Anda di halaman 1dari 23

pISSN : 2301 - 8968

JEKT ♦ 10 [2] : 193-215


eISSN : 2303 - 0186

Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor


Swasta di Indonesia

Septyono Kurniawan
Eny Sulistyaningrum

ABSTRAK

Pekerja memiliki posisi tawar yang lemah sebagai akibat dari proporsi penawaran tenaga
kerja yang jauh lebih tinggi daripada permintaan. Penyerapan tenaga kerja di Indonesia hanya
mencapai 60 persen dari angkatan kerja yang ada. Serikat Pekerja dibentuk untuk memberikan
posisi tawar yang lebih bagi para pekerja dalam hubungannya dengan perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dampak serikat buruh terhadap tingkat upah buruh, khususnya
bagi para buruh yang bekerja pada sektor swasta di Indonesia. Data yang digunakan adalah
data dari IFLS gelombang 4 dan 5. Alat analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah
PSM dengan metode kernel matching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata,
buruh sektor swasta di Indonesia yang ikut berpartisipasi menjadi anggota serikat buruh akan
memiliki upah yang lebih tinggi sebesar 17 persen dibandingkan dengan buruh yang berada
diluar serikat buruh.

Kata kunci : Buruh, Serikat Buruh, Upah, PSM

ABSTRACT

Labors have weaker bargaining position than the employer because of higher proportion
of labor supply than demand. Employment in Indonesia only reaches 60 percent of the labor
force. Labor union is formed to provide a more bargaining position for labor in relation to the
employer. This study aims to analyze the impact of labor union toward labor wage, especially
for workers who works in the private sector in Indonesia. The data used is the data from IFLS
wave 4 and 5. This paper using PSM with kernel matching method to analyze the data. The
results show that on average, private sector workers in Indonesia who participate in union
membership will have a higher wage of 17 percent compared with workers outside the union.

Keywords : Labour, Labour Union, Wage, PSM

PENDAHULUAN Gambar 1. Status Pekerjaan Utama Penduduk


Indonesia Tahun 2011-2014
Masalah utama yang dihadapi manusia
dalam menjalani kehidupan adalah adanya
berbagai macam kebutuhan hidup. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks,
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal inilah
yang kemudian mendorong seorang individu
untuk bekerja, baik bekerja secara mandiri
(wirausaha) maupun bekerja kepada orang
lain sebagai buruh/pekerja. Perkembangan
status pekerjaan utama penduduk Indonesia
tahun 2011-2014 dapat dilihat dalam Gambar
1. Sumber: BPS, 2016 (diolah)

193
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Tabel 1. Persentase Angkatan Kerja Berdasarkan TingkatPendidikan


Tahun 2011-2015

Sumber: BPS, 2016 (diolah)


* Penduduk (15+) yang bekerja selama seminggu terakhir

Gambar 1. dapat disimpulkan bahwa bekerja periode tahun 2011-2014, rasio kesempatan
kepada orang lain sebagai buruh/karyawan kerja penduduk Indonesia secara nasional
masih masih mendominasi status pekerjaan hanya mencapai kisaran 60 persen, di mana
utama penduduk Indonesia selama periode rasio kesempatan kerja laki-laki lebih tinggi
tahun 2011-2014. Pekerjaan utama dengan dibandingkan perempuan. Selama periode
status buruh/karyawan pada tahun 2011 2011-2014, tenaga kerja laki-laki memiliki
tercatat sebesar 34,36 persen, dan meningkat rasio kesempatan kerja pada kisaran 70
di tahun 2014 menjadi 36,97 persen. Di sisi persen, sedangkan tenaga kerja perempuan
lain, status berusaha sendiri dibantu buruh hanya berkisar 40 persen. Hal ini dapat
tetap, merupakan persentase terkecil, hanya diartikan bahwa di Indonesia masih terdapat
berada pada kisaran 3 persen. diskriminasi kesempatan kerja bagi kaum
Dalam hubungan kerja atau lebih populer perempuan, seperti ditunjukkan Gambar 2
dengan istilah hubungan industrial, terdapat berikut.
dua pihak yang memiliki hubungan saling
ketergantungan satu dengan yang lain. Gambar 2. Rasio Kesempatan Kerja Penduduk
Pihak pertama adalah pemilik modal atau Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin
pengusaha yang bertindak sebagai pemberi Tahun 2011-2014
upah, sedangkan di sisi yang lain, buruh
atau pekerja berada pada posisi sebagai
pihak yang diupah. Kedua belah pihak
akan mengharapkan adanya interaksi yang
seimbang diantara keduanya. Namun dalam
realitanya, pemilik modal/pengusaha
selalu menjadi pihak yang lebih dominan,
di mana perhatian utamanya adalah untuk
memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Sementara buruh adalah pihak
yang selalu berada di bawah kendali pemilik
modal. Bahkan, tidak jarang buruh menjadi Sumber: BPS dalam Ritonga, 2014 (diolah)
korban ekploitasi untuk mewujudkan * Rasio Kesempatan Kerja = Jumlah Penduduk (15+) yang
tujuan pemilik modal tersebut. Kondisi ini bekerja /Jumlah Penduduk (15+) x 100%
semakin diperparah dengan adanya fakta
ketidakseimbangan antara jumlah lapangan Kondisi kesempatan kerja rendah tersebut
pekerjaan yang tersedia dengan jumlah menjadi semakin buruk dengan realita
angkatan kerja yang ada. bahwa mayoritas angkatan kerja Indonesia
Data BPS menunjukkan bahwa pada

194
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

berpendidikan rendah (paling tinggi lulusan regional. Kebijakan upah minimum yang telah
SMP/sederajat). Hal inilah yang membuat diterapkan oleh pemerintah juga merupakan
posisi tawar buruh menjadi semakin lemah. persentase dari 2/3 median upah tersebut
Kondisi angkatan kerja Indonesia pada (ILO, 2012). Besarnya upah minimum yang
periode 2011-2015 seperti ditunjukkan dalam ditetapkan pemerintah itupun hanya sebesar
Tabel 1 berikut. 80 persen dari kebutuhan riil buruh. Bahkan,
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam kurun yang pada umumnya buruh diupah dengan
waktu 5 tahun terakhir, tingkat pendidikan ukuran per-jam, namun buruh di Indonesia
angkatan kerja Indonesia didominasi oleh bekerja selama delapan jam dengan menerima
lulusan SD/sederajat. Tahun 2011, tenaga upah yang hanya setara dengan upah satu
kerja berpendidikan rendah mencapai 68,47 jam (Hendrastomo, 2010).
persen dan tenaga kerja berpendidikan
tinggi (setidaknya lulus SMU/sederajat) 3. Minimnya jaminan kesehatan dan
hanya sebanyak 31,53 persen. Tenaga kerja keselamatan kerja.
berpendidikan tinggi mengalami kenaikan UU No. 3 Tahun 1992 tentang
cukup signifikan pada tahun 2015, yaitu Jaminan Sosial Pekerja secara jelas dan tegas
sebesar 37,71 persen dibandingkan tahun mengatur mengenai program jaminan sosial
2011. Kenaikan tertinggi terjadi pada lulusan yang wajib difasilitasi oleh pemberi kerja/
Universitas (S1/S2/S3), yaitu sebesar 3,25 pengusaha bagi buruh/pekerja, meliputi: (a)
persen selama periode tersebut. Tahun 2015, jaminan kesehatan; (b) jaminan kecelakaan
proporsi tenaga kerja berpendidikan rendah kerja; (c) jaminan hari tua; (d) jaminan
masih tetap didominasi oleh lulusan SD/ pensiun; serta (e) jaminan kematian. Namun
sederajat sebesar 27,42 persen. Hal inilah dalam pelaksanaannya masih banyak
yang menjadikan posisi tawar buruh menjadi terjadi pelanggaran oleh pihak pengusaha/
semakin lemah di mata pengusaha. pemberi kerja. Hal ini disebabkan oleh
Posisi tawar buruh yang lemah tersebut, kurangnya kapasitas lembaga inspeksi sistem
menimbulkan kecenderungan pengusaha pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia
untuk bertindak sewenang-wenang. Buruh (ILO, 2012).
hanya dipandang sebagai faktor produksi yang
berfungsi untuk mencapai tujuan pengusaha 4. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja
dalam mencapai keuntungan semaksimal (PHK) secara sepihak oleh pemberi kerja/
mungkin. Adapun bentuk eksploitasi buruh pengusaha.
yang sering dilakukan oleh pemilik modal/ Sistem kerja kontrak jangka pendek
pengusaha antara lain sebagai berikut. dan outsourching merupakan senjata baru
yang digunakan pengusaha yang mengancam
1. Bekerja dengan jam kerja yang berlebihan hak-hak dan perlindungan terhadap
(excessive working time). keberlangsungan kerja buruh (ILO, 2012).
Jam kerja berlebihan adalah jam
kerja yang panjang untuk alasan ekonomi. Bentuk eksploitasi buruh yang terjadi di
Jam kerja maksimal yang diperbolehkan di Indonesia, terutama buruh dengan jam
Indonesia adalah 40 jam per-minggu, sesuai kerja berlebih (excessive working time) atau
dengan UU No. 13 Tahun 2003. Namun saat buruh yang bekerja lebih dari 48 jam dalam
ini, BPS masih menggunakan instrumen seminggu, secara lengkap tersaji dalam Tabel
internasional sebesar 48 jam dalam seminggu 2 berikut.
sebagai ukuran excessive working time (ILO,
2012).

2. Tingkat upah yang rendah (low pay rate).


Ukuran yang digunakan sebagai dasar
upah rendah adalah upah yang besarnya
kurang dari 2/3 median upah buruh secara

195
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Tabel 2. Persentase Buruh yang Bekerja Lebih Dari 48 Jam


per-Minggu Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2011-2014

Sumber: BPS dalam Ritonga, 2014


*EEWT = jumlah pekerja yang bekerja lebih dari 48 jam per-minggu
/ jumlah seluruh pekerja x 100%

Tabel 2 menunjukkan bahwa buruh laki- berlangsung terus-menerus akan memicu


laki lebih berpeluang untuk memiliki timbulnya perlawanan dari pihak buruh.
jam kerja berlebih dibandingkan dengan Namun apabila hanya seorang diri, buruh
buruh perempuan. Selama tahun 2011-2013 tidak akan mempunyai kekuatan yang cukup
persentase buruh dengan jam kerja berlebih untuk melakukan perlawanan atas tindakan
cenderung turun, namun pada tahun 2014 kesewenang-wenangan pemilik modal.
kembali meningkat sebesar 3%-4%. Kedudukan buruh yang lemah tersebut
Bentuk eksploitasi lain yang juga sering membutuhkan suatu wadah, agar posisi
terjadi adalah tingkat upah buruh yang tawar menjadi lebih kuat.
rendah (low pay rate). Secara nasional kondisi Organisasi formal berupa serikat buruh/
buruh yang menerima upah di bawah dua per serikat pekerja merupakan wadah yang
tiga median upah regional, rata-rata berada dibutuhkan oleh kaum buruh untuk
pada kisaran 29%-32% selama periode 2011- menyalurkan berbagai macam aspirasi dan
2014. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan tuntutannya. Namun dalam kenyataannya
bahwa buruh/pekerja perempuan lebih banyak buruh yang tidak menyadari bahwa
cenderung untuk menerima upah rendah serikat buruh adalah hak yang melekat bagi
daripada buruh laki-laki. Hal ini merupakan kaum buruh. Deklarasi Universal Hak Asazi
bukti lain bahwa di Indonesia masih terdapat Manusia Pasal 23 dalam ayat 4 menyebutkan
diskriminasi gender dalam dunia kerja. bahwa setiap orang berhak mendirikan dan
memasuki serikat-serikat pekerja untuk
Gambar 3. Persentase Buruh dengan Upah melindungi kepentingannya.
Rendah Hak kebebasan berserikat bagi kaum
buruh secara legal formal telah diakomodir
di dalam Hasil Konvensi ILO Nomor 87
Tahun 1956 mengenai Kebebasan Berserikat
dan Perlindungan Hak untuk Berorganisai
(Freedom Of Association and Protection Of The
Right to Organise), yang kemudian diratifikasi
oleh Pemerintah Indonesia dengan
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor
83 Tahun 1998. Peraturan ini selanjutnya
ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1998 tentang
Sumber: BPS dalam Ritonga, 2014 (diolah) Pendaftaran Serikat Buruh. Tahun 2000,
*LPR = (jumlah pekerja dengan upah dibawah 2/3 median
untuk pertama kalinya Pemerintah Republik
upah / jumlah pekerja) x 100%
Indonesia secara tegas mengakui keberadaan
serikat buruh/serikat pekerja beserta hak
Tindakan-tindakan eksploitasi yang
dan kewajibannya melalui Undang-Undang
dilakukan pengusaha tersebut di atas, apabila

196
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat yang signifikan terhadap peningkatan upah
Pekerja/Serikat Buruh. Undang-undang anggotanya. Kemudian pada tahun 1950-
ini merupakan yang pertama di Indonesia, an muncul pendapat yang berbeda, di mana
dan mengatur mengenai perlindungan hak Milton Friedman melalui penelitiannya
buruh untuk berserikat serta ketentuan menemukan bukti bahwa serikat buruh tidak
mengenai tata cara mendirikan serikat buruh memiliki dampak langsung yang signifikan
(Simanjuntak, 2002: 9). secara statistik terhadap kenaikan upah
Serikat buruh diharapkan mampu menjadi anggotanya. Hal ini disebabkan oleh serikat
wadah buruh untuk memperjuangkan hak- buruh yang tidak mampu memengaruhi
hak yang sudah seharusnya melekat pada jumlah penawaran tenaga kerja secara
kaum buruh. Melalui keterwakilan buruh langsung, bahkan sebaliknya, serikat buruh
di dalam serikat, diharapkan aspirasi para hanya akan mengambil keuntungan dari
buruh dapat sampai kepada para pengusaha, situasi dan kondisi terjadi. Menjelang akhir
sehingga dapat dilakukan upaya-upaya guna abad ke-20, bahkan muncul sebuah konsensus
mewujudkan peningkatan kesejahteraan yang menyatakan bahwa serikat buruh sama
buruh. Handoko (2000 dalam Wisnuthomo, sekali tidak memiliki dampak dalam bentuk
2014) mengemukakan bahwa kepentingan apapun terhadap besaran tingkat upah
ekonomi merupakan kepentingan utama yang (Bryson, 2014).
selalu diperjuangkan oleh serikat buruh, yaitu Hasil penelitian dalam kurun waktu dua
berupa kenaikan tingkat upah, pengurangan dasawarsa terakhir yang dilakukan di
jam kerja serta perbaikan-perbaikan dalam negara maju maupun negara berkembang
kondisi kerja. Beberapa alasan penting yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
dijadikan sebagai prinsip dasar pembentukan Bryson (2002) melakukan penelitian dengan
serikat buruh menurut International Labour menggunakan matching method, memperoleh
Organization (ILO) adalah sebagai berikut: kesimpulan bahwa pada buruh sektor swasta
(1) serikat pekerja/serikat buruh melindungi di Inggris, serikat pekerja mempunyai
dan memperjuangkan perbaikan upah dampak positif terhadap tingkat upah
dan kondisi kerja; (2) serikat pekerja/ anggotanya sebesar 10%-20%. Bryson (2014)
serikat buruh melindungi pekerja terhadap mengembangkan penelitian menggunakan
ketidakadilan dan diskriminasi; (3) serikat metode yang berbeda, memperoleh
pekerja/serikat buruh memperbaiki kondisi kesimpulan yang mirip, yaitu serikat buruh
kerja dan melindungi lingkungan kerja; (4) mampu meningkatkan upah anggotanya
serikat pekerja/serikat buruh mengupayakan dengan kisaran 10%-15%.
agar manajemen mendengarkan suara pekerja Hasil serupa diperoleh Chrysanthou (2010)
sebelum membuat keputusan; serta (5) serikat yang melakukan penelitian di Amerika
pekerja/serikat buruh mencegah terjadinya Serikat, menggunakan metode Ordinary Least
pemutusan hubungan kerja. Square (OLS) dengan Random Effect Probit
Penelitian tentang serikat buruh beserta Model. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
dampaknya terhadap tingkat upah buruh serikat pekerja memiliki dampak positif
sudah banyak dilakukan di berbagai negara terhadap tingkat upah anggotanya sebesar
dengan menggunakan berbagai macam 17%-19%. Pendapat tersebut didukung oleh
metode analisis. Perdebatan panjang Schmitt dan Woo (2013). Penelitian dengan
mengenai apakah serikat buruh memiliki objek tenaga kerja perempuan di Amerika
dampak secara langsung terhadap tingkat Serikat ini, menyimpulkan bahwa serikat
upah sudah berlangsung sangat lama. Diskusi pekerja mampu memberikan dampak positif
ini dimulai sejak era Adam Smith tahun 1776- terhadap tingkat upah pekerja perempuan
an dan Fleeming Jenkin pada 1868-an, di yang menjadi anggotanya sebesar 12,9 persen.
mana kedua tokoh bidang ekonomi tersebut Wunnava (2012), dengan metode regresi
mengemukakan pendapat bahwa serikat logistik, menemukan bukti bahwa serikat
buruh memiliki dampak secara langsung pekerja mampu meningkatkan probabilitas

197
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

anggota dalam hal memperoleh berbagai besarnya dampak tersebut tidak signifikan
macam tunjangan, antara lain tunjangan secara statistik. Hal senada dikemukakan oleh
kesehatan, asuransi jiwa, tunjangan pensiun Lalonde, et al. (1996), serta DiNardo dan Lee
serta tunjangan bersalin guna meningkatkan (2004) yang telah lebih dahulu menemukan
kesejahteraannya dengan kisaran 1%-3%. bukti bahwa serikat buruh tidak memiliki
Menggunakan metode Regression Discontinuity dampak yang signifikan terhadap tingkat
(RD), Frandsen (2012) memperoleh upah anggotanya.
kesimpulan serupa, yaitu untuk kasus di Dibandingkan dengan penelitian
Amerika Serikat, serikat buruh memberikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki
dampak positif berupa peningkatan batas beberapa perbedaan, antara lain dalam hal
bawah distribusi pendapatan individu lokasi penelitian, periode penelitian, serta
sebesar 30 Log poin. Penelitian Rios-Avila sumber data yang digunakan. Sampai dengan
(2013) menggunakan metode Recentered penelitian ini dilakukan, belum tersedia
Influence Functions Regression memperoleh referensi penelitian dengan tema sejenis untuk
kesimpulan bahwa untuk kawasan Amerika kasus di wilayah Indonesia. Data Indonesian
Latin, serikat pekerja memiliki dampak Family Life Survey (IFLS) juga belum pernah
positif terhadap tingkat upah anggotanya. dimanfaatkan untuk analisis dampak serikat
Hasil yang sama diperoleh Ge (2007) yang buruh terhadap tingkat upah anggotanya.
melakukan penelitian di China, yaitu serikat Adanya perbedaan pendapat berdasarkan
buruh memiliki dampak positif terhadap hasil studi empiris, serta beberapa alasan
tingkat upah, tunjangan, produktivitas tenaga tersebut di atas, menjadi motivasi untuk
kerja, kegiatan perusahaan di bidang riset melakukan penelitian dengan tema “Dampak
dan pengembangan, serta investasi modal Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh
manusia. Akan tetapi di satu pihak, serikat Sektor Swasta di Indonesia”.
buruh memiliki dampak negatif terhadap Berdasarkan perbedaan hasil studi empiris
rasio profitabilitas perusahaan. di beberapa negara maju dan negara
Penelitian lain di China menunjukkan hasil berkembang, serta belum tersedianya
identik. Yao dan Zhong (2010) memperoleh referensi untuk kasus di wilayah Indonesia,
kesimpulan bahwa serikat buruh mampu maka penelitian ini dianggap perlu dilakukan.
meningkatkan upah per-jam sebesar 5,6 Hal ini bertujuan supaya dapat diketahui
persen, mengurangi jumlah jam kerja per- bagaimana sebenarnya dampak serikat buruh
bulan sampai dengan 1,4 persen, serta terhadap tingkat upah anggotanya, terutama
mampu meningkatkan besaran jaminan pada sektor swasta untuk kasus yang terjadi di
pensiun sebesar 12,3 persen. Namun hasil wilayah Indonesia. Penelitian ini digunakan
penelitian Lu, et al. (2010) yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
pada negara yang sama, menunjukkan apakah keanggotaan buruh dalam serikat
bukti yang berbeda. Penelitian dengan buruh mampu memberikan dampak positif
menggunakan metode private enterprise survey terhadap tingkat upah buruh, khususnya
ini memperoleh kesimpulan bahwa serikat bagi buruh yang bekerja pada sektor swasta
buruh memiliki dampak yang signifikan di Indonesia?.
terhadap produktivitas tenaga kerja. Akan Tujuan penelitian ini adalah untuk
tetapi, apabila dikaitkan dengan tingkat upah menganalisis apakah serikat buruh memiliki
buruh dan rasio profitabilitas perusahaan, dampak positif terhadap tingkat upah
maka dampaknya menjadi tidak signifikan anggotanya, khususnya bagi buruh yang
secara statistik. Hasil penelitian Lu, et al. (2010) bekerja pada sektor swasta di wilayah
didukung bukti yang dikemukakan oleh Indonesia. Adapun beberapa manfaat
Cai dan Waddoups (2011), yang melakukan penelitian ini antara lain: (1) sebagai
penelitian di Australia, menemukan bukti tambahan referensi bagi para peneliti yang
bahwa meskipun serikat buruh memiliki akan melakukan penelitian lebih lanjut pada
dampak positif terhadap tingkat upah, namun tema sejenis; (2) memberikan tambahan

198
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

pengetahuan kepada penulis mengenai salah satu pendekatan evaluasi dampak untuk
dampak dari serikat buruh terhadap tingkat membangun kelompok pembanding dengan
upah, khususnya pada buruh sektor swasta menggunakan karakteristik semirip mungkin
di wilayah Indonesia; serta (3) memberikan sesuai kondisi pra-intervesi kelompok
tambahan referensi bagi pembaca mengenai partisipan. Ada beberapa metode pendekatan
dampak serikat buruh terhadap tingkat upah quasi-experiment yang dapat digunakan untuk
buruh, khususnya dampak bagi buruh yang membangun kelompok pembanding yang
bekerja pada sektor swasta di Indonesia. baik, antara lain: (1) propensity score matching;
(2) regression discontinuity; (3) instrumental
METODE PENELITIAN variable; dan (4) difference in differences (White
dan Sabarwal, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Penelitian ini menggunakan pendekatan
dampak keikutsertaan buruh dalam serikat quasi-experiment dengan metode propensity
buruh terhadap tingkat upah yang diterima. score matching (PSM). Metode PSM ini dapat
Gertler, et al. (2011: 37) berpendapat bahwa digunakan ketika intervensi sedang berjalan,
tujuan utama melakukan evaluasi dampak maupun pada saat intervensi/treatment
adalah untuk mengidentifikasi kelompok telah selesai dilakukan. Metode PSM juga
non-partisipan (kelompok pembanding) yang layak digunakan sebagai alat analisis
memiliki karakteristik yang sama dengan evaluasi dampak dari sebuah intervensi,
kelompok partisipan (kelompok treatment) ketika baseline data tidak tersedia (White
pada kondisi pra-intervensi. Masalah utama dan Sabarwal, 2014). Ide dasar metode PSM
dalam melakukan evaluasi dampak adalah adalah memasangkan anggota kelompok
counterfactual, yaitu hilangnya informasi partisipan intervensi (treatment group)
mengenai apa yang akan terjadi pada anggota dengan kelompok pembanding yang tidak
kelompok partisipan apabila intervensi mendapatkan intervensi (kelompok kontrol),
tersebut tidak dilakukan. yang didasarkan pada karakteristik tertentu
Evaluasi dampak hanya dapat dilakukan hasil pengamatan. Setiap anggota kelompok
dengan baik, apabila mampu membangun partisipan akan dipasangkan dengan
informasi counterfactual dengan membentuk anggota kelompok pembanding yang paling
comparison group yang tepat bagi kelompok mendekati nilai probabilitanya. Probabilita
treatment (Khandker, et al., 2010: 22-25). ini disebut dengan “propensity score”.
Comparison group (kelompok kontrol) yang Tujuan metode PSM adalah untuk memilih
baik harus memiliki karakteristik yang mirip karakteristik-karakteristik hasil pengamatan
dengan karakteristik yang dimiliki oleh dari dua kelompok dengan nilai yang sama
kelompok treatment, kecuali pada intervensi atau yang paling mendekati. Hal tersebut akan
yang dilakukan tersebut (Gertler, et al., 2011: menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
38). Pembentukan comparison group, sebagai yang sistematik dalam hal reaksi terhadap
upaya membangun informasi counterfactual intervensi yang dilakukan (Bappenas, 2008:
yang hilang ini dapat dilakukan melalui dua 11).
pendekatan, yaitu: (a) randomize experiment;
dan (b) non-experiment atau quasi-experiment Data
(ADB, 2006: 5). Data yang digunakan dalam penelitian
Randomize experiment adalah pendekatan ini merupakan data sekunder dengan tipe
evaluasi dampak, di mana kelompok treatment pooled cross-section yang bersumber dari
dan kelompok pembanding dipilih secara acak Indonesian Family Life Survey (IFLS). Data
dari populasi yang sama. Dengan demikian, yang digunakan berasal dari dua gelombang
dapat dipastikan bahwa kedua kelompok akan survei, yaitu IFLS gelombang 4 (tahun survei
memiliki karakteristik yang sama, kecuali 2007) dan IFLS gelombang 5 (tahun survei
pada satu hal, yaitu intervensi yang dilakukan 2014).
(White, et al., 2014). Quasi-experiment adalah

199
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Tabel 3. Partisipasi Buruh dalam Serikat Buruh di Indonesia

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)

Tabel 4. Deskripsi Variabel dan Sumber Data

200
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

Tabel 4. lanjutan

Berdasarkan hasil kalkulasi data IFLS, tingkat maka beberapa variabel kontrol digunakan
partisipasi buruh sektor swasta di Indonesia dalam penelitian ini untuk meminimalkan
dalam serikat buruh dapat dikatakan sangat bias hasil estimasi, yang dibangun atas dasar
rendah, karena hanya mencapai 7,66 persen. pertanyaan dalam kuesioner IFLS. Tabel 4
Secara detail disajikan sebagai berikut. menunjukkan deskripsi mengenai variabel
Variabel dependen yang digunakan dalam dan sumber data yang ada pada data IFLS.
penelitian ini adalah upah buruh yang
diterima setiap bulan dari pekerjaan utama.
Sedangkan variabel independen yaitu dummy
keanggotaan buruh dalam serikat buruh/
serikat pekerja. Dalam mengestimasi besarnya
perbedaan tingkat upah, biasanya akan
dipengaruhi oleh perbedaan yang terdapat
dalam hal karakteristik sosial ekonomi, antara
lain tingkat pendidikan, usia, jenis aktivitas
perusahaan/sektor industri, dan wilayah
(Borjas, 2013: 445). Berdasarkan hal tersebut,

201
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Tabel 4. lanjutan

Sumber: IFLS, 2007-2014

Metode Analisis Data menghasilkan estimator yang bias. Salah


Penelitian menggunakan pendekatan satu sumber bias adalah kedua kelompok
quasi-eksperiment menghadapi masalah sampel tidak memiliki distribusi data yang
counterfactual. Matching method mencoba overlap. Dalam hal ini, analisis regresi tidak
menawarkan solusi untuk mengatasi masalah mampu memberikan informasi mengenai
tersebut, yaitu mengembangkan informasi hal tersebut. Di sisi lain, metode PSM dapat
counterfactual dengan membangun kelompok dengan mudah mendeteksi kurangnya
kontrol yang memiliki karakteristik mirip distribusi variabel pada kedua kelompok,
dengan kelompok treatment yang didasarkan kemudian menyesuaikan dengan distribusi
pada hasil pengamatan kondisi pra-intervensi yang seharusnya.
(Sulistyaningrum, 2015). Metode PSM sebaiknya digunakan ketika
Matching method menggunakan hasil estimasi seseorang tertarik untuk melakukan evaluasi
propensity score atau disebut Propensity Score dampak sebuah intervensi, namun tidak
Matching (PSM). Alasan mengapa PSM layak mampu mengumpulkan data eksperimental
dipilih untuk mengestimasi dampak sebuah (Li, 2012). Metode PSM pertama kali
intervensi menurut Li (2012), antara lain: diperkenalkan oleh Rosenbaum dan Rubin
(1) ketika asumsi-asumsi yang disyaratkan pada tahun 1983. Propensity score adalah
PSM sudah “satisfied”, maka PSM mampu probabilita bersyarat untuk menerima
mengestimasi besarnya dampak sebuah intervensi yang didasarkan pada karakteristik-
intervensi secara tidak bias; dan (2) kesalahan karakteristik hasil pengamatan sebelum
dalam spesifikasi model ekonometri sebuah intervensi dilakukan (kondisi pra-

202
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor
Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

intervensi). Tujuan dari metode ini adalah merupakan simbol untuk kelompok
untuk menemukan kelompok pembanding treatment, akan sama dengan 1 (satu) apabila
terdekat dari sekumpulan sampel non- individu i merupakan anggota serikat
partisipan bagi kelompok partisipan buruh dan akan sama dengan 0 (nol) untuk
(Rosenbaum dan Rubin, 1983). Rosenbaum yang lainnya. Yi adalah potential outcomes
dan Rubin (1983) juga memperkenalkan dari seorang individu i. Y1i adalah potential
asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar outcomes ketika seorang individu i tersebut
PSM dapat menghasilkan balancing score, yaitu merupakan anggota dari serikat buruh, yaitu
Conditional Independent Assumption (CIA) dan hasil dari intervensi atau ketika Di sama
overlap data. dengan 1 (satu). Y0i adalah potential outcomes
Adapun tahapan analisis metode PSM adalah ketika seorang individu i tersebut merupakan
sebagai berikut (Caliendo dan Kopeinig, buruh non-serikat, dan merupakan hasil dari
2005). kelompok pembanding/kontrol atau ketika Di
1. Mengestimasi Propensity Score. sama dengan 0 (nol). Maka, besarnya dampak
Penelitian ini menggunakan model intervensi terhadap seorang individu i dapat
logit, karena sebagian besar peneliti ditulis:
menggunakan model persamaan logit untuk
mengestimasi propensity score, demikian .................................................(3.4)
juga Bryson (2002) sebagai referensi utama
penelitian ini. Spesifikasi model logit yang berdasarkan Persamaan (3.4), terkait masalah
digunakan dalam penelitian ini, mengacu counterfactual, maka menjadi sangat mustahil
pada model yang Bappenas (2008: 30), yaitu: untuk mengestimasi besarnya potential
outcomes pada individu yang sama dalam
.....................................(3.1) kelompok treatment (Y1i) dan kelompok
kontrol (Y0i) secara bersama-sama pada titik
waktu yang bersamaan. Dalam melakukan
estimasi besarnya dampak intervensi
terhadap kelompok treatment, penelitian ini
menggunakan Average Treatment Effect on
the Treated (ATT). ATT ini digunakan untuk
mengestimasi besarnya rata-rata potential
outcomes seorang individu yang mendapatkan
intervensi atau dalam konteks ini adalah
..........................................(3.2) buruh sebagai anggota serikat buruh. ATT
dapat ditulis dengan persamaan:
di mana U adalah dummy variabel interest,
Union, akan sama dengan 1 (satu) jika buruh
merupakan anggota serikat buruh (kelompok
treatment), dan 0 (nol) untuk yang lainnya .........................(3.5)
(kelompok kontrol); serta C adalah variabel
kontrol yang digunakan dalam penelitian
(lihat Lampiran 1). Sementara, potential
outcomes individu i dapat diestimasi dengan ....................................(3.6)
persamaan berikut:
adalah hasil estimasi potential
.....................................(3.3) outcomes ketika seorang buruh menjadi
anggota serikat buruh, dan hal ini dapat
dilakukan. adalah hasil estimasi

203
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

potential outcomes seorang buruh sebelum ikut


berpartisipasi menjadi anggota serikat buruh, .......................................................(3.7)
dan hal mustahil untuk dilakukan, karena ini
merupakan masalah counterfactual tersebut. Caliendo dan Kopeinig (2005), berpendapat
Dalam memprediksi besarnya ATT, sangat bahwa tidak ada metode yang lebih unggul.
penting untuk dapat menemukan nilai Metode matching yang dipilih di dasarkan
pengganti dari , dan hal pada struktur data yang dimiliki. Apabila
yang paling memungkinkan adalah dengan data yang digunakan memiliki anggota
menggunakan potential outcomes dari non-partisipan yang lebih banyak, maka
kelompok pembanding, yaitu menggunakan lebih layak menggunakan metode nearest
potential outcomes dari buruh non-serikat neighbour with replacement atau kernel matching.
atau buruh yang tidak pernah berpartisipasi Tujuannya untuk meningkatkan precision hasil
menjadi anggota serikat buruh, yaitu estimasi nilai ATT (Caliendo dan Kopeinig,
Sehingga nilai ATT dapat 2005). Berdasarkan pendapat tersebut, maka
diestimasi dengan menggunakan persamaan: penelitian ini menggunakan metode kernel
matching.
......(3.7) 3. Memeriksa Overlap atau Common Support
Common support akan memastikan
2. Memilih Matching Algorithm bahwa proses matching antara anggota
Ada 3 metode yang paling sering kelompok treatment dan kelompok kontrol
digunakan dalam penelitian menggunakan dapat dilakukan (Sulistyaningrum, 2015).
matching methods (Khandker, et al., 2010: 59-60;
Bappenas, 2008: 32): Gambar 4. Daerah Common Support
a. Nearest Neighbor Matching.
Metode ini akan memasangkan anggota
kelompok partisipan dengan kelompok
kontrol yang memiliki nilai propensity score
yang sama.
b. Radius Matching.
Metode ini akan memasangkan
anggota kelompok partisipan dengan
kelompok kontrol yang memiliki propensity
score disekitar radius standar deviasi propensity
score yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber: Sulistyaningrum, 2015
Cochran dan Rubin, 1973; serta Rosenbaum
dan Rubin (1985 dalam Pan dan Bay, 2015: 7) 4. Menilai Kualitas Matching
merekomendasikan standar deviasi propensity
score maksimal sebesar 0,25 poin, sedangkan a. Standardised bias test.
Austin (2011) sebesar 0,20 poin. Salah satu indikator untuk menilai
c. Kernel Matching. kualitas matching adalah penurunan niai
Metode ini menggunakan pembobotan standar bias setelah proses matching. Tidak
dalam memasangkan anggota kelompok ada batasan standar bias yang telah diterima
partisipan dengan anggota kelompok non- secara luas dan dijadikan indikator bahwa
partisipan. Menurut Harder, et al. (2011) proses matching telah berhasil dengan baik
setiap individu kelompok partisipan akan (Harder, et al., 2011).
menerima bobot sama dengan 1 dan anggota
kelompok kontrol akan menerima bobot b. t-test.
berdasarkan nilai propensity score (ρi) masing- t-test digunakan untuk memeriksa
masing dengan rumusan (Hirano, et al., 2003 apakah ada perbedaan variabel yang signifikan
dalam Harder, et al., 2011): diantara kedua kelompok. Sebelum proses

204
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

matching, diijinkan adanya perbedaan, namun digunakan sebagai estimator dampak serikat
setelah matching, kedua kelompok tidak boleh buruh terhadap tingkat upah.
memiliki perbedaan yang signifikan, kecuali
dalam hal intervensi yang dilakukan yang Memilih Matching Algoritm
kemudian akan berdampak pada variabel Metode kernel matching dipilih dalam
outcomes (Caliendo dan Kopeinig, 2005). penelitian ini, karena data kelompok kontrol
(buruh non-serikat) memiliki frekuensi yang
c. Hotelling test (F-test). lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
Hotelling test digunakan untuk treatment (buruh serikat), seperti ditunjukkan
mengukur signifikansi dari semua regressors dalam Tabel 6. berikut.
secara simultan. Kriteria yang digunakan,
yaitu setelah proses matching, nilai prob Tabel 6. Jumlah Buruh Sektor Swasta di Indonesia
> F harus gagal menolak hipotesis null
yang menyatakan “secara rata-rata, kedua
kelompok adalah equal” (Caliendo dan
Kopeinig, 2005).

Menurut Rosenbaum dan Rubin (1983),


Rosenbaum (2005) serta Sulistyaningrum Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)
(2015), analisis sensitivitas harus dilakukan
untuk melihat sensitivitas hasil analisis Memeriksa Daerah Common Support
terhadap hidden bias, yaitu pengaruh dari Asumsi common support juga harus dipenuhi
penghilangan variabel yang penting. dalam analisis menggunakan PSM. Asumsi
Berdasarkan pendapat yang dikemukanan ini mengharuskan kedua kelompok memiliki
Rosenbaum (2005), penelitian dinyatakan sejumlah data dengan nilai yang sama, agar
sangat sensitif terhadap hidden bias apabila proses matching dapat dilakukan.
hasil estimasi berubah pada level gamma yang
nilainya hanya sedikit lebih besar dari 1 (satu) Gambar 5. Daerah Common Support antara
dan sudah menunjukkan p-value yang tidak Buruh Serikat dan Buruh Non-Serikat
signifikan pada level α = 0,05.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL


PENELITIAN

Estimasi Propensity Score Matching


Dari Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa
hanya terdapat 5 variabel kontrol yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel
interest. Dapat disimpulkan bahwa model
logit yang digunakan untuk mengestimasi
propensity score masih kurang bagus.
Meskipun model logit yang digunakan Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)
masih belum bagus, namun hasil analisis
PSM menunjukkan bahwa dalam proses Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kelompok
balancing sudah “satisfied” (lihat Lampiran buruh anggota serikat dan buruh non-serikat
4). Hal ini menunjukkan bahwa model logit memiliki sejumlah propensity score dengan
yang digunakan telah memenuhi asumsi nilai yang sama, dimulai dari nilai propensity
Conditional Independent Assumption (CIA), score 0,0114. Kondisi ini memungkinkan
dan dapat diambil kesimpulan bahwa semua metode matching untuk digunakan sebagai
variabel dalam penelitian ini telah layak estimator besarnya dampak serikat buruh
terhadap tingkat upah.
205
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Tabel 5. Hasil Estimasi Model Logit

Tabel 5. Lanjutan

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)

206
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

Tabel 7. Hasil Standardised Bias test

Tabel 7. Lanjutan

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)

Menilai Kualitas Matching

Standardised Bias Test


Standardised bias test dilakukan untuk menilai Tabel 7 menunjukkan bahwa semua nilai
penurunan nilai bias setelah proses matching. standardised bias seluruh variabel dalam
Karena belum ada standar nilai penurunan penelitian ini telah mengalami reduksi setelah
bias yang digunakan sebagai acuan, maka proses matching. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini menggunakan penurunan proses matching telah berhasil dilakukan
nilai bias setelah matching sebagai indikator dengan baik, karena mean standardised bias
keberhasilan proses matching yang dilakukan. menunjukkan penurunan setelah proses
Adapun hasil standardised bias test seperti matching, yaitu dari 32,2 poin turun ke 7,4
dalam Tabel 7 berikut. poin.

207
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

4.2.4.2 Uji Beda Rata-Rata Secara Parsial (t-test)


Tabel 8. Hasil t-test

Tabel 8. Lanjutan

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)


* Signifikan pada level 10%
** Signifikan pada level 5%
***Signifikan pada level 1%

Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai p-value kelompok treatment dan kelompok kontrol.
dari beberapa variabel adalah signifikan Dapat disimpulkan bahwa proses matching
berbeda sebelum proses matching. Namun telah dilakukan dengan baik, karena satu-
setelah proses matching menggunakan metode satunya perbedaan yang diperbolehkan
kernel matching, hanya variabel outcome, yaitu hanya pada intervensi yang dilakukan, di
LnWage yang memiliki perbedaan nilai rata- mana pada akhirnya akan berdampak pada
rata signfikan pada level α = 0,05 di antara potential outcomes.

208
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

4.2.4.3 Uji Beda Rata-Rata Secara Simultan (Hotelling test)


Tabel 9. Hasil Hotelling test

Tabel 9. Lanjutan

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai p-value Hasil Penelitian


hasil hottelling test menunjukkan 0,000 < α = Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh
0,05, dan menolak H0, yang menyatakan bahwa sektor swasta di Indonesia yang menjadi
nilai rata-rata kedua kelompok adalah sama/ anggota serikat memiliki upah yang lebih
equal. Dengan kata lain, diantara kelompok tinggi, rata-rata sebesar 17,32 persen daripada
kontrol dan kelompok treatment memiliki buruh yang berada di luar serikat. Hasil
nilai rata-rata yang berbeda secara signifikan. penelitian secara lengkap disajikan dalam
Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada Tabel 10.
variabel kontrol yang cukup signifikan
namun belum dimasukkan ke dalam model
penelitian. Dapat disimpulkan bahwa model
yang digunakan dalam penelitian ini secara
simultan masih belum bagus.

209
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Tabel 10. Dampak Serikat Buruh terhadap Tingkat


Upah Buruh Sektor Swasta di Indonesia

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)


* Signifikan pada level 10%
** Signifikan pada level 5%
***Signifikan pada level 1%

Tabel 11. The Rosenbaum Sensitivity Analisys

Sumber: Hasil kalkulasi data IFLS, 2007-2014 (diolah)

Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil estimasi rosenbaum bounds. Inti dari rosenbaum bounds
pada semua metode matching adalah adalah bahwa p-value pada gamma = 1 nilainya
signifikan secara statistik, walaupun pada harus sangat dekat dengan hasil estimasi
level yang berbeda. Pada metode nearest propensity score matching yang dihasilkan.
neighbour matching, baik dipasangkan secara Dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai hasil
1:1 (non-replacement) maupun full matching estimasi menggunakan kernel matching adalah
(with replacement) menghasilkan dampak yang sebesar 0,1732 dan hasil dari hedges lehman
signifikan pada level α = 0,10, sedangkan point estimate pada level gamma = 1 adalah
metode radius caliper matching dan kernel sebesar 0,1891 (lihat Tabel 4.8), nilainya cukup
matching menunjukkan signifikansi pada level dekat (tidak berbeda secara signifikan), dan
yang sama, yaitu α = 0,01 dengan nilai estimasikeduanya signifikan pada level α = 0, 05.
dampak yang mirip, sebesar 17 persen. Rosenbaum (2005), hanya memberikan
batasan mengenai sensitivitas hasil penelitian
Evaluasi Hasil Penelitian: Analisis terhadap hidden bias yaitu di mana penelitian
Sensitivitas dinyatakan sangat sensitif terhadap hidden
Hidden bias dapat terjadi ketika individu bias, apabila pada level gamma yang nilainya
dengan karakteristik yang sama, memiliki hanya sedikit lebih besar dari 1, p-value sudah
peluang yang berbeda dalam kesempatan tidak signifikan lagi pada level α = 0,05.
memperoleh intervensi (Rosenbaum, Berdasarkan pendapat Rosenbaum tersebut,
2002). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka hasil penelitian ini dinilai masih sensitif
Rosenbaum (2002) menyarankan dilakukan terhadap hidden bias, karena pada gamma level
analisis sensitivitas menggunakan wilcoxson’s 1,5 (lihat Tabel 4.8) sudah tidak signifikan lagi
signed rank test untuk mendapatkan nilai pada level α = 0,05.

210
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

SIMPULAN DAN SARAN Austin, P. C. (2011). An Introduction to


Propensity Score Methods for Reducing
Simpulan the Effects of Confounding in
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Observational Stuides. Multivariate
Propensity Score Matching (PSM) dengan Behavioral Research, 46, 399-424.
metode kernel matching diperoleh kesimpulan Bappenas. (2008). Studi Evaluasi (Impact)
bahwa secara rata-rata, buruh sektor swasta Penataan Daerah Otonomi Baru: Ringkasan
di Indonesia yang menjadi anggota serikat Eksekutif. Jakarta: Direktorat Otonomi
buruh akan memiliki tingkat upah yang Daerah Deputi Bidang Pengembangan
lebih tinggi sebesar 17 persen dibandingkan Regional dan Otonomi Daerah - Bappenas.
dengan buruh sektor swasta yang berada di Becker, S. O., dan Ichino, A. (2002). Estimation
luar serikat buruh. Atau dengan kata lain, of Average Treatment Effects Based on
pada sektor swasta di Indonesia, serikat Propensity Score. The Stata Journal , 2, No.
buruh memiliki dampak positif dan signifikan 4, 358-377.
terhadap tingkat upah anggotanya sebesar 17 Blanchflower, D. G., dan Bryson, A. (2004).
persen. Union Reltive Wage Effects in the United
States and the United Kingdom. IRRA
Keterbatasan 56th Annual Proceedings, 133-140.
Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan Blanchflower, D. G., dan Bryson, A. (2004).
yaitu hasil uji F (Hotelling test) yang dilakukan What Effect Do Unions Have on Wage
justru menolak H0 yang menyatakan bahwa Now and Would “What Do Unions Do?”
“nilai rata-rata pada kedua kelompok adalah Be Surprised? National Bureau of Economic
sama/equal”. Hal ini menunjukkan bahwa Research, Working Paper, No. 9973, 384-
masih ada variabel kontrol yang cukup 414.
signifikan pengaruhnya terhadap variabel Blundell, R., dan Dias, M. C. (2000). Evaluation
interest, namun belum dimasukkan ke dalam Methods for Non-Experimental Data.
model penelitian. Fiscal Studies , Vol. 21, No. 4, 427-468.
Blundell, R., Dearden, L., dan Sianesi, B.
Saran (2005). Evaluating the Effect of Education
Demi perbaikan hasil penelitian ini, peneliti on Earnings: Models, Methods and Results
selanjutnya disarankan untuk: from the National Child Development
Survey. Royal Statistics Society, 473-513.
1. menambahkan variabel-variabel lain Borjas, G. J. (2013). Labor Economics, Sixth
sebagai variabel kontrol yang belum Edition. New York: McGraw-Hill.
dimasukkan dalam model penelitian ini; BPS. (2016). Penduduk Berumur 15 Tahun
Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu
2. menggunakan metode analisis evaluasi yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama
dampak yang lain, untuk menguji tingkat dan Lapangan Pekerjaan 2011, 2012, 2013,
robust hasil penelitian ini. dan 2014. Dipetik September 26, 2016, dari
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
DAFTAR PUSTAKA view/id/971
BPS. (2016). Penduduk Berumur 15 Tahun
Abadie, A., dan Imbens, G. W. (2015, Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu
Agustus). Matching on the Estimated yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama
Propensity Score. NBER, 1-26. dan Pendidikan Tertinggi yang
ADB. (2006). Impact Evaluation: Ditamatkan 2011, 2012, 2013, 2014 dan
Metodological and Operational issues. 2015. Dipetik September 26, 2016, dari
Economics and Research Departement, https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
1-35. view/id/1932

211
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

BPS. (2016). Perkembangan Upah Minimum DiNardo, J., dan Lee, D. S. (2004). Economic
Regional/Propinsi di Seluruh Indonesia Impacts of New Unionization on Private
(dalam Ribuan Rupiah) 2007, 2008, 2009, Sector Employers: 1984–2001. The Quarterly
2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014. Journal of Economics, Vol. 119, No. 4,
Dipetik September 26, 2016, dari 1383–1441.
https://www.bps.go.id/ Eldy, E., dan Ari Pradhanawati, H. S. (2014).
linkTableDinamis/view/id/917 Pengaruh Upah, Peran Serikat Pekerja
Bryson, A. (2014). Union Wage Effect: What terhadap Kesejahteraan Pekerja Melalui
Are the Economic Implications of Union Unjuk Rasa Pada Sekretariat Pekerja PSP
Wage Bargaining for Workers, Firms, and PT SAI Apparel Industries. Jurnal Ilmu
Society? IZA World of Labor, 1-10. Administrasi Bisnis, Vol. 3, No. 3, 51-60.
Bryson, A., Cappelari, L., dan Lucfora, C. Frandsen, B. R. ( 2012). Why Unions Still
(2003). Why so Unhappy? The Effect of Matter: The Effects of Unionization on
Union Membership on Job Satisfaction. the Distribution of Employee Earnings.
Future of Trade Unions in Modern Britain MIT Economics , 1-45.
, 1-41. Freeman, R. B., dan Kleiner, M. M. (1990).
Bryson, A., Dorsett, R., dan Purdon, S. (2002). The Impact of New Unionization on Wages
The Use of Propensity Score Matching and Working Conditions. Journal of Labor
in The Evaluation of Active Labour Market Economics, Vol. 8, No. 1, Pt. 2, S8-S25.
Policies. Policy Studies Institute and Ge, Y. (2007). What Do Unions Do in China.
National Center for Social Research, 1-52. University of International Business and
Budiarti, I. (2008). Serikat Pekerja (on Strike Economics Working Paper , 1-57.
Unfair Labor Practice). PSI Coordinator Gertler, P. J., Martinez, S., Premand, P.,
Indonesia, 1-13. Rawlings, L. B., dan Vermeersch, C.
Cai, L., dan Waddoups, C. J. (2011). Union M. (2011). Impact Evaluation in Practice.
Wage Effects in Australia: Evidence from Washington DC: The World Bank.
Panel Data. British Journal of Industrial Greenland, S. (1996). Basic Methods for
Relationship, Vol. 49, 279-305. Sensitivity Analysis of Biases. International
Calliendo, M., dan Kopeinig, S. (2005). Some Journal of Epidemiology, Vol. 25, No. 6,
Practical Guidance for the Implementation 1107 - 1116.
of Propensity Score Matching. IZA Grotta, A., dan Belloco, R. (2014,
Discussion Paper, No. 1588, 1-29. November 13). A Review of Propensity
Card, D. (2001). The Effect of Union on Wage Score: Principles, Methods and Application
Inequality in the U.S. Labor Market. in Stata. Italian Stata Users Group
Industrial and Labor Relation Review, Meeting .
Vol. 54, No. 2, 296-315. Gujarati, D. N., dan Porter, D. C. (2012).
Centeno, M., dan Novo, A. A. (2014). The Dasar-Dasar Ekonometrika (5 ed.). (D.
Impact of Unionization on A. Halim, L. Febrina, Penyunt., dan R.C.
Employment and Wages. IZA Discussion Mangunsong, Penerj.) Jakarta: Penerbit
Paper (Preliminary), 1-21. Salemba Empat.
Chrysantou, G. M. (2010). The Impact of Handouyahia, A., Haddad, T., dan Eaton,
Unionization on Employment and Wages. F. (2013). Kernel Matching versus Inverse
Universidad Carlos III De Madrid Working Probability Weighting: A Comparative
Paper, 10-14.
Dehejia, R. H., dan Wahba, S. (2002).
Propensity Score-Matching Methods
for Non-Experimental Causal Studies. The
Review of Economics and Ststistics, Vol.
84, No. 1, 151-161.

212
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

Study. International Journal of Jorgensen, O. (2008, September 2). Union


Mathematical, Computational, Physical, Wage Premium in South Africa - An
Electrical and Engineering , Vol.7, No. 8, Instrumental Variable Approach (Work
1218-1233. in Progress). Guest Lectures Seminars on
Harder, V. S., Stuart, E. A., dan Anthony, J. University of Oslo, 1-36.
C. (2011, September 1). Propensity Score Katuuk, N. F. (1996). Hubungan Industrial
Techniques and the Assessment of Pancasila: Seri Diktat Kuliah. Jakarta:
Measured Covariate Balance to Test Penerbit Gunadarma - Chandra Pratama.
Causal Associations in Psychological Khandker, S. R., Koolwal, G. B., dan Samad,
Research. Psycological Methods, Vol. 15, H. A. (2010). Handbook on Impact
No. 3, 234-249. Evaluation: Quantitative Methods and
Heckman, J. J., Ichimura, H., dan Todd, Practice. Washington DC: The World
P. (1998). Matching As An Econometric Bank.
Evaluation Estimator. Review of Economic Kuhn, P., dan Marquez, G. (2005). What
Studies , No. 65, 261-294. Difference Do Unions Make? Their
Hedrastomo, G. (2010). Menakar Impact on Productivity and Wages in
Kesejahteraan Buruh: Memperjuangkan Latin America. Washington, D.C: Inter-
Kesejahteraan Buruh di antara American Development Bank.
Kepentingan Negara dan Korporasi. Lalonde, R. J., Marschke, G., dan Troske,
Jurnal Informasi, Vol. 16, No. 2, 1-17. K. (1996). Using Longitudinal Data on
Heinrich, C., Maffioli, A., dan Vazquez, G. Establishments to Analyze the Effects of
(2010). A Primer for Applying Propensity- Union Organizing Campaigns in the
Score Matching. IDB: Impact Evaluation United States. Annales d’ Economie et de
Guidelines Technical Notes, No. IDB- Statistique, Vol. 41–42 .
TN-161, 1-56. Lance, P. M., Guilkey, D. K., Hattori,
Hirsch, B. T. (2004). Reconsidering Union A., dan Angeles, G. (2014). How Do We
Wage Effects: Surveying New Evidance Know if a Program Made a Difference?:
on an Old Topic. Journal of Labor research, A Guide to Statistical Methods for Program
Vol. XXV, No. 3, 234-266. Impact Evaluation. Nort Carolina:
Hirsch, B. T. (2004). What Do Union Do for Measure Evaluation.
Economic Performance. Journal of Labor Lee, D., dan Mas, A. (2009). Long-Run
Research, Vol. XXV, No. 3, 416-455. Impacts of Unions on Firms: New
Husni, L. (2003). Pengantar Hukum Evidence from Financial Markets,
Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: 1961–1999. National Bureau of Economic
Rajawali Press. Research Working Paper, No. 14709.
ILO. (1948). Deklarasi Universal Hak Asasi Lemieux, T. (1998). Estimating the Effects
Manusia. of Unions on Wage Inequality in a Panel
ILO. (2006). Manual untuk Serikat Pekerja Data Model with Comparative Advantage
Indonesia tentang Administrasi Serikat and Nonrandom Selection. Journal of
Pekerja. Geneva: International Labour Labor Economics, Vol.16, No. 2 , 261–291.
Organization. Li, M. (2012). Using the Propensity Score
ILO. (2012). Profil Pekerjaan yang Layak Method to Estimate Causal Effects: A
Indonesia. Geneva: International Labour Review and Practical Guide.
Organization. Organizational Research Methods 00(0),
ILO. (2015). Tren Ketenagakerjaan dan 1-39.
Sosial di Indonesia 2014-2015: Memperkuat Lu, Y., Tao, Z., dan Wang, Y. (2010). Union
Daya Saing dan Produktivitas Melalui Effects on Performance and Employment
Pekerjaan Layak. Jakarta: Kantor Relations: Evidence from China. China
Perburuhan Internasional. Economic Review, Vol. 21 No. 1, 202-210.
Madheswaran, S., dan Shanmugam, K. (2004).

213
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017

Wage Differentials between Union Rios-Avila, F., dan Hirsch, B. T. (2012). Unions,
and Non-Union Workers: An Econometric Wage Gaps, and Wage Dispersion: New
Analysis. Far Eastern Meetings from Evidence from the Americas. IZA Working
Econometric Society, No. 413 . Paper , No. 6757, 1-31.
Mishel, L., dan Walters, M. (2003). How Union Ritonga, R. (2014). Kebutuhan Data
Help All Workers. Economic Policy Ketenagakerjaan Untuk Pembangunan
Institute Briefing Paper, No. 202/775-8810 Berkelanjutan. Direktorat Statistik
, 1-18. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Sensitivity Analysis for Matching Badan Pusat Statistik .
Estimator. The Stata Journal , Vol. 7, No. Rosenbaum, P. R. (2005). Sensitivity Analysis
3, 334 - 350. in Observational Studies. Ensyclopedia of
Nardo, J. D., dan Lee, D. S. (2004). Economic Statistical in Behavioral Science , Vol. 4,
Impacts of New Unionization on Private 1809-1814.
Sector Employers: 1984–2001. The Quarterly Rosenbaum, P. R., dan Rubin, D. B. (1983,
Journal of Economics, Vol. 119, No. 4 , April). The Central Role of the Propensity
1383–1441. Score in Observational Studies for Causal
Neumark, D., dan Wachter, M. L. (1992). Effects. Biometrica , Vol. 70, No. 1, 41-55.
Union Threat Effects and Nonunion Sawal, H., dan Sabarwal, S. (2014, September).
Industry Wage Differentials. NBED Quasi-Experimental Design and Methods.
Working Paper, No.4046 , 1-32. Methodological Briefs Impact Evaluation ,
Pan, W., dan Bai, H. (2015). Propensity Score No. 8, 1-13.
Analysis : Concepts and Issues. Dalam W. Nannicini, T. (2007). A Simulation-Based
Pan, dan H. Bai, Propensity Score Analysis Schmitt, J., dan Woo, N. (2013). Women
: Fundamental and Developments (hal. Workers and Unions. Center For Economic
3-20). New York: The Gulford Press. And Policy Research (CEPR) , 1-4.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Schultz, T. P. (1997). Labor Unions and the
Indonesia No. 1 Tahun 1990 Tentang Distribution of Wages and Employment
Perubahan Peraturan Menteri Tenaga Kerja in South Africa. Economic Growth Center,
Republik Indonesia No. 5 Tahun 1989 Center Discussion Paper, No. 776 , 1-46.
tentang Upah Minimum. (1990). Setiawan, E. (2012-2016, versi 1.9). Badan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Indonesia Nomor: PER-01/MEN/1999 Kemendikbud (Pusat Bahasa). Dipetik
Tentang Upah Minimum. (2000, Oktober September 26, 2016, dari Kamus Besar
5). Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi
Pujiastuti, D. (2010). Peranan Serikat online/daring (dalam jaringan): http://
Pekerja Dalam Menciptakan Hubungan kbbi.web.id/buruh
Industrial Yang Harmonis di PT. Air Mancur Sherk, J. (2009). What Unions Do: How Labor
Karanganyar Tahun 2008. Skripsi. Unions Affect Jobs and the Economy. The
Surakarta: FKIP - Universitas Sebelas Backgrounder , No. 2775, 1-17.
Maret (tidak dipublikasikan). Sianesi, B. (2001). Implementing Propensity
Rios-Avila, F. (2013). Essays on Unions, Score Matching Estimator with Stata. UK
Wages and Performance: Evidance from Stata User Group, VII Meeting , London:
Latin America. Departement of Economics University of College London and Institute
Georgia State University: Economics for Fiscal Studies.
Dissertations , 1-155. Simanjuntak, P. J. (2003). Manajemen
Rios-Avila, F. (2014). Unions and Economic Hubungan Industrial. Jakarta: Pustaka
Performance in Developing Countries: Sinar Harapan.
Case Studies from Latin America . Levi
Economics Institute of Bard Collage
Working Paper , No. 787, ISSN 1547-366X,
1-47 .
214
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]

Simanjuntak, P. J. (2002). Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


yang Baru tentang Serikat Pekerja/ 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Seikat Buruh: Buku Panduan. Jakarta: Tenaga Kerja. (1992, Februari 17).
Kantor Perburuhan Internasional. White, H., Sabarwal, S., dan Hoop, T. d.
Starks, H., dan Garrido, M. M. (2014, Oktober (2014). Randomized Controlled Trials
20). Observational & Quasi-experimental (RCTs). Methodological Briefs Impact
Research Methods. 8th Annual Kathleen Evaluation , No. 7, 1-11.
Foley Palliative Care Retreat . Wikipedia. (2016). Buruh. Dipetik September
Steiner, P. M., dan Cook, D. (2014). Matching 26, 2016, dari Wikipedia Bahasa Indonesia,
and Propensity Score. Dalam T. D. Little, Ensiklopedia Bebas: https://id.wikipedia.
The Oxford Handbook of Quantitative org/wiki/buruh
Methods in Psycology (hal. 237-259). New Wikipedia. (2016). Hak. Dipetik September
York: Oxford Library of Psycology. 26, 2016, dari Wikipedia Bahasa Indonesia,
Sulistyaningrum, E. (2015). Impact Evaluation Ensiklopedia Bebas: https://id.wikipedia.
of The School Operational Assistance org/wiki/hak
Program (BOS) using Matching Method. Wisnuthomo, N. H. (2014). Peran Serikat
Journal of Indonesian Economy and Pekerja dalam Penetapan Upah Minimum
Business , Vol. 31, No. 1, 35– 62. Buruh dan Penyelesaian Masalah
Todd, P. E. (1999, October 1-13). A Practical Pemutusan Hubungan Kerja. Salatiga:
Guide to Implementing Matching FEB - Universitas Kristen Satya Wacana
Estimator. IADB Meeting in Santiago, (tidak dipublikasikan).
Chile . Wooldrigde, J. M. (2009). Introduction
Todd, P. E. (2006, October). Matching Econometrics: A Modern Approach (2nd
Estimator. Working Papers University of ed.). Oxford: Blackwell Publisher.Ltd.
Pennsylvania , 1-11. Wunnava, P. V. (2012). Recent Longitudinal
Undang Undang Republik Indonesia Nomor Evidence of Size and Union Threat Effects
22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian across Genders. IZA Discussion Paper ,
Masalah Perburuhan. (1957, April 8). No. 6779, 1-12.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Yao, Y., dan Zhong, N. (2013). Unions and
Indonesia Tahun 1945. (2002, Agustus 10). Workers’ Welfare in Chinese Firms.
Perubahan Keempat . Journal of Labor Economics, Vol. 31, No. 3
Undang-Undang Negara Republik Indonesia , 1-45.
Nomor 13 Tahun 2003. (25 Maret 2003). Yao, Y., dan Zhong, N. (2010). Unions Improve
Tentang Ketenagakerjaan . Sekretariat Chinese Workers’ Welfare: Results from
Negara. 1,268 Firms. Journal of Labor Economics ,
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Vol. 31, No. 3, 1-45.
Nomor 21 Tahun 2000. (4 Agustus 2000). Zhong, N. (2013). Corporate Governance and
Tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja . Labor Welfare: Evidance from Chinese
Sekretariat Negara. Private Firms. 1-48.
Zivot, E. (2012, Mei 22). Introduction to Pooled
Cross Section and Panel Data. Econ , No.
582.

215

Anda mungkin juga menyukai