Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang
mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit
infeksi. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang
mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua
organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum
baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada
gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-
komponen sistem imun.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang
mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia
terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran
biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan
untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan
system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil,
monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri
Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya

1
antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari
mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga
merangsang demam dan sintesis protein.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?
4. Apa saja macam-macam penyakit imunitas?

3. Tujuan
1. Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam system imun.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody.
4. Mengetahui penyakit Imunitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek
sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai
penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi
beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan
imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan
allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen
sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas
yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah
antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang
bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.

2. Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau
kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari
imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas adaptif atau system
imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara
terdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput
lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel
T yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T
delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun
berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan

3
seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi
secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan
rumit.
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon
pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari
invasi benda asing atau abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak
diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen. Sistem ini disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan
agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan
umumnya memiliki durasi yang singkat.
Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik
seperti kulit, selaput lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah
masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen
serum yang disekresikan tubuh, seperti sistem komplemen, sitokin
tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen seluler,seperti sel natural
killer (NK).
a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang
penting. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia
yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa
aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim
dalam cairan tubuh.
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida
yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun.
Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat
mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang
berperan penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1
(IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi
pada individu normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen

4
eksogen.Antibodi alamiah berperan penting sebagai pertahanan lini
pertama terhadap patogen dan beberapa tipe sel, termasuk prakanker,
kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
2. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi mirip
dengan limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar.
Sekitar 10–15% limfosit yang beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel
NK berperan penting pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK
mengenal dan melisiskan sel terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK
melisiskan sel dengan melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi
dengan target.
3. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi,
bersifat khusus dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid.
Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif.
a. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya
dalam inang lain.
b. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif
denga antigen asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis,
imunisasi, pemaparan terhadap produk mikroba atau transplantasi se
lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun
untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif
memiliki beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai
antigen, masing-masing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk
membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk
merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori
yang kuat. Terdapat dua kelas respon imun spesifik :
a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh
sekelompok limfosit yang berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid
sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang
terletak di sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital.

5
b. Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan
pematangan dalam organ timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan
memperoleh kemampuan untuk menjalankan fungsi farmakologi tertentu.
Berdasarkan perbedaan fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa
subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan
sel T penolong (Th). Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel
tersebut. Untuk mengetahui cara kerja sel T penindas atau sel T pembunhuh
dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Non spesifik Spesifik
Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang
Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroorganisme yang
mikroorganisme. sudah mensintesis sebelumnya
Sel yang Fagosit Limfosit
penting Sel NK

Sel K
Molekul yang Lizosim Antibody sitokin
penting Komplemen

Protein fase akut

Interferon ( sitokin )
Sel yang berada didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
di dalamnya
Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan
pertama dan efektik untuk pajanan
berikutnya dengan antigen yang sama
Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karena
memiliki sifat memory

3. Antigen dan Antibodi


1. Antigen

6
Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan
seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak
bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan
sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun. Antigen biasanya berbentuk
protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem
perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus
pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,
dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua
jenis utama, yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah
antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk
mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini
bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari
penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi,
seperti pada asma. Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam
tubuh dan meliputi antigen-antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog),
antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen
senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang
secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk
mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak
mempunyai arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan
untuk membedakan satu individu spesies dengan individu spesies yang sama.
Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah
merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang
menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen

7
histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua
atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.ciri –
ciri antigen yang menentukan imunogenitas dalam respon imun :
a. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing
terhadap hospes
b. Ukuran molekul
c. Kekompleksian kimia dan struktural
d. Penentu antigen ( epilop )
e. Konstitusi genetik inang
f. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.
2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar
tubuhvertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan
virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap
antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi
diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang
berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda,
yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai
berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada
pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong
mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda
yang ditemui. Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan
antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama;
digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin,
opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah
diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi
biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut
sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai
dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop

8
(determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-
masing molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai
berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang
identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu
molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat
daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan
asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi
yang lain.Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-
sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik
antibodi.Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip
dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk
antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul(Campbell).
3. Interaksi Antigen dan Antibodi
Interaksi Antigen dan Anti bodiadalahsebagaiberikut :
a. Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi
silang (cross – reaction)
b. Pengabunggan antara antigen – antibodi adalah erat sekali, tetapi
seringkali reversible.
c. Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel ( Danysz
phenomenon )
d. Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung
adalah gugus – gugus spesifik dari kedua regens.
e. Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe
reaksi serologic yang berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul –
molekul antibodi yang sama sering merefleksikan yang berbeda.

4. Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang
penting. Sistem ini terdiri dari 30 protein-protein dalam serum atau di

9
permukaan sel-sel tertentu. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu
reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak
berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai
proenzim dalam cairan tubuh. Ketika diaktivasi, akan menghasilkan sejumlah
fragmen komplemen reaktif secara biologis. Fragmen komplemen tersebut akan
memodulasi bagian lain dari sistem imun dengan cara terikat secara langsung
pada T limfosit dan sumsum tulang penghasil limfosit (B limfosit) pada sistem
imun adaptif dan juga menstimulasi sintesis dan pelepasan sitokin. Komponen
komplemen juga dapat meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil dengan
bekerja sebagai opsionin.
Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni :
1. Lisis sel ( misalnya bakteri dan sel tumor )
2. Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik
fagositosis.
3. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis.
4. Peningkatan respon imun berperantara antibody.
Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel fagositik.
Karena tidak tahan panas , komplemen dinonaktifkan pada suhu 56 0 c selama
30 menit.Efek – efek biologik utama komplemen yakni opsonisasi,
anafilaktosin, sitolisis.
Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan
peningkatan kepekaan terhadap penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2
sering menimbulkan infeksi bakteri piogenik yang serius. Defisiensi
komponen kompleks penyerang selaput sangat meningkatkan kepekaan
terhadap infeksi Neisseria . defisiensi pada komponen jalur alternative juga
telah diketahui , misalnya defisiensi properdin membuat orang lebih peka
terhadap penyakit meningokokus.

5. Sitokin dan Kemokin


a. Pengertian sitokin dan kemokin

10
Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting
dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan
respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan,
differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ
limfoid. Sitokin merupakan suatu kelompok“messenger intrasel” yang
berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga
memainkan peran mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin
menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan
respon inflamasi. Telah dikenal lebih 30 sitokin. Sebagian besar sel sistem
imun dan beberapa sel lainnya melepaskan sitokin. Interleukin-1 (IL-1) dan
tumor necrosis factor-a (TNF-a) contoh sitokin yang berperan penting dalam
merespon infeksi bakteri, keduanya merupakan polipeptida berbobotmolekul
kecil yang memiliki efek yang luas dalam berbagai reaksi dalam tubuh,
termasuk respon imunologi, inflamasi, dan hematopoiesis.
b. Sitokin dan inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan
sitokin yang berperan pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang
sistematik.
c. Sitokin dan pengobatan
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun
yang defesiensi atau untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam
menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sistem
sel imun dalam respons terhadap tumor infeksi bakteri atau virus yang
berlebihan. Antisitokin telah digunakan untuk mengontrol penyakit
autoimun dan pada keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif /
patologik.

6. Imunologi

11
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi
kanker.
1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka
tubuh akan mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk
menghancurkannya, yaitu antibodi fagosit, komplemen dan sel – sel sistem
imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam tubuh, dalam beberapa hari
pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya belum
memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun
nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan
menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan
pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen
asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor.
Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa
berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan
kanker leher rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang
muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi
pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang
ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti
melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Kemungkinan sumber
ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting untuk
mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya
bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi
sehingga meningkatkan keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga
meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk
menghancurkan sel abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang
dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas
I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T

12
pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh
sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul
MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal;
hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi
dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh
sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang
sampai menjadi kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas
I yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari
deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk
yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-
β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal
dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi
menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor
mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya
sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor.
Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofaga
menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi
metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. telah
mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan
sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin
yang akan membunuh sel tumor.
4. Penyakit Imunitas
Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh
yang terintegrasi sejak awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim
pertahanan tubuh yang sudah merupakan software bawaan. Tetapi sistim imun
tersebut dapat juga berubah menjadi suatu penyakit yang dalam beberapa jenis
tidak bisadisembuhkan.Contoh : Saat udara dingin, sering kita mengalami
hidung tersumbat, bersin2 pada saluran nafas kita (hidung), ini merupakan
mekanisme untuk menghangatkan dan melembabkan udara luar yang kita

13
hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru udara
dingin tersebut akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu
timbulnya serangan sesak nafas (astma), bisa juga timbulnya gatal - gatal di
sekujur tubuh (biduren/urtikaria). Berikut ini merupakan penyakit akibat
merendahnya sistem imun.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat
respons imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan
tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II,
III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi sendiri – sendiri, tetapi klinik sering
dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun
terhadap antigen jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen
sedangkan antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit
autoimun dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non
organ spesifik.
b. Berdasarkan mekanisme penykit autoimun melalui antibodi ( anemia
hemolitik autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit
autoimun melalui kompleks imun ( LES, AR ), penyakit autoimun melalui
sel T dan penyakit autoimun melalui komplemen.
3. HIV AIDS
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome,
merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV
disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya
penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

14
4. Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai
systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang
menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa
akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya
sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih
sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan
Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak
kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan
perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada
beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui
dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini
melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem
kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan
seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan
sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki
gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun
diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa,
penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi.
Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai
sistem dalam tubuh. Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului
faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum, seperti
demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga
penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila
akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang
dilakukan oleh sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing dalam
tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam tubuh.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah
ini perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan
sebagaimana mestinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Zewert,dkk. 2011. Mikrobiologi kedokteran . jakarta: salemba


Kimbal,1983. Biologi, Jakarta : erlangga
Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotic laktan, London : academic
press
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif-
diktat1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43998/3/Josephine_Rahma_G2A009055_Bab2KTI.p
df

17

Anda mungkin juga menyukai