Septyono Kurniawan
Eny Sulistyaningrum
ABSTRAK
Pekerja memiliki posisi tawar yang lemah sebagai akibat dari proporsi penawaran tenaga
kerja yang jauh lebih tinggi daripada permintaan. Penyerapan tenaga kerja di Indonesia hanya
mencapai 60 persen dari angkatan kerja yang ada. Serikat Pekerja dibentuk untuk memberikan
posisi tawar yang lebih bagi para pekerja dalam hubungannya dengan perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dampak serikat buruh terhadap tingkat upah buruh, khususnya
bagi para buruh yang bekerja pada sektor swasta di Indonesia. Data yang digunakan adalah
data dari IFLS gelombang 4 dan 5. Alat analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah
PSM dengan metode kernel matching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata,
buruh sektor swasta di Indonesia yang ikut berpartisipasi menjadi anggota serikat buruh akan
memiliki upah yang lebih tinggi sebesar 17 persen dibandingkan dengan buruh yang berada
diluar serikat buruh.
ABSTRACT
Labors have weaker bargaining position than the employer because of higher proportion
of labor supply than demand. Employment in Indonesia only reaches 60 percent of the labor
force. Labor union is formed to provide a more bargaining position for labor in relation to the
employer. This study aims to analyze the impact of labor union toward labor wage, especially
for workers who works in the private sector in Indonesia. The data used is the data from IFLS
wave 4 and 5. This paper using PSM with kernel matching method to analyze the data. The
results show that on average, private sector workers in Indonesia who participate in union
membership will have a higher wage of 17 percent compared with workers outside the union.
193
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
Gambar 1. dapat disimpulkan bahwa bekerja periode tahun 2011-2014, rasio kesempatan
kepada orang lain sebagai buruh/karyawan kerja penduduk Indonesia secara nasional
masih masih mendominasi status pekerjaan hanya mencapai kisaran 60 persen, di mana
utama penduduk Indonesia selama periode rasio kesempatan kerja laki-laki lebih tinggi
tahun 2011-2014. Pekerjaan utama dengan dibandingkan perempuan. Selama periode
status buruh/karyawan pada tahun 2011 2011-2014, tenaga kerja laki-laki memiliki
tercatat sebesar 34,36 persen, dan meningkat rasio kesempatan kerja pada kisaran 70
di tahun 2014 menjadi 36,97 persen. Di sisi persen, sedangkan tenaga kerja perempuan
lain, status berusaha sendiri dibantu buruh hanya berkisar 40 persen. Hal ini dapat
tetap, merupakan persentase terkecil, hanya diartikan bahwa di Indonesia masih terdapat
berada pada kisaran 3 persen. diskriminasi kesempatan kerja bagi kaum
Dalam hubungan kerja atau lebih populer perempuan, seperti ditunjukkan Gambar 2
dengan istilah hubungan industrial, terdapat berikut.
dua pihak yang memiliki hubungan saling
ketergantungan satu dengan yang lain. Gambar 2. Rasio Kesempatan Kerja Penduduk
Pihak pertama adalah pemilik modal atau Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin
pengusaha yang bertindak sebagai pemberi Tahun 2011-2014
upah, sedangkan di sisi yang lain, buruh
atau pekerja berada pada posisi sebagai
pihak yang diupah. Kedua belah pihak
akan mengharapkan adanya interaksi yang
seimbang diantara keduanya. Namun dalam
realitanya, pemilik modal/pengusaha
selalu menjadi pihak yang lebih dominan,
di mana perhatian utamanya adalah untuk
memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Sementara buruh adalah pihak
yang selalu berada di bawah kendali pemilik
modal. Bahkan, tidak jarang buruh menjadi Sumber: BPS dalam Ritonga, 2014 (diolah)
korban ekploitasi untuk mewujudkan * Rasio Kesempatan Kerja = Jumlah Penduduk (15+) yang
tujuan pemilik modal tersebut. Kondisi ini bekerja /Jumlah Penduduk (15+) x 100%
semakin diperparah dengan adanya fakta
ketidakseimbangan antara jumlah lapangan Kondisi kesempatan kerja rendah tersebut
pekerjaan yang tersedia dengan jumlah menjadi semakin buruk dengan realita
angkatan kerja yang ada. bahwa mayoritas angkatan kerja Indonesia
Data BPS menunjukkan bahwa pada
194
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
berpendidikan rendah (paling tinggi lulusan regional. Kebijakan upah minimum yang telah
SMP/sederajat). Hal inilah yang membuat diterapkan oleh pemerintah juga merupakan
posisi tawar buruh menjadi semakin lemah. persentase dari 2/3 median upah tersebut
Kondisi angkatan kerja Indonesia pada (ILO, 2012). Besarnya upah minimum yang
periode 2011-2015 seperti ditunjukkan dalam ditetapkan pemerintah itupun hanya sebesar
Tabel 1 berikut. 80 persen dari kebutuhan riil buruh. Bahkan,
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam kurun yang pada umumnya buruh diupah dengan
waktu 5 tahun terakhir, tingkat pendidikan ukuran per-jam, namun buruh di Indonesia
angkatan kerja Indonesia didominasi oleh bekerja selama delapan jam dengan menerima
lulusan SD/sederajat. Tahun 2011, tenaga upah yang hanya setara dengan upah satu
kerja berpendidikan rendah mencapai 68,47 jam (Hendrastomo, 2010).
persen dan tenaga kerja berpendidikan
tinggi (setidaknya lulus SMU/sederajat) 3. Minimnya jaminan kesehatan dan
hanya sebanyak 31,53 persen. Tenaga kerja keselamatan kerja.
berpendidikan tinggi mengalami kenaikan UU No. 3 Tahun 1992 tentang
cukup signifikan pada tahun 2015, yaitu Jaminan Sosial Pekerja secara jelas dan tegas
sebesar 37,71 persen dibandingkan tahun mengatur mengenai program jaminan sosial
2011. Kenaikan tertinggi terjadi pada lulusan yang wajib difasilitasi oleh pemberi kerja/
Universitas (S1/S2/S3), yaitu sebesar 3,25 pengusaha bagi buruh/pekerja, meliputi: (a)
persen selama periode tersebut. Tahun 2015, jaminan kesehatan; (b) jaminan kecelakaan
proporsi tenaga kerja berpendidikan rendah kerja; (c) jaminan hari tua; (d) jaminan
masih tetap didominasi oleh lulusan SD/ pensiun; serta (e) jaminan kematian. Namun
sederajat sebesar 27,42 persen. Hal inilah dalam pelaksanaannya masih banyak
yang menjadikan posisi tawar buruh menjadi terjadi pelanggaran oleh pihak pengusaha/
semakin lemah di mata pengusaha. pemberi kerja. Hal ini disebabkan oleh
Posisi tawar buruh yang lemah tersebut, kurangnya kapasitas lembaga inspeksi sistem
menimbulkan kecenderungan pengusaha pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia
untuk bertindak sewenang-wenang. Buruh (ILO, 2012).
hanya dipandang sebagai faktor produksi yang
berfungsi untuk mencapai tujuan pengusaha 4. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja
dalam mencapai keuntungan semaksimal (PHK) secara sepihak oleh pemberi kerja/
mungkin. Adapun bentuk eksploitasi buruh pengusaha.
yang sering dilakukan oleh pemilik modal/ Sistem kerja kontrak jangka pendek
pengusaha antara lain sebagai berikut. dan outsourching merupakan senjata baru
yang digunakan pengusaha yang mengancam
1. Bekerja dengan jam kerja yang berlebihan hak-hak dan perlindungan terhadap
(excessive working time). keberlangsungan kerja buruh (ILO, 2012).
Jam kerja berlebihan adalah jam
kerja yang panjang untuk alasan ekonomi. Bentuk eksploitasi buruh yang terjadi di
Jam kerja maksimal yang diperbolehkan di Indonesia, terutama buruh dengan jam
Indonesia adalah 40 jam per-minggu, sesuai kerja berlebih (excessive working time) atau
dengan UU No. 13 Tahun 2003. Namun saat buruh yang bekerja lebih dari 48 jam dalam
ini, BPS masih menggunakan instrumen seminggu, secara lengkap tersaji dalam Tabel
internasional sebesar 48 jam dalam seminggu 2 berikut.
sebagai ukuran excessive working time (ILO,
2012).
195
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
196
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat yang signifikan terhadap peningkatan upah
Pekerja/Serikat Buruh. Undang-undang anggotanya. Kemudian pada tahun 1950-
ini merupakan yang pertama di Indonesia, an muncul pendapat yang berbeda, di mana
dan mengatur mengenai perlindungan hak Milton Friedman melalui penelitiannya
buruh untuk berserikat serta ketentuan menemukan bukti bahwa serikat buruh tidak
mengenai tata cara mendirikan serikat buruh memiliki dampak langsung yang signifikan
(Simanjuntak, 2002: 9). secara statistik terhadap kenaikan upah
Serikat buruh diharapkan mampu menjadi anggotanya. Hal ini disebabkan oleh serikat
wadah buruh untuk memperjuangkan hak- buruh yang tidak mampu memengaruhi
hak yang sudah seharusnya melekat pada jumlah penawaran tenaga kerja secara
kaum buruh. Melalui keterwakilan buruh langsung, bahkan sebaliknya, serikat buruh
di dalam serikat, diharapkan aspirasi para hanya akan mengambil keuntungan dari
buruh dapat sampai kepada para pengusaha, situasi dan kondisi terjadi. Menjelang akhir
sehingga dapat dilakukan upaya-upaya guna abad ke-20, bahkan muncul sebuah konsensus
mewujudkan peningkatan kesejahteraan yang menyatakan bahwa serikat buruh sama
buruh. Handoko (2000 dalam Wisnuthomo, sekali tidak memiliki dampak dalam bentuk
2014) mengemukakan bahwa kepentingan apapun terhadap besaran tingkat upah
ekonomi merupakan kepentingan utama yang (Bryson, 2014).
selalu diperjuangkan oleh serikat buruh, yaitu Hasil penelitian dalam kurun waktu dua
berupa kenaikan tingkat upah, pengurangan dasawarsa terakhir yang dilakukan di
jam kerja serta perbaikan-perbaikan dalam negara maju maupun negara berkembang
kondisi kerja. Beberapa alasan penting yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
dijadikan sebagai prinsip dasar pembentukan Bryson (2002) melakukan penelitian dengan
serikat buruh menurut International Labour menggunakan matching method, memperoleh
Organization (ILO) adalah sebagai berikut: kesimpulan bahwa pada buruh sektor swasta
(1) serikat pekerja/serikat buruh melindungi di Inggris, serikat pekerja mempunyai
dan memperjuangkan perbaikan upah dampak positif terhadap tingkat upah
dan kondisi kerja; (2) serikat pekerja/ anggotanya sebesar 10%-20%. Bryson (2014)
serikat buruh melindungi pekerja terhadap mengembangkan penelitian menggunakan
ketidakadilan dan diskriminasi; (3) serikat metode yang berbeda, memperoleh
pekerja/serikat buruh memperbaiki kondisi kesimpulan yang mirip, yaitu serikat buruh
kerja dan melindungi lingkungan kerja; (4) mampu meningkatkan upah anggotanya
serikat pekerja/serikat buruh mengupayakan dengan kisaran 10%-15%.
agar manajemen mendengarkan suara pekerja Hasil serupa diperoleh Chrysanthou (2010)
sebelum membuat keputusan; serta (5) serikat yang melakukan penelitian di Amerika
pekerja/serikat buruh mencegah terjadinya Serikat, menggunakan metode Ordinary Least
pemutusan hubungan kerja. Square (OLS) dengan Random Effect Probit
Penelitian tentang serikat buruh beserta Model. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
dampaknya terhadap tingkat upah buruh serikat pekerja memiliki dampak positif
sudah banyak dilakukan di berbagai negara terhadap tingkat upah anggotanya sebesar
dengan menggunakan berbagai macam 17%-19%. Pendapat tersebut didukung oleh
metode analisis. Perdebatan panjang Schmitt dan Woo (2013). Penelitian dengan
mengenai apakah serikat buruh memiliki objek tenaga kerja perempuan di Amerika
dampak secara langsung terhadap tingkat Serikat ini, menyimpulkan bahwa serikat
upah sudah berlangsung sangat lama. Diskusi pekerja mampu memberikan dampak positif
ini dimulai sejak era Adam Smith tahun 1776- terhadap tingkat upah pekerja perempuan
an dan Fleeming Jenkin pada 1868-an, di yang menjadi anggotanya sebesar 12,9 persen.
mana kedua tokoh bidang ekonomi tersebut Wunnava (2012), dengan metode regresi
mengemukakan pendapat bahwa serikat logistik, menemukan bukti bahwa serikat
buruh memiliki dampak secara langsung pekerja mampu meningkatkan probabilitas
197
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
anggota dalam hal memperoleh berbagai besarnya dampak tersebut tidak signifikan
macam tunjangan, antara lain tunjangan secara statistik. Hal senada dikemukakan oleh
kesehatan, asuransi jiwa, tunjangan pensiun Lalonde, et al. (1996), serta DiNardo dan Lee
serta tunjangan bersalin guna meningkatkan (2004) yang telah lebih dahulu menemukan
kesejahteraannya dengan kisaran 1%-3%. bukti bahwa serikat buruh tidak memiliki
Menggunakan metode Regression Discontinuity dampak yang signifikan terhadap tingkat
(RD), Frandsen (2012) memperoleh upah anggotanya.
kesimpulan serupa, yaitu untuk kasus di Dibandingkan dengan penelitian
Amerika Serikat, serikat buruh memberikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki
dampak positif berupa peningkatan batas beberapa perbedaan, antara lain dalam hal
bawah distribusi pendapatan individu lokasi penelitian, periode penelitian, serta
sebesar 30 Log poin. Penelitian Rios-Avila sumber data yang digunakan. Sampai dengan
(2013) menggunakan metode Recentered penelitian ini dilakukan, belum tersedia
Influence Functions Regression memperoleh referensi penelitian dengan tema sejenis untuk
kesimpulan bahwa untuk kawasan Amerika kasus di wilayah Indonesia. Data Indonesian
Latin, serikat pekerja memiliki dampak Family Life Survey (IFLS) juga belum pernah
positif terhadap tingkat upah anggotanya. dimanfaatkan untuk analisis dampak serikat
Hasil yang sama diperoleh Ge (2007) yang buruh terhadap tingkat upah anggotanya.
melakukan penelitian di China, yaitu serikat Adanya perbedaan pendapat berdasarkan
buruh memiliki dampak positif terhadap hasil studi empiris, serta beberapa alasan
tingkat upah, tunjangan, produktivitas tenaga tersebut di atas, menjadi motivasi untuk
kerja, kegiatan perusahaan di bidang riset melakukan penelitian dengan tema “Dampak
dan pengembangan, serta investasi modal Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh
manusia. Akan tetapi di satu pihak, serikat Sektor Swasta di Indonesia”.
buruh memiliki dampak negatif terhadap Berdasarkan perbedaan hasil studi empiris
rasio profitabilitas perusahaan. di beberapa negara maju dan negara
Penelitian lain di China menunjukkan hasil berkembang, serta belum tersedianya
identik. Yao dan Zhong (2010) memperoleh referensi untuk kasus di wilayah Indonesia,
kesimpulan bahwa serikat buruh mampu maka penelitian ini dianggap perlu dilakukan.
meningkatkan upah per-jam sebesar 5,6 Hal ini bertujuan supaya dapat diketahui
persen, mengurangi jumlah jam kerja per- bagaimana sebenarnya dampak serikat buruh
bulan sampai dengan 1,4 persen, serta terhadap tingkat upah anggotanya, terutama
mampu meningkatkan besaran jaminan pada sektor swasta untuk kasus yang terjadi di
pensiun sebesar 12,3 persen. Namun hasil wilayah Indonesia. Penelitian ini digunakan
penelitian Lu, et al. (2010) yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
pada negara yang sama, menunjukkan apakah keanggotaan buruh dalam serikat
bukti yang berbeda. Penelitian dengan buruh mampu memberikan dampak positif
menggunakan metode private enterprise survey terhadap tingkat upah buruh, khususnya
ini memperoleh kesimpulan bahwa serikat bagi buruh yang bekerja pada sektor swasta
buruh memiliki dampak yang signifikan di Indonesia?.
terhadap produktivitas tenaga kerja. Akan Tujuan penelitian ini adalah untuk
tetapi, apabila dikaitkan dengan tingkat upah menganalisis apakah serikat buruh memiliki
buruh dan rasio profitabilitas perusahaan, dampak positif terhadap tingkat upah
maka dampaknya menjadi tidak signifikan anggotanya, khususnya bagi buruh yang
secara statistik. Hasil penelitian Lu, et al. (2010) bekerja pada sektor swasta di wilayah
didukung bukti yang dikemukakan oleh Indonesia. Adapun beberapa manfaat
Cai dan Waddoups (2011), yang melakukan penelitian ini antara lain: (1) sebagai
penelitian di Australia, menemukan bukti tambahan referensi bagi para peneliti yang
bahwa meskipun serikat buruh memiliki akan melakukan penelitian lebih lanjut pada
dampak positif terhadap tingkat upah, namun tema sejenis; (2) memberikan tambahan
198
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
pengetahuan kepada penulis mengenai salah satu pendekatan evaluasi dampak untuk
dampak dari serikat buruh terhadap tingkat membangun kelompok pembanding dengan
upah, khususnya pada buruh sektor swasta menggunakan karakteristik semirip mungkin
di wilayah Indonesia; serta (3) memberikan sesuai kondisi pra-intervesi kelompok
tambahan referensi bagi pembaca mengenai partisipan. Ada beberapa metode pendekatan
dampak serikat buruh terhadap tingkat upah quasi-experiment yang dapat digunakan untuk
buruh, khususnya dampak bagi buruh yang membangun kelompok pembanding yang
bekerja pada sektor swasta di Indonesia. baik, antara lain: (1) propensity score matching;
(2) regression discontinuity; (3) instrumental
METODE PENELITIAN variable; dan (4) difference in differences (White
dan Sabarwal, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Penelitian ini menggunakan pendekatan
dampak keikutsertaan buruh dalam serikat quasi-experiment dengan metode propensity
buruh terhadap tingkat upah yang diterima. score matching (PSM). Metode PSM ini dapat
Gertler, et al. (2011: 37) berpendapat bahwa digunakan ketika intervensi sedang berjalan,
tujuan utama melakukan evaluasi dampak maupun pada saat intervensi/treatment
adalah untuk mengidentifikasi kelompok telah selesai dilakukan. Metode PSM juga
non-partisipan (kelompok pembanding) yang layak digunakan sebagai alat analisis
memiliki karakteristik yang sama dengan evaluasi dampak dari sebuah intervensi,
kelompok partisipan (kelompok treatment) ketika baseline data tidak tersedia (White
pada kondisi pra-intervensi. Masalah utama dan Sabarwal, 2014). Ide dasar metode PSM
dalam melakukan evaluasi dampak adalah adalah memasangkan anggota kelompok
counterfactual, yaitu hilangnya informasi partisipan intervensi (treatment group)
mengenai apa yang akan terjadi pada anggota dengan kelompok pembanding yang tidak
kelompok partisipan apabila intervensi mendapatkan intervensi (kelompok kontrol),
tersebut tidak dilakukan. yang didasarkan pada karakteristik tertentu
Evaluasi dampak hanya dapat dilakukan hasil pengamatan. Setiap anggota kelompok
dengan baik, apabila mampu membangun partisipan akan dipasangkan dengan
informasi counterfactual dengan membentuk anggota kelompok pembanding yang paling
comparison group yang tepat bagi kelompok mendekati nilai probabilitanya. Probabilita
treatment (Khandker, et al., 2010: 22-25). ini disebut dengan “propensity score”.
Comparison group (kelompok kontrol) yang Tujuan metode PSM adalah untuk memilih
baik harus memiliki karakteristik yang mirip karakteristik-karakteristik hasil pengamatan
dengan karakteristik yang dimiliki oleh dari dua kelompok dengan nilai yang sama
kelompok treatment, kecuali pada intervensi atau yang paling mendekati. Hal tersebut akan
yang dilakukan tersebut (Gertler, et al., 2011: menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
38). Pembentukan comparison group, sebagai yang sistematik dalam hal reaksi terhadap
upaya membangun informasi counterfactual intervensi yang dilakukan (Bappenas, 2008:
yang hilang ini dapat dilakukan melalui dua 11).
pendekatan, yaitu: (a) randomize experiment;
dan (b) non-experiment atau quasi-experiment Data
(ADB, 2006: 5). Data yang digunakan dalam penelitian
Randomize experiment adalah pendekatan ini merupakan data sekunder dengan tipe
evaluasi dampak, di mana kelompok treatment pooled cross-section yang bersumber dari
dan kelompok pembanding dipilih secara acak Indonesian Family Life Survey (IFLS). Data
dari populasi yang sama. Dengan demikian, yang digunakan berasal dari dua gelombang
dapat dipastikan bahwa kedua kelompok akan survei, yaitu IFLS gelombang 4 (tahun survei
memiliki karakteristik yang sama, kecuali 2007) dan IFLS gelombang 5 (tahun survei
pada satu hal, yaitu intervensi yang dilakukan 2014).
(White, et al., 2014). Quasi-experiment adalah
199
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
200
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
Tabel 4. lanjutan
Berdasarkan hasil kalkulasi data IFLS, tingkat maka beberapa variabel kontrol digunakan
partisipasi buruh sektor swasta di Indonesia dalam penelitian ini untuk meminimalkan
dalam serikat buruh dapat dikatakan sangat bias hasil estimasi, yang dibangun atas dasar
rendah, karena hanya mencapai 7,66 persen. pertanyaan dalam kuesioner IFLS. Tabel 4
Secara detail disajikan sebagai berikut. menunjukkan deskripsi mengenai variabel
Variabel dependen yang digunakan dalam dan sumber data yang ada pada data IFLS.
penelitian ini adalah upah buruh yang
diterima setiap bulan dari pekerjaan utama.
Sedangkan variabel independen yaitu dummy
keanggotaan buruh dalam serikat buruh/
serikat pekerja. Dalam mengestimasi besarnya
perbedaan tingkat upah, biasanya akan
dipengaruhi oleh perbedaan yang terdapat
dalam hal karakteristik sosial ekonomi, antara
lain tingkat pendidikan, usia, jenis aktivitas
perusahaan/sektor industri, dan wilayah
(Borjas, 2013: 445). Berdasarkan hal tersebut,
201
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
Tabel 4. lanjutan
202
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor
Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
intervensi). Tujuan dari metode ini adalah merupakan simbol untuk kelompok
untuk menemukan kelompok pembanding treatment, akan sama dengan 1 (satu) apabila
terdekat dari sekumpulan sampel non- individu i merupakan anggota serikat
partisipan bagi kelompok partisipan buruh dan akan sama dengan 0 (nol) untuk
(Rosenbaum dan Rubin, 1983). Rosenbaum yang lainnya. Yi adalah potential outcomes
dan Rubin (1983) juga memperkenalkan dari seorang individu i. Y1i adalah potential
asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar outcomes ketika seorang individu i tersebut
PSM dapat menghasilkan balancing score, yaitu merupakan anggota dari serikat buruh, yaitu
Conditional Independent Assumption (CIA) dan hasil dari intervensi atau ketika Di sama
overlap data. dengan 1 (satu). Y0i adalah potential outcomes
Adapun tahapan analisis metode PSM adalah ketika seorang individu i tersebut merupakan
sebagai berikut (Caliendo dan Kopeinig, buruh non-serikat, dan merupakan hasil dari
2005). kelompok pembanding/kontrol atau ketika Di
1. Mengestimasi Propensity Score. sama dengan 0 (nol). Maka, besarnya dampak
Penelitian ini menggunakan model intervensi terhadap seorang individu i dapat
logit, karena sebagian besar peneliti ditulis:
menggunakan model persamaan logit untuk
mengestimasi propensity score, demikian .................................................(3.4)
juga Bryson (2002) sebagai referensi utama
penelitian ini. Spesifikasi model logit yang berdasarkan Persamaan (3.4), terkait masalah
digunakan dalam penelitian ini, mengacu counterfactual, maka menjadi sangat mustahil
pada model yang Bappenas (2008: 30), yaitu: untuk mengestimasi besarnya potential
outcomes pada individu yang sama dalam
.....................................(3.1) kelompok treatment (Y1i) dan kelompok
kontrol (Y0i) secara bersama-sama pada titik
waktu yang bersamaan. Dalam melakukan
estimasi besarnya dampak intervensi
terhadap kelompok treatment, penelitian ini
menggunakan Average Treatment Effect on
the Treated (ATT). ATT ini digunakan untuk
mengestimasi besarnya rata-rata potential
outcomes seorang individu yang mendapatkan
intervensi atau dalam konteks ini adalah
..........................................(3.2) buruh sebagai anggota serikat buruh. ATT
dapat ditulis dengan persamaan:
di mana U adalah dummy variabel interest,
Union, akan sama dengan 1 (satu) jika buruh
merupakan anggota serikat buruh (kelompok
treatment), dan 0 (nol) untuk yang lainnya .........................(3.5)
(kelompok kontrol); serta C adalah variabel
kontrol yang digunakan dalam penelitian
(lihat Lampiran 1). Sementara, potential
outcomes individu i dapat diestimasi dengan ....................................(3.6)
persamaan berikut:
adalah hasil estimasi potential
.....................................(3.3) outcomes ketika seorang buruh menjadi
anggota serikat buruh, dan hal ini dapat
dilakukan. adalah hasil estimasi
203
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
204
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
matching, diijinkan adanya perbedaan, namun digunakan sebagai estimator dampak serikat
setelah matching, kedua kelompok tidak boleh buruh terhadap tingkat upah.
memiliki perbedaan yang signifikan, kecuali
dalam hal intervensi yang dilakukan yang Memilih Matching Algoritm
kemudian akan berdampak pada variabel Metode kernel matching dipilih dalam
outcomes (Caliendo dan Kopeinig, 2005). penelitian ini, karena data kelompok kontrol
(buruh non-serikat) memiliki frekuensi yang
c. Hotelling test (F-test). lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
Hotelling test digunakan untuk treatment (buruh serikat), seperti ditunjukkan
mengukur signifikansi dari semua regressors dalam Tabel 6. berikut.
secara simultan. Kriteria yang digunakan,
yaitu setelah proses matching, nilai prob Tabel 6. Jumlah Buruh Sektor Swasta di Indonesia
> F harus gagal menolak hipotesis null
yang menyatakan “secara rata-rata, kedua
kelompok adalah equal” (Caliendo dan
Kopeinig, 2005).
Tabel 5. Lanjutan
206
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
Tabel 7. Lanjutan
207
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
Tabel 8. Lanjutan
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai p-value kelompok treatment dan kelompok kontrol.
dari beberapa variabel adalah signifikan Dapat disimpulkan bahwa proses matching
berbeda sebelum proses matching. Namun telah dilakukan dengan baik, karena satu-
setelah proses matching menggunakan metode satunya perbedaan yang diperbolehkan
kernel matching, hanya variabel outcome, yaitu hanya pada intervensi yang dilakukan, di
LnWage yang memiliki perbedaan nilai rata- mana pada akhirnya akan berdampak pada
rata signfikan pada level α = 0,05 di antara potential outcomes.
208
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
Tabel 9. Lanjutan
209
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil estimasi rosenbaum bounds. Inti dari rosenbaum bounds
pada semua metode matching adalah adalah bahwa p-value pada gamma = 1 nilainya
signifikan secara statistik, walaupun pada harus sangat dekat dengan hasil estimasi
level yang berbeda. Pada metode nearest propensity score matching yang dihasilkan.
neighbour matching, baik dipasangkan secara Dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai hasil
1:1 (non-replacement) maupun full matching estimasi menggunakan kernel matching adalah
(with replacement) menghasilkan dampak yang sebesar 0,1732 dan hasil dari hedges lehman
signifikan pada level α = 0,10, sedangkan point estimate pada level gamma = 1 adalah
metode radius caliper matching dan kernel sebesar 0,1891 (lihat Tabel 4.8), nilainya cukup
matching menunjukkan signifikansi pada level dekat (tidak berbeda secara signifikan), dan
yang sama, yaitu α = 0,01 dengan nilai estimasikeduanya signifikan pada level α = 0, 05.
dampak yang mirip, sebesar 17 persen. Rosenbaum (2005), hanya memberikan
batasan mengenai sensitivitas hasil penelitian
Evaluasi Hasil Penelitian: Analisis terhadap hidden bias yaitu di mana penelitian
Sensitivitas dinyatakan sangat sensitif terhadap hidden
Hidden bias dapat terjadi ketika individu bias, apabila pada level gamma yang nilainya
dengan karakteristik yang sama, memiliki hanya sedikit lebih besar dari 1, p-value sudah
peluang yang berbeda dalam kesempatan tidak signifikan lagi pada level α = 0,05.
memperoleh intervensi (Rosenbaum, Berdasarkan pendapat Rosenbaum tersebut,
2002). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka hasil penelitian ini dinilai masih sensitif
Rosenbaum (2002) menyarankan dilakukan terhadap hidden bias, karena pada gamma level
analisis sensitivitas menggunakan wilcoxson’s 1,5 (lihat Tabel 4.8) sudah tidak signifikan lagi
signed rank test untuk mendapatkan nilai pada level α = 0,05.
210
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
211
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
BPS. (2016). Perkembangan Upah Minimum DiNardo, J., dan Lee, D. S. (2004). Economic
Regional/Propinsi di Seluruh Indonesia Impacts of New Unionization on Private
(dalam Ribuan Rupiah) 2007, 2008, 2009, Sector Employers: 1984–2001. The Quarterly
2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014. Journal of Economics, Vol. 119, No. 4,
Dipetik September 26, 2016, dari 1383–1441.
https://www.bps.go.id/ Eldy, E., dan Ari Pradhanawati, H. S. (2014).
linkTableDinamis/view/id/917 Pengaruh Upah, Peran Serikat Pekerja
Bryson, A. (2014). Union Wage Effect: What terhadap Kesejahteraan Pekerja Melalui
Are the Economic Implications of Union Unjuk Rasa Pada Sekretariat Pekerja PSP
Wage Bargaining for Workers, Firms, and PT SAI Apparel Industries. Jurnal Ilmu
Society? IZA World of Labor, 1-10. Administrasi Bisnis, Vol. 3, No. 3, 51-60.
Bryson, A., Cappelari, L., dan Lucfora, C. Frandsen, B. R. ( 2012). Why Unions Still
(2003). Why so Unhappy? The Effect of Matter: The Effects of Unionization on
Union Membership on Job Satisfaction. the Distribution of Employee Earnings.
Future of Trade Unions in Modern Britain MIT Economics , 1-45.
, 1-41. Freeman, R. B., dan Kleiner, M. M. (1990).
Bryson, A., Dorsett, R., dan Purdon, S. (2002). The Impact of New Unionization on Wages
The Use of Propensity Score Matching and Working Conditions. Journal of Labor
in The Evaluation of Active Labour Market Economics, Vol. 8, No. 1, Pt. 2, S8-S25.
Policies. Policy Studies Institute and Ge, Y. (2007). What Do Unions Do in China.
National Center for Social Research, 1-52. University of International Business and
Budiarti, I. (2008). Serikat Pekerja (on Strike Economics Working Paper , 1-57.
Unfair Labor Practice). PSI Coordinator Gertler, P. J., Martinez, S., Premand, P.,
Indonesia, 1-13. Rawlings, L. B., dan Vermeersch, C.
Cai, L., dan Waddoups, C. J. (2011). Union M. (2011). Impact Evaluation in Practice.
Wage Effects in Australia: Evidence from Washington DC: The World Bank.
Panel Data. British Journal of Industrial Greenland, S. (1996). Basic Methods for
Relationship, Vol. 49, 279-305. Sensitivity Analysis of Biases. International
Calliendo, M., dan Kopeinig, S. (2005). Some Journal of Epidemiology, Vol. 25, No. 6,
Practical Guidance for the Implementation 1107 - 1116.
of Propensity Score Matching. IZA Grotta, A., dan Belloco, R. (2014,
Discussion Paper, No. 1588, 1-29. November 13). A Review of Propensity
Card, D. (2001). The Effect of Union on Wage Score: Principles, Methods and Application
Inequality in the U.S. Labor Market. in Stata. Italian Stata Users Group
Industrial and Labor Relation Review, Meeting .
Vol. 54, No. 2, 296-315. Gujarati, D. N., dan Porter, D. C. (2012).
Centeno, M., dan Novo, A. A. (2014). The Dasar-Dasar Ekonometrika (5 ed.). (D.
Impact of Unionization on A. Halim, L. Febrina, Penyunt., dan R.C.
Employment and Wages. IZA Discussion Mangunsong, Penerj.) Jakarta: Penerbit
Paper (Preliminary), 1-21. Salemba Empat.
Chrysantou, G. M. (2010). The Impact of Handouyahia, A., Haddad, T., dan Eaton,
Unionization on Employment and Wages. F. (2013). Kernel Matching versus Inverse
Universidad Carlos III De Madrid Working Probability Weighting: A Comparative
Paper, 10-14.
Dehejia, R. H., dan Wahba, S. (2002).
Propensity Score-Matching Methods
for Non-Experimental Causal Studies. The
Review of Economics and Ststistics, Vol.
84, No. 1, 151-161.
212
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
213
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 10 No. 2 ▪ AGUSTUS 2017
Wage Differentials between Union Rios-Avila, F., dan Hirsch, B. T. (2012). Unions,
and Non-Union Workers: An Econometric Wage Gaps, and Wage Dispersion: New
Analysis. Far Eastern Meetings from Evidence from the Americas. IZA Working
Econometric Society, No. 413 . Paper , No. 6757, 1-31.
Mishel, L., dan Walters, M. (2003). How Union Ritonga, R. (2014). Kebutuhan Data
Help All Workers. Economic Policy Ketenagakerjaan Untuk Pembangunan
Institute Briefing Paper, No. 202/775-8810 Berkelanjutan. Direktorat Statistik
, 1-18. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Sensitivity Analysis for Matching Badan Pusat Statistik .
Estimator. The Stata Journal , Vol. 7, No. Rosenbaum, P. R. (2005). Sensitivity Analysis
3, 334 - 350. in Observational Studies. Ensyclopedia of
Nardo, J. D., dan Lee, D. S. (2004). Economic Statistical in Behavioral Science , Vol. 4,
Impacts of New Unionization on Private 1809-1814.
Sector Employers: 1984–2001. The Quarterly Rosenbaum, P. R., dan Rubin, D. B. (1983,
Journal of Economics, Vol. 119, No. 4 , April). The Central Role of the Propensity
1383–1441. Score in Observational Studies for Causal
Neumark, D., dan Wachter, M. L. (1992). Effects. Biometrica , Vol. 70, No. 1, 41-55.
Union Threat Effects and Nonunion Sawal, H., dan Sabarwal, S. (2014, September).
Industry Wage Differentials. NBED Quasi-Experimental Design and Methods.
Working Paper, No.4046 , 1-32. Methodological Briefs Impact Evaluation ,
Pan, W., dan Bai, H. (2015). Propensity Score No. 8, 1-13.
Analysis : Concepts and Issues. Dalam W. Nannicini, T. (2007). A Simulation-Based
Pan, dan H. Bai, Propensity Score Analysis Schmitt, J., dan Woo, N. (2013). Women
: Fundamental and Developments (hal. Workers and Unions. Center For Economic
3-20). New York: The Gulford Press. And Policy Research (CEPR) , 1-4.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Schultz, T. P. (1997). Labor Unions and the
Indonesia No. 1 Tahun 1990 Tentang Distribution of Wages and Employment
Perubahan Peraturan Menteri Tenaga Kerja in South Africa. Economic Growth Center,
Republik Indonesia No. 5 Tahun 1989 Center Discussion Paper, No. 776 , 1-46.
tentang Upah Minimum. (1990). Setiawan, E. (2012-2016, versi 1.9). Badan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Indonesia Nomor: PER-01/MEN/1999 Kemendikbud (Pusat Bahasa). Dipetik
Tentang Upah Minimum. (2000, Oktober September 26, 2016, dari Kamus Besar
5). Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi
Pujiastuti, D. (2010). Peranan Serikat online/daring (dalam jaringan): http://
Pekerja Dalam Menciptakan Hubungan kbbi.web.id/buruh
Industrial Yang Harmonis di PT. Air Mancur Sherk, J. (2009). What Unions Do: How Labor
Karanganyar Tahun 2008. Skripsi. Unions Affect Jobs and the Economy. The
Surakarta: FKIP - Universitas Sebelas Backgrounder , No. 2775, 1-17.
Maret (tidak dipublikasikan). Sianesi, B. (2001). Implementing Propensity
Rios-Avila, F. (2013). Essays on Unions, Score Matching Estimator with Stata. UK
Wages and Performance: Evidance from Stata User Group, VII Meeting , London:
Latin America. Departement of Economics University of College London and Institute
Georgia State University: Economics for Fiscal Studies.
Dissertations , 1-155. Simanjuntak, P. J. (2003). Manajemen
Rios-Avila, F. (2014). Unions and Economic Hubungan Industrial. Jakarta: Pustaka
Performance in Developing Countries: Sinar Harapan.
Case Studies from Latin America . Levi
Economics Institute of Bard Collage
Working Paper , No. 787, ISSN 1547-366X,
1-47 .
214
Dampak Serikat Buruh Terhadap Tingkat Upah Buruh Sektor Swasta [Septyono Kurniawan, Eny Sulistyaningrum]
215