Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengelolaan Sampah
Menurut WHO, Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Pengelolaan sampah adalah suatu tindakan yang meliputi penyimpanan,
pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah
tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah dapur di rumah sakit :
 Pertama, penyimpanan. Sampah non-medis dikumpulkan di plastic warna hitam
berukuran 60 cm x 100 cm dan 50 cm x 75 cm yang disediakan di beberapa unit.
Plastik sampah terbuat dari bahan fiber dan diisi 2/3 untuk menghindari sampah
menumpuk dan tumpah.
 Tahapan kedua ialah penampungan. Sampah-sampah medis dan non-medis
dibawa ke tempat penampungan lalu dipisahkan berdasarkan perlakuan.
 Tahapan ketiga ialah pemusnahan. Dalam hal ini sampah non-medis dibawa oleh
container dengan kapasitas 12 m3 dan dibawa menuju TPA oleh Dinas
Kebersihan.

1.1. Indikator Mutu Pengelolaan Limbah


Dalam melakukan pengelolaan limbah juga diperhatikan beberapa indikator mutu
pengelolaan limbah yang nantinya akan bermuara kepada audit pengelolaan lingkungan
rumah sakit. Audit lingkungan rumah sakit nantinya akan menghasilkan evaluasi
pengelolaan limbah rumah sakit dan perubahan SOP jika nantinya diperlukan. Indikator
mutu manajemen pengelolaan limbah didasarkan pada kebijakan yang berlaku, yang mana
saat ini yang dijalankan ialah Kepmenkes RI Nomor 204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit.
Mutu pengelolaan limbah yang nantinya akan diaudit terdiri atas beberapa bagian,
yaitu
 Aspek pemilahan limbah padat non-medis. Pemilahan limbah padat non-medis
diantaranya ialah memilah limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang
tidak dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, pemilahan limbah non-medis juga
termaksuk pemilahan lumbah basah dan limbah kering.
 Aspek Pewadahan, wadah untuk mengangkut limbah non-medis terbuat dari bahan
yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang
mudah dibersihkan di bagian di dalamnya. Selain itu, wadah memiliki tutup yang
mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan, selain itu, wadah diberikan
label serta dibersihkan secara teratur. Limbah non-medis juga tidak boleh
dibiarkan dalam wadah melebihi 3x24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong yang
sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut agar tidak menjadi vector penyakit.
 Aspek Pengangkutan, Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke
tempat penampungan sementara menggunakan troli tertutup.
 Aspek Penampungan. Penampungan limbah padat yang masih bisa dimanfaatkan
dan yang tidak dipisah. Penampungan limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup, serta mudah dibersihkan. Terletak di lokasi yang
mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
 Aspek Pembuangan, TPS memiliki konstruksi dinding berupa semen, terletak di
belakang rumah sakit, jika terbuat dari kontainer logam yang kedap air dan
bertutup rapat, serta dapat menampung jumlah sampah yang ada, mudah
dikosongkan serta dibersihkan.

2. Penerapan Sistem Manajemen K3

2.1. Tahap Persiapan


 Komitmen manajemen puncak
 Menentukan ruang lingkup
 Menetapkan cara penerapan
 Membentuk kelompok penerapan
 Menetapkan sumber daya yang diperlukan

2.2. Tahap Pengembangan dan Penerapan


 Menyatakan Komitmen
 Menetapkan Cara Penerapan
 Menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem Manajemen
K3, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
 Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi
sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengetahuan secara efektif
 Konsultan yang intdependen sehingga memungkinkan konsultan tersebut secara
bebas dapat memberikan umpan balik
 Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup
 Membentuk Kelompok Kerja Penerapan
 Peran anggota kelompok kerja:
 Menjadi agen perubahan sekaligus fasilitator dalam unit kerjanya
 Menjaga konsistensi dari penerapan Sistem Manajemen K3
 Menjadi penghubung antara manajemen dan unit kerjanya
 Menetapkan sumber daya yang diperlukan
 Sumber daya mencakup personel, perlengkapan, waktu, dan dana.
Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara
resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses
penerapan.
 Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan
tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk
mengolah dan menyimpan data. Waktu yang diperlukan terutama bagi
orang yang terlibat dalam penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan,
mempelajari bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai
menghadapi kegiatan audit dan assesment.
 Kegiatan Penyuluhan
 Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan motivasi terhadap
pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3, serta untuk membangun
komitmen menyeluruh mulai dari direksi, manajer, staf, dan seluruh
jajaran.
 Kegiatan penyuluhan dapat berupa pernyataan komitmen manajemen,
pelatihan awareness Sistem Manajemen K3, dan membagikan bahan
bacaan.
 Peninjauan Sistem
 Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai
bekejra untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian
dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen
K3.
 Penyusunan Jadwal Kegiatan
 Pengembangan Sistem Manajemen K3
 Termasuk dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir,
penulisan manual Sistem Manajemen K3, prosedur, dan instruksi
kerja.
 Penerapan Sistem
 Proses Sertifikasi

Anda mungkin juga menyukai