APS - Muhammad Zulfa (18210109)
APS - Muhammad Zulfa (18210109)
Nama Penyusun :
FAKULTAS SYARI’AH
2021
A. INFORMASI BUKU
Judul Buku : Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi Di Pengadilan
Penulis : Dr. Abdurrahman konoras, S.H., M,H.
Penerbit : PT RajaGrafido Persada
Cetakan : Cetakan ke-1, September 2017
Jumlah halaman : 125
B. DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengertian Mediasi..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
C. RESENSI
Istilah “hukum’ dalam bahasa Inggris disebut “law” dalam bahasa Belanda disebut
“recht” dalam bahasa Perancis disebut ”droit”, istilah “hukum” sebenarnya merupakan istilah
bahasa Arab “hukm” kata jamaknya “ahkam”. Hands Wehr mengartikannya sebagai putusan
(jundgement, verdice, decision), ketetapan (provision), perintah (command), pemerintah
(government) dan kekuasaan (authority). Menurut istilah hukum adalah himpunan peraturan-
peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
Dalam buku ini penulis juga menjelaskan pengertian dari sengketa, sengketa di sini
adalah suatu pertikaian atau perselisihan yang dapat berkembang menjadi suatu konflik baik
yang terjadi antara warga masyarakat seperti konflik antar tetangga (konflik vertikal) maupun
konflik antara warga masyarakat dengan penegak hukum atau (konflik horizontal). Pada
dasarnya berkembang di luar pengadilan. Sengketa, perselisihan, pertikaian, atau konflik
semacam ini belum sampai ke ranah pengadilan karena terjadi dan/atau berlangsung sebelum
diajukannya gugatan ke pengadilan.
Menurut Sarwono, Suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat agar dapat diterima
oleh pengadilan haruslah mempunyai alasan-alasan yang kuat, yang mana salah satu alasan
yang harus dipenuhi adalah adanya pelanggaran hak dan telah merugikan penggugat. Apabila
dalam gugatan yang diajukan oleh penggugat ke pengadilan tidak mempunyai alasan-alasan
yang kuat tentang terjadinya peristiwa, maka dalam persidangan akan berakibat dinyatakan
tidak dikabulkan oleh hakim yang memeriksa perkaranya. Gugatan harus memiliki alasan-
alasan yang kuat dan jelas karena dapat dipenuhinya syarat-syarat tersebut akan memudahkan
rangkaian proses dan prosedur beracara di pengadilan lebih lanjut. Gugatan terhadap
pelanggaran hak seseorang yang menimbulkan kerugian kepada yang bersangkutan,
mendapatkan gugatan perkara perdata di pengadilan memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dari perkara yang bersifat permohonan yang hanya ada satu pihak saja. M. Yahya
Harahap, menjelaskan, putusan yang berisi pertimbangan dan diktum penyelesaian
permohonan dituangkan dalam bentuk penetapan. Tentu ini membedakan penyelesaian yang
dijatuhkan pengadilan dalam gugatan contentiosa. Dalam gugatan perdata yang bersifat
partai, penyelesaian yang dijatuhkan bentuk keputusan atau vonis (award).
Dosen Pengampu
Hj. Erik Sabti Rahmawati, M.A., M.Ag.
NIP. 19751108 200901 2 003