Anda di halaman 1dari 5

Soal : Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi

sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan masing-masing contoh kasus


untuk memperjelas jawabanAnda.

A. ETNOSENTRISME

ETNOSENTRIS adalah kecenderungan untuk melihat dunia melalui filter budaya sendiri.
Istilah ini sering dipandang negatif, yang didefinisikan sebagai ketidak mampuan untuk
melihat orang lain dengan cara diluar latar belakang budaya anda sendiri. Sebuah definisi
terkait etnosentrisme memiliki kecenderungan untuk menilai orang dari kelompok,
masyarakat, atau gaya hidup yang lain sesuai dengan standar dalam kelompok atau budaya
sendiri, sering kali melihat kelompok lainnya sebagai inferior (lebih rendah) (healey, 1998;
Noel, 1968).
Pengertian etnosentrisme adanya sikap primodialisme yang ada dalam masyarakat
melahirkan sikap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sikap menilai unsur-unsur
kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayaan sendiri. Etnosentrisme dapat diartikan
pula sebagai sikap yang menganggap cara hidup bangsa nya merupakan cara hidup yang
paling baik.
Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah, maka sikap
demikian akan menimbulkan konflik. Konflik tersebut misalnya kasus SARA, yaitu
pertentangan yang didasari oleh Suku, Agama, Ras dan antar golongan. Dampak negatif
yang lebih luas dari sikap etnosentrisme antara lain :
a.     Mengurangi ke objektifan ilmu pengetahuan
b.     Menghambat pertukaran budaya
c.     Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d.     Memacu timbulnya konflik sosial.
Disisi yang lain, jika dilihat dari fungsi sosial, etnosentrisme dapat menghubungkan
seseorang dengan kelompok sehingga dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat
kuat. Dengan memiliki rasa solidaritas, setiap individu akan bersedia memberikan
pengorbanan secara maksimal. Sikap etnosentrisme diajarkan kepada kelompok bersama
dengan nilai-nilai kebudayaan. Salah satu contoh adanya sikap etnosentrisme adalah
hampir setiap individu merasa bahwa kebudayaannya yang paling baik dan lebih tinggi
dibanding dengan kebudayaan lainnya, misalnya :
a.     Bangsa Amerika bangga akan kekayaan materialnya
b.     Bangsa Mesir bangga akan peninggalan akan kepurbakalaan yang bernilai tinggi
c.     Bangsa Francis bangga akan bahasa nya
d.     Bangsa Italia bangga dengan musik nya.
Dampak positif dari etnosentrisme yaitu dapat  mempertinggi semangat patriotisme,
menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan, serta mempertinggi rasa cinta kepada bangsa
sendiri.
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang paling menggunakan pandangan dan cara hidup
dari sudut pandangan nya sebagai tolak ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan aday istiadat antara kelompok
masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme.
Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka
memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat
lainnya.

B. PREJUDICE
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang
bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya
“sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu
buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan.
Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia
bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan
tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak,
dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis.
Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan
langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa,
berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses
simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-
hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat.
Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang
lebih sukar berprasangka. tampaknya kepribadian dan inteligensi, juga factor lingkungan
cukup berkaitan engan munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar
berprasangka karena orang-orang macam ini berikap dan bersifat kritis. Prasangka
bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam
pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat
dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi
terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak
diskriminatof tanpa latar belakang prasangka. Demikian jgua sebaliknya seseorang yang
berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Contoh Konflik yang terjadi beberapa kali di Provinsi Lampung khususnya Lampung
Selatan disebabkan oleh prasangka sosial dari satu kelompok terhadap kelompok tertentu.
Masih rendahnya sikap toleransi dan tenggang rasa satu sama lain serta kurang adanya
semangat persatuan dan kesatuan yang dilandasi oleh nilai dari semangat gotong royong
guna mencapai sebuah masyarakat 150 yang adil dan sentosa dalam setiap aspek
kehidupan yang menopang bangsa dan negara ini.

C. DISKRIMINASI
Diskriminasi adalah suatu pelayanan yang tidak adil terhadap suatu individu tertentu.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa ditemui di masyarakat. Hal ini disebabkan
karena manusia cenderung membeda-bedakan satu manusia dengan manusia lainnya dari
segi tertentu saja. Segi-segi tersebut bisa berbentuk suku, golongan, kelamin, macam-
macam ras di Indonesia, agama dan kepercayaan, aliran atau ideologi politik, dan
karakteristik manusia lainnya yang biasa menjadi acuan adanya tindakan diskriminasi.
Penilaian atau cara manusia membedakan satu manusia dengan lainnya yang
berdasarkan segi tertentu biasa disebut stereotip. Istilah ini merupakan suatu jalan pintas
pemikiran manusia yang bersifat intuitif dalam menyederhanakan hal-hal yang rumit,
termasuk dalam menilai setiap manusia. Stereotip biasanya berupa prasangka yang sering
dianggap negatif oleh orang-orang. Hal ini kemudian yang menyebabkan stereotip menjadi
pemicu adanya tindak diskriminasi.
Diskriminasi sendiri terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Diskriminasi langsung, diskriminasi ini berlangsung bila ada suatu peraturan yang


menyudutkan satu pihak tertentu dan membuat pihak itu dikucilkan atau dilayani dengan
tidak adil.
2. Diskriminasi tidak langsung, diskriminasi ini terjadi saat sebuah peraturan yang
sifatnya netral malah merugikan satu pihak saat aturan itu dilaksanakan.
Selain jenis, diskriminasi juga mempunyai sejumlah bentuk, yaitu:

 Diskriminasi umur.
 Diskriminasi gender.
 Diskriminasi kesehatan.
 Diskriminasi ras.
 Diskriminasi agama.
Selain stereotip, diskriminasi juga disebabkan karena beberapa faktor, dimana faktor-faktor
tersebut antara lain:

 Adanya persaingan yang semakin ketat dalam berbagai lini kehidupan yang turut
mempengaruhi kondisi penduduk di Indonesia.
 Adanya tekanan dari pihak yang dominan dalam suatu lingkungan masyarakat
terhadap pihak yang dianggap sebagai pihak minoritas.
 Ketidakmampuan pihak minoritas dalam melawan tekanan-tekanan dari pihak
mayoritas tersebut.
Contoh dari Diskriminasi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Berikut ini beberapa contoh diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari:

 Para difabel yang tidak diberi fasilitas umum yang layak oleh pemerintah, entah itu
kendaraan, trotoar, ataupun tempat duduk di kendaraan umum.
 Seorang Ibu yang memperlakukan anaknya dengan semena-mena karena anaknya
adalah penyandang autis. Sementara itu, anak-anaknya yang normal diperlakukannya
dengan begitu istmewa.
 Seorang guru yang terlalu memperhatikan murid-muridnya yang cerdas, sedangkan
murid-muridnya yang biasa saja malah diabaikan. Padahal, setiap murid mempunyai
kemampuan masing-masing dan berhak diperlakukan setara.
 Wasit di suatu pertandingan sepakbola yang cenderung memberi keputusan yang
mengutungkan bagi tim tuan rumah.
 Rumah sakit yang tidak memberikan pelayanan kepada pasien yang miskin karena
tidak bisa membayar biaya pengobatan.
 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dijauhi masyarakat akibat penyakit yang
mereka idap. Padahal, penyakit yang mereka idap tersebut tidak akan menular
meskipun orang-orang ada di dekatnya.
 Perusahaan yang cenderung menerima lulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dibanding lulusan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Padahal, kemampuan lulusan PTN
dan PTS tidaklah jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena masih adanya stereotip di
pihak perusahaan yang menganggap bahwa lulusan PTN adalah lulusan yang
berkualitas dan siap untuk bekerja.

Sumber Referensi : Jurnal prasangka, diskriminasi, dan etnosentris yang terjadi di Indonesia,
oleh Akbar Febriansyah, 2015

Anda mungkin juga menyukai