2, November 2013
Abstrak
Artikel ini mencoba untuk mendeskripsikan dan membandingkan literatur-literatur mengenai temporary employees
atau workers dengan praktek pengelolaan pegawai tidak tetap atau tenaga honorer di organisasi publik di Indonesia.
Permasalahan mengenai tenaga honorer di Indonesia telah menjadi sangat kompleks dan berdampak cukup luas.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara literatur yang diperoleh dengan kenyataan yang berlangsung di
Indonesia yang berkaitan dengan tenaga honorer, termasuk alasan dan tujuan perekrutan, proses rekrutmen dan
seleksi, serta pengangkatan tenaga honorer menjadi pegawai tetap, yang menyebabkan perbedaan luasnya dampak
penyimpangan yang terjadi di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang menjadi contoh dalam artikel ini.
Kata kunci: pegawai tidak tetap, tenaga honorer, organisasi publik
Abstract
This article tries to describe and compare literature reviews about temporary workers with the practices conducted in
Indonesian Public Organization. Problems related to non-permanent employee in Indonesian Public Organization has
become very complex and have quite broad impact. There is a significant difference between the literature obtained with
the reality that took place in Indonesia related to the non-permanent employee, including the reasons and purposes of
recruitment, recruitment and selection process, as well as the appointment of temporary employees to be permanent
employees, which led to differences in the extent of the impact of irregularities that occurred in Indonesia compared
with countries that became examples in this article.
Keywords: temporary workers, non-permanent employee, public organizations
suatu tugas atau proyek tertentu, atau kontrak maka beban kerja dapat terselesaikan
kembali bekerjanya pegawai yang sekaligus dengan biaya yang relaltif lebih kecil
digantikan sementara oleh temporary karena dengan sistem rekrutmen yang lebih
worker. Kemudian disimpulkan juga bahwa sederhana dan organisasi tidak diwajibkan
yang dikatakan sebagai temporary workers untuk memberikan berbagai tunjangan seperti
adalah: pegawai dengan pekerjaan halnya kepada para pekerja ‘reguler’.
musiman, pegawai yang dipekerjakan Beberapa alasan dan tujuan di-
pada organisasi oleh perusahaan agen gunakannya temporary workers menurut
tenaga kerja lepas sebagai pihak ketiga, Gesteby dan Wennerhag (2011) adalah:
pegawai dengan kontrak pelatihan yang 1. Temporary workers dibutuhkan pada saat
spesifik (untuk tugas yang spesifik). terjadi peningkatan bisnis (permintaan
Selain definisi-definisi di atas, produksi atau beban kerja) yang sifatnya
diperoleh juga definisi dari Office of Personnel sementara.
Management (OPM) di Amerika Serikat, yang 2. Dengan mempekerjakan temporary
menyatakan bahwa dalam konteks temporary workers, organisasi menjadi lebih fleksibel
employment, temporary appointment adalah jika sewaktu-waktu hendak mengurangi
pengangkatan pada pekerjaan pelayanan (karena terjadi resesi) ataupun menambah
(tanpa status) untuk jangka waktu tertentu (karena pemintaan yang meningkat)
yang tidak lebih dari satu tahun. Berdasarkan tenaga kerja.
deskripsi definisi di atas, dapat ditarik 3. Temporary workers dapat dipakai untuk
kesimpulan bahwa temporary worker adalah mengisi atau menggantikan pegawai yang
pegawai yang dikontrak dengan jangka waktu cuti sakit (dalam perawatan yang cukup
dan tugas tertentu, termasuk dalam temporary lama) ataupun cuti panjang.
workers adalah pegawai kontrak dengan 4. Temporary workers direkrut untuk suatu
jangka waktu yang tetap, pegawai yang berasal proyek khusus yang berjangka waltu
dari agen penyedia tenanga kerja, tenaga tertentu atau untuk kebutuhan akan
kerja lepas dan tenaga kerja untuk pekerjaan- tenaga dengan kemampuan khusus yang
pekerjaan musiman. tidak terdapat di organisasi tersebut.
5. Perekrutan dengan status temporary
Tujuan dan Alasan Perekrutan Temporary workers juga menguntungkan sebagai alat
Workers penyaringan pegawai baru (lebih efisien
Keberadaan temporary workers karena sekaligus dapat dipakai sebagai
bermula dari kebutuhan organisasi untuk masa uji coba).
memenuhi tuntutan perubahan. Perubahan Perekrutan pada sektor publik dapat
yang dimulai sejak pertangahan tahun 1970- dicontohkan oleh OPM (dalam A Report by the
an menciptakan kondisi yang mengarahkan U.S. Merit Systems Protection Board, 1994)
bangsa-bangsa, organisasi, dan para pekerja yang menyebutkan penggunaan temporary
untuk mencari hubungan kerja yang lebih employees yang sesuai adalah untuk:
fleksibel (Kalleberg, 2000). Penggunaan 1. Pengisian lowongan untuk memenuhi
kontrak kerja yang fleksibel seperti temporary tuntutan beban kerja yang mencapai
employment diyakini dapat memenuhi tuntutan puncak.
tersebut, dengan adanya pekerja-pekerja 2. Mengisi posisi ketika pendanaan atau
sehingga rentan untuk dimanfaatkan oleh kerja yang rendah. Oleh karena itu temporary
pemberi kerja (memperpanjang kontrak workers biasanya berharap pekerjaannya yang
dengan tujuan menghindari biaya-biaya temporer tersebut hanya bersifat sementara,
tambahan seperti tunjangan). Selain itu, artinya mereka sebenarnya cenderung
keberadaan temporary employee sebagai menginginkan pekerjaan yang permanen,
pegawai yang ‘berbeda’ dengan pegawai hanya mungkin keadaan yang membuat
yang mayoritas yaitu pegawai permanen, tidak mereka harus menjadi temporary workers
jarang menimbulkan konflik. Untuk mengatasi terlebih dahulu atau memang mereka pilih
permasalah tersebut diberikan usulan solusi sebagai sarana untuk mencari pengalaman
sebagai berikut: kerja atau sebagai batu pijakan untuk langkah
1. Melarang perpanjangan kontrak (setelah selanjutnya.
empat tahun atau perpanjangan tiga kali) Dari sisi organisasi sendiri memang
2. Menyediakan mekanisme konversi status dimungkinkan untuk mengangkat temporary
langsung dari temporary ke permanen workers mereka menjadi pegawai yang
(dengan persyaratan: a) telah direkrut permanen (bahkan untuk beberapa organisasi,
melalui prosedur penunjukkan temporary salah satu alasan merekrut temporary workers
employee; b) telah mengabdi selama 2 adalah sebagai salah satu alat penyaringan
tahun sebagai temporary employee; c) penerimaan pegawai (Gesteby dan Wennerhag,
memenuhi standar kinerja selama menjadi 2011). Penelitian yang dilakukan oleh OECD
temporary employee. (2002) juga melihat bagaimana ‘mobilitas’ dari
3. Memberikan temporary employees temporary workers di 21 negara OECD. Hasil
sebagian atau seluruh tunjangan yang penelitian menunjukkan, sebagian (berkisar
sama yang diberikan kepada pegawai antara 34% sampai dengan 71% dari temporary
permanen workers di 21 negara tersebut) bergerak ke
Penyalahgunaan pegawai tidak pekerjaan yang permanen, sebagian tetap,
tetap juga teridentifikasi pada organisasi dan sebagian yang lain bergerak menjadi
publik di Kanada, dimana Public Service tidak bekerja. Diungkapkan juga proporsi
Commission melakukan penelitian “Use of mobilitas menjadi pegawai permanen terbesar
The Temporary Help Service in Public Service adalah temporary workers yang pendidikannya
Organization” pada tahun 2010, menemukan menengah sampai tinggi dan berusia antara 25
bahwa kurangnya panduan dan monitoring me- s.d. 34 tahun. Penelitian tidak menunjukkan
nyebabkan terjadinya penggunaan pegawai dari sektor apa saja temporary workers ini, dan
tidak tetap untuk penyelesaian tugas-tugas bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh
yang sifatnya permanen dan memperpanjang organisasi merubah status temporary menjadi
masa kerja mereka untuk kepentingan tersebut. permanen.
Pada bagian sebelumnya telah
Bergerak dari Temporer ke Permanen disebutkan bahwa mekanisme konversi status
Jika melihat uraian di atas, dari sisi dari temporary ke permanen yang diusulkan
pegawai, terdapat beberapa kekurangan oleh U.S. Merit Systems Protection Board pada
menjadi temporary workers, antara lain tidak tahun 1994 memiliki persyaratan:
terdapat karir yang pasti, tingkat gaji yang a) telah direkrut melalui prosedur pe-
relatif lebih rendah, dan tingkat keamanan akan nunjukkan temporary employee;
b) telah mengabdi selama 2 tahun sebagai definisi dari tenaga honorer pada Peraturan
temporary employee; Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 tentang
c) memenuhi standar kinerja selama menjadi Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon
temporary employee. Pegawai Negeri Sipil, disebutkan tenaga
Pemerintah di Queensland Australia honorer adalah seseorang yang diangkat oleh
(dalam HR Policy B52), menyatakan bahwa Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat
temporary employee dapat diangkat menjadi lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan
pegawai permanen dengan persyaratan: tugas tertentu pada instansi pemerintah atau
1. Pegawai tersebut sudah bekerja pada yang penghasilannya menjadi beban Anggaran
posisi yang sama (dengan tugas yang Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
serupa) selama minimal tiga tahun Pendapatan dan Belanja Daerah. Dapat dilihat
berturut-turut. bahwa selain istilah yang berubah, definisi juga
2. Total waktu pegawai tidak bekerja selama berbeda, dimana tidak terdapat penjelasan
tiga tahun tersebut tidak lebih dari tiga mengenai batasan waktu dari tenaga honorer
bulan. dalam definisinya, padahal dalam pelaksanaan
3. Pegawai bersangkutan dipilih sebagai perekrutannya mengacu pada UU 43/99. Perlu
temporary employee berdasarkan sistem dilakukan revisi terhadap definisi dari tenaga
merit. honorer jika memang istilah tenaga honorer ini
4. Memang terdapat tugas atau posisi bagi hendak mengacu pada istilah PTT.
pegawai tersebut. Dengan asumsi bahwa tenaga
5. Anggaran tersedia. honorer adalah PTT yang juga serupa dengan
6. Pegawai telah dinilai kinerjanya pada temporary workers atau employees, kita
tugas tersebut dengan baik. kemudian dapat membandingkan (kaitannya
dengan PTT) apa yang ada di negara kita
dengan apa yang ada di luar sana, serta
PEMBAHASAN melihat bagaimana praktek yang dilakukan di
luar sana untuk menjelaskan mengapa praktek
Definisi PTT dalam UU 43/99 yang kita lakukan di sini berakibat apa yang
adalah pegawai yang diangkat untuk jangka sekarang terjadi di negara kita.
waktu tertentu guna melaksanakan tugas Permasalahan mengenai PTT di
pemerintahan dan pembangunan yang negara-negara yang menjadi contoh dalam
bersifat teknis profesional dan administrasi tinjauan pustaka atau literatur berada seputar
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keadilan terhadap PTT (penyalahgunaan untuk
organisasi. Pegawai tidak tetap ini tidak menyelesaikan beban yang tidak seharusnya
berkedudukan sebagai Pegawai Negeri. mereka kerjakan dengan alasan menghndari
Membandingkan definisi tersebut dengan biaya tambahan) dan kemungkinan timbulnya
definisi-definisi yang diperoleh dari literatur- konflik antara PTT dengan pegawai tetap,
literatur dapat disimpulkan bahwa PTT dalam sedangkan di Indonesia, permasalahannya
peraturan tersebut telah difefinisikan dengan lebih kompleks karena menyangkut
cukup tepat, hanya saja mengapa kemudian kepentingan politik, permasalahan hukum,
istilahnya berubah menjadi tenaga honorer, pemborosan anggaran negara yang signifikan,
ini yang menjadi pertanyaan. Jika melihat dan permasalahan sosial yang lebih luas.
Mengapa bisa terjadi demikian? Terlepas dari di lain pihak, terjadi penumpukkan jumlah
masalah definisi, jawabannya kira-kira bisa PNS terutama di daerah yang lebih maju.
dilihat dengan perbandingan sebagai berikut: Terjadinya penumpukkan jumlah juga
1. Alasan atau tujuan perekrutan tenaga sering tidak menjadi jaminan masyarakat
honorer. di sana akan mendapatkan pelayanan
Dalam menjelaskan persoalan ini yang sesuai harapan, hal ini karena
perlu untuk melihat gambaran kondisi tidak terpenuhinya kompetensi yang
kepegawaian di Indonesia terlebih dibutuhkan tadi. Sehingga baik instansi
dahulu. Sampai saat ini masyarakat yang jumlahnya terlalu sedikit maupun
sebagai stakeholder utama pemerintah, yang terlalu banyak selalu mengeluhkan
masih menganggap layanan publik yang hal yang sama, yaitu kekurangan pegawai,
diberikan oleh pemerintah belum sesuai yang sering diungkapkan dengan istilah
dengan harapan mereka. Padahal dengan “too much but not enough”. Salah satu
anggaran belanja pegawai yang cukup cara yang dipakai oleh sebagian besar
besar (terutama karena jumlah PNS yang (jika tidak ingin dikatakan hampir semua)
banyak) dan semakin meningkat per instansi ini untuk mengatasi hal tersebut
tahunnya (Rp. 215,7 Triliun pada tahun adalah dengan melakukan perekrutan
2012 menjadi Rp. 240,2 Triliun atau 20,8% tenaga honorer. Tenaga honorer memang
dari total anggaran di tahun 2013), sudah diperlukan untuk membantu dalam tugas-
sepatutnya diikuti dengan diperolehnya tugas tertentu, namun dengan alasan
kualitas pelayanan yang dianggap perekrutan seperti itu tentu saja tidak
memuaskan. Permasalahannya bukan benar dan akan semakin membebani
terletak pada jumlah PNS, namun pada anggaran negara (terlebih kompetensi
kompetensi yang dimiliki oleh sebagian dari tenaga honorer relatif lebih rendah
besar PNS, yang seringkali tidak sesuai dari pegawai tetap karena proses seleksi
atau bahkan tidak memenuhi standar yang tidak ketat).
dari jabatan yang mereka duduki. Usaha- Alasan dan atau tujuan dari perekrutan
usaha untuk meningkatkan kompetensi tenaga honorer lain yang sering terjadi
ini juga bisa dibilang belum cukup serius, adalah untuk kepentingan politik. Dengan
dimana pelatihan-pelatihan yang diberikan adanya otonomi daerah, calon kepala
belum berdasarkan kebutuhan dan tanpa daerah yang ditunjuk melalui kegiatan
evaluasi lebih lanjut sehingga sering salah politik, tidak jarang menggunakan ‘iming-
sasaran dan hanya menjadi pemborosan iming’ rekrutmen tenaga honorer bagi
anggaran. Hal ini diperparah dengan para pendukung politiknya, posisi sebagai
distribusi dan komposisi PNS yang tenaga honorer juga sering diberikan
tidak seimbang. Banyak ditemui kasus kepada sanak saudara para penguasa
kekurangan jumlah pegawai di daerah, sehingga baik dari segi kuantitas maupun
terutama di daerah yang terpencil atau kapasitas tidak sesuai dengan yang
yang pendapatan daerahnya cenderung sebenarnya dibutuhkan. Jumlah tenaga
rendah, yang tentu saja menyebabkan honorer pun menjadi tidak terkendali.
layanan publik di daerah tersebut tidak Masih terkait dengan otonomi daerah,
dapat diberikan dengan baik. Sebaliknya terjadinya pemekaran-pemekaran wilayah
2011. The decision-making process U.S. Merit Systems Protection Board. 1994.
of hiring temporary employees. Master Temporary Federal Employment:
Thesis in Management Accounting. In Search of Flexibility and
Gothenburg University, Sweden. F a i r n e s s . h t t p : / / w w w. m s p b .
Heathfield, Susan M. 2013. Temporary gov/netsearch/viewdocs.
Employees. dalam http:// aspx?docnumber=253664
humanresources. about.com/od/
glossaryt/g/temp_ employee.htm,
diakses 1 November 2013.
Kalleberg, Arne L. 2000. Nonstandard
employment relations: part-time,
temporary and contract work. Annual
Reviews. Vol 26. Pg:341-165.
Martinez, Gabriel., Cuyper, Nele De., Witte,
hans De. 2010. Review of temporary
employment literature: perspectives
for research and development in
Latin America. Psykhe Vol.19 No. 1.
Pg:61-73.
OECD. 2002. OECD Employment Outlook
Chapter 3. Taking the measure of
temporary employment. dalam http://
www.oecd.org/els/emp/17652675.pdf,
diakses 15 Oktober 2013.
Public Sector Workforce Office. 2009.
Commentary and guidelines on
temporary employment and casual
employment. Department of Premier
and Cabinet, New South Wales.
Queensland Government . Public Service
Commission, HR Policy B52. Guideline
- Transitional arrangements for the
conversion of temporary employees
to permanent status.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
—————————, Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2005 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil