Disusun Oleh :
Salza Azen Ul Haque
H3A019014
Pembimbing :
dr. Dina Permatasari, Sp. THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Usia : 61 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Semarang
No CM : 34-15-XX
Masuk Poli Klinik : 16 Maret 2021
TempatPemeriksaan : Poli THT RS Tugurejo Semarang
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
Telinga kiri berdenging
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Tugurejo Semarang
dengan keluhan telinga kiri berdenging sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya pasien mengabaikan keluhan namun lama-lama dirasa
mengganggu, suara denging seperti bunyi “ngiiiiing” dan hilang timbul,
saat muncul bisa sebentar sampai beberapa menit, pasien juga
mengeluhkan penurunan pendengaran di kedua telinga beberapa tahun
kebelakang. Nyeri telinga disangkal, keluar cairan dari telinga
disangkal, riwayat pengobatan telinga atau lainnya disangkal, pusing
berputar disangkal, riwayat bepergian dengan pesawat dan riwayat
berenang pun disangkal. Riwayat pekerjaan dengan intensitas suara
tinggi juga disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit yang sama pada telinga : disangkal
b. Riwayatpenyakit hidung : disangkal
c. Riwayat penyakit tenggorokan : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
f. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
g. Riwayat penyakit paru : disangkal
h. Riwayat operasi : disangkal
i. Riwayat trauma : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat sakit serupa : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat Pribadi dan Lingkungan
Pasien memiliki kebiasaan mengorek telinga, kebiasaan saat
berenang tidak memakai penutup telinga, dikeluarga tidak ada yang
memiliki kebiasaan merokok.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berobat menggunakan biaya BPJS.
g. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Status Gizi : BB : 60 kg
TB : 157 cm
IMT : 22,86 (normal)
Vital Sign : TD : 110/80mmhg
N : 80 kali/menit,
RR : 21 kali/menit,
T : 36,5 °C
Kulit : Sawo matang
Kepala : Mesosefal
Wajah : Simetris
Mata : Refleks pupil (+/+), pupil BCR (bulat, central,
regular), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : Sesuai status lokalis
Leher : Pembesaran kelenjar limfe submandibula (-/-),
nyeri tekan kelenjar limfe submandibula (-/-),
pembesaran kelenjar limfe servikal (-/-),
pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal, akral hangat
Status Lokalis
Telinga:
Gambar:
Bagian
Telinga kanan Telinga kiri
Telinga
Deformitas (-), hiperemis (-), Deformitas (-), hiperemis (-),
Aurikula edema (-), nyeri tarik aurikula edema (-),nyeri tarik aurikula
(-) (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Daerah
fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
preaurikula
tekan tragus (-) tekan tragus (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Daerah fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
retroaurikula tekan(-), nyeri ketok mastoid tekan (-), nyeri ketok mastoid
(-) (-)
Canalis Serumen (-), krusta (-), Serumen (-), krusta (-), edema
acusticus edema (-), hiperemis (-), (-), hiperemis (-), furunkel (-),
eksternus furunkel (-), sekret (-) sekret (-)
Perforasi (-), retraksi (-), Perforasi (-), retraksi (+),
Membran bulging (-), granulasi (-), bulging (-), granulasi (-), cone
timpani cone of light (+) posisi jam 7, of light (+) posisi jam 5,
injeksi (-), injeksi (-)
Hidung:
Gambar :
Tenggorokan:
Gambar :
Bagian Keterangan
Mukosa bukal hiperemis (-), massa (-)
Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)
Palatum durum dan
Hiperemis (-), massa (-)
palatu mole
Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-),
Mukosa faring
ulkus (-)
Tonsil Hiperemis (-), ukuran T1-T1, permukaan rata
h. Pemeriksaan Penunjang
Audiometri
i. Diagnosis banding
1. Tinnitus e.c suspect otitis media stadium oklusi tuba
2. Prebiakusis
3. Meniere disease
j. Diagnosa kerja
Tinnitus e.c suspect otitis media stadium oklusi tuba
k. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
HCl efedrin 1% drops 4 gtt 2
Ciprofloxacin tab 500 mg 2 dd tab 1
b. Non medikamentosa
Hindari mengorek telinga
Hindari suara keras
Edukasi efek samping dekongestan (jantung berdebar)
Diminta kembali apabila tidak terdapat perbaikan
l. Prognosis
1. Ad vitam : Dubia ad Bonam
2. Ad functionam : Dubia ad Bonam
3. Ad sanationam : Dubiaad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TELINGA
B. FISIOLOGI
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar
yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1,3
Gambar 3. Fisiologi Pendengaran
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit
sehingga menyumbat saluran folikel.
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus)
dan staphylococci. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis eksterna
adalah pH liang telinga, udara, trauma, dan berenang.
Gejala klinis dapat berupa rasa penuh pada telinga, gatal, rasa sakit, dan
kurang pendengaran. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit MAE edema dan
hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan sekret pada CAE. Jika
terjadi edema CAE yang hebat, membran timpani dapat tidak tampak, nyeri tekan
tragus (+), nyeri tarik auricula (+), bisa juga didaptkan adenopati regional yang
nyeri tekan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan TelingaHidungTenggorokKepalaLeher. Jakarta: FK UI. 2008.
2. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of
Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993.
3. Adams G, Boies L, Higler P. BoiesBuku Ajar Penyakit THT. Jakarta:
EGC.1997.
4. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton
& Lange. 1995.
5. Abdullah F. Uji Banding
KlinisPemakaianLarutanBurruwiSaringDenganSalepIchtyol (Ichtammol) Pada
Otitis EksternaAkut. Di akses di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf. Pada
tanggal 2 Februari 2021
6. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference.
Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.
7. Stoppler M. Swimmer’s Ear Infection. Di akses:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm Pada Tanggal 2
Februari 2021