Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.

2, November 2013

PEGAWAI TIDAK TETAP: TINJAUAN LITERATUR SEBAGAI PERBANDINGAN


DENGAN PRAKTEK PADA ORGANISASI PUBLIK DI INDONESIA

TEMPORARY WORKERS: LITERATURE REVIEW AS COMPARISON


TO PRATICES IN PUBLIC ORGANIZATIONS IN INDONESIA

Anang Pikukuh Purwoko


Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara
Jl. MayJend. Soetoyo 12 Cililitan Jakarta Timur
Email: lefty_app@yahoo.com

(Diterima 11 November 2013, direvisi 18 November 2013, diterbitkan 28 November 2013)

Abstrak
Artikel ini mencoba untuk mendeskripsikan dan membandingkan literatur-literatur mengenai temporary employees
atau workers dengan praktek pengelolaan pegawai tidak tetap atau tenaga honorer di organisasi publik di Indonesia.
Permasalahan mengenai tenaga honorer di Indonesia telah menjadi sangat kompleks dan berdampak cukup luas.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara literatur yang diperoleh dengan kenyataan yang berlangsung di
Indonesia yang berkaitan dengan tenaga honorer, termasuk alasan dan tujuan perekrutan, proses rekrutmen dan
seleksi, serta pengangkatan tenaga honorer menjadi pegawai tetap, yang menyebabkan perbedaan luasnya dampak
penyimpangan yang terjadi di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang menjadi contoh dalam artikel ini.
Kata kunci: pegawai tidak tetap, tenaga honorer, organisasi publik

Abstract
This article tries to describe and compare literature reviews about temporary workers with the practices conducted in
Indonesian Public Organization. Problems related to non-permanent employee in Indonesian Public Organization has
become very complex and have quite broad impact. There is a significant difference between the literature obtained with
the reality that took place in Indonesia related to the non-permanent employee, including the reasons and purposes of
recruitment, recruitment and selection process, as well as the appointment of temporary employees to be permanent
employees, which led to differences in the extent of the impact of irregularities that occurred in Indonesia compared
with countries that became examples in this article.
Keywords: temporary workers, non-permanent employee, public organizations

PENDAHULUAN prakteknya, PNS bukan merupakan satu-


satunya SDM dalam organisasi pemerintahan.
Sumber daya manusia (SDM) Selain PNS juga terdapat pegawai lain yang
merupakan penggerak utama kegiatan non-PNS seperti pegawai-pegawai outsourcing
organisasi. Begitu juga dengan organisasi- yang menangani permasalahan kebersihan
organisasi pemerintah di Indonesia, dimana dan keamanan di lingkungan organsasi atau
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan instansi pemerintah. Selain itu terdapat juga
SDM utamanya, menjadi pemeran kunci dalam pegawai yang biasa disebut dengan tenaga
memberikan layanan kepada masyarakat. ‘honorer’. Pekerjaan pegawai non-PNS pada
Dikatakan sebagai SDM utama, karena pada jenis yang pertama, pada umumnya tidak

12 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

berhubungan langsung dengan pekerjaan tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.”


yang dilakukan oleh PNS, karena memang Keberadaan tenaga honorer di
dibutuhkan hanya untuk menjadi pendukung instansi pemerintah diakui cukup membantu
kegiatan perkantoran terutama mengenai dalam penyelesaian beban kerja sehingga
masalah kebersihan dan keamanan saja. pemberian layanan publik menjadi lebih efektif
Lain halnya dengan tenaga honorer, yang (dibandingkan jika tanpa pegawai honorer),
keberadaannya kurang lebih ditujukan untuk namun juga menimbulkan permasalahan
membantu para PNS dalam melaksanakan tersendiri dalam manajemen kepegawaian di
tugas-tugas mereka sehari-hari. Pegawai Indonesia. Perekrutan tenaga honorer tidak
non-PNS yang berasal dari outsourcing secara melalui seleksi yang ketat, sehingga para
‘manajemen’ tidak ditangani langsung oleh tenaga honorer yang diterima sering tidak
instansi pemerintah tempat mereka bekerja sesuai kompetensinya dengan tugas-tugas
namun oleh perusahaan pihak ketiga yang yang mereka kerjakan dan kinerjanya pun tidak
merupakan perusahaan penyedia SDM, sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian
sedangkan pada tenaga honorer, penanganan juga terjadi penyimpangan dalam perekrutan,
mulai dari rekrutmen, pembayaran gaji, jumlah tenaga honorer menjadi tidak terkendali
sampai dengan pemberhentiannya menjadi dan sulit untuk menentukan tenaga honorer
wewenang dan tanggung jawab pemerintah mana yang sebenarnya dibutuhkan oleh
(pusat maupun daerah) tempat ia bekerja. pemerintah. Lebih jauh, kadang terjadi
Oleh karena itu para tenaga honorer ini perlu kesewenangan dimana beban kerja tenaga
mendapatkan perhatian khusus mengenai honorer justru lebih banyak daripada pegawai
keputusan perekrutannya serta pemenuhan yang berstatus PNS, sehingga menimbulkan
hak dan kewajibannya. rasa ketidakadilan karena jelas hak yang
Perekrutan tenaga honorer diper- diterima tenaga honorer tidak lebih banyak
bolehkan untuk dilakukan oleh instansi pusat dari pegawai yang berstatus PNS. Selain itu
maupun pemerintah daerah berdasarkan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor
peraturan yang mengatur Pegawai Tidak Tetap 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga
(PTT) di dalam Undang-undang Nomor 43 Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- dirasakan kurang tepat karena pengangkatan
undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- tenaga honorer sebagai Calon PNS (CPNS)
pokok Kepegawaian (UU 43/99), pasal 2 ayat tidak mencerminkan kebutuhan riil dan tidak
(3) yang menyebutkan: “Di samping Pegawai sesuai dengan sistem merit. Akibatnya, selain
Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anggaran untuk belanja pegawai yang semakin
pejabat yang berwenang dapat mengangkat membengkak, penambahan jumlah pegawai
pegawai tidak tetap.” Kemudian di dalam tidak dikuti dengan penambahan produktivitas
penjelasannya disebutkan: “yang dimaksud karena kompetensi pegawai dari pengangkatan
dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai tenaga honorer cenderung rendah.
yang diangkat untuk jangka waktu tertentu Melihat permasalahan di atas, perlu
guna melaksanakan tugas pemerintahan dan dilakukan tinjauan kembali mengenai apa
pembangunan yang bersifat teknis profesional sebenarnya PTT itu, apa yang menjadi alasan
dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan keberadaannya, mengapa keberadaan PTT
kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap pada organisasi pemerintah di Indonesia yang

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 13


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

kemudian disebut sebagai tenaga honorer berakhirnya berdasarkan kontrak ataupun


bisa menimbulkan permasalahan yang begitu waktu penyelesaian suatu proyek.
kompleks, dan bagaimana kira-kira cara untuk 3. Jepang; temporary workers adalah
mengatasinya? Artikel ini mencoba untuk pegawai dengan kontrak jangka-tetap
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut yang waktunya tidak lebih dari satu tahun,
dengan menggunakan tinjauan terhadap pegawai proyek tertentu, pegawai lepas
teori-teori mengenai PTT, praktek-praktek maupun musiman, atau pegawai yang
yang dilakukan oleh organisasi di negara lain, pekerjaannya kurang dari satu tahun.
serta perbandingan teori dan praktek tersebut 4. Korea; temporary workers adalah pegawai
dengan praktek di organisasi pemerintahan di tidak permanen yang tidak mengharapkan
Indonesia yang akan dijelaskan pada bagian keberlanjutan hubungan dengan pemberi
selanjutnya dari artikel ini. kerjanya, termasuk pegawai dengan
kontrak jangka-tetap, perpanjangan
kontrak dan kontrak jangka pendek.
TINJAUAN PUSTAKA 5. Meksiko; temporary workers adalah
pegawai yang pekerjaannya berdasarkan
Definisi Temporary Workers kontrak jangka-tetap, lepas ataupun
Pegawai tidak tetap mengacu pada musiman, yang mempunyai kontrak untuk
istilah temporary employees atau temporary tugas yang spesifik, atau yang bekerja
workers, diartikan sebagai para pekerja atau tidak lebih dari satu tahun.
pegawai atau karyawan yang direkrut pada 6. Norwegia dan Swiss; temporary workers
pekerjaan yang berdasarkan suatu kontrak dan adalah pegawai yang pekerjaannya
dibatasi oleh suatu waktu tertentu (Heathfield, berdasarkan kontrak jangka-tetap, bisa
2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh juga diperoleh dari agen tenaga kerja,
Organization for Economic Co-operation pegawai magang, pegawai dalam masa
and Development (OECD) pada tahun 2002 percobaan, pegawai lepas maupun
menyebutkan bahwa tidak ada definisi dari musiman, pegawai yang dikontrak untuk
temporary workers yang dapat digunakan untuk tugas yang spesifik, pegawai yang masa
membuat perbandingan secara internasional kerjanya kurang dari 12 bulan, atau
(antar negara) karena masing-masing negara pegawai harian.
cenderung mendefinisikannya secara berbeda. 7. Negara-negara Uni-Eropa (Austria, Belgia,
Penelitian tersebut kemudian merangkum Denmark, Perancis, Jerman, Yunani,
definisi-definisi dari temporary workers di Irlandia, Italia, Belanda, Luxemburg,
sejumlah negara, yaitu: Portugal, Spanyol, Swedia, dan Inggris);
1. Australia; temporary workers adalah dari hasil penelitian di negara-negara
pegawai dengan sistem kontrak yang tersebut disimpulkan bahwa suatu
masa kerjanya tidak lebih dari satu tahun pekerjaan dapat dikatakan temporary
yang dapat direkrut secara langsung atau jika baik pegawai maupun pemberi kerja
melalui agen penyedia tenaga kerja. memahami bahwa pengakhiran atau
2. Kanada; temporary workers adalah pemutusan hubungan kerja ditentukan
pegawai yang bekerja pada pekerjaan oleh kondisi-kondisi yang objektif seperti
temporer yang telah ditentukan masa waktu atau tanggal tertentu, selesainya

14 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

suatu tugas atau proyek tertentu, atau kontrak maka beban kerja dapat terselesaikan
kembali bekerjanya pegawai yang sekaligus dengan biaya yang relaltif lebih kecil
digantikan sementara oleh temporary karena dengan sistem rekrutmen yang lebih
worker. Kemudian disimpulkan juga bahwa sederhana dan organisasi tidak diwajibkan
yang dikatakan sebagai temporary workers untuk memberikan berbagai tunjangan seperti
adalah: pegawai dengan pekerjaan halnya kepada para pekerja ‘reguler’.
musiman, pegawai yang dipekerjakan Beberapa alasan dan tujuan di-
pada organisasi oleh perusahaan agen gunakannya temporary workers menurut
tenaga kerja lepas sebagai pihak ketiga, Gesteby dan Wennerhag (2011) adalah:
pegawai dengan kontrak pelatihan yang 1. Temporary workers dibutuhkan pada saat
spesifik (untuk tugas yang spesifik). terjadi peningkatan bisnis (permintaan
Selain definisi-definisi di atas, produksi atau beban kerja) yang sifatnya
diperoleh juga definisi dari Office of Personnel sementara.
Management (OPM) di Amerika Serikat, yang 2. Dengan mempekerjakan temporary
menyatakan bahwa dalam konteks temporary workers, organisasi menjadi lebih fleksibel
employment, temporary appointment adalah jika sewaktu-waktu hendak mengurangi
pengangkatan pada pekerjaan pelayanan (karena terjadi resesi) ataupun menambah
(tanpa status) untuk jangka waktu tertentu (karena pemintaan yang meningkat)
yang tidak lebih dari satu tahun. Berdasarkan tenaga kerja.
deskripsi definisi di atas, dapat ditarik 3. Temporary workers dapat dipakai untuk
kesimpulan bahwa temporary worker adalah mengisi atau menggantikan pegawai yang
pegawai yang dikontrak dengan jangka waktu cuti sakit (dalam perawatan yang cukup
dan tugas tertentu, termasuk dalam temporary lama) ataupun cuti panjang.
workers adalah pegawai kontrak dengan 4. Temporary workers direkrut untuk suatu
jangka waktu yang tetap, pegawai yang berasal proyek khusus yang berjangka waltu
dari agen penyedia tenanga kerja, tenaga tertentu atau untuk kebutuhan akan
kerja lepas dan tenaga kerja untuk pekerjaan- tenaga dengan kemampuan khusus yang
pekerjaan musiman. tidak terdapat di organisasi tersebut.
5. Perekrutan dengan status temporary
Tujuan dan Alasan Perekrutan Temporary workers juga menguntungkan sebagai alat
Workers penyaringan pegawai baru (lebih efisien
Keberadaan temporary workers karena sekaligus dapat dipakai sebagai
bermula dari kebutuhan organisasi untuk masa uji coba).
memenuhi tuntutan perubahan. Perubahan Perekrutan pada sektor publik dapat
yang dimulai sejak pertangahan tahun 1970- dicontohkan oleh OPM (dalam A Report by the
an menciptakan kondisi yang mengarahkan U.S. Merit Systems Protection Board, 1994)
bangsa-bangsa, organisasi, dan para pekerja yang menyebutkan penggunaan temporary
untuk mencari hubungan kerja yang lebih employees yang sesuai adalah untuk:
fleksibel (Kalleberg, 2000). Penggunaan 1. Pengisian lowongan untuk memenuhi
kontrak kerja yang fleksibel seperti temporary tuntutan beban kerja yang mencapai
employment diyakini dapat memenuhi tuntutan puncak.
tersebut, dengan adanya pekerja-pekerja 2. Mengisi posisi ketika pendanaan atau

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 15


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

anggaran dan keberadaan beban kerja 5. U n t u k m e n j a l a n i p e l a t i h a n a t a u


untuk posisi tersebut di masa datang pengkaderan.
masih belum pasti. 6. Untuk tujuan yang lain yang sifatnya
3. Mengisi posisi yang permanen sementara, sementara.
dengan tujuan untuk meng-hindari Selain kegunaan-kegunaan yang
pengisian yang tidak diinginkan dari menjadi alasan perekrutan, keberadaan
pegawai tetap di bagian lain yang akan temporary workers juga mempunyai
dipindahkan dalam organisasi tersebut. kekurangan-kekurangan dan dapat me-
4. Mengisi lowongan yang diprediksi nimbulkan permasalahan. Menurut hasil
berkemungkinan untuk dihapuskan. tinjauan literatur-literatur yang dilakukan oleh
OPM juga menyebutkan penggunaan Martinez et. al., (2010), menyebutkan bahwa
temporary employees yang tidak tepat antara secara empiris ditemukan temporary workers
lain adalah: cenderung rendah komitmennya, rendah
1. Mempekerjakan temporary employees rasa percayanya kepada organisasi, dan
untuk menghindari biaya-biaya seperti ke-beradaan mereka cenderung mengurangi
tunjangan dan kewajiban lain yang harus organization citizenship behavior (contohnya
dipenuhi jika memakai pegawai tetap. perilaku saling menolong dan kepatuhan).
2. Menggunakan sistem kerja kontrak Pendapat yang hampir sama di-
sebagai ‘uji coba’ untuk penunjukkan kemukakan oleh Gesteby dan Wennerhag
pegawai tetap (kecuali jika diotorisasi (2011) dalam penelitian mereka yang
secara khusus) menyimpulkan bahwa:
3. Sebagai jalan pintas karena orang yang 1. Temporary employee cenderung memiliki
ditunjuk sebagai temporary employees motivasi kerja yang lebih rendah dari
tidak bisa masuk sebagai pegawai tetap. pegawai permanen.
4. Mempekerjakan dengan perpanjangan 2. Menggunakan temporary employees
kontrak baru setelah 4 kali berturut-turut dapat beresiko mengikis human capital
dilakukan perpanjangan (masa kerja organisasi karena temporary employees
temporary employees adalah 12 bulan tidak merasa terikat pada organisasi.
dan maksimal di perpanjang tiga kali atau 3. Terdapat kemungkinan terjadi konflik
empat tahun). antara temporary employees dengan
Contoh kedua yaitu pada Public pegawai permanen.
Sector Workforce Office (2009) di New South Dalam laporan yang dibuat oleh
Wales Australia menyatakan bahwa temporary U.S. Merit Systems Protection Board (1994)
employees dapat dipekerjakan pada: dinyatakan bahwa kompetisi dalam mengisi
1. Tugas-tugas atau proyek yang spesifik lowongan temporary employee tidak seketat
yang bersifat sementara. yang permanen, selain itu persyaratannya
2. Posisi yang lowong untuk sementara. juga tidak terlalu ketat, sehingga berakibat
3. Sebagai tenaga tambahan dalam area pada kompetensi temporary employee yang
kerja tertentu; seperti misal dimana terjadi cenderung rendah. Temporary employee
kenaikan beban kerja sementara atau juga tidak mempunyai masa jabatan (dapat
karena tuntutan perubahan. sewaktu-waktu dipecat tanpa hak untuk
4. Berkaitan dengan penugasan atau mengajukan keberatan) dan tunjangan,
pertukaran staf
16 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

sehingga rentan untuk dimanfaatkan oleh kerja yang rendah. Oleh karena itu temporary
pemberi kerja (memperpanjang kontrak workers biasanya berharap pekerjaannya yang
dengan tujuan menghindari biaya-biaya temporer tersebut hanya bersifat sementara,
tambahan seperti tunjangan). Selain itu, artinya mereka sebenarnya cenderung
keberadaan temporary employee sebagai menginginkan pekerjaan yang permanen,
pegawai yang ‘berbeda’ dengan pegawai hanya mungkin keadaan yang membuat
yang mayoritas yaitu pegawai permanen, tidak mereka harus menjadi temporary workers
jarang menimbulkan konflik. Untuk mengatasi terlebih dahulu atau memang mereka pilih
permasalah tersebut diberikan usulan solusi sebagai sarana untuk mencari pengalaman
sebagai berikut: kerja atau sebagai batu pijakan untuk langkah
1. Melarang perpanjangan kontrak (setelah selanjutnya.
empat tahun atau perpanjangan tiga kali) Dari sisi organisasi sendiri memang
2. Menyediakan mekanisme konversi status dimungkinkan untuk mengangkat temporary
langsung dari temporary ke permanen workers mereka menjadi pegawai yang
(dengan persyaratan: a) telah direkrut permanen (bahkan untuk beberapa organisasi,
melalui prosedur penunjukkan temporary salah satu alasan merekrut temporary workers
employee; b) telah mengabdi selama 2 adalah sebagai salah satu alat penyaringan
tahun sebagai temporary employee; c) penerimaan pegawai (Gesteby dan Wennerhag,
memenuhi standar kinerja selama menjadi 2011). Penelitian yang dilakukan oleh OECD
temporary employee. (2002) juga melihat bagaimana ‘mobilitas’ dari
3. Memberikan temporary employees temporary workers di 21 negara OECD. Hasil
sebagian atau seluruh tunjangan yang penelitian menunjukkan, sebagian (berkisar
sama yang diberikan kepada pegawai antara 34% sampai dengan 71% dari temporary
permanen workers di 21 negara tersebut) bergerak ke
Penyalahgunaan pegawai tidak pekerjaan yang permanen, sebagian tetap,
tetap juga teridentifikasi pada organisasi dan sebagian yang lain bergerak menjadi
publik di Kanada, dimana Public Service tidak bekerja. Diungkapkan juga proporsi
Commission melakukan penelitian “Use of mobilitas menjadi pegawai permanen terbesar
The Temporary Help Service in Public Service adalah temporary workers yang pendidikannya
Organization” pada tahun 2010, menemukan menengah sampai tinggi dan berusia antara 25
bahwa kurangnya panduan dan monitoring me- s.d. 34 tahun. Penelitian tidak menunjukkan
nyebabkan terjadinya penggunaan pegawai dari sektor apa saja temporary workers ini, dan
tidak tetap untuk penyelesaian tugas-tugas bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh
yang sifatnya permanen dan memperpanjang organisasi merubah status temporary menjadi
masa kerja mereka untuk kepentingan tersebut. permanen.
Pada bagian sebelumnya telah
Bergerak dari Temporer ke Permanen disebutkan bahwa mekanisme konversi status
Jika melihat uraian di atas, dari sisi dari temporary ke permanen yang diusulkan
pegawai, terdapat beberapa kekurangan oleh U.S. Merit Systems Protection Board pada
menjadi temporary workers, antara lain tidak tahun 1994 memiliki persyaratan:
terdapat karir yang pasti, tingkat gaji yang a) telah direkrut melalui prosedur pe-
relatif lebih rendah, dan tingkat keamanan akan nunjukkan temporary employee;

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 17


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

b) telah mengabdi selama 2 tahun sebagai definisi dari tenaga honorer pada Peraturan
temporary employee; Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 tentang
c) memenuhi standar kinerja selama menjadi Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon
temporary employee. Pegawai Negeri Sipil, disebutkan tenaga
Pemerintah di Queensland Australia honorer adalah seseorang yang diangkat oleh
(dalam HR Policy B52), menyatakan bahwa Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat
temporary employee dapat diangkat menjadi lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan
pegawai permanen dengan persyaratan: tugas tertentu pada instansi pemerintah atau
1. Pegawai tersebut sudah bekerja pada yang penghasilannya menjadi beban Anggaran
posisi yang sama (dengan tugas yang Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
serupa) selama minimal tiga tahun Pendapatan dan Belanja Daerah. Dapat dilihat
berturut-turut. bahwa selain istilah yang berubah, definisi juga
2. Total waktu pegawai tidak bekerja selama berbeda, dimana tidak terdapat penjelasan
tiga tahun tersebut tidak lebih dari tiga mengenai batasan waktu dari tenaga honorer
bulan. dalam definisinya, padahal dalam pelaksanaan
3. Pegawai bersangkutan dipilih sebagai perekrutannya mengacu pada UU 43/99. Perlu
temporary employee berdasarkan sistem dilakukan revisi terhadap definisi dari tenaga
merit. honorer jika memang istilah tenaga honorer ini
4. Memang terdapat tugas atau posisi bagi hendak mengacu pada istilah PTT.
pegawai tersebut. Dengan asumsi bahwa tenaga
5. Anggaran tersedia. honorer adalah PTT yang juga serupa dengan
6. Pegawai telah dinilai kinerjanya pada temporary workers atau employees, kita
tugas tersebut dengan baik. kemudian dapat membandingkan (kaitannya
dengan PTT) apa yang ada di negara kita
dengan apa yang ada di luar sana, serta
PEMBAHASAN melihat bagaimana praktek yang dilakukan di
luar sana untuk menjelaskan mengapa praktek
Definisi PTT dalam UU 43/99 yang kita lakukan di sini berakibat apa yang
adalah pegawai yang diangkat untuk jangka sekarang terjadi di negara kita.
waktu tertentu guna melaksanakan tugas Permasalahan mengenai PTT di
pemerintahan dan pembangunan yang negara-negara yang menjadi contoh dalam
bersifat teknis profesional dan administrasi tinjauan pustaka atau literatur berada seputar
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keadilan terhadap PTT (penyalahgunaan untuk
organisasi. Pegawai tidak tetap ini tidak menyelesaikan beban yang tidak seharusnya
berkedudukan sebagai Pegawai Negeri. mereka kerjakan dengan alasan menghndari
Membandingkan definisi tersebut dengan biaya tambahan) dan kemungkinan timbulnya
definisi-definisi yang diperoleh dari literatur- konflik antara PTT dengan pegawai tetap,
literatur dapat disimpulkan bahwa PTT dalam sedangkan di Indonesia, permasalahannya
peraturan tersebut telah difefinisikan dengan lebih kompleks karena menyangkut
cukup tepat, hanya saja mengapa kemudian kepentingan politik, permasalahan hukum,
istilahnya berubah menjadi tenaga honorer, pemborosan anggaran negara yang signifikan,
ini yang menjadi pertanyaan. Jika melihat dan permasalahan sosial yang lebih luas.

18 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

Mengapa bisa terjadi demikian? Terlepas dari di lain pihak, terjadi penumpukkan jumlah
masalah definisi, jawabannya kira-kira bisa PNS terutama di daerah yang lebih maju.
dilihat dengan perbandingan sebagai berikut: Terjadinya penumpukkan jumlah juga
1. Alasan atau tujuan perekrutan tenaga sering tidak menjadi jaminan masyarakat
honorer. di sana akan mendapatkan pelayanan
Dalam menjelaskan persoalan ini yang sesuai harapan, hal ini karena
perlu untuk melihat gambaran kondisi tidak terpenuhinya kompetensi yang
kepegawaian di Indonesia terlebih dibutuhkan tadi. Sehingga baik instansi
dahulu. Sampai saat ini masyarakat yang jumlahnya terlalu sedikit maupun
sebagai stakeholder utama pemerintah, yang terlalu banyak selalu mengeluhkan
masih menganggap layanan publik yang hal yang sama, yaitu kekurangan pegawai,
diberikan oleh pemerintah belum sesuai yang sering diungkapkan dengan istilah
dengan harapan mereka. Padahal dengan “too much but not enough”. Salah satu
anggaran belanja pegawai yang cukup cara yang dipakai oleh sebagian besar
besar (terutama karena jumlah PNS yang (jika tidak ingin dikatakan hampir semua)
banyak) dan semakin meningkat per instansi ini untuk mengatasi hal tersebut
tahunnya (Rp. 215,7 Triliun pada tahun adalah dengan melakukan perekrutan
2012 menjadi Rp. 240,2 Triliun atau 20,8% tenaga honorer. Tenaga honorer memang
dari total anggaran di tahun 2013), sudah diperlukan untuk membantu dalam tugas-
sepatutnya diikuti dengan diperolehnya tugas tertentu, namun dengan alasan
kualitas pelayanan yang dianggap perekrutan seperti itu tentu saja tidak
memuaskan. Permasalahannya bukan benar dan akan semakin membebani
terletak pada jumlah PNS, namun pada anggaran negara (terlebih kompetensi
kompetensi yang dimiliki oleh sebagian dari tenaga honorer relatif lebih rendah
besar PNS, yang seringkali tidak sesuai dari pegawai tetap karena proses seleksi
atau bahkan tidak memenuhi standar yang tidak ketat).
dari jabatan yang mereka duduki. Usaha- Alasan dan atau tujuan dari perekrutan
usaha untuk meningkatkan kompetensi tenaga honorer lain yang sering terjadi
ini juga bisa dibilang belum cukup serius, adalah untuk kepentingan politik. Dengan
dimana pelatihan-pelatihan yang diberikan adanya otonomi daerah, calon kepala
belum berdasarkan kebutuhan dan tanpa daerah yang ditunjuk melalui kegiatan
evaluasi lebih lanjut sehingga sering salah politik, tidak jarang menggunakan ‘iming-
sasaran dan hanya menjadi pemborosan iming’ rekrutmen tenaga honorer bagi
anggaran. Hal ini diperparah dengan para pendukung politiknya, posisi sebagai
distribusi dan komposisi PNS yang tenaga honorer juga sering diberikan
tidak seimbang. Banyak ditemui kasus kepada sanak saudara para penguasa
kekurangan jumlah pegawai di daerah, sehingga baik dari segi kuantitas maupun
terutama di daerah yang terpencil atau kapasitas tidak sesuai dengan yang
yang pendapatan daerahnya cenderung sebenarnya dibutuhkan. Jumlah tenaga
rendah, yang tentu saja menyebabkan honorer pun menjadi tidak terkendali.
layanan publik di daerah tersebut tidak Masih terkait dengan otonomi daerah,
dapat diberikan dengan baik. Sebaliknya terjadinya pemekaran-pemekaran wilayah

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 19


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

menyebabkan wilayah-wilayah baru antara lain mengacu pada Peraturan


yang terbentuk, menimbulkan kebutuhan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang
administrasi yang baru dan cenderung Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi
membutuhkan pegawai-pegawai baru. Calon Pegawai Negeri Sipil. Dasar
Jika pegawai baru tidak dapat dipenuhi pengangkatannya terlepas dari tenaga
seketika, maka pilihan yang biasanya honorer dengan kriteria tertentu seperti
diambil adalah dengan merekrut tenaga- tenaga pendidikan dan tenaga kesehatan,
tenaga honorer. hanya masa kerja dan usia. Hal ini
2. Rekrutmen tenaga honorer. tentu saja tidak sesuai dengan sistem
Meskipun diakui bahkan oleh OPM (Amerika merit dan penambahan CPNS ke dalam
Serikat), PSC, dan APS (Australia), dan kepegawaian di Indonesia dalam jumlah
ditunjukkan oleh penelitian di organisasi- yang relatif banyak tidak diikuti dengan
organisasi swasta (Matinez, 2010; OECD, kenaikan kemampuan pegawai dari segi
2002; Gesteby dan Wennerhag, 2011) kualitas sehingga kenaikkan produktivitas
bahwa proses rekrutmen dan seleksi dibandingkan dengan kenaikkan anggaran
untuk PTT cenderung lebih longgar yang terjadi tidak sepadan. Permasalahan
daripada rekrutmen dan seleksi pegawai pengangkatan tersebut tidak berhenti
tetap (karena minat yang rendah, kerja sampai disitu, dengan alasan jumlah yang
yang cenderung spesifik dan teknis, harus didata sangat banyak, terdapat
dan dampak kerja yang relatif tidak tenaga honorer yang ‘tercecer’ sehingga
jangka panjang), yang mengakibatkan walaupun memenuhi syarat tidak ikut
ke-mampuan PTT relatif tidak lebih baik diangkat sebagai CPNS. Keputusan untuk
dari pegawai tetap, namun bagaimanapun menangani tenaga honorer yang ‘tercecer’
perencanaan pengadaan PTT mereka, tersebut membutuhkan waktu yang sangat
dibuat berdasarkan kebutuhan akan lama, sehingga pada waktu dilakukan
posisi dengan tugas-tugas yang jelas. pendataan ulang pada akhir tahun 2010,
Sistem rekrutmen yang mereka pakai juga terdapat banyak sekali tenaga honorer
dipastikan transparasinya, begitu pula ‘ilegal’ (karena dipekerjakan setelah
dengan seleksi yang tetap mengacu pada dikeluarkannya larangan untuk merekrut
penilaian yang objektif. tenaga honorer) yang menumpang ikut
3. Konversi status tenaga honorer menjadi dalam pendataan. Ditambah dengan
CPNS. administrasi yang carut marut, pendataan
Telah dijelaskan bahwa pada banyak dan verifikasinya pun memakan waktu
organisasi-organisasi di dunia baik swasta yang lama dan memicu terjadinya ‘jual
maupun publik dimungkinkan bagi PTT beli’ tenaga honorer yang dikategorikan
untuk diangkat menjadi pegawai tetap layak untuk diangkat sebagai CPNS. Tidak
dengan syarat-syarat tertentu antara lain cukup sampai disitu, tenaga honorer yang
memenuhi masa kerja dan ukuran kinerja telah diketahui tidak memenuhi kategori
tertentu, mempunyai kemampuan yang layak tersebut (hanya berdasarkan masa
dibutuhkan, anggaran dan posisi memang kerja), masih diberi kesempatan untuk
tersedia, dan dipilih secara objektif. menjadi CPNS melalui tes tertulis dengan
Pengangkatan tenaga honorer di Indonesia jalur khusus. Bisa dibayangkan bagaimana

20 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

anggaran negara akan semakin terbebani. honorer sebagai alat politik.


Pertanyaan selanjutnya adalah c. Penataan: penataan pegawai yang
bagaimana solusi permasalahan-per- telah mulai diprogramkan untuk
masalahan tersebut? Untuk mengatasi dilaksanakan di seluruh instansi
permasalahan yang kompleks dibutuhkan pemerintah harus dilaksanakan
penanganan yang simultan dari berbagai aspek dengan baik dan benar (tidak asal-
dan mendapatkan dukungan dari berbagai asalan sekedar hanya sebagai
pihak. Solusi yang ditawarkan artikel ini adalah: syarat untuk pengajuan formasi
1. Untuk menangani tenaga honorer (yang pegawai) agar terlihat beban kerja
sebagian besar tidak kompeten) yang yang sebenarnya dan keputusan
sudah terlanjur dianggap layak untuk untuk merekrut tenaga honorer atau
menjadi pegawai tetap, perlu dilakukan tidak atau sebeberapa banyak dan
pemetaan kompetensi yang hasilnya di bagian mana yang membutuhkan
digunakan untuk dasar pengembangan bisa teridentifikasi dengan tepat.
dan penempatan di posisi yang ‘paling Selain itu dengan penataan yang
sesuai’ dengan kondisi kemampuan efektif dapat diidentifikasikan juga
mereka. Perencanaan mengenai kemungkinan-kemungkinan mutasi
pengembangannya harus benar-benar pegawai dalam rangka memperoleh
serius dilakukan berdasarkan per- komposisi pegawai di setiap daerah
timbangan kebutuhan dan anggaran. yang tepat. Untuk mendukung hal ini
2. Untuk praktek di masa datang diperlukan perlu ditegaskan kembali mengenai
perbaikan dari berbagai segi: kewajiban untuk menaati keputusan
a. Hukum; dibuat peraturan yang jelas pemindahan (sesuai dengan per-
dan lengkap hingga ke tingkat teknis aturan dan telah ditandatanganinya
mengenai PTT mulai dari peren- pernyataan setuju untuk ditempatkan
canaannya, rekrutmen dan seleksinya, di wilayah atau tempat yang mem-
penunjang kerjanya, standar kom- butuhkan) ke daerah atau instansi
petensinya, ukuran dan penilaian yang selama ini kurang diminati.
kinerjanya, pengembangannya, hak- Daerah mana yang banyak dan
hak dan kesejahteraannya, pengaturan kurang diminati sebenarnya mudah
masa kerja, per-panjangan kontrak untuk diidentifikasi, pemerintah
dan mekanisme pengangkatan sebaiknya memberikan fasilitas dan
menjadi pegawai tetap jika dibutuhkan insentif tertentu yang sepadan jika
(berdasarkan objektivitas). pegawai mau untuk dipindah ke
b. Netralitas pegawai; Pejabat Pembina tempat yang dirasa ‘kurang meng-
Kepegawaian yang saat ini masih untungkan’ jika dibandingkan dengan
dipegang oleh pejabat politik harus tempatnya sekarang. Sebaliknya
segera diganti dengan pejabat karir dilakukan pembatasan untuk per-
tertinggi di masing-masing instansi setujuan keinginan pindah ke tempat
atau daerah untuk memastikan yang ‘lebih menguntungkan’.
netralitas dan meminimalkan ke- d. Kejelasan informasi: terutama kepada
mungkinan penyalahgunaan tenaga masyarakat mengenai apa dan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 21


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

bagaimana tugas serta ke-dudukan diperoleh dari keotonomian tersebut termasuk


beserta informasi terkait tenaga yang berkaitan dengan tenaga honorer.
honorer yang lainnya. Sehingga Sebenarnya yang menjadi korban disini adalah
kesewenangan terhadap tenaga tenaga honorer itu sendiri, terutama tenaga
honorer seperti untuk melakukan honorer yang ‘sebenarnya’ yang memang
pekerjaan diluar tanggung jawabnya dibutuhkan dan benar-benar bekerja penuh
yang tidak wajar dan terjadi karena dedikasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
ketidaktahuan serta ketidakmampuan karena seolah-olah menjadi disamaratakan
untuk menolak bisa dihindari. dengan para tenaga honorer yang ‘ilegal’.
e. Pengawasan; peranan kontrol Selama ini perekrutan tenaga honorer
terutama dari pemerintah pusat, lebih merupakan hasil dari ketidakmampuan
mutlak dilakukan dengan efektif dan pemerintah dalam mengelola sumber daya
dengan pemberian sanksi yang tegas. terutama SDM yang dimilikinya, sehingga
Masyarakat harus ikut di-berdayakan memakai jalan pintas dengan cara merekrut
sebagai fungsi kontrol tambahan. tenaga honorer. Masih banyak sebenarnya
aspek-aspek yang berkaitan dengan
permasalahan tenaga honorer di Indonesia
PENUTUP yang luput dari perhatian artikel ini seperti
misalnya mengenai bagaimana sebaiknya
Permasalahan mengenai tenaga melakukan pengembangan dan peningkatan
honorer di Indonesia telah menjadi sangat kesejahteraan tenaga honorer. Aspek-aspek
kompleks dan berdampak cukup luas. Artikel yang termasuk dalam pembahasan juga kurang
ini sekilas mempunyai kesan ‘menyalahkan’ mendalam dilakukan sebagai konsekuensi
keberadaan tenaga honorer, yang mana ingin mencakup berbagai macam aspek.
sesungguhnya adanya tenaga honorer sangat Kemudian artikel ini juga tidak mengikutkan
membantu penyelesaian tugas dan pen- wacana mengenai PTT yang diajukan dalam
capaian tujuan organisasi jika dilaksanakan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil
dan dikelola dengan benar. Perlu ditekankan Negara yang relatif lebih lengkap dari peraturan
bahwa tujuan yang sebenarnya dari artikel ini yang berlaku sekarang, hal ini lebih karena
adalah mencoba menguraikan dan mencari pemahaman penulis mengenai PTT dalam
tahu akar permasalahan dan berdasarkan RUU tersebut yang masih sangat terbatas.
literatur yang ada berusaha menawarkan Untuk itu penelitian selanjutnya terutama
solusi agar penyimpangan-penyimpangan yang bersifat empiris dan terfokus sangat
yang berkaitan dengan pengelolaan tenaga diharapkan, meski penelitian-penelitian sosial
honorer, yang pada akhirnya akan memberikan yang kurang atau tidak memberikan dampak
perbaikan termasuk kepada tenaga honorer langsung terkadang dianggap tidak terlalu
itu sendiri dalam hal kejelasan peran dan penting sehingga mengecilkan hasilnya.
peningkatan kesejahteraannya. Demikian
juga dengan otonomi daerah. Otonomi daerah
sangat berguna untuk membantu pemerataan DAFTAR PUSTAKA
pembangunan, yang coba dikritik oleh artikel
ini adalah penyalahgunaan wewenang yang Gesteby , Elina., and Wennerhag, Sarah.

22 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.2, November 2013

2011. The decision-making process U.S. Merit Systems Protection Board. 1994.
of hiring temporary employees. Master Temporary Federal Employment:
Thesis in Management Accounting. In Search of Flexibility and
Gothenburg University, Sweden. F a i r n e s s .   h t t p : / / w w w. m s p b .
Heathfield, Susan M. 2013. Temporary gov/netsearch/viewdocs.
Employees. dalam http:// aspx?docnumber=253664
humanresources. about.com/od/
glossaryt/g/temp_ employee.htm,
diakses 1 November 2013.
Kalleberg, Arne L. 2000. Nonstandard
employment relations: part-time,
temporary and contract work. Annual
Reviews. Vol 26. Pg:341-165.
Martinez, Gabriel., Cuyper, Nele De., Witte,
hans De. 2010. Review of temporary
employment literature: perspectives
for research and development in
Latin America. Psykhe Vol.19 No. 1.
Pg:61-73.
OECD. 2002. OECD Employment Outlook
Chapter 3. Taking the measure of
temporary employment. dalam http://
www.oecd.org/els/emp/17652675.pdf,
diakses 15 Oktober 2013.
Public Sector Workforce Office. 2009.
Commentary and guidelines on
temporary employment and casual
employment. Department of Premier
and Cabinet, New South Wales.
Queensland Government . Public Service
Commission, HR Policy B52. Guideline
- Transitional arrangements for the
conversion of temporary employees
to permanent status.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
—————————, Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2005 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 23

Anda mungkin juga menyukai