Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan


murni (pure science) sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi
kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti
sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial,
dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial.

Yang ada dalam masyarakat untuk mengungkapkan realitas sosial


sosiologi dituntut untuk mengungkapkan realitas sosial sosiologi dituntut
untuk tanggap terhadap isu globalisasi yang didalamnya mencakup
demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi, penegakan HAM, good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik), emansipasi, kerukunan
hidup bermasyarakat, dan masyarakat demokratis.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih makalah ini dengan


judul “Proses Sosial dan Interaksi Sosial”.

B. Tujuan

Dalam melaksanakan dan menyelesaikan makalah sosiologi maka,


kami berharap untuk dapat :

a. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti mata kuliah


sosiologi di STKIP PGRI Pontianak.

b. Memperoleh keterampilan dari hasil penyusunan makalah yang telah


diselesaikan.

c. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang sosiologi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ineraksi Sosial


Interaksi sosial merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan
oleh manusia. Yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah kontak yang
dilakukan oleh manusia dengan manusia yang lainnya baik secara
langsung maupun tidak langsung, baik melalui media maupun tidak.
Contoh interaksi sosial adalah ketika kita mengobrol maupun sekedar
bertelfonan. Chatting juga termasuk salah satu contoh interaksi
sosial.Dalam kehidupan sehari- hari, interaksi sosial diperngaruhi oleh
berbagai macam faktor baik langsung maupun tidak langsung.
B. Jenis – jenis situasi social
1. Kerja sama
Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya
terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama
dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-
masing. Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah satu proses sosial
yang paling dasar. Biasanya, kerja sama melibatkan pembagian tugas,
dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan
tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.
Menurut Charles Horton Cooley,kerja sama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut melalui kerja sama; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. Pada dasarnya
kerja sama dapat terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang dapat
memperoleh keuntungan atau manfaat dari orang atau kelompok lainnya;

2
demikian pula sebaliknya. Kedua belah pihak yang mengadakan hubungan
sosial masing-masing menganggap kerja sama merupakan suatu aktivitas
yang lebih banyak mendatangkan keuntungan daripada bekerja sendiri.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, dalam buku sosiologi suatu
pengantar karangan Soerjono Soekanto, ada tiga bentuk kerja sama, yaitu :

a. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-


barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
b. Co-optation, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
c. Coalition, adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama. Coalition dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu, oleh karena dua organisasi atau
lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda-beda satu
dengan lainnya. Akan tetapi maksud utamanya adalah untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.

2. Persaingan
Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai
sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu bisa berbentuk harta
benda atau popularitas tertentu. Persaingan biasanya bersifat individu,
apabila hasil dari persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi
kepentingan pribadi. Akan tetapi apabila hasilnya dianggap tidak
mencukup bagi seseorang, maka persaingan bisa terjadi antar kelompok,
yaitu antara satu kelompok kerja sama dengan kelompok kerja sama yang
lainnya. Dengan kata lain, bahwa terjadinya persaingan oleh karena ada
perasaan atau anggapan seseorang bahwa ia akan lebih beruntung jika
tidak bekerja sama dengan orang lain; orang lain dianggap dapat
memperkecil hasil suatu kerja. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi

3
duamacam, yaitu persaingan pribadi dan persaingan kelompok. Persaingan
pribadi adalah persaingan kelompok. Persainganpribadi adalah persaingan
yang berlangsung antara individu dengan individu atau individu dengan
kelompok adalah persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan
kelompok. Menurut Soedjono Dirdjosisworo, persaingan merupakan suatu
kegiatan yang merupakan perjuangan sosial untuk mencapai tujuan,
dengan bersaing terhadap yang lain, namun secara damai atau setidak-
tidaknya tidak saling menjatuhkan.
Bentuk kegiatan ini biasanya didorong oleh motivasi sebagai berikut :
1. Mendapatkan status sosial;
2. Memperoleh jodoh
3. Mendapatkan kekuasaan
4. Mendapatkan nama baik
5. Mendapatkan kekayaan
6. Perbedaan agama dan lain-lain

3. Pertikaian atau Pertentangan


Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara
negatif, artinya di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling
tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya. Singkatnya pertikaian
dapat diartikan sebagai usaha penghapusan keberadaan pihak lain.
Menurut Soedjono, pertikaian adalah suatu bentuk dalam interaksi sosial
di mana terjadi usaha-usaha pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak
yang lain, atau berusaha mengenyahkan yang lain yang menjadi rivalnya.
Hal ini terjadi mungkin karena perbedaan pendapat antara pihak-pihak
tersebut. Pertikaian ini bisa berhubungan dengan masalah-masalah
ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Soerjono Soekanto
menjelaskan bahwa pertentangan adalah suatu proses sosial di mana orang
perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
atau kekerasan.

4
Penjelasan Soerjono tersebut pertikaian tidak selama disertai kekerasan,
bahkan ada pertikaian yang berbentuk lunak dan mudah untuk
dikendalikan : misalnya pertentangan antara orang-orang dalam seminar,
dimana perbedaan pendapat bisa diselesaikan secara ilmiah, atau sekurang-
kurangnya tidak emosional.
Pertentangan atau pertikaian dapat memungkinkan penyesuaian kembali,
jika fungsi norma-norma sosial dan toleransi antara pribadi masih cukup
kuat. Kecuali itu, pertikaian dapat pula membantu memperkuat kembali
norma-norma sosial yang hampir tidak berfungsi dalam kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini, pertikian merupakan proses penyesuaian antara
norma-norma sosial yang lama dengan norma-norma sosial yang baru
sesuai dengan kepentingan yang dibutuhkan masyarakat pada saat tertentu.
Jika pertikaian dapat diselesaikan, maka keseimbangan akan ditemukan
kembali atau oleh karena ada pihak mampu melerai pertikaian tersebut
paling tidak untuk sementara. Penyelesaian pertikaian sementara dapat di
sebut akomodasi dan dalam proses ini memungkinkan terjadi suatu
kerjasama kembali. Pertikaian yang dapat diselesaikan, apabila masing-
masing pihak dapat mengintrokspeksi diri berusaha menyadari kesalahan
atau kelemahan masing-masing. Alternatif yang terjadi kemudian adalah
pertama, dapat hidup berdampingan dengan bekerja sama, atau kedua,
masing-masing menjauhkan diri secara tegas karena tidak mungkin
dilakukan kerjasama.

4. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah
pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai
dan norma-norma sosial dalam masyarakat. Akomodasi sebenarnya suatu
bentuk proses sosial yang merupakan perkembangan dari bentuk
pertikaian, dimana masing-masing pihak melakukan penyesuaian dan
berusaha mencapai kesepakatan untuk tidak saling bertentangan. Menurut
Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau

5
konflik, mendapat penyelesaian, sehingga terjalin kerja sama yang baik
kembali.
Tujuan akomodasi dapat berbeda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu :
a. Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa atau kedua
pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
b. Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, untuk sementara
waktu atau secara temporer.
Dari kedua bentuk proses sosial sebagaimana telah diuraikan di atas,
merupakan siklus yang senantiasa terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Mengenai proses keseluruhan, tidak selamanya selalu diawallai oleh
bentuk kerjasama, atau bentuk-bentuk yang lainnya; bahkan biasa terjadi
pertikaian dapat diselesaikan, sampai terjadi kerja sama.

C. Faktor yang menentukan berlangsungnya interaksi sosial

1. Imitasi
Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang pertama adalah
imitasi. Dalam kehidupan sehari- hari, kita mengenal imitasi sebagai
sebuah tiruan atau peniruan. Istilah imitasi sendiri berasal dari bahasa
Inggris yaitu imitation. Imitasi merupakan salah satu proses yang
penting dalam interaksi sosial. Imitasi merupakan suatu kegiatan
dalam meniru seseorang yang disukai atau mejadi idolanya baik
tampilan fisik maupun tingkah lakunya. Proses imitasi ini seseorang
bisa meniru dari cara berpakaian, gaya rambut, cara berbicara, cara
bertingkah laku dan lainnya yang menarik perhatian. Dalam
kenyataannya imitasi ini memiliki pengaruh yang baik, namun bisa
juga memberikan pengaruh yang buruk. Imitasi bisa memberikan
dampak yang baik apabila bisa mempertahankan kebudayaan, tradisi

6
dan juga norma- nomra yang baik di masyarakat. Namun imitasi bisa
dikatakan berdampak buruk apabila bisa membawa seseorang
melakukan hal hal yang melanggar norma, baik norma sosial maupun
norma agama.
2. Sugesti
Faktor selanjutnya adalah sugesti. Sugesti yang kita kenal sebagai
tindakan mempengaruhi orang lain. Sugesti merupakan pandangan
atau sikap seseorang yang kemudian diterima dan juga diikuti oleh
orang lain. Sugesti ini biasanya dibawa oleh pihak- pihak yang
memiliki pengaruh terhadap orang lain, yang berwibawa dan
dihormati, misalnya dokter maupun pejabat. Berlangsungnya sugesti
ini hanya pada waktu tertentu saja. Sugesti ini biasanya berlangsung
ketika pihak penerima sugesti mengalami kekalutan atau pikirannya
sedang tidak stabil sehingga daya pikirannya terhambat oleh emosi.
Berlangsungnya sugesti juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain sebagai berikut:
 Keadaan pikiran yang sedang terpecah belah. Hal ini akan
membuat orang mudah bingung atau bimbang sehingga
mudah terkena sugesti.
 Kemampuan berpikir seseorang yang terhambat dalam
proses sugesti sehingga orang ini cenderung mudah
menerima pengaruh dari orang lain tanpa berfikir panjang
terlebih dahulu.
 Faktor mayoritas. Proses sugesti akan lebih mudah apabila
pendapat tersebut telah diterima oleh sebagian besar
anggota masyarakat.
 Faktor Otoritas. Proses sugesti akan lebih mudah terjadi
apabila pihak pemberi sugesti memiliki keahlian atau
otoritas di bidangnya.

7
3. Simpati
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi interkasi sosial adalah
simpati. Simpati merupakan sikap tertarik pada pihak lain. Proses
simpati ini dapat berkembang apabila ada sikap saling pengertian
diantara pihak- pihak yang bersangkutan. Simpati ini disampaikan
pada saat- saat tertentu, bisa ketika suasana gembira bisa juga ketika
suasana sedih. Sebagai contoh ketika seseorang sedang terkena
musibah maka perasaan simpati bisa berubah menjadi rasa sayang.
Simpati ini juga bisa menimbulkan ketertarikan kepada pihak lain yang
nantinya bisa menimbulkan ikatan yang lebih kuat dan hubungan baru
yang lebih kuat juga.
4. Identifikasi
Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yang selanjutnya
adalah identifikasi. Identifikasi adalah proses meniru pihak lain, seperti
imitasi. Perbedaan identifikasi dengan imitasi adalah bahwa
identifikasi ini lebih mendalam daripada imitasi. Identifikasi adalah
peniruan hingga pada tingkah laku dan juga cara berfikir seseorang
agar sama persis dengan idolanya. Dalam proses identifikasi ini maka
turut membentuk kepribadian seseorang. Identifikasi bisa terjadi
karena disengaja maupun tanpa sengaja. Seseorang seolah- olah
menjadi pihak lain atau sama identik dengan idolanya. Meskipun
terkesan meniru dan tidak memiliki cara berfikir sendiri, namun proses
identifikasi ini pada akhirnya bisa membantu membentuk kepribadian
seseorang, tentunya berlangsung tidak cepat dan melalui beberapa
tahapan terlebih dahulu.
5. Empati
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi interaksi sosial adalah
empati. Empati merupakan faktor yang begitu mendalam. Empati
adalah perasaan yang menempatkan diri kita seolah- olah berada di
posisi seseorang atau kelompok tertentu yang sedang mengalami suatu
perasaan tertentu. Pengertian dari empati merupakan keadaan mental

8
yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasikan dirinya
dalam suatu keadaan perasaan ataupun pikiran yang sama persis
dengan orang atau kelompok lain. Perasaan yang dirasakan dalam
sikap empati ini begitu mendalam. Sebagai contoh adalah ketika kita
mendapati korban kecelakaan ataupun kebakaran, maka orang- orang
yang menjadi korban pasti akan merasakan kesedihan yang begitu
dalam. Nah, perasaan empati disini adalah kita ikut merasakan keadaan
tersebut dengan seolah- olah kita menempatkan diri menjadi para
korban tersebut. Dengan demikian kita akan memiliki sudut pandang
yang sama dan perasaan yang sama seperti para korban. Hal ini yang
akan membawa kita ke dalam perasaan yang mendalam dan kita akan
lebih memahami perasaan dari pihak- pihak yang memiliki masalah.
Empati biasanya berlaku pada hal- hal yang bersifat kesedihan.
6. Motivasi
Motivasi merupakan faktor selanjutnya yang mempengaruhi
interaksi sosial. Motivasi sering juga sebut sebagai semangat atau
dorongan. Ya memang benar. Motivasi merupakan dorongan atau
semangat yang diberikan kepada individu ke individu atau kelompok
ke kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Tujuan
motivasi adalah agar supaya orang yang diberikan motivasi menurut
pada orang yang memberikan motivasi untuk melakukan apa yang
dimotivasikan. Sebagai contoh adalah seorang ayah yang memberikan
motivasi kepada anaknya supaya rajin belajar agar nantinya menjadi
juara kelas. Nah hal ini merupakan contoh motivasi antara individu
dengan individu. Selain itu motivasi juga bisa diberikan kepada
individu pada kelompok, kelompok pada individu atau kelompok pada
kelompok. Motivasi ini biasanya bersifat positif atau berlaku pada hal-
hal yang baik.

9
7. Sikap kepada orang lain
Faktor tambahan yang mempengaruhi interaksi sosial adalah sikap
kepada orang lain. Sikap positif kepada orang lain akan sangat
berpengaruh terhadap sikap orang lain kepada kita. Jdi apabila kita
bersikap baik, maka respon yang akan kita dapatkan juga baik.
Sebaliknya apabila kita bersikap buruk maka sikap orang kepada kita
juga buruk. Semua ini merupakan kekuatan timbal balik.
D. Interaksi perawat dan pasien
1. Komunikasi mengurangi stess pasien
Memperhatikan pasien yang ada di rumah sakit, tidak setiap saat
mereka ditemani oleh pihak keluarga. Bahkan ada diantara mereka
yang tidak menerima kunjungan keluarga atau sanak saudara. Tentu
hal ini akan menimbulkan rasa kesepian dan sangat mempengaruhi
suasana hati.
2. Membuka saluran komunikasi yang jelas
Walaupun tidak campur tangan secara langsung dengan penyakit
pasien, namun perawat wajib mengetahui masalah dan keadaan pasien
secara jelas. Terkadang pihak keluarga tidak memiliki banyak waktu
berbincang dengan dokter, perawat dapat menjadi pihak yang nyaman
untuk berbincang mengenai kondisi pasien.
3. Mengurangi tingkat kecemasan keluarga pasien
Pada tahun 2014, diadakan penelitian oleh Kaparang yang
mengamati tentang bagaimana pengaruh komunikasi terhadap tingkat
kecemasan keluarga pasien. Penelitian ini diadakan di Unit Perawatan
Intensive Rumah Sakit Umum GMIM Bethestda Termohon terhadap
30 keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sedang dirawat di
ICU.

Dari penelitian didapat bahwa nilai mean sebelum komunikasi


terapeutik berada di angka 20,73 dan mengalami penurunan menjadi
15,83 setelah dilakukan komunikasi terapeutik. Hal ini menunjukan

10
bahwa komunikasi memiliki peran yang cukup signifikan untuk
mengurangi kecemasan pihak keluarga pasien.
4. Meningkatkan kepercayaan pihak keluarga terhadap perlakuan
rumah sakit
Saat mengantarkan pasien ke rumah sakit, biasanya pihak keluarga
memiliki kekhawatiran akan perlakukan dari dokter terhadap pasien.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap keluarga pasien,
mereka mengatakan bahwa ada rasa kurang percaya terhadap
penanganan rumah sakit terhadap pasien.
Melihat hal ini, dibutuhkan pihak yang akan mengurangi
kekhawatiran pihak keluarga dan meningkatkan kepercayaan mereka
untuk menyerahkan sepenuhnya penanganan terhadap rumah sakit.
Dan perawat perlu memposisikan dirinya sebagai pihak perantara
yang akan mengkomunikasikan bagaimana rumah sakit akan
menangani pasien. Maka dari itu, selain memerlukan pengetahuan
yang memadahi perawat juga harus mampu menyampaikan informasi
dengan baik tanpa melibatkan emosi berlebihan.
Artinya, perawat mampu memposisikan dirinya dimana ia memberi
informasi mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa mengecilkan atau
memberikan harapan berlebihan kepada pihak keluarga.
5. Komunikasi menentukan citra institusi
Hubungan antara komunikasi dengan interaksi keperawatan
selanjutnya adalah komunikasi dalam keperawatan mempengaruhi
institusi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa citra baik atau buruknya sebuah
institusi rumah sakit dipengaruhi oleh kepuasan klien. Faktor yang
menentukan kepuasan klien adalah pelayanan yang diberikan oleh
pihak rumah sakit. Dan salah satu indikator dalam pelayanan adalah
dalam keperawatan, apakah pelayanan yang diberikan memuaskan atau
mengecewakan.

11
Kepuasan ini menimbulkan perasaan senang bagi klien terhadap
hasil yang diberikan. Apakah pihak keperawatan bersikap jujur atau
tidak, atau apakah perawat bersikap terbuka atau tidak. Dengan hasil
perkembangan pasien, klien akan membandingkan apakah hasilnya
sesuai dengan apa yang dikatakan pihak perawat.

6. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien


Perawat yang tenang dan memiliki empati yang tinggi akan
meringankan kekhawatiran pasien akan penyakitnya. Walaupun
penyakit cukup serius namun apabila perawat menyampaikan tanpa
mengecilkan hati.
E. Proses membentukan tingkah laku manusia
1. Adopsi
Kejadian- kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-
ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap
kedalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,
sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya
dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan
berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu
sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
4. Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

12
Pengalaman– pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
terbentuknya sikap.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan antara lain :

1. Proses sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam


kehidupan bermasyarakat. Perkembangan inilah merupakan dinamika
yang tumbuh dari pola-pola perikelakuan manusia yang berbeda menurut
situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam
proses hubungan sosial.

2. Interaksi sosial adalah inti dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Hubungan
sosial dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun
antara kelompok dengan individu.

Sehingga proses sosial dan interaksi sosial ini sangat berhubungan


dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Saran

13
Sebelum kami mengakhiri makalah ini ada beberapa saran yang ingin
disampaikan oleh kami sebagai penulis adalah pembaca dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. “Psikologi Sosial,” Rineka Cipta: Jakarta. Cet Kedua, 2002


Azwar, Saifuddin. “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.”  Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009.
Hanurawan, Fattah. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. 2010.
Sarwoni, Wirawan, Sarlito. “Pengantar Umum Psikologi,” Bulan Bintaang:
Jakarta. Cet kedua, 1982.
Sri Utami Rahayuningsih. 2008. Sikap ( Attitude ) (Online )
http:// www.Atttitude,blogspot.Com, diakses Rabu, 12 Oktober 2016. Pukul.
22:00
http://himasio-unsyiah.blogspot.co.id/2011/10/sikap-sosial.html diakses pada
Rabu, 12 Oktober 2016.
http://www.psychoshare.com/file-821/psikologi-kepribadian/sikap-pengertian-
definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi.html. Diakses pada Senin, 10 Oktober
2016.
[1] Sarlito Wirawan Sarwoni, “Pengantar Umum Psikologi,” (Bulan Bintaang:
Jakarta. Cet kedua, 1982), halm. 9.

14

Anda mungkin juga menyukai