Metode Kep Profesional
Metode Kep Profesional
LITERATURE REVIEW
OLEH
KOMANG MENIK SRI KRISNAWATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karuniaNya karya ini yang berupa kajian beberapa literatur tentang empat pilar
metode asuhan keperawatan profesional berhasil disusun.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungannya selama
penyusunan dan pengajuan karya ini kepada para Pimpinan mulai dari Bapak
Rektor Universitas Udayana, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Kepala Program studi Ilmu Keperawatan, kepada Kepala Perpustakaan di
lingkungan FK Universitas Udayana, serta para dosen dan staff di PSIK FK
Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu
kritik dan saran membangun diharapkan dapat menjadi perbaikan untuk karya ini
selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini
dapat membantu membangun dunia keperawatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Konsep MPKP………………………………………………... 1
Tujuan MPKP ………………………………………………….... 1
Karakteristik MPKP..............…………………………………………... 4
Tingkatan MPKP……………… ……………………………..................... 15
Kegiatan dalam MPKP…………………………………………..………... 17
DAFTAR PUSTAKA
1
CCM diharapkan akan menjadi peran Ners spesialis pada masa yang akan
datang.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
4
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap
awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim. Rencana bulanan yang dibuat oleh kepala ruangan
adalah melakukan evaluasi hasil keempat pilar MPKP pada akhir bulan dan
berdasarkan evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak
lanjut untuk meningkatkan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana
bulanan kepala ruangan adalah membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan untuk
kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal petugas untuk
terapi aktivitas kelompok (TAK), membuat jadwal dan memimpin rapat tim
kesehatan, membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim serta
perawat pelaksana, melakukan audit dokumentasi dan membuat laporan
bulanan. Sedangkan rencana bulanan yang dilakukan ketua tim adalah
melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh tim
nya. Kegiatan rencana bulanan ketua tim meliputi mempresentasikan kasus
dalam case conference, memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
serta melakukan supervisi perawat pelaksana.
3) Rencana Jangka Panjang
Rencana tahunan hanya dilakukan oleh kepala ruangan yaitu dengan
melakukan evaluasi kegiatan di dalam ruangan MPKP selama satu tahun dan
menjadikannya acuan rencana tindak lanjut dan penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan yang dilakukan oleh kepala ruangan
MPKP adalah membuat laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP
baik proses kegiatan empat pilar MPKP serta evaluasi mutu pelayanan,
melaksanakan rotasi tim, melakukan pembinaan terkait dengan materi MPKP
khusus kegiatan yang memiliki pencapaian rendah dan hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkan
dimasa mendatang. Hal lain yang dilakukan adalah kepala ruangan melakukan
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karier perawat, rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan
membuat jadwal perawat untuk mengikuti pelatihan. Perencanaan jangka
panjang juga membahas ketenagaan yang dibutuhkan di ruang MPKP.
Perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi pasien berdasarkan
tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan
kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan.
Untuk itu diperlukan kontribusi dari manajer keperawatan dalam menganalisis
dan merencanakan.Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah
menetapkan standar praktik keperawatan yang dikembangkan berdasarkan
standar praktik yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ANA
(PPNI, 2012). Standar praktik keperawatan yang ditetapkan yaitu :
Standar I : perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.
Standar II : perawat menetapkan diagnosa keperawatan.
Standar III : perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap
klien.
Standar IV : perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang
Standar V : berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang
diharapkan
perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan.
8
untuk menunjukkan adanya pembagian kerja. Selain itu struktur organisasi dibuat
guna menunjukkan spesialisasi pekerjaan di dalam ruangan MPKP.
1) Metode Penugasan
a) Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok pasien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif (Douglas, 1984 dalam Sitorus, 2011). Metode ini digunakan
bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya. Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional,
teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihan :Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar
tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan pada anggota
tim.Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep Metode Tim menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim
harus berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan teknik
kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang.
Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim.
b) Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
c) Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnose
keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
d) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
e) Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien baru.
f) Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan pasien
sejak masuk sampai pulang.
b) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.
c) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya.
d) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
e) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim.
f) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan
keperawatan.
g) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
10
b) Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014), metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama perawat primer yang
12
Perawat Primer
Pasien/pasien
sebagai ketua tim tidak masuk tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh
perawat professional lainnya. Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota untuk
bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.
Kepala Ruang
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
saat menjalankan dinas pada setiap jadwal jaga. Daftar pasien adalah daftar
nama sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam.
Setiap pasien dalam ruangan MPKP memiliki perawat pada setiap jadwal
dinas yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut selama dirawat,
sehingga terwujud perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga
memberikan informasi kepada kolega kesehatan lain dan keluarga agar dapat
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien
diruangan diisi oleh ketua tim yang bersangkutan sebelum operan dinas pagi
ke dinas sore. Alokasi pasien terhadap perawat yang berdinas pagi, sore atau
malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.
c. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam
ruangan MPKP yaitu menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi
efektif pada operan antar jadwal dinas, preconference dan postconference,
manajemen konflik, supervisi serta pendelegasian. Di dalam ruangan MPKP
penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam
tim untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
b. Melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap
pergantian dinas. Hal ini bertujuan agar timbul kesadaran diri dan dorongan
spiritual.
c. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil
dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan
semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat
hubungan.
d. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.
e. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
Seperti dalam semua organisasi, maka komunikasi juga berperan penting dalam
penerapan MPKP di dalam ruangan perawatan. Komunikasi yang tidak akan akan
membawa dampak yang tidak baik pula untuk kelangsungan organisasi dalam
mencapai tujuan. Komunikasi adalah tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat
dan saran yang terjadi antar dua manusia atau lebih yang bekerja sama. Terdapat
beberapa bentuk komunikasi di dalam ruangan MPKP yaitu operan,
preconference dan postconference.
1. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada
16
ketua tim (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan
lisan. Manfaat timbang terima yaitu:
Bagi perawat
Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
Perawat dapat mengikuti perkerbangan pasien secara paripurna.
Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap (Nursalam, 2014).
Tabel 2.2. Prosedur Timbang Terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap 5 menit Nurse Ketua Tim dan
pergantian shift Station Perawat
2. Prinsip operan, terutama pada Asosiate
semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan operan
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum atau
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut.
3. Ketua Tim menyampaikan
operan pada Ketua Tim
berikutnya mengenai hal yang
perlu disampaikan dalam operan
meliputi:
a. Jumlah pasien
b. Identitas pasien dan diagnosa
medis
c. Data (keluhan/subjektif dan
objektif)
d. Masalah keperawatan yang
masih muncul
e. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum)
f. Intervensi kolaborasi dan
dependen
g. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
lain-lain)
Pelaksana 1. Kedua kelompok dinas sudah 20 menit Nurse Kepala
an siap (shift jaga). Station Ruangan,
2. Kelompok yang akan bertugas Ketua Tim,
17
PASIEN
TINDAKAN
PERKEMBANGAN/KEADAAN PASIEN
2. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah suatu cara atau standar untuk berkomunikasi yang
MASALAH:
1. TERATASI
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien karena membantu individu
2. BELUM TERATASI
berkomunikasi satu3.sama lain untuk mencapai satu tujuan atau harapan (OHio
TERATASI SEBAGIAN
Medicare, 2009). Komunikasi
4. MUNCUL SBARMASALAH adalah
BARU suatu strategi komunikasi yang
dipakai oleh tim pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun
menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat agar pesan yang
Gambar
diberikan dapat diterima 2.4. Alur
dengan baikOperan Pasien 2000). Komunikasi SBAR
(Yasminah,
dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang rawat maupun
melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain seperti tim gizi,
radiologi, laboratorium dan lain sebagainya (Tim KP-RS RSUP Sanglah,
2011).
Menurut Yasminah (2000),pembagian komunikasi SBAR adalah memuat
informasi pasien tentang Situation,Background, Assessment dan
Recommendation. Adapun penjelasan dari masing–masing bagian tersebut
adalah:
a) Situation
Adalah situasi yang menggambarkan kondisi pasien sehingga perlu
dilaporkan dan disini juga mengandung informasi tentang identitas pasien,
masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis. Misalnya: nama lengkap,
umur, jenis kelamin, alamat, keluhan sesak dan gelisah, diagnosa asma berat
dan lain lain.
b) Background
19
Kepala Bidang
Keperawatan
Kepala Seksi
Keperawatan
Kepala Instalasi
Rawat Inap
PRA Menetapkan kegiatan dan tujuan serta Supervisi
instrumen/alat ukur
Kepala Ruangan
Langkah Supervisi
1) Pra Supervisi
Menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
Menetapkan tujuan.
2) Pelaksanaan Supervisi
Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen
yang telah disiapkan.
Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
Supervisor memanggil Ketua Tim dan AN untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi permasalahan.
Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
3) Pasca Supervisi
Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
Teknik Supervisi
1) Proses Supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu:
Mengacu pada standar asuhan keperawatan
Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapain.
Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kulitas
asuhan keperawatan
2) Area Supervisi
Secara aplikasi area supervisi keperawatan meliputi:
Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
Pendokumentasian asuhan keperawatan
Pendidikan kesehatan melalui Perencanaan Pulang
Pengelolaan logistik dan obat.
Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan pasien
Pelaksanaan timbang terima.
Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung
dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik dan perbaikan.
2) Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan nelalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.
4. Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan perawat
pelaksana yang dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan MPKP
melakukan operan. Preconference membahas tentang rencana kegiatan
perawat dalam jadwaldinas tersebut termasuk didalamnya adalah rencana
masing-masing perawat (rencana harian) dan rencana tambahan dari ketua tim.
22
5. Postconference
Poscofrenceadalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana yang
membahas hasil-hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan sebelum
dilakukannya operan kepada jadwal dinas berikutnya. Dalam postconference
dibicarakan juga hasil dari asuhan keperawatan dari masing-masing perawat
pelaksana dan hal-hal penting apa yang akan disampaikan pada saat operan
sebagai tindak lanjut asuhan keperawatan.
6. Manajemen konflik
Dalam sebuah organisasi, konflik sangat mungkin terjadi antar individu yang
bekerja di suatu tempat yang sama. Konflik ini terjadi karena sekumpulan
orang memiliki latar belakang, sifat, karakter dan cara pandang yang berbeda.
Ruangan MPKP pun tidak terbebas dari konflik karena alasan-alasan tersebut.
Penangananan konflik dapat berupa melakukan kompetisi atau bersaing,
berkolaborasi, menghindar, akomodasi atau berkompromi. Tetapi
penyelesaian konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan kolaborasi,
karena cara ini dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang
mengalami konflik. Pihak yang sedang mengalami konflik didorong untuk
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari atau
menemukan persamaan kepentingan sehingga tidak ada salah satu pihakpun
yang merasa dirugikan.
7. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Pendelegasian
sangat diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan organisasi. Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam
bentuk pendelegasian kepala ruangan kepada perawat primer atau ketua tim,
dan perawat primer atau ketua tim kepada perawat pelaksana atau perawat
asosiet. Mekanisme pendelegasian ini adalah pelimpahan tugas dan
wewenang, dan dilakukan secara berjenjang. Dalam penerapannya,
pendelegasian terbagi atas pendelegasian terencana dan pendelegasian
insidental (sewaktu-waktu). Pendelegasian terencana adalah pendelegasian
yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang
diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian insidental terjadi jika
salah satu personel dalam ruangan MPKP berhalangan hadir. Beberapa prinsip
yang dilakukan di dalam ruangan MPKP untuk pendelegasian adalah sebagai
berikut :
Pada pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas dan uraian tugas harus jelas dan terinci baik secara verbal
maupun tulisan.
1) Personil yang menerima pendelegasian tugas harus personil yang memiliki
kompetensi dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
2) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib mamantau pelaksanaan tugas
dan bersedia menjadi rujukan jika ditemukan adanya kesulitan dalam
pelaksanaannya.
3) Setelah pendelegasian selesai, maka dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan beserta hasilnya.
5. Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan
23
obat yang sering menyebabkan KTD atau kejadian sentinel. Obat yang
perlu diwaspadai: (a) NORUM (nama obat mirip)/LASA (look alike soung
alike); (b) Elektrolit konsentrat, kesalahan bisa terjadi secara tidak sengaja,
bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan sebelum ditugaskan,
pada keadaan keadaan gawat darurat.
Untuk obat elektrolit konsentrat maka : (a) Standarisasi dosis, unit ukuran,
dan terminologi adalah elemen penting dari penggunaan yang aman; (b)
Campuran larutan elektrolit harus dihindari (misalnya natrium klorida
dengan kalium klorida). Upaya ini memerlukan perhatian khusus, keahlian
yang sesuai antar-profesional kolaborasi, proses verifikasi, dan fungsi
yang akan memastikan penggunaan yang aman.
Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
4) Kepastian tempat lokasi dan tempat prosedur
Sasaran ini menekankan adanya komunikasi yang efektif/tidak adekuat
antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site Marking), tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi, assesment pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medik tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka
antar anggota tim bedah, resep yang tidak terbaca (illegible handwriting),
pemakaian singkatan.
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan. PPI (Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi) merupakan tantangan terbesar dalam pelayanan kesehatan, karena
adanya peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan, keprihatinan besar bagi pasien maupun para professional
pelayanan kesehatan.Pokok-pokok PPI: cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat sesuai pedoman hand hygiene dari WHO. Rumah sakit mempunyai
proses kolabortif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang sudah
diterima secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
f) Pengurangan resiko pasien jatuh.
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai
atau ke tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat maupun saat
pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsy,
seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas (Depkes RI, 2008).
Pasien yang berisiko jatuh adalah pasien yang dikategorikan mempunyai
satu atau lebih faktor risiko jatuh pada saat pengkajian keperawatan,
diantaranya pengkajian faktor risiko intrinsik meliputi karakteristik pasien
dan fungsi fisik umum, diagnosis/perubahan fisik, medikasi dan interaksi
obat, dan kondisi mental/penggunaan alkohol. sedangkan pengkajian
faktor risiko ekstrinsik meliputi karakteristik lingkungan yang dapat
membahayakan pasien.
25
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
- Informed consent
- Hasil Pengkajian/Validasi Data
Tahap Pelaksanaan
diNurse Station
- Apa diagnosis keperawatan?
Penyajian Masalah - Apa data yang mendukung?
- Bagaimana intervensi yang sudah
Tahap Pelaksanaan dilakukan?
- Apa hambatan yang ditemukan?
Validasi Data
29
di Kamar Pasien
Pasca Ronde
a. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata,
dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga
jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Fisbach, 1991 dalam Priadi, 2010). Tujuan Dokumentasi
Keperawatan (Potter, 2006 dalam Priadi 2010)
a) Alat komunikasi anggota tim
b) Biling keuangan
c) Bahan pendidikan
d) Sumber data dalam menyusun NCP
e) Audit keperawatan
f) Dokumen yang legal
g) Informasi statistik
h) Bahan penelitian
Prinsip-prinsip dokumentasi Keperawatan (Carpenito, 1991 dalam Priadi 2010)
a) Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,
demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.
b) Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien/keluarganya tentang
informasi/data yang penting tentang keadaannya.
c) Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat.
d) Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam
hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat
merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
e) Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien
terhadap bimbingan perawat.
f) Harus dihindari dokumentasi yang baku sebab sifat individu/pasien adalah
unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g) Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan
yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat.
h) Data harus ditulis secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pensil agar tidak mudah dihapus.
i) Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret
dan diganti dengan yang benar kemudian ditandatangani.
j) Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan
nama jelas penulis.
k) Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain
sebelum menulis data terakhir.
l) Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap
Proses Dokumentasi Keperawatan
a) Pengkajian
b) Diagnosa Keperawatan
c) Perencanaan/intervensi
d) Pelaksanaan/implementasi
e) Evaluasi
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR (Sources Oriented
Record) yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada lima komponen
31
Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada parawat dengan
menerima lembar serah terima.
Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan dalam kartu kontol obat dan diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat, kemudian pasien dan
keluarga mendapat penjelasan tentang kapan/bilamana obat tersebut
akan habis.
Pasien atau keluarga selanjutnya mendapat kartu kontrol obat.
Obat yang telah diserahkan selanjutunya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2014).
4) Pembagian obat dan penyimpanan persediaan obat
Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disiapkan untuk diberikan
pada pasien.
Obat yang telah disiapkan selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter.
Pada saat memberikan obat terlebih dahulu perawat menginformasikan
kepada pasien tentang macam, kegunaan obat, jumlah obat yang
diberikan dan efek samping. Usahakan tempat obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi/disuntikan.
Mencatat kembali dalam buku/lembar pemberian obat setelah obat
diberikan kepada pasien.
Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
obat masuk. Obat yang hampir habis akan diinformasikan pada
keluarga dan kemudian akan dimintai resep (jika masih diperlukan)
kepada dokter penanggung jawab pasien.
Lemari obat selalu diperiksa dengan keamanan mekanisme kunci,
penempatan obat dipisahkan antara obat oral (untuk diminum) maupun
obat injeksi maupun obat luar (Nursalam, 2014).
5) Penambahan obat baru
Bilamana tedapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku / lembar pemberian obat.
Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada pemberian obat dan kemudian
diinfomasikan pada keluarga (Nursalam, 2014).
Dokter
Pendekatan oleh perawat
Pasien/keluarga
Farmasi/apotek
Pasien/keluarga
Surat persetujuan sentralisasi obat
dari perawat
PN/perawat yang menerima Lembar serah terima obat
Buku serah terima/masuk obat
Pengaturan dan pengelolaan oleh
perawat
Pasien/keluarga
33
dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak
terapeutik.
Standar Pelayanan Keperawatan merupakan standar dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien sesuai dengan penyakit pasien. Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) berdasarkan kelompok penyakit: SAK bedah, SAK
interna, SAK Anak, SAK kegawatan dan lain-lain. Masing-masing kelompok
SAK akan dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada di suatu ruangan.
Standar administrasi merupakan standar yang berisikan kebijakan-kebijakan
dari suatu rumah sakit.
36
DAFTAR PUSTAKA
Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis:
Mosby.
Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd ed.
Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia:
W.B. Saunder Company.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management
functions in nursing: Theory and application. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan : Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter , P.A., & Perry, A.G., (2005). Fundamental of nursing : Concepts, process
& practice, 4nd ed., Vol. 1. St. Louis: Mosby.
Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit:
Penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di
ruang rawat. Jakarta: EGC.
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses: an
interactive text. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan
untuk perawat klinis terjemahan. Alih bahasa Suharyati Samba, editor
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Sullivan, E.J. dan Phillip J.D. (2005). Effective leadership and management in
nursing. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Tomey, A. M. (2009). Nursing management and leadership, 8th ed. St. Louis:
Mosby.