifik
dan yang pertama kali mempertemukan tuan rumah dengan benda asing. Istilah
endositosis lebih umum dan mempunyai dua arti yaitu fagositosis (pencernaan
partikel) dan pinositosis (pencernaan nonpartikel, misalnya cairan). Sel yang
berfungsi menelan dan mencerna partikel atau substansi cairan disebut sel fagositik,
terdiri dari sel fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Sel ini pada janin
berasal dari sel hematopoietik pluripotensial yolk sac, hati, dan sumsum tulang.
Proses menelan dan mencerna mikroorganisme dalam tubuh manusia diperankan
oleh dua golongan sel yang disebut oleh Metchnikoff sebagai mikro- (sel
polimorfonuklear) dan makrofag. Istilah retikuloendotelial untuk monosit dan
makrofag telah diganti dengan sistem fagosit mononuklear karena fungsi
fundamental kedua sel ini adalah fagositosis.
Dalam perkembangannya sel fagosit mononuklear dan sel granulosit
dipengauhi oleh hormon. 7 Kedua sel ini berasal dari unit sel progenitor yang
membentuk granulosit dan monosit (colony forming unit-granulocyte macrophage
= CFU-GM). Hormon tersebut adalah glikoprotein yang dinamakan faktor
stimulasi koloni (colony stimulating factor = CSF), seperti faktor stimulasi koloni
granulosit-makrofag (granulocyt macrophage colony stimulating factor = GM-
CSF), faktor stimulasi koloni makrofag (macrophage colony stimulating factor =
M-CSF) dan interleukin-3 (IL3) yang merangsang diferensiasi sel CFU-GM
menjadi sel monoblast yang kemudian menjadi sel promonosit dan sel mieloblast
11
menjadi sel progranulosit. Sel promonosit dapat mengadakan endositosis tetapi
daya fagositnya kurang dibandingkan dengan monosit. Sel monosit lebih kecil dari
prekusornya tetapi mempunyai daya fagositosis dan mikrobisidal yang kuat.
Perkembangan seri mononuklear sampai berada di darah perifer memakan waktu 6
hari dan mempunyai masa paruh di sirkulasi selama 3 hari (lihat Gambar 6-1).
Terdapat dua jenis fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit, yaitu sel
darah yang datang ke tempat infeksi kemudian mengenali mikroba intraselular dan
memakannya (ingestion). Neutrofil (disebut juga leukosit polimorfonuklear / PMN)
adalah leukosit terbanyak di dalam darah yaitu berjumlah 4.000-10.000 per mm3 .
Apabila terjadi infeksi, produksi neutrofil di sumsum tulang meningkat dengan
cepat hingga mencapai 20.000 per mm3 darah. Produksi neutrofil distimulasi oleh
sitokin yang disebut colony-stimulating factor.
Sitokin ini diproduksi oleh berbagai sel sebagai respons terhadap infeksi
dan bekerja pada sel stem sumsum tulang untuk menstimulasi proliferasi dan
maturasi prekursor neutrofil. Neutrofil merupakan sel yang pertama berespons
terhadap infeksi, terutama infeksi bakteri dan jamur. Neutrofil memakan mikroba
di dalam sirkulasi, serta dapat memasuki jaringan ekstraselular di tempat infeksi
dengan cepat kemudian memakan mikroba dan mati setelah beberapa jam.
Neutrofil dan monosit bermigrasi ke jaringan ekstravaskuler di tempat infeksi
akibat berikatan dengan molekul adhesi endotel dan sebagai respons terhadap
kemoatraktan. Jika mikroba infeksius dapat melewati epitelium dan masuk jaringan
subepitel, makrofag akan mengenali mikroba dan memproduksi sitokin. Dua dari
sitokin ini, yaitu tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1), bekerja pada
endotel pembuluh darah kecil di tempat infeksi. TNF dan IL-1 menstimulasi
endotel untuk mengekspresikan 2 molekul adhesi yang disebut E-selectin dan P-
selectin. Sel makrofag akan menjadi aktif atas pengaruh sitokin sehingga selnya
lebih besar, membran plasmanya berlipat-lipat, banyak pseudopodia serta
mempunyai kesanggupan membunuh mikroorganisme dan sel tumor. Sel monosit
dan makrofag berperan sebagai sel yang mempresentasikan antigen (antigen
presenting cell = APC). Mikroba bakteri dan antigen protein terlarut dipecah dalam
fagolisosom menjadi partikel berukuran kecil. Partikel ini kemudian akan
ditampilkan di permukaan sel berikatan dengan molekul peptida MHC kelas II dan
akan dikenal oleh sel Th. Peristiwa ini disebut antigen processing. Protein asing
seperti virus dan antigen tumor juga akan diproses, tetapi akan bergabung dengan
molekul MHC kelas I yang kemudian akan ditampilkan di permukaan sel APC dan
akan dikenal oleh sel limfosit Ts (lihat Gambar 6-5). 8 Faktor seperti faktor CSF,
12
IL-2, IL-3, IL-4, dan interferon akan merangsang dan memperbanyak jumlah
glikoprotein MHC pada sel monosit sehingga sel ini lebih efisien untuk
mempresentasikan antigen. Jadi dapat disimpulkan bahwa monosit dan makrofag
penting dalam memulai dan mengatur respons imun. Fungsi lain makrofag adalah
untuk menghancurkan mikroorganisme seperti Mycobacterium tuberculosis,
listeria, leismania, toksoplasma dan beberapa fungi. Peranan makrofag dalam
penolakan sel kanker belum jelas, mungkin sel tumor dihancurkan oleh enzim
metabolit oksigen seperti hidrogen peroksidase, proteinase sitolitik, atau faktor
nekrosis tumor (TNF) yang dihasilkan oleh sel makrofag. Sebagai sel perlindungan,
makrofag dengan kesanggupan diapedesisnya dapat menembus endotel pembuluh
darah menuju tempat invasi mikroba. Faktor kemotaktik monosit antara lain produk
komplemen reaktan yang dihasilkan neutrofil, limfosit dan sel kanker. Fungsi lain
adalah eliminasi sel mati dan sisa sel. Makrofag di dalam limpa akan memusnahkan
eritrosit tua, sedangkan di dalam paru akan mengeliminasi debu dan asap rokok
yang masuk ke paru. Aktivitas metabolik makrofag aktif akan meningkatkan sel
aksi mikrobisidal dan tumorisidal.
d. Sistem monosit
Monosit membagi fungsi"pembersih vakum"(fagositosis) darineutr ofil,
tetapi lebih jauhdia hidup dengan tugastambahan: memberikanpotong an patogen
kepadasel T sehingga patogentersebut dapatdihafal dandibunuh atau
dapatmembuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
e. Sistem inflasi
Inflamasi atau Radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada te mpat
jaringan yangmengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfe ksi.Bagian
tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
 tumor atau membengkak
 calor atau menghangat
 dolor atau nyeri
 rubor atau memerah
 functio laesa atau daya pergerakan menurun
Inflamasi merupakan proses yang vital untuk semua organisme dan
berperan baik dalam mempertahankan kesehatan maupun dalam terjadinya
berbagai penyakit.secara mikrosropis,infalmasi menunjukan gambaran yang
kompleks seperti dilatasiarteriol,kapiler dan venul ; peningkatan permeabilitas dan
arus darah; esudasi cairan,termasuk protein plasma ; migrasi leukosit ke focus

13
inflamasi.Akumulasi leukosit yang susul dengan aktivasi sel merupakan kejadian
sentral dalam pathogenesis hamper semua inflamasi.Bila reaksi inflamasi tidak
terjadi,pejamu akan menjadi munokompromais.Sekarang kita sudah mengetahui
inflamasi pada tingkat molekuldanseluler..Bentuk inflamasi akut dan kronis
terbanyak ditimbulka n oleh pengerahan komponenhumoral dan seluler dari sistem
imun. Elimin asi bahan asing secara imunologis terjadidalam berbagaitahap yang
terintegrasi.
f. Imunitas bawaan
Mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan
sel dan mekanisme system imun bawaan.Respon bawaan biasanya dijalankan
ketika mikro badidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan,yang mengenali
komponen yang dilewatkan antara grup mikroorganisme.
Pertahanan imun bawaan tidak spesifik,berarti bahwa respon system
tersebut pada pathogen berada pada cara yang umum.Sistem ini tidak berbuat lama
penghasbisan imunitas terhadap pathogen.Sistem imun bawaan adalah system
dominan pertahanan seseorang pada kebayakan prganisme.Mikroorganisme yang
berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan mekanisme system
imun dan bawaan.Respon bawaan biasanya dijalankan ketika
mikrobadilidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan,yang mengenali
komponen yang dilewatkan antara grup mikroorganisme.Pertahanan ilmu bawaan
tidak spesifik,berarti bahwa respon system tersebut pada pathogen berada pada cara
umum.Sistem ini tidak berbuat lama-pengabisan imunitas terhadap
pathogen.Sistem imun bawaan adalah system dominan pertahanan seseorang pada
kebayakan organisme.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi
diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori
persepsi, tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan komunikasi, pengetahuan
pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor
tersebut saat merencanakan perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi
diri sendiri.
1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan
tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
14
2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli
perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif
berbahaya.
3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi.
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba,
cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak
sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan
tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi
dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal.
Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap
stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda
bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien
yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan
yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah
terjadinya cedera.
15
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
Macam-macam bahaya atau kecelakaan. Beberapa bahaya yang sering mengancam
klien baik yang berada di tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas
diantaranya:
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab
kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik.
Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup,
bahanbahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti
uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan
kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka
bakar adalah klien yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat
terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan
pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui
aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah
yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan
bahan berbahaya atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan
serangga dan ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan
obat (karena penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus
diwaspadai oleh perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan
sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau
oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu pencegahannya adalah dengan menggunakan
alat listrik yang grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek
langsung kepermukaan tanah.

16
6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi
pendengaran, tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan
lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel
dapat menyebabkan nyeri dan gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar
sebentar. Terpapar suara 85-95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat
menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85
desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan
atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan
dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir.
Contoh isotop yang sering digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan
oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber
udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau kepalanya terbungkus
plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas
atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong
bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta kematian.
2.5 Asuhan keperawan kebutuhan aman dan nyaman
2.5.1 Pengkajian keperawatan
 Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)Umur pasien bisa
menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis,jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadapterjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan kliententang
masalahnya/penyakitnya.
 Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST) keluhan utama adalah
keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat
mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (paliatif/ propokatif, quality, regio, skala dan time)

17
 Riwayat perkembangan
1. remaja
 Penggunaan obat-obatan dan alkohol yang bisa menyebabkan
pembunuhan dan bunuh diri.
 Kecelakaan kendaraan bermotor.
2. Orang dewasa.
 Penggunaan alkohol.
 Perokok- Lansia.
 Risiko jatuh.
 Luka bakar, kecelakaan mobil
3. Bayi todler, prasekolah
 Bahaya keracunan krn meningkatnya aktivitas oral, dan kemampuan
mengeksplorasilingkungan -Risiko jatuh- Anak sekolah
 Lebih berisiko cedera oleh orang karena anak
 Usia sekolah lebih berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di luar rumah dan
lingkungan sekitarrumahnya.
 Lebih berisiko cedera oleh orang karena anak•Usia sekolah lebih
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di luar rumah dan lingkungan
sekitarrumahnya.
 Riwayat kesehatan keluarga dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga
yang mengalami masalah / penyakit yangsama.-Masa lalu Dalam hal ini yang perlu
dikaji adalah apakah dahulu pasien pernah mengalami masalah/penyakit yang sama
atau penyakit lain yang dapat memicu timbulnya masalah lain. Saat ini Dalam hal
ini yang dikaji adalah tentang bagaimana kondisi kesehatan pasien pada waktu ini.
 Riwayat psikososial riwayat sosial yang perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan
keluarga misalnya: pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan’ faktor-faktor alergi dll.
Sedangkan psikologinya perawat perlu mengetahui tentang: prilaku/ tanggapan klien
terhadap masalahnya / penyakitnya. Meliputi:
- Faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi klien seperti adanya
perubahan prilaku klien karena perubahan sensori komunikasi: halusinasi,
gangguan proses pikir, kelesuan, ilusi, bosanan, dan tidak bergairah, perasaan
terasing, kurangnya konsentrasi, kurangnya koordinasi dan keseimbangan.
- Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan klien: kesadaran menurun
kelemahan fisik, immobilisasi, penggunaan alat bantu.
- Pengaruh sakit terhadap cara hidup.
- Perasaan klien terhadap rasa sakit teraphy.
18
- Perilaku dan tanggapan keluarga terhadap masalah atau penyakit saat teraphy.
- Riwayat spiritual.
 Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dari:
Head to toe dan secara sistem ( mulai dari sitem indra-sistem reproduksi) dengan cara
inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi.
2.5.2 Diagnosa
1. Penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi suhu tak efektif akibat
usia ditandai dengan:
 Umur klien 65 tahun.
 Suhu tubuh 33 ºC.
 Kulit teraba dingin.
 Tampak pucat dan menggigil.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suhu tubuh ditandai
dengan:
 Tampak lemah.
 Pembatasan aktivitas.
 Pemenuhan ADL dilakukan oleh perawat dan keluarga.
3. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keadaan kondisinya
(ancaman) ditandai dengan:
 Nampak cemas dan ketakutan.
 Klien dan keluarga sering menanyakan kondisinya serta gelisah.

19
2.2.5 Intervensi
1. Seperangkat tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan prioritas masalah.
2. keperawatan mandiri diprioritaskan kemudian tindakan keperawatan
kolaborasi.
3. Pendidikan kesehatan kepada pasien dan atau kepada keluarga.
4. Rencana tindakan harus logis dan operasional.
5. Berikan tanda tangan dan nama jelas Pada format ini juga terdapat kolom-
kolom yaitu kolom tanngal, no.dx, tujuan, kriteria hasil, intervensi, dan
rasional.
Tanggal diisi berdasarkan kapan perawat membuat intervensi/rencana
tindakan untuk memenuhi kebutuhan pasien.berguna untuk memepermudah
perawat dalam perencanaan dan pendokumentasian. No.Dx dituliskan berdasarkan
jumlah masalah yang sebelumnya telah ditentukan oleh perawat. Tujuannya agar
mempermudah perawat dalam penyusuanan data dan mengurangi kemungkinan
terjadinya pertukaran data pada setiap kebutuhan. Tujuan Dan Kriteria Hasil ditulis
berdasarkan masalah yang terdapat pada pasien berfungsi untuk memudahkan
perawat dalam menyusun intervensi dan menjadi patokan bagi perawat untuk
melakukan asuhan keperawatan. Kriteria Hasil biasanya ditulis berdasarkan data
tidak normal yang terdapat pada data focus dan ditulis menjadi keadaan normal.
2.2.6 Implementasi
Hal-hal yang perlu didokumentasikan pada tahap implementasi :
1. Mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan.
2. Mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi
tersebut.
3. Mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya.
4. Berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah
melakukan intervensi.
Pengimplementasian proses keperawatan pada pemenuhan kebutuhan rasa
aman dan nyaman, misalnya hipotermi yaitu :
Implementasi untuk diagnosa: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan
regulasi suhu tak efektif akibat usia.

1. Tanggal 5 Januari 2021 jam 09.00


Memantau suhu klien setiap 2 jam (suhu: 35,5 ºC)

20
2. Tanggal 5 Januari 2021 jam 09.05
Memberikan selimut tambahan.
3. Tanggal 5 Januari 2021 jam 09.10
Memberikan buli-buli panas pada daerah kaki.
4. Tanggal 5 Januari 2021 jam 09.20
Memantau suhu lingkungan kamar klien.
5. Tanggal 5 Januari 2021 jam 09.45
Membatasi aktivitas klien dengan memenuhi segala kebutuhan klien ditempat
tidur.
2.2.7 Evaluasi
1. Evaluasi formatif
 Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat/ setelah dilakukan Tindakan keperawatan.
 Ditulis pada catatan perawatan.
 Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama
30 menit tanpa pusing.
2. Evaluasi sumatif
i. Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan Analisa status Kesehatan
sesuai waktu pada tujuan.
ii. Ditulis pada catatan perkembangan.
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap
pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
S : Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data ini
berhubungan dengan kriteria hasil.
O : Hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini
juga berhubungan dengan criteria hasil.
A : Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah
terpenuhi atau tidak.
P : Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien.

21
Evaluasi proses keperawatan pada pemenuhan kebutuhan rasa aman dan
nyaman terutama hipotermi yaitu :
a. Evaluasi untuk diagnose: penurunan suhu tubuh berhubungan
dengan regulasi suhu tak efektif akibat usia.
S : Klien mengatakan tidak menggigil lagi.
O : - Suhu tubuh 37 ºC
b. Kulit tidak teraba dingin
c. Tidak pucat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
aman dan tentram.

Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik,
sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan
terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut.Untuk mencapai hal ini, dapat
dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya kerugian
ekonomi atau kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan :

1. Usia.
2. Gaya Hidup.
3. Status mobilisasi.
4. Gangguan sensori persepsi.
5. Tingkat kesadaran.
6. Status emosional.
7. Kemampuan komunikasi.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

3.2 saran
Semoga dengan memahami konsep rasa aman dan nyaman ini kita bisa menerapkan dan
membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah gangguan ketidaknyamanan ini dalam
kehidupan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dekker, S. (2011). Patient safety: A human factors approach. USA: CRC Press Taylor
&Francis Group.

Bagas. (2009). Fisiologi Retensi Tubuh : Lampung.

Potter, P. A and Perry, A.G. (2009). Fundamentals of nursing,7 thedition vol .Singapore :
Elsevier, Inc.

https://www.scribd.com/document/414239141/Makalah-Kebutuhan-Dasar-Rasa-Aman-
Dan-Nyaman

https://devienjelin-wordpress-com.konsep-dan-prinsip-kebutuhan-rasa-aman-dan-nyaman

24

Anda mungkin juga menyukai