Kelompok 8 PSI-1
Kelompok 8 PSI-1
MAKALAH
MASA MANULA (60 TAHUN KE ATAS)
Disusun Oleh
Kelompok 8
Atina Hasanah : 180101070
Septiyani Rizky : 180101070509
Siti Umairah : 180101070309
Syaidatul Husna : 180101070307
Kelompok 8
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lanjut usia (Manula) adalah masa perkembangan terakhir dalam
hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir oleh karena ada
sebagian anggapan bahwa perkembangan manusia berakhir setelah manusia
menjadi dewasa. Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Kalimat ini
sudah tidak asing lagi bagi kita. Perubahan drastis seperti lemahnya fisik, kulit
keriput, bahkan perasaan tidak berdaya karena proses penuaan menjadikan
seseorang makin diliputi rasa khawatir. Selain itu, puncak dari perubahan ini
adalah penilaian terhadap diri bahwa menjadi tua memunculkan ketakutan bila
kelak merepotkan keluarga.Masa tua diawali dengan berakhirnya periode masa
dewasa akhir yakni mulai pada usia 60 tahun ke atas, yang akan membawa
penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Hal penting
lainnya yang menyertai proses penuaan adalah tanggapan dari keluarga dan
masyarakat sekitar terhadap para lansia, yang sering dianggap sebagai sosok yang
merepotkan dan tidak jarang membuat sebal sekelilingnya karena sikap lansia
yang kerap dianggap melebihi bayi, suka mengatur, dan rewel. Perlakuan
lingkungan terhadap kaum lansia yang seolah menempatkan mereka sebagai
kelompok lemah dan menyulitkan makin membuat mereka merasa tak berdaya
dan membawa mereka pada suatu kemunduran baik fisik, psikologis, maupun
sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masa manula?
2. Apa saja klasifikasi, karakteristik dan tipe manula?
3. Bagaimana perubahan dan permasalah yang terjadi pada masa manula?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian masa manula.
2. Untuk mengetahui klasifikasi, karakteristik dan tipe masa manula.
3. Untuk mengetahui perubahan dan permasalah yang terjadi pada masa
manula.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Siti Maryam, Mia Fatma Ekasari,dkk., Menganal Usia Lanjut dan Perawatannya,
(Jakarta: Salemba Medika, 2009), h.31.
2
Dewi Pandji, Menembus Dunia Lansia, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo 2012),
h.1.
a.Faktor gizi
Masalah gizi bisa timbul karena gangguan pencernaan ketika masa
pertumbuhan maupun masa tua. Gangguan tersebut sering terjadi sehubungan
dengan masalah gizi, yakni ketatnya seseorang dalam berdiet.
b. Faktor lingkungan
Akibat pengaruh dari keluarga. pekerjan dan pergaulan dapat menekan
pikiran seseorang dan berakibat terjadinya stres. Jika berlangsung dalam
jangka lama, maka akan berakibat pada proses menua seseorang
c. Faktor gen
Rambut beruban, gigi rontok, kelemahan tubuh dapat dialami
seseorang pada usia muda akibat pengaruh dalam tubuh seseorang. Namun
umumnya, gejala tersebut akan tampak pada usia 65 tahun. Proses menua
juga akan memengaruhi susunan saraf otonom dan kemampuan intelektual.
Jika seseorang mengalami proses menua, maka kemampuan reaksinya
terhadap rangsangan sensorik akan lambat. Sistem refleks akan menunjang
sehingga terjadi getaran-getaran pada tangan, kesulitan dalam melakukan
gerakan sehingga mudah terjatuh.
B. Teori Menua
1. Teori Penuaan ditinjau dari sudut biologis Teori ini menjelaskan bahwa
perubahan sel dalam tubuh lansia dikaitkan pada proses penuaan tubuh
lansia dari sudut pandang biologis.3
a. Teori Genetik, Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory)
Teori ini menerangkan bahwa di dalam tubuh setiap manusia
terdapat jam biologis yang dapat mengatur gen dan dapat
menentukan proses penuaan. Pada setiap spesies manusia memiliki
inti sel yang berisi jam biologis atau jam genetik tersendiri. Dimana
pada setiap spesies memiliki batas usia yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh replikasi dari setiap sel dalam tubuh manusia.
3
Siti Maryam, dkk, Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya,( Jakarta: salemba Medika,
2008), h. 48-50
Apabila replikasi sel tersebut berhenti maka hal tersebut dapat
dikatakan sebagai kematian.
b. Teori mutasi somatik (error catastrope) Penjelasan dari teori ini
adalah menua diakibatkan oleh kerusakan, penurunan fungsi sel dan
percepatan kematian sel yang disebabkan oleh kesalahan urutan
susunan asam amino. Kerusakan selama masa transkripsi dan
translasi dapat mempengaruhi sifat enzim dalam melakukan sintesis
protein. Kerusakan ini pula menjadi penyebab timbulnya metabolit
yang berbahaya sehingga dapat mengurangi penurunan fungsi sel.
c. Teori Non-genetik; 1) Teori penurunan sistem imun (Auto-Immune
Theory) Teori ini mengemukakan bahwa penuaan terjadi akibat
adanya penurunan fungsi dan struktur dari sistem kekebalan tubuh
pada manusia. Seiring bertambahnya usia, hormon yang dikeluarkan
oleh kelenjar timus sebagai pengontrol sistem kekebalan tubuh pada
manusia mengalami penurunan maka terjadilah proses penuaan. Dan
pada saat yang bersamaan pula terjadi kelainan autoimun.
d. Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory) Teori ini menyebutkan
bahwa radikal bebas terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
manusia akibat adanya proses metabolisme di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan sebuah molekul yang tidak berpasangan
sehingga dapat mengikat molekul lain yang akan menjadi penyebab
kerusakan fungsi sel dan perubahan dalam tubuh. Ketika radikal
bebas terbentuk dengan tidak stabil, akan terjadi oksidasi terhadap
oksigen dan bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein
sehingga sel-sel dalam tubuh sulit untuk beregenerasi. Radikal bebas
banyak terdapat pada zat pengawet makanan, asap rokok, asap
kendaraan bermotor, radiasi, serta sinar ultra violet yang menjadi
penyebab penurunan kolagen pada lansia dan perubahan pigmen
pada proses menua.
e. Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Teori rantai silang
menerangkan bahwa proses penuaan diakibatkan oleh lemak,
protein, asam nukleat (molekul kolagen) dan karbohidrat yang
bereaksi dengan zat kimia maupun radiasi yang dapat mengubah
fungsi jaringan dalam tubuh. Perubahan tersebut akan menjadi
penyebab perubahan pada membran plasma yang mengakibatkan
terjadinya.
f. Jaringan yang kaku dan kurang elastis serta hilagnya fungsi, Proses
hilangnya elastisitas ini seringkali dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein di dalam jaringan.
Terdapat beberapa contoh perubahan seperti banyaknya kolagen
pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi tebal seiring bertambahnya usia.
Contoh ini dapat dikaitkan dengan perubahan pada pembuluh darah
yang cenderung menyempit dan cenderung kehilangan elastisitasnya
sehingga pemompaan darah dari jantung menuju keseluruh tubuh
menjadi berkurang dan pada permukaan kulit yang kehilangnya
elastisitasya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
g. Teori Fisiologik Teori ini mengambil contoh dari teori adaptasi stres
(stress adaptation theory). Dimana proses menua merupakan akibat
dari adaptasi terhadap stres dan stres ini bisa berasal dari internal
maupun eksternal tubuh yang dapat memengaruhi peningkatan
kasus penyakit degeneratif pada manusia lanjut usia (manula).
h. Teori “imunologi slow virus” (immunology slow virus theory) Teori
ini menyatakan bahwa ketika manusia berada pada proses menua
maka saat itulah tubuh manusia tidak dapat membedakan sel normal
dan sel yang tidak normal, akibatnya antibodi bekerja untuk
menyerang keduanya. Sistem imun pun mengalami gangguan dan
penurunan kemampuan dalam mengenali dirinya sendiri (self
recognition) akibat perubahan protein pascatranslasi atau mutasi.
i. Teori Sosiologis, Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia
yang mengalami penurunan dan penarikan diri terhadap sosialisasi
dan partisipasi ke dalam masyarakat. a) Teori Aktivitas Teori ini
menyatakan keaktifan lansia dalam melakukan berbagai jenis
kegiatan yang merupakan indikator suksesnya lansia. Lansia yang
aktif, banyak bersosialisasi di masyarakat serta lansia yang selalu
mengikuti kegiatan sosial merupakan poin dari indikator kesuksesan
lansia. Lansia yang ketika masa mudanya merupakan tipe yang
aktif, maka di masa tuanya lansia akan tetap memelihara
keaktifannya seperti peran lansia dalam keluarga maupun
masyarakat di berbagai kegiatan sosial keagamaan. Apabila lansia
tidak aktif dalam melakukan kegiatan dan perannya di masyarakat
maupun di keluarga, maka sebaiknya lansia mengikuti kegiatan lain
atau organisasi yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
j. Teori Kontinuitas Teori ini menekankan bahwa perubahan ini
dipengaruhi oleh jenis kepribadian lansia tersebut. Dalam teori ini
lansia akan tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya karena
tipe kepribadiannya yang aktif dalam bersosialisasi.
k. Teori Psikososial Teori ini menerangkan bahwa semakin menua
tingkat usia seseorang maka semakin sering pula seseorang
memperhatikan kehidupannya daripada isu yang terjadi di
lingkungan sekitar.
C. Klasifikasi, Karakteristik Tipe Lansia
1. Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
3. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ckonominya (Nugroho,
2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.4
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c.Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan
banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
4
Sofia Rhosma Dewi, Buku Ajar keperaatan Gerontik, (Yogyakarta: CV. BUDI
UTAMA, 2014), h. 5-6.
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan
serius, tipe pemarah/frustrasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa
tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak
langsung, lansia
dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wreda, lansia yang dirawat
di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
5
Enie Novieastari, dkk, Dasar-dasar keperawatan, h. 44
b. Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut:
1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara
hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah.
3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan keluarga.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).
E. Permasalahan Masa Manula
1. Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki
masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut
dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti
kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun
kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap
bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok
lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga
(Suardiman, 2011).
2. Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,
baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak
sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek
jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak
kecil (Kuntjoro, 2007).
3. Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah
kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan
terhadap penyakit (Suardiman, 2011).
4. Masalah psikososial
Psikososial merupakan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan
kesehatan mental atau emosionalnya yang melibatkan aspek psikologis dan
aspek sosial. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu
sama lain.
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau
kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak,
misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber
dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian
pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis.
(Kartinah, 2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manula adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami
penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seorang diri.
2. Ada beberapa teori menua yaitu: Teori Genetik, Teori mutasi somatik
(error catastrope), Teori Non-genetik, Teori Radikal Bebas (Free Radical
Theory), Teori Rantai Silang (Cross Link Theory), Teori Fisiologik, Teori
“imunologi slow virus” (immunology slow virus theory),Teori Sosiologis,
Teori Kontinuitas, Teori Psikososial,
3. Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia: Pralansia
(prasenilis), Lansia, Lansia risiko tinggi, Lansia potensial, Lansia tidak
potensial, karakteristik manula; Berusia lebih dari 60 tahun, Kebutuhan
dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif. Tipe Lansia: Beberapa tipe pada lansia
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominya.
4. Dimasa manula banyak terdapat beberapa perubahan dan ada muncul
berbagai masalah, baik fisik, tubuh, atau hal yang lainnya.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik, sudah sepatutnya untuk memahami masa
manula agar kiranya dapat memahami dan menyesuaikan untuk memudahkan
pembelajaran dipahami oleh siswa.
Penulisan makalah ini tentu saja jauh dari kata sempurna. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk bisa lebih
memperbaiki penulisan makalah selanjutnya. Dan semoga kita bisa terus
belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sofia Rhosma, Buku Ajar keperaatan Gerontik, Yogyakarta: CV. BUDI
UTAMA, 2014.
Maryam, Siti dkk, Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya, Jakarta: salemba
Medika, 2008.
Novieastari, Enie, dkk, Dasar-dasar keperawatan.
Pandji, Dewi, Menembus Dunia Lansia, Jakarta: PT Alex Media Komputindo
2012.