Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAAN PADA An.

G
DENGAN ANEMIA APLASTIK DI RUANG ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG

Disusun Oleh :
Rika Noviza
NIRA 33020007605

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG


2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Penulis............................................................................ 3

C. Pengumpulan Data ..................................................................... 3

D. Tempat Dan Waktu .................................................................... 4

E. Sistematika Penulisan ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian .................................................................................... 5

B. Anatomi Fisiologi ....................................................................... 7

C. Etiologi ........................................................................................ 9

D. Patofisiologi ................................................................................ 11

E. Manifestasi Klinis ....................................................................... 12

F. Pemeriksaan Diagnostik yang Spesifik ....................................... 14

G. Penatalaksanaan .......................................................................... 16

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus ............................................................................ 24

B. Pembahasan ................................................................................. 44

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 59

B. Saran ........................................................................................... 61
3

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit bisa menyerang siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-

anak. Timbulnya penyakit itu sendiri bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain: lingkungan, kebiasaan, dan pola makan. Lingkungan yang bersih

dan sehat dapat mencegah timbulnya penyakit, begitu pula dengan kebiasaan

hidup sehat dan pola makan yang teratur. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006)

Salah satu penyakit yang biasa menyerang adalah penyakit anemia.

Anemia sering disebut juga dengan penyakit kekurangan darah. Penyakit

anemia dapat diketahui dari beberapa tanda dan gejala yang sering muncul

antara lain : lemas, letih, lesu, dan muka terlihat pucat. (Guyton dan Hall, 1997)

Penyakit anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang dapat

disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu

lambatnya produksi sel darah merah (Guyton dan Hall, 1997). Anemia

mempunyai beberapa tipe antara lain : anemia mikrositik hipokrom, anemia

makrositik, anemia karena pendarahan, anemia hemolitik, dan anemia aplastik.

Salah satu tipe anemia yang sering dijumpai adalah Anemia Aplastik

terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang belakang untuk membentuk

sel-sel darah merah. Penyebab-penyebab anemia aplastik antara lain

kemoterapi, radioterapi, toksis, kehamilan dan hemoglobinuria dan lain-lain.

(Baughman, 2000)
1
2

Data yang diperoleh dari RSUD Ajibarang, penderita anemia dari tahun

2007-2009 sedikit mengalami penurunan. Penderita anemia paling banyak

terjadi pada bulan Maret tahun 2007 yaitu sebanyak 34 orang. Pada tahun 2007

diperoleh presentase sebanyak 253 pasien 89,08 %, tahun 2008 sebanyak 251

pasien 79,68 %, dan ditahun 2009 diperoleh presentase sebanyak 83 pasien

66,93 %. Oleh sebab itu, penyakit anemia tidak bisa dianggap remeh atau kita

abaikan. Walaupun angka kejadian anemia jumlahnya kecil dan tidak masuk

dalam kasus 10 besar penyakit ruangan, namun dampak yang ditimbulkan

akibat penyakit ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak terutama bila terjadi pada balita, sehingga anjuran bagi keluarga dalam

memberikan asupan makanan pada anak harus mengandung gizi yang

seimbang, terutama banyak zat besi, khusus pada anak post rawat inap anemia.

Apabila bayi yang lahir dari ibu yang tidak anemia atau bergizi baik, maka bayi

tersebut juga lahir dalam keadaan zat besi yang cukup apabila diberi ASI yang

cukup pula.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, masih banyak penderita yang

menderita Anemia Aplastik maka dari itu penulis berminat untuk melakukan

asuhan keperawatan pada pasien Anemia Aplastik, khususnya pada An. G di

ruang AnakRumah Sakit Umum Daerah Ajibarang yang dilakukan mulai

tanggal 16-17 April 2009, dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

B. Tujuan Penulis
3

1. Tujuan Umum

Melaporkan penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan

pada klien dengan Anemia Aplastik secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus :

Memaparkan data-data yang berhubungan dengan Anemia Aplastik

a. Pengkajian fokus klien.

b. Analisa data hasil pengkajian dan penetapan diagnosa keperawatan.

c. Penerapan rencana tindakan keperawatan.

d. Implementasi keperawatan pada klien.

e. Evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

dilakukan dengan catatan perkembangan SOAP.

f. Pendokumentasian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada

klien.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data tugas akhir ini menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Observasi Partisipatif

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi terhadap

klien dan dengan melakukan asuhan keperawatan dimana terdapat interaksi

antara penulis dengan klien.

2. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab atau

anamnesis kepada klien, keluarga klien/orang terdekat dengan klien atau

kepada tenaga kesehatan lainnya.


4

3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan

tentang kasus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi.

D. Tempat Dan Waktu

Asuhan keperawatan ini dilakukan di ruang Ruang Anak RSUD

Ajibarang dari tanggal 16-17April 2013.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah,

tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu serta

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka membahas tentang pengertian, anatomi dan

fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,

penatalaksanaan dan fokus intervensi.

BAB III : Tinjauan kasus membahas tentang pengkajian, perencanaan,

implementasi, evaluasi serta pembahasan.

BAB IV : Penutup membahas tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
5

A. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb darah atau hitung

eritrosit 1ebih rendah dari harga normal. (Arif Mansjoer, 2001)

Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria

atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada.wanita.

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas

pengangkut oksigen darah, (Marilyn E. Doenges, 1999 )

Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan oleh

hilangnya darah yang terlalu cepat dan karena terlalu lambatnya produksi sel

darah merah. (Guyton dan Hall. 1997)

Anemia adalah ketidakseimbangan pembentukan dan perusakan sel-sel

darah merah. (Yasmin, 1996)

Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah

dalam sirkulasi (Corwin, 2000)

Anemia adalah rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. (Baughman, 2000)

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia adalah

suatu keadaan dimana kadar Hb dalam tubuh dibawah batas normal (13,5 – 18,0
5
6

gr/dl), yang disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat dan karena

terlalu lambatnya produksi sel darah merah.

Ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebab. Tipe anemia

berikut akan dibahas dalam bab ini:

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai

bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

b. Anemia penyakit kronik

adalah anemia yang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi,

inflamasi kronik dan neoplasma.

2. Anemia makrositik

a. Defisiensi Vitamin B12/pernisiosa adalah anemia karena kekurangan

vitamin B12.

b. Defisiensi asam folat adalah anemia karena kekurangan asam folat.

3. Anemia karena perdarahan

Terbagi atas :

a. Perdarahan akut

Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan-

penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik
7

Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui

pasien.

4. Anemia Hemolitik

Terjadi karena penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik

sementara maupun terus menerus.

5. Anemia Aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel

darah merah.

B. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

http://lionkingnimaz.blogspot.com

2. Fisiologi

Sel darah merah /eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak

berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian

tengah tebalnya hanya 1 meter atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur

maka perjalanannya melalui mikro sirkulasi konfigurasi berubah. Stroma


8

bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan

B serta faktor R12 yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen

utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut

O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian darah

intraseluler.

Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta/mm3 darah pada rata-rata

orang dewasa dan berumur 120 hari. Pembentukan sel darah merah di

rangsang oleh hormon glikoprotein, eritroprotein yang di anggap berasal

dari ginjal. Pembentukan eritroprotein dipengaruhi oleh hipoksia jaringan

yang di pengaruhi oleh faktor-faktor, seperti perubahan O2 atmosfir,

berkurangnya kadar O2 darah arteri dan berkurangnya konsentrasi

hemoglobin. Eritroprotein merangsang sel induk untuk memulai proliferasi.

(Pearce,2007)

Fungsi darah :

1. Sebagai transportasi gas pernapasan. Dimana oksigen diangkut oleh

eritrosit dari alveoli ke organ/jarinagn tubuh dan karbondioksida

diangkut dari jaringan oleh plasma menuju darah menuju alveoli paru.

2. Sebagai transportasi zat makanan, mineral, vitamin, elektrolit, dan air

dari gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme baru ke

organ atau jaringan tubuh lain.

3. Sebagai transportasi metabolit atau hasil sisa


9

Yaitu zat yang tidak digunakan dikirim ke ginjal untuk selanjutnya

dikeluarkan melalui urine.

4. Sebagai transportasi hasil suatu jaringan/organ seperti hormon yang

dihasilkan oleh kelenjar akan diangkut oleh darah.

5. Sebagai pembentukan antibodi yang dilakukan oleh plasma sel dan

limfosit, leukosit, yang berperan dalam fagositosis.

6. Berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam dan basa dan

transportasi bahan-bahan yang diberikan melalui cairan lewat aliran

darah.

7. Sebagai hemostasis yang terletak pada plasma darah

Hemostasis adalah upaya untuk mempertahankan hilangnya darah

akibat kerusakan pembuluh darah atau pecah.

(Hidayat A.Aziz Alimul, 2006).

C. Etiologi

Menurut Mansjoer (2001)

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

1) Diet yang tidak mencukupi.

2) Absorpsi yang menurun.

3) Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/laktasi.

4) Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.

5) Hemoglobinuria.
10

6) Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru .

b. Anemia penyakit kronik

1) Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi

seperti infeksi ginjal, paru (bronkiektasis, abses, empiema), dll.

2) Inflamasi kronik, seperti artritis rheumatoid.

3) Neoplasma, seperti limfoma, nekrosis jaringan.

2. Anemia makrositik

a. Defisiensi Vitamin B12 /Pernisiosa

1) Kurangnya faktor instrinsik.

2) Absorpsi vitamin B12 menurun.

b. Defisiensi asam folat

Gangguan metabolisme asam folat .

3. Anemia karena perdarahan

Karena adanya pengeluaran darah yang sedikit-sedikit/cukup banyak , baik

yang diketahui/tidak.

4. Anemia Hemolitik

Instrinsik :

a. Kelainan membrane, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria.

b. Nocturnal pamosirnal.

c. Kelainan glikolisis, seperti defisiensi firuyat kinase.

d. Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6 fosfat dehidrogenase

(G6PD)

Ekstrinsik :
11

a. Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit

limfoproliferatif, keracunan obat.

b. Mikro angiopati, seperti pada purpura trombolik trombositopenik,

koagulasi intra vaskular diseminata (KID).

c. Infeksi, seperti akibat plasmodium, clostridium borrelia.

d. Hipersplenisme.

e. Luka bakar.

5. Anemia Aplastik

Penyebabnya karena kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan

autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, loksin, seperti berzen, foluer,

inseklitisid, obat-obatan seperti kloromfenikol, sulfonamid, analgesik

(firazolon), anti epileptik (hidantoin), kinikrin dan sulfonilurea, pasca

hepatitis, kehamilan dan hemoglobinuria, paroximal noktural.

D. Patofisiologi

Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis

sel darah putih (leukosit) dan pecahan sel yang disebut trombosit. Bila

kebutuhan meningkat akan terjadi hematoposis (pembentukan dan pematangan

sel darah merah) yang terjadi pada sum-sum tulang tengkorak, vertebrata,

pelvis, sternum, iga-iga dan epifisis proksimal tulang-tulang panjang. Bila

pendarahan ini terlalu banyak, kontak dengan obat berlebih, dan nutrisi

makanan rendah maka pembentukan eritrosit pada sumsum tulang akan

mengalami gangguan. Pembentukan eritrosit yang menurun akan


12

mengakibatkan kadar Hb dalam darah juga menurun. Anemia akan terjadi bila

jumlah sel darah merah yang dihasilkan kurang atau Hb mengalami penurunan

sampai bawah batas normal.

E. Manifestasi Klinis

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Selain gejala-gejala umum anemia, tanda dan gejala paling

spesifik dari anemia defisiensi besi yang berat akan mengakibatkan

perubahan kulit dan mukosa yang progresif, seperti lidah yang halus,

keilosis dan sebagainya. Didapatkan tanda-tanda mal nutrisi.

b. Anemia penyakit kronik

Terjadi penurunan Hematokrit berkisar antara 25-30%. Biasanya

Normositik atau Nomokrom. Atau bila disertai penurunan kadar besi

dalam serum atau saturasi transferin. Anemia akan berbentuk hipokrom

mikrositik. Kadar feritin dalam serum normal atau meningkat, leukosit

dan hitung jenisnya normal.

Pemeriksaan sumsum tulang biasanya normal, kadang-kadang

ditemukan hipolasia eritroposis dan efek dalam hemoglobinisasi. Yang

sangat karakteristik adalah berkurangnya sideroblast dalam sumsum

tulang, sedangkan defisit besi dalam sistem retikuloendotelial (RES)

normal atau bertambah.

2. Anemia makrositik
13

a. Defisiensi Vitamin B12 / Penisiosa.

Didapatkan adanya anoreksia, diare, dispepsia, lidah yang licin,

pucat dan agak ikterik. Terjadi gangguan neurologis, biasanya dimulai

dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan dan pada kasus yang

berat terjadi perubahan fungsi serebral, dimensia dan perubahan

neuropsikiatrik lainnya.

b. Defisiensi Asam Folat

Gejala dan tanda pada anemia defisiensi asam folat sama dengan

anemia defisiensi vitamin B12, yaitu anemia megaloblastik dan

perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan

gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya

daya ingat.

3. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan Akut

Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak dan

penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan Kronik

Pengeluaran darah yang sedikit demi sedikit dan tidak diketahui

pasien sehingga mengakibatkan kadar Hb menurun.

4. Anemia Hemolitik

Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegali.

5. Anemia Aplastik
14

Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura dan

perdarahan.

Berdasarkan manifestasi klinik diatas dapat ditarik kesimpulan

tanda dan gejala Anemia secara umum.

a. Tanda-tanda

Tanda-tanda fisik berupa pucat, takikardia, tekanan nadi yang

melebar dengan pulsasi kapiler, mur-mur holemik, tanda-tanda

kegagalan jantung kongestif dan perdarahan dan kadang-kadang terjadi

penonjolan retina. Anemia berat bisa pula mengakibatkan proteinuria

ringan, gangguan fungsi ginjal ringan dan demam ringan.

b. Gejala

Gejala-gejalanya lesu, mudah lelah, dispnea pada saat

mengarahkan tenaga, palpitasi, angina dan klaudikasio intermitten (pada

penderita usia lanjut dengan kelainan arterial degeneratif). Sakit kepala,

vertigo, kepala terasa ringan, gangguan penglihatan, perasaan

mengantuk, anoreksia, nausea, gangguan pencernaan, gangguan

menstruasi dan hilangnya lipido.( Baughman, 2000)

F. Pemeriksaan diagnostik yang spesifik

Menurut Doengoes (2000)

1. Jumlah darah lengkap (JDL): Hemoglobin dan Hematokrit menurun.

2. Jumlah eritrosit : menurun (Anemia Defisiensi), menurun berat (aplastik).

MCV (Volume korpuskular retala) dan MCH (Hemoglobin korpuskular


15

retala) menurun dan mikrolitik dengan eritrosit hipokronik (Defisiensi

Besi), peningkatan (Anemia aplastik), pensilepanin (aplastik ).

3. Julmah leukosit : bervariasi, misalnya : menurun (Anemia Defisiensi),

meningkat (respon sumsum tulang terhadap kehilangan darah / hemolisis).

4. Pewarnaan SDM (Sel Darah Merah) : mendeteksi perubahan warna dan

bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).

5. LED (Laju Endap Darah) : peningkatan menunjukan adanya reaksi

inflamasi, misalnya peningkatan sel darah merah atau penyakit malignasi.

6. Masa hidup SDM (Sel Darah Merah) : berguna dalam membedakan

diagnosa anemia, misal pada tipe anemia tertentu, sel darah merah

mempunyai waktu lebih pendek.

7. Tes kerapuhan eritrosit: menurun ( Anemia Defisiensi Besi).

8. SDP (Sel Darah Putih) : jumlah sel total sama dengan Sel darah Merah

(diferensial) mungkin meningkat (Hematolik) atau menurun ( abstalik).

9. Hemoglobin elektroresis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

10. Polirubin Serum (tak terkonjugasi): meningkat (Anemia Defisiensi Besi,

Hemolitik ).

11. Polat Serum dan Vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan atau absorbsi.

12. Besi Serum: menurun (Anemia Defisiensi Besi).

13. Feritin Serum : menurun (Anemia Defisiensi Besi).

14. Masa perdarahan : memanjang (Anemia Aplastik).

15. LDH Serum : mungkin meningkat (Anemia Aplastik).


16

16. Tes Schilling : penurunan ekskresi Vitamin B12 urine (Anemia Aplastik).

17. Analisa Caster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tidak adanya

asam hidrofolorik bebas (Anemia Aplastik).

18. Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : memeriksa sisi pendarahan.

G. Penatalaksanaan (Arif Mansjoer, 2001)

1. Anemia Mikrositik Hipokrom

a. Anemia Defisiensi Besi

1) Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada

ankilostomicisis diberikan artelmintik yang sesuai.

2) Pemberian preparat Fe :

a) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong

dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap

pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan.

b) Fero Glukonah 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila

terdapat intogransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau

gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat

diberikan secara parental dengan dosis 250 mg Fe (3mg/kg BB).

Untuk tiap : gram% penurun kadar Hb dibawah normal.

c) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara

intramuskular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-

2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan dapat pula diberikan

intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila


17

dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500

mg.

b. Anemia Penyakit Kronik

Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada

anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan, transfusi darah

merah seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi tidak di

indikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis rheomatoid.

Pemberian. Kobalt dan eritroprotein dikatakan dapat memperbaiki

anemia pada penyakit kronik.

2. Anemia Makrositik

a. Defisiensi Vitamin B12/Pernisiosa

Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari lx /bulan.

b. Defisiensi asam folat

Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula

dengan pemberian/suplementasi asam folat oral 1 mg/hari.

3. Anemia karena Perdarahan

a. Perdarahan Akut

1) Mengatasi perdarahan.

2) Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan per

infus.

b. Perdarahan Kronik

1) Mengobati penyebab perdarahan.


18

2) Pemberian preparat Fe.

4. Anemia Hemolitik

Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan

penyebabnya. Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan

adalah kortika streoid (predmison, predmisolon), kalau perlu dilakukan

splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat

glostatik, seperti klorombusil dan siklophosfarnit.

5. Anemia Aplastik

Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan

etiologi dari anemianya.

Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti :

a. Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan

trombosit, berikan darah segar /platelet concentrate.

b. Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik higiene, yang baik perlu

untuk mencegah timbulnya infeksi .

c. Kortikostreoid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan

akibat trombositopenia berat .

d. Androgen, seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon dan

non drolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan

garam, perubahan hati dan amenore.

e. Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin dkk

menyarankan penggunaanya pada pasien lebih dari 40 tahun yang tidak


19

dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah

mendapat transfusi berulang.

f. Transplantasi sumsum tulang.


20
a. Pathways

Gangguan Komponen Darah dalam Tubuh

Eritrosit menurun Leukosit meningkat Trombosit menurun

Hb menurun Produksi Sumsum Tulang Meningkat Tidak berhubungan


Langsung dengan
Kejadian anemia
O 2 dalam darah berkurang Proteksi Tubuh menurun

Takikardi, tekanan darah menurun, Asupan nutrient tidak ada


kulit pucat, pusing, nafas pendek
kunang-kunang,, mudah lelah
Proses infeksi berkembang

Perubahan Perfusi
Jaringan perifer Anemia Aplastik

Lemah, letih, lesu tidak seimbang nutrient tubuh

Intoleransi Aktivitas banyak makan sayur tapi kurang daging

ketidakadekuatan masukan kadar Fe


Pasien sering tiduran, mengeluhkan tubuh terasa lemah

Iritasi kulit, resiko dekobitus


Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan integritas kulit

Keterangan: : masalah yang terjadi pada teori Sumber : 1. Doenges (2000)


2. Hidayat A. Aziz Alimul (2006)

20
: masalah yang terjadi pada pasien 3. Himawan Sutisna (1992)
21

a. Fokus intervensi (Doenges, 2000)

1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen

nutrien ke sel.

Intervensi :

a. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler, warna kulit.

b. Tinggikan kepala tempat tidur.

c. Catat keluhan rasa dingin.

d. Pertahankan suhu lingkun.gan

e. Kolaborasi medis.

f. Awasi upaya pernafasan.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna reabsorpsi nutrient yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah normal.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi.

b. Timbang berat badan.

c. Observasi dan catat kejadian muntah/mual.

d. Berikan makanan sedikit tapi sering.

e. Berikan pencuci mulut yang diencerkan.

f. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik.


22

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen dan kebutuhan .

Intervensi :

a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas.

b. Awasi TTV selama dan sesudah aktivitas.

c. Ubah posisi pasien dan pertahankan serta pantau terhadap pusing.

d. Catat laporan kelelahan.

e. Berikan lingkungan tenang.

f. Kaji gangguan keseimbangan gaya berjalan kelemahan otot.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas,

perubahan sirkulasi dan neurologis, defisit nutrisi.

Intervensi :

a. Kaji integral kulit, catat turgor gangguan warna kulit.

b. Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila

pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.

c. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif dan aktif.

d. Anjurkan permukan kulit kering dan batasi pengunaan sabun.

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan

proses pencernaan.

Intervensi :

a. Observasi warna kulit, feses, frekuensi dan jumlah.

b. Auskultasi bunyi usus.


23

c. Awasi masukan dan pengeluaran dengan perhatian khusus pada

makanan.

d. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering.

e. Berikan obat antidiare.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang

dengan tinggi serat.

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

Intervensi :

a. Berikan perawatan kulit.

b. Pantau suhu.

c. Pantau/batasi pengunjung.

d. Kolaborasi medis.
24

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 dan 17 April 2013 jam 08.00 WIB

I. Identitas Pribadi Klien

a) Identitas Klien

Nama : An. G

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 9 tahun

Nama Ayah / Ibu : Tn. E / Ny. N

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

Alamat : Gumelar 2/9 Gumelar

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan Ayah : SD

Pendidikan Ibu : SD

b) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. E

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 38 tahun

Alamat : Gumelar2/9 Gumelar

Pekerjaan : Wiraswasta

24
25

c) Identitas Masuk Rumah Sakit

Tanggal masuk : 3 April 2009

Ruangan : Aster

No.RM : 051470

Diagnosa Medis : Anemia Aplastik

II. Riwayat Kesehatan Klien

a. Keluhan

Keluarga pasien mengatakan An.G lemas,tangan dan kaki berwarna

kebiruan.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang ke RS Ajiabrang pada tanggal 3 April 2013 dengan

keluhan lemas,oedema pada wajah, mual, tidak nafsu makan, TD:

110/60 mmHg, nadi: 98x/menit, suhu : 36,9 C, pernafasan 20x/menit.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga pasien mengatakan An.G belum pernah dirawat di RS.

d. Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)


26

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Hubungan Pernikahan

: Hubungan Keturunan

: Tinggal dalam satu rumah

III. Riwayat Kehamilan/Kelahiran

A. Pre Natal

Ibu pasien mengatakan selama hamil selalu memeriksakan

kandungannya kebidan 1 bulan sekali. Pada kehamilan bulan ke-2

sampai ke-5 ibu pasien mual-muntah, tetapi asupan makanan tetap

masuk. Imunisasi TT.

B. Natal

Ibu pasien mengatakan melahirkan dengan bantuan dukun karena

sebelum kebidan air ketuban sudah pecah dan tidak bisa ditahan lagi.

Kelahiran dengan proses normal. Lahir dengan Berat Badan 3,7 kg. Bayi

lahir langsung menangis

C. Post Natal

Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan normal, dengan berat

badan lahir 3,7 kg, anak langsung menangis.


27

IV. Pemeriksaan Fisik

A. Pertumbuhan

TB : 131cm Lingkar Kepala : 53 cm

BB : 28 kg Lingkar Dada : 72 cm

BB Ideal : 2.n + 8 Lingkar Abdomen : 73 cm

2.9 + 8 = 26 kg Lingkar Lengan : 22 cm

B. Keadaan Umum

Suhu : 36,9°C Nadi : 98x/ menit

Pernafasan : 26x/menit Tekanan Darah : 110/60 mm/Hg

C. Kebersihan

Ibu pasien mengatakan kalau dirumah An.G mandi 2x sehari, dan

selama di rumah sakit pasien diseka 1x sehari, pakaian jarang

ganti, kuku panjang.

D. Nutrisi

Ibu pasien mengatakan pasien hanya menghabiskan ½ porsi dari

porsi makan yang diberikan dari rumah sakit. Ibu pasien mengatakan

pasien minum ±500ml/ hari. BB sebelum sakit = 30kg dan BB selama

sakit = 28 kg.

E. Perilaku Selama Di Rumah Sakit

Ibu pasien mengatakan pasien tiduran terus, jarang duduk karena

lemas. Kadang miring kanan dan kiri. Tidur tengkurap.

F. Perkembangan Anak Usia Sekolah, menurut Elizabeth

1. Personal Sosial
28

Anak. G sangat tergantung pada orang tuanya dalam melakukan

aktivitas sehari-hari. Dan mampu berinteraksi dengan orang lain.

2. Motorik

Anak .G mampu untuk mewarnai dan menulis.

3. Bahasa

Anak. G dapat berkomunikasi dengan baik.

Kesimpulan : Dari perkembangan anak usia sekolah menurut

Elizabeth adalah An. G dalam perkembangan batas normal.

G. Kulit

An. G turgor kulit elastis dapat kembali kurang dari2 detik, sianosis,

pucat, tekstur kulit lembut, terdapat banyak hematom pada kulit.

H. Struktur Aksesoris

Warna rambut An. G hitam, kuku pasien panjang, sistem imunitas

lemah.

I. Nodus Limpatikus

Pada An. G tidak terjadi pembesaran tiroid dan getah bening.

J. Kepala

Bentuk kepala mesocepal, rambut hitam dan lebat lingkar kepala 53cm,

K. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

L. Mata

Pada An. G. konjungtiva anemis, sklera anikterik, fase penglihatan baik,

simetris, pupil bila terkena cahaya mengecil.


29

M. Telinga

Bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak terjadi kelainan pendengaran,

telinga cukup bersih.

N. Hidung

Tidak ada polip, bentuk simetris, fase penciuman baik, tidak terpasang

oksigen.

O. Dada

Pergerakan dinding dada simetris, lingkar dada = 72cm, R= 26x/menit.

P. Mulut dan Tenggorokan

Pucat, bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada tonsil,tidak ada

kesulitan untuk menelan.

Q. Paru-paru

Bunyi nafas vesicular R=26x/menit, whezzing negatif (-), ronchi negatif

(-).

R. Jantung

Bunyi jantung vaskuler, S 1 >S 2 , mur-mur negatif (-), gallop negatif (-),

N=98x/menit.

S. Abdomen

Tidak ada pembengkakan hati, supel, lingkar perut =73cm, tidak ada

nyeri abdomen.

T. Genetalia

Tidak ada hemoroid, jenis kelamin laki-laki.


30

U. Punggung dan Ekstremitas

Punggung normal tidak ada kelainan, ekstremitas bawah (telapak kaki

agak bengkak).

V. Status Neurologis

GCS 15 : E 4 M 6 V 5 , kesadaran compos mentis.

V. Data Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 13 April 2013

a. Hb : 9,9 Normal : 13,5-18,0 g/dl

b. Leukosit : 2800 Normal : 5000-10000/UI

c. Eritrosit : 3,25 Normal : 4,5-5,5 jt/UI

d. Trombosit : 10.000 Normal : 150.000-400.000

e. MCV : 90,0 Normal : 80-90 fl

f. MCH : 30,5 Normal : 31-36 %

g. MCHC : 33,8 Normal : 31-36 %

h. LED :3

i. Segmen : 25 Normal : 41-70 %

j. Limfosit : 67 Normal : 19-40 %

k. Monosit :8 Normal : 3-9 %

B. Terapi Medis

Obat Dosis Waktu


31

Ampicilin 2 x 750 mg 09.00, 21.00 WIB

Vitamin C 2 x 100 mg 09.00, 21.00 WIB

Infus D5 % 20 tetes/menit

VI. Analisa Data

Nama : An. G Dx.Medis : Anemia Aplastik

Umur : 9 tahun No.RM : 051470

Data Etiologi Problem


DS : Keluarga pasien Penurunan suplai O 2 dan Perubahan perfusi
mengatakan pasien darah keseluruh sel tubuh jaringan perifer
lemas, pusing.
DO : - Konjungtiva
anemis.
- Pasien terlihat
lemas.
- Warna kulit pucat
didaerah kuku,
wajah.
- Kapilari refill < 3
detik kembali.
- Hb : 9,9 gr/dl
-Eritrosit : 3,25 jt/UI
DS : Keluarga pasien Pertahanan sekunder tidak Proses terhadap
mengatakan kuku kuat infeksi berlanjut
panjang.
32

DO : kuku panjang,
Leukosit : 2800/UI,
Trombosit : 10.000

DS : Keluarga pasien Perubahan sirkulasi Gangguan integritas


mengatakan kulit
tangannya biru-biru
dan wajah bengkak.
DO : - Tampak hematom
pada dan tangan
dan kaki.
- Oedema pada
wajah.

DS : Ibu pasien mengatakan Kelemahan dan kelelahan Defisit perawatan diri


kalau dirumah An.G
mandi 2x sehari, dan
selama di rumah sakit
pasien diseka 1x sehari,
pakaian jarang ganti,
kuku panjang.

DO : - pasien tampak lemas


- kuku panjang

VII. Prioritas Masalah


33

1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai O 2 dan darah ke sel-sel tubuh.

2. Proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.

VIII. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : An. G Dx. Medis : Anemia Aplastik

Umur : 9 Tahun Ruang : Aster

Alamat : Purbalingga No. RM : 051470

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Tanggal Intervensi
Keperawatan Hasil
1. 16 April Perubahan perfusi Setelah dilakukan - Awasi TTV,
2013 jaringan perifer tindakan keperawatan kaji pengisian
berhubungan selama 2 x 24 jam kapiler, warna
dengan penurunan masalah perubahan kulit.
suplai O 2 dan darah perfusi jaringan perifer - Tinggikan

keseluruh sel tubuh. dapat teratasi dengan kepala tempat


DS : keluarga KH : tidur.
pasien - TTV stabil. - Awasi upaya

mengata - Membran mukosa pernafasan.

kan warna merah muda. - Catat keluhan

pasien - Pengisian kapiler rasa dingin.

lemas, baik. - Kolaborasi

pusing. medis.

DO :
34

- Konjungtiva
anemis.
- Pasien terlihat
lemas.
- Warna kulit pucat
didaerah kuku,
wajah.
- Kapilari refil < 3
detik kembali.
2. 16 April Proses terhadap Setelah dilakukan - Berikan
2013 infeksi berlanjut tindakan keperawatan perawatan kulit,
berhubungan selama 2 x 24 jam kuku (Hygiene).
dengan pertahanan masalah proses terhadap - Pantau suhu.
sekunder tidak infeksi dapat teratasi, - Pantau/batasi
adekuat. dengan KH : pengunjung.
DS : Keluarga - Tidak ada tanda-tanda - Kolaborasi
pasien infeksi(Rubor, Calor, medis.
mengatakan Dolor,Tumor,
kuku panjang Function Laesa).
DO: Pasien kuku
panjang.
3. 16 April Gangguan Setelah dilakukan - Kaji integritas
2013 integritas kulit tindakan keperawatan kulit, catat pada
berhubungan selama 2 x 24 jam, perubahan turgor
dengan perubahan gangguan integritas gangguan warna,
sirkulasi. kulit teratasi dengan KH hangat lokal
DS : Keluarga : eritema,
pasien - Mempertahankan ekskosiasi dan
mengatakan integritas kulit. imobilisasi
tangan pasien jaringan dapat
35

biru-biru dan - Mengidentifikasi menjadi rapuh


wajah factor resiko/ dan cenderung
bengkak. perilaku untuk untuk infeksi dan
DO : - Tampak mencegah udara rapuh.
hematom dermal. - Ubah posisi
pada kaki secara periodik
dan tangan. dan pijat
- Oedema permukaan
pada wajah tulang bila pasien
dan kaki. tidak bergerak
atau ditempat
tidur.
- Anjurkan
permukaan kulit
kering dan
basah..
- Bantu untuk
latihan rentang
gerak pasif atau
aktif.
4. 16 April Defisit perawatan - Kaji derajat
2013 diri berhubungan Setelah dilakukan ketidakmampuan
dengan kelemahan tindakan keperawatan pasien.
dan kelelahan selama 2 x 24 jam, - Antisipasi
DS : Ibu pasien defisit perawatan diri kebutuhan
mengatakan teratasi dengan KH : kebersihan diri
kalau dirumah - Mampu melakukan dan bantu sesuai
An.G mandi 2x kegiatan perawatan diri dengan
sehari, dan sendiri dalam tingkat kebutuhan seperti
selama di kemampuan yang : perawatan kuku.
rumah sakit dimiliki secara optimal.
36

pasien diseka - Berikan alat


1x sehari, Bantu sesuai
pakaian jarang dengan indikasi,
ganti, kuku seperti mandi di
panjang. kursi.
DO : pasien - Perhatikan
tampak adanya tindakan
lemas, kuku terhadap
panjang. keletihan.

IX. Implementasi Keperawatan

Nama : An. G Dx.Medis : Anemia Aplastik

Umur : 9 tahun No.RM : 051470

Tanggal/Jam No.Dx Implementasi Respon Paraf


16 April 2013
08.30 I o Mengkaji o TD = 110/60 mmHg rika
TTV. N = 98 x/menit
S = 36,9°C
R= 26x/menit
09.10 o Memotivasi o Pasien tidak mau
pasien untuk
duduk.
09.05 o Memberikan o Injeksi masuk
injeksi vitamin
C 100 mg.
12.10 o Mengkaji TTV. o TD= 110/70 mmHg
N= 130x/menit
S= 37,3°C
R= 30x/menit
16 April 2013
09.00 II o Memberikan o Injeksi masuk. Rika
injeksi
Ampicilin 750
mg.
12.10 o Mengukur o S= 37,3°C.
suhu.
37

16 April 2013
08.00 III o Memotivasi o Pasien tidak mau. Rika
pasien untuk
melakukan
aktivitas
(duduk).
12.10 o Mengkaji o Tampak kebiruan di
integritas daerah tangan dan
kulit,perubahan kaki.
turgor warna.

16 April 2013
09.10 IV o Melakukan o Kuku bersih dan
perawatan pendek. Rika
kuku.

17 April 2013
Rika
08.00 I o Mengkaji TTV. o TD= 110/70mmHg
N= 120x/menit
R=24x/menit
S=36,8°C
09.00 o Memberikan o Injeksi masuk
injeksi
vitamin C 100
mg
09.55 o Memasang o Infus terpasang
infus ditangan kiri
(observasi)
17 April 2013
09.00 II o Memberikan o Injeksi (+) masuk. Rika
injeksi
ampicilin 750
mg.
11.00 o Memberikan o Keluarga pasien
penyuluhan kooperatif.
tentang
anemia.
17 April 2013
10.05 III o Memotivasi o Pasien tidak mau. Rika
pasien untuk
belajar duduk.
11.40 o Mengajak o Pasien kooperatif.
pasien untuk
bermain:
38

mewarnai
gambar.
11.50 o Mengkaji o Tampak kebiruan di
integritas daerah tanan dan
kulit,perubahan kaki.
turgor warna.

17 April 2013
11.20 IV Rika
o Membantu o Pasien kooperatif
pasien
melakukan
perawatan
kulit.

X. Evaluasi

Nama : An. G Dx.Medis : Anemia Aplastik

Umur : 9 tahun No.RM : 051470

Tanggal/Jam No.Dx Catatan Perkembangan Paraf


16 April 2013 I S : Keluarga pasien mengatakan kulit Rika
12.10 anaknya biru-biru (terjadi
pendarahan).
O : Bagian kaki dan tangan terdapat
pendarahan / hematom.
A : Masalah perubahan perfusi jaringan
perifer masih berlangsung.
P : Lanjutkan intervensi
- Awasi TTV.
- Kolaborasi medis.
- Awasi upaya pernafasan .
16 April 2013 II S : Keluarga pasien mengatakan kuku
12.15 pasien sudah bersih dan pendek. Rika
39

O : Kuku pendek, bersih.


A : Masalah proses terhadap infeksi
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan perawatan hygiene.
- Pantau suhu.
- Kolaborasi medis.
16 April 2013 III S: Keluarga pasien mengatakan masih
12.20 tampak kebiruan di daerah tangan dan
kaki.
O: Tampak kebiruan di daerah tangan Rika
dan kaki .
A: Masalah gangguan integritas kulit
masih berlangsung.
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji integritas kulit dan perubahan
turgor warna.
- Ubah posisi pasien .
- Motivasi pasien untuk melakukan
aktivitas mandiri (duduk).

16 April 2013 IV S : keluarga pasien mengatakan anaknya Rika


12.25 belum dapat beraktifitas secara
mandiri.
O : pasien masih terlihat lemah
A : Masalah defisit perawatan diri masih
berlangsung
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu aktivitas pasien sesuai
kebutuhan.
- Kaji derajat ketidakmampuan pasien.
40

XI. Evaluasi

Nama : An. G Dx.Medis : Anemia Aplastik

Umur : 9 tahun No.RM : 051470

Tanggal/Jam No.Dx Catatan Perkembangan Paraf


17 April 2013 I S : Keluarga pasien mengatakan pasien
08.10 masih lemas. Rika
O : - Pasien tampak tiduran.
- Wajah pasien pucat.
- Kunjungtiva ananemis, bibir
pucat.
P : Lanjutkan intervensi
- Awasi TTV.
- Kolaborasi medis.
17 April 2013 II S: -
08.10 O: - Kuku tangan dan kaki bersih. Rika
- Lekosit 2400/ UI
P: Lanjutkan intervensi
- Berikan perawatan hygiene.
- Kolaborasi medis.
41

17 April 2013 III S : Keluarga pasien mengatakan masih Rika


08.10 tampak kebiruan di daerah tangan
dan kaki.
O : Tampak kebiruan di daerah tangan
dan kaki.
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji integritas kulit dan perubahan
turgor warna.
- Ubah posisi pasien .
- Motivasi pasien untuk melakukan
aktivitas mandiri (duduk).

17 April 2013 IV S : keluarga pasien mengatakan anaknya Rika


08.10 belum dapat beraktifitas secara
mandiri.
O : pasien masih terlihat lemah
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu aktivitas pasien sesuai
kebutuhan.
- Kaji derajat ketidakmampuan pasien.

XII. Evaluasi

Nama : An. G Dx.Medis : Anemia Aplastik

Umur : 9 tahun No.RM : 051470

Tanggal/Jam No.Dx Catatan Perkembangan Paraf


17 April 2013 I S : Keluarga pasien mengatakan pasien Rika
13.05 masih lemas.
O : Pasien tampak tiduran, wajah pucat,
konjungtiva ananemis.
A : Masalah perubahan perfusi jaringan
belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
- Awasi TTV.
- Kolaborasi medis.
42

- Tinggikan posisi kepala tempat tidur.

17 April 2013 II S: - Rika


13.10 O: Leukosit 2400/UI.
A: Masalah proses terhadap infeksi
teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi medis.
- Berikan perawatan hygiene.

17 April 2013 III S : Keluarga pasien mengatakan masih Rika


13.15 tampak kebiruan di daerah tangan dan
kaki.
O : Tampak kebiruan di daerah tangan
dan kaki.
A : Masalah gangguan integritas kulit
masih berlangsung.
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji integritas kulit dan perubahan
turgor warna.
- Ubah posisi pasien .
- Motivasi pasien untuk melakukan
aktivitas mandiri (duduk).
43

- Anjurkan keluarga pasien untuk


menjaga permukaan kulit pasien agar
tetap kering.

Rika
17 April 2013 IV S : keluarga pasien mengatakan anaknya
13.20 belum dapat beraktifitas secara
mandiri.
O : pasien masih terlihat lemah
A : Masalah defisit perawatan diri masih
berlangsung
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu aktivitas pasien sesuai
kebutuhan.
- Kaji derajat ketidakmampuan pasien.

B. PEMBAHASAN

Pada pengelolaan kasus yang penulis susun dari pengkajian sampai

evaluasi maka penulis akan membahas kesenjangan yang terjadi antara teori dan

kasus yang nyata dari masalah yang muncul pada klien kelolaan di Rumah

Sakit. Pembahasan yang penulis paparkan selama 2 hari mulai tanggal 16-17
44

April 2013 di ruang Aster Rumah Sakit Umum Ajiabarang. Penulis akan

membahas masalah melalui tahapan proses keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian ini dilakukan meliputi tiga hal yaitu :

a. Pengumpulan data

Data-data yang dikumpulkan adalah diperoleh dari berbagai

sumber diantaranya melalui wawancara langsung dengan keluarga

klien, perawat dan dari tenaga kesehatan lain. Catatan-catatan tentang

kasus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun

yang terdapat pada rekam medis. Dari pengkajian, penulis mendapatkan

data :

Data Subyektif : Keluarga pasien mengatakan “anak saya lemas,

pusing, kuku anak saya panjang, tangan anak saya

biru-biru dan wajahnya bengkak”.

Data Obyektif : Pasien terlihat lemas, warna kulit pucat didaerah

kuku, kapilari refill < 3 detik kembali, kuku terlihat

panjang, tampak hematom pada tangan dan kaki,

oedem pada wajah.

Data tersebut penulis kumpulkan pada saat melakukan

pengkajian secara komprehensif digunakan untuk membuat suatu

kesimpulan tentang masalah yang muncul sehingga dapat ditegakan

diagnosa keperawatan dan dapat dikelompokan menjadi

pengelompokan data.

b. Pengelompokan Data
45

1.) Pengelompokan data pertama

Data Subyektif : Ibu An.G mengatakan anaknya terlihat lemas,

pusing.

Data Obyektif : Pasien terlihat lemas, warna kulit pucat didaerah

kuku, kapilari refill < 3 detik kembali.

Berdasarkan pengelompokan data di atas dapat ditegaskan

masalah keperawatan perubahan perfusi jaringan perifer.

Menurut Carpenito (2000), batasan karakteristik mayor

perubahan perfusi jaringan perifer adalah kulit pucat, penurunan

perubahan tekanan darah, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.

Sedangkan batasan karakteristik minor adalah edema, perubahan

dalam fungsi sensori dan motorik , kuku keras dan tebal, kehilangan

rambut, luka yang tidak sembuh.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

kesamaan antara teori yang ada dengan batasan karakteristik mayor

dan minor yang dialami oleh An. G.

2.) Pengelompokan data kedua

Data Subyektif : Ibu An G mengatakan anaknya kukunya panjang.

Data Obyektif : Pasien terlihat kukunya panjang.

Berdasarkan data di atas dapat ditegakkan masalah

keperawatan adalah proses terhadap infeksi berlanjut.


46

Proses terhadap infeksi adalah peningkatan resiko masuknya

organisme patogen ( NANDA, 2002 ). Sedang menurut Carpenito

(2000) proses infeksi adalah keadaan dimana seorang individu

beresiko terserang oleh agen patogen atau oportunistik ( virus,

jamur, bakteri, protozoa ) dari semua sumber-sumber ekternal,

sumber endogen atau eksogen.

Batasan karakteristik mayor proses infeksi adalah rubor,

dolor, color, tumor dan fungsiolaesa ( Carpenito, 2000).

Dari data diatas penulis dapat menyimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan data pada kasus An.G yang penulis

temukan.

3.) Pengelompokan data ke tiga

Data Subyektif : Ibu An. G mengatakan anaknya tangannya biru-

biru dan wajahnya bengkak.

Data Obyektif : Tampak hematom pada tangan, oedem pada

wajah.

Berdasarkan pengelompokan data diatas dapat ditegakkan

masalah keperawatan adalah Gangguan integritas kulit.

Carpenito (2000), gangguan integritas kulit adalah keadaan

dimana seorang individu mengalami atau berisiko terhadap

kerusakan jaringan epidermis dan dermis.

Batasan karakteristik mayor menurut Carpenito (2000)

adalah gangguan jaringan epidermis dan dermis. Sedangkan batasan


47

karakteristik minor adalah pencukuran kulit, eritema, lesi, pruritus.

Dari data diatas penulis dapat menyimpulkan tidak ada kesenjangan

antara teori dan data pada kasus An.G yang penulis temukan.

4.) Pengelompokan data ke empat

Data Subyektif : Ibu pasien mengatakan kalau dirumah An.G

mandi 2x sehari, dan selama di rumah sakit pasien

diseka 1x sehari, pakaian jarang ganti, kuku

panjang.

Data obyektif : Pasien tampak lemas, kuku panjang

Berdasarkan pengelompokan data diatas dapat ditegakkan

masalah keperawatan adalah defisit perawatan diri.

Menurut Nanda (2001) defisit perawatan diri :

mandi/kebersihan adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas

kebersihan atau menyelesaikan mandi dengan sendiri.

Defisit perawatan diri menurut Carpenito (2000) adalah

keadaan dimana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk

melaksanakan atau menyelesaikan mandi/aktivitas kebersihan untuk

diri sendiri.

Batasan karakteristik menurut Carpenito (2000), yaitu

ketidakmampuan untuk membersihkan badan, menggosok gigi,

melakukan perawatan kulit dan kuku, pergi ke kamar mandi.


48

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

kesamaan antara teori yang ada dengan batasan karakteristik yang

dialami oleh An. G.

Berdasarkan pengkajian tersebut di atas, penulis akan

membahas tiga diagnosa keperawatan yang di temukan dalam kasus

kelolaan adalah sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan suplai 02 darah keseluruh sel tubuh.

b. Proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan

pertahanan sekunder tidak kuat.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan

kelelahan.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Doenges (2000) diagnosa keperawatan pada anemia

aplastik terdapat diagnosa keperawatan yaitu : perubahan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler, gangguan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna reabsorsi nutrient, intoleransi aktifitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan, gangguan


49

integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas, perubahan

sirkulasi dan neurologis, defisit nutrisi, konstipasi berhubungan dengan

penurunan masukan diet, resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

pertahanan sekunder tidak adekuat.

Pada kasus An.G penulis menemukan tiga diagnosa berdasarkan

pengkajian, kemudian penulis menganalisa sehingga muncul diagnosa

keperawatan sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai O2 dan darah ke sel-sel tubuh, Menurut Nanda (2005-2006),

Yaitu penurunan kadar oksigen sebagai akibat dari kegagalan

dalam memelihara jaringan ditingkat kapiler.

Perubahan perfusi jaringan perifer ditandai dengan adanya

edema, lemah, perubahan temperatur kulit, kebiruan, penyembuhan

terhambat, warna kulit pucat.

Tanda dan gejala tersebut disebabkan karena adanya aliran arteri

terhambat, kerusakan transportasi oksigen melewati membran kapiler

atau alveolar, penurunan konsentrasi Hb darah.

Menurut Carpenito(2000)

Yaitu keadaan dimana individu mengalami atau berisiko

mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat

selular perifer disebabkan suatu penurunan dalam suplai darah kapiler.


50

Masalah yang dialami Anak. G dapat memunculkan diagnosa

keperawatan perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan suplai O2 dan darah ke sel-sel tubuh.

b. Proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

Menurut Nanda (2005-2006), proses infeksi yaitu peningkatan

resiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.

Hal ini disebabkan karena imunitas didapat tidak adekuat,

pertahanan sekunder tidak adekuat ( Hb menurun, leukopenia,

penekanan respon inflamasi,penyakit kronis).

Menurut Carpenito (2000) proses infeksi adalah keadaan dimana

seorang individu beresiko terserang oleh agen patogen atau oportunistik

( virus, jamur, bakteri, protozoa ) dari semua sumber-sumber ekternal,

sumber endogen atau eksogen.

Masalah yang dialami Anak. G dapat memunculkan diagnosa

keperawatan proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan

pertahanan sekunder tidak adekuat.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.

Menurut Nanda (2005-2006) adalah perubahan pada epidermis

atau dermis.

Ini disebabkan karena imobilisasi fisik, kelembaban kulit, defisit

imunologis, perubahan status nutrisi,(obesitas, kurus), perubahan

sirkulasi dan turgor.


51

Menurut Carpenito (2000), gangguan integritas kulit adalah

keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko terhadap

kerusakan jaringan epidermis dan dermis.

Masalah yang dialami Anak. G dapat memunculkan diagnosa

keperawatan gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.

Menurut Carpenito (2000) adalah keadaan dimana individu

mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau

menyelesaikan mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri.

Hal ini terjadi karena kelemahan dan kelelahan,

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara mandiri,

penurunan atau kurangnya motivasi.

Masalah yang dialami Anak. G dapat memunculkan diagnosa

keperawatan defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan

kelelahan.

3. Rencana Tindakan

Sesuai dengan pengkajian maka, akan dibahas tindakan keperawatan

sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai O2 dan darah ke sel-sel tubuh.


52

Penulis merencanakan dalam waktu 2 x 24 jam perubahan

perfusi jaringan perifer dapat teratasi dengan kriteria hasil :

TTV stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian

kapiler baik.

Tindakan yang direncanakan adalah : awasi TTV, kaji pengisian

kapiler dan warna kulit, tinggikan kepala ditempat tidur, awasi upaya

pernafasan, kolaborasi medis.

Tujuan dari penanganan perubahan perfusi jaringan perifer

adalah untuk memenuhi suplai O2 dan darah ke sel-sel tubuh.

Konsentrasi sel-sel darah merah didalam darah yang mengatur

cepatnya produksi sel-sel darah merah, melainkan kemampuan

fungsional sel-sel tersebut untuk dapat mengangkut jumlah oksigen

kejaringan sehubungan dengan kebutuhan jaringan tersebut terhadap

oksigen. (Himawan, 1992)

b. Proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

Penulis merencanakan dalam waktu 2 x 24 jam proses terhadap

infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Tindakan yang direncanakan adalah : berikan perawatan kulit,

kuku ( Hygien), pantau suhu, batasi pengunjung, kolaborasi medis.


53

Tujuan dari penanganan proses terhadap infeksi adalah tidak ada

tanda-tanda infeksi, yaitu rubor (kemerahan), kalor (panas), tumor

(bengkak), dolor (nyeri), dan function laesa ( daya gerak berkurang).

Didalam tubuh terdapat lekosit yang berfungsi sebagai proteksi

tubuh, jadi jika ada infeksi maka lekosit akan meningkat yaitu melebihi

10.000/ mm3 yang disebut lekositosis. Lekositosis terjadi bila ada

jaringan yang cedera / infeksi. Lekosit atau sel darah putih ini secara

khusus dibawa atau diangkut menuju ke daerah-daerah yang mengalami

peradangan yang berat, jadi sel-sel itu menyediakan pertahanan yang

cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang mungkin ada.

(Himawan, 1992 & Guyton, 1995).

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.

Penulis merencanakan dalam waktu 2 x 24 jam gangguan

integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil : mempertahankan

integritas kulit, mengidentifikasikan faktor resiko/perilaku untuk

mencegah udara dermal.

Tindakan yang direncanakan adalah : kaji integritas kulit, catat

pada gangguan turgor gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskosiasi

dan mobilisasi, jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk

infeksi dan rapuh, ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan

tulang bila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur, anjurkan

permukaan kulit kering dan basah batasi penggunaan, bantu untuk

latihan rentang gerak pasif atau aktif.


54

Mobilisasi dapat meningkatkan sirkulasi oksigen dalam jaringan

karena jika tidak dilakukan mobilisasi maka sirkulasi oksigen tidak akan

lancar beredar menuju ke jaringan.

Sistem pengangkutan oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru

dan sistem kardiovaskular. Pengangkutan oksigen menuju jaringan

bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru-paru.

(Ganong, 2002)

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.

Penulis merencanakan dalam waktu 2 x 24 jam defisit

perawatan diri dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Mampu melakukan kegiatan perawatan diri sendiri dalam

tingkat kemampuan yang dimiliki secara optimal.

Tindakan yang direncanakan adalah : Kaji derajat

ketidakmampuan pasien, antisipasi kebutuhan kebersihan diri dan bantu

sesuai dengan kebutuhan seperti : perawatan kuku, berikan alat bantu

sesuai dengan indikasi, seperti mandi di kursi, perhatikan adanya

tindakan terhadap keletihan.

4. Implementasi

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai O2 dan darah ke sel-sel tubuh.

Tindakan utama yang penulis lakukan pada diagnosa ini adalah

mengkaji TTV, terutama pernafasan.


55

Jalan nafas dan alveoli berfungsi untuk menyalurkan udara,

melembabkan serta mendinginkan atau memanaskan udara inspirasi

sehingga suhu udara pernafasan yang sangat panas atau sangat dingin

akan sama dengan suhu tubuh saat mencapai alveoli. (Ganong, 2002).

Menurut Cindy Smith (1988) Tindakan keperawatan yang

dilakukan adalah memonitor tekanan darah, nadi, dan kapilari refill

setiap 4 jam sekali, mengawasi tanda-tanda syok, memonitor efek dari

pemberian oksigen dan melaporkan respon dari terapi oksigen,

menganjurkan pasien untuk istirahat dan membatasi aktivitas, mengkaji

rasa sakit, lelah, pusing, memonitor efek dari transfusi darah.

b. Proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat.

Tindakan utama yang penulis lakukan pada diagnosa ini adalah

melakukan perawatan kuku, dan memberikan injeksi ampicilin 750 mg.

Pemberian antibiotik dapat menurunkan kuman, karena

antibiotik bersifat spectrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini

lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut dari pada

antibiotik berspektrum luas. Antibiotik spectrum luas sering kali dipakai

untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme yang menyerang

belum di identifikasi dengan pembiakan dan sensifitas.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.

Tindakan utama yang penulis lakukan pada diagnosa ini adalah

memobilisasi pasien untuk melakukan aktivitas (duduk) secara bertahap


56

sesuai kemampuan agar tidak terjadi dekubitus dan kerusakan integritas

kulit.

Menurut Cindy Smith (1988) Tindakan keperawatan yang

dilakukan adalah mengobservasi tanda kemerahan, mengajari

pasien/keluarga untuk menjaga daerah yang kemerahan, mengubah

posisi pasien sesering mungkin setiap 2 jam sekali, merawat kerusakan

integritas kulit secepatnya, memonitor efek dari transfusi.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.

Tindakan utama yang penulis lakukan pada diagnosa ini adalah

melakukan perawatan kuku, membantu pasien melakukan perawatan kulit.

5. Evaluasi

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai O2 dan darah ke sel-sel tubuh selama 2 x 24 masih berlangsung.

Evaluasi akhir yang penulis dapat dengan data-data sebagai berikut :

DS : Keluarga pasien mengatakan “kulit anaknya biru-biru (terjadi

pendarahan), masih lemas”.

DO : Bagian kaki dan tangan terdapat bekas pendarahan / hematom,

pasien tampak tiduran, wajah pucat, kojungtiva ananemis.

Evaluasi menurut Cindy Smith (1988)


57

1.) Bebas dari tanda syok.

2.) Awasi tekanan darah, nadi dalam batas normal.

3.) Selalu waspada.

b. Proses terhadap infeksi berlanjut berhubungan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat selama 2 x 24 jam teratasi sebagian.

Evaluasi akhir yang penulis dapat dengan data-data sebagai berikut :

DS : Keluarga pasien mengatakan kuku sudah bersih dan pendek.

DO : Kuku pendek dan bersih, Leukosit 2400/UI

Pada diagnosa ini masalah dapat teratasi sebagian karena

diberikan injeksi antibiotik yaitu ampicilin.

Pemberian antibiotik dapat menurunkan kuman, karena

antibiotik bersifat spectrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini

lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut dari pada

antibiotik berspektrum luas. (Ganong, 2002).

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi

selama 2 x 24 jam masih berlangsung.

Evaluasi akhir yang penulis dapat dengan data-data sebagai berikut :

DS : Keluarga pasien mengatakan masih tampak kebiruan di daerah

tangan dan kaki.

DO : Tampak kebiruan di daerah tangan dan kaki

Pada diagnosa ini masalah masih berlangsung karena masih

terdapat perdarahan pada kulit atan terjadi hematom.

Evaluasi menurut Cindy Smith (1988)


58

1.) Mempunyai kulit yang baik, tanpa ada kerusakan integritas kulit.

2.) Tidak ada keluhan rasa sakit pada kulit.

3.) Luka semakin mengecil, dan tidak muncl lagi luka yang baru.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan

selama 2 x 24 jam masih berlangsung.

Evaluasi akhir yang penulis dapat dengan data-data sebagai berikut :

DS : keluarga pasien mengatakan anaknya belum dapat beraktifitas

secara mandiri.

DO : pasien masih terlihat lemah.

BAB IV

PENUTUP

C. Kesimpulan

Penulis melakukan keperawatan pada An.G dengan Anemia selama dua

hari mulai tanggal 16-17 April 2013 di Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang.

Asuhan keperawatan yang penulis lakukan mengacu pada proses keperawatan

mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan implementasi dan

evaluasi.
59

Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan dapat ditegaskan tiga

diagnosa, yaitu: Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan suplai O 2 dan darah ke sel-sel tubuh, Proses terhadap infeksi

berlanjut berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak aktif, Gangguan

integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi .

Dari diagnosa tersebut penulis dapat membuat rencana tindakan sesuai

dengan kondisi pasien dengan kriteria waktu dan hasil yang ingin dicapai.

Rencana tindakan berdasarkan teori yang ada dari rencana tersebut

penulis melakukan tindakan (Implementasi) pada An.G dan implementasi yang

dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan yang

diharapkan sesuai kriteria hasil. Implementasi utama yang penulis lakukan pada

pasien An.G dengan Anemia adalah memonitor tanda-tanda vital, memotivasi

pasien untuk belajar duduk, memberikan injeksi, melakukan perawatan

kuku,mengkaji integritas kulit dan perubahan turgor warna, membantu

memasang infus, memberikan penyuluhan tentang penyakit Anemia,

melakukan terapi bermain, menganjurkan kepada keluarga pasien untuk

menjaga kulit agar tetap kering.

Masalah yang dapat teratasi sebagian dari implementasi yang telah

penulis lakukan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan

dari hasil evaluasi sesuai kriteria waktu yang dibuat dengan cara tindakan

adalah proses terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak

aktif.
60

Masalah yang ditemukan pada klien An.G belum dapat teratasi dengan

semuanya dengan baik, karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan rencana

tersebut. Penulis melakukannya sesuai dengan melihat kebutuhan klien, untuk

menyesuaikan rencana yang telah ada maka penulis juga mendelegasikan

dengan perawat ruangan untuk melakukan tindakan yang telah direncanakan,

kerjasama yang baik antara tim medis, perawat dan keluarga klien sangat

diperlukan dalam keperawatan yang akan mendukung proses penyembuhan

klien.

D. Saran

1. Perawat Ruangan

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seseorang perawat dalam

memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Anemia yaitu

a. Harus mempertahankan prinsip aseptik (mencuci tangan baik sebelum

maupun sesudah melakukan tindakan keperawatan) dengan demikian

akan meminimalkan proses infeksi pada klien.

b. Hendaknya perawat ruangan mengecek kembali darah yang akan

diberikan kepada klien yang akan transfusi.

c. Dalam pemberian obat antibiotik sebaiknya dicek dan dipilih dulu

terutama bagi penderita anemia aplastik.

2. Keluarga klien

a. Diharapkan ibu dan keluarga klien selalu mencuci tangan sebelum dan

sesudah memberikan makanan atau minuman pada klien.

b. Berikan makanan yang banyak mengandung zat besi.


61

c. Berikan makanan dalam bentuk lunak jika terdapat luka atau perdarahan

padasaluran pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran . Jilid 1. Jakarta:


Medika Aesculafius.

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. (Edisi 8)


(Editor Monica Ester). Jakarta: EGC.

Doenges, M. E., moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2000). Rencana Asuhan


Keperawatan: Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. (Edisi 3) (terjemahan I. M. Kariasa, & N. M. Sumawati). Jakarta:
EGC.
62

Ganong, William F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Edisi 20)


(terjemahan H. M. Djauhari Wdjajakusumah). Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (1995). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . (Edisi 7) (terjemahan


LMA. Ken Ariata Tengadi ... [et al.]. Jakarta: EGC.

Hidayat, A.Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2.


Surabaya: Salemba Medika.

Himawan, Sutisna. (1992). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Staf pengajar


bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak . Jilid I. (Edisi 6) (terjemahan


Tjandrasa, Meitasari & Zarkasih, Muslichah). Jakarta: Erlangga.

Nanda. (2001-2002). Diagnosa Nanda Definisi dan Klasifikasi .(terjemahan


Mahasiswa PSIK-B FK UGM Angkatan 2002). Jakarta : EGC.

Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 . Volume 2. (terjemahan Prof. DR.
A. Samik Wahab, SpA (K) ). Jakarta: EGC.

Pearce. E. E. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.(terjemahan Sri


Yuliani Handoyo). Jakarta : Gramedia.

Williams & Wilkins. (1988). Nursing Care Planning Guides For Children. (Editor
Cindy Smith Greenberg). USA: Baltimore.

Panji. (2008). http://www.blogdokter.net/2008/06/17/anemia/. (17 Agustus 2009,


jam 19.00).

Patriani, Sasarana. (2009). Askep Anemia. http://www.google.co.id/2009/03/01/.


(17 Agustus 2009, jam 19.10).
I. Referensi

➢ Arif, Mansjoer dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.

Jakarta:Medika Aesculafius.

➢ Dongoes, E.Marlyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.

Jakarta:EGC.

➢ Evelyn, C.Pearce.2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.

Jakarta: PT Gramedia.
63

Anda mungkin juga menyukai