KAJIAN PUSTAKA
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis
penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu
faktor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit
tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Deni Damayanti, 2013).
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan
jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan yang membutuhkannya. Arteri-arteri adalah
pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa ke
seluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Pudiastuti, 2013).
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7, 2003. Sumber: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015)
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistol (mmHg) Diastol
(mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 160 atau >160 100 atau >100
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi 140-159 dan/atau 90-99
derajat 1
Hipertensi 160-179 dan/atau 100-109
derajat 2
Hipertensi ≥ 180 dan/atau ≥ 110
derajat 3
Hipertensi ≥ 140 Dan < 90
sistolik
terisolasi
2.1.6 Penataksanaan
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Penatalaksanaan farmakologis
a) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh, sehingga volume cairan tubuh bekurang, tekanan darah turun
dan beban jantung lebih ringan.
2. Penatalaksanaan nonfarmakologis
c) Aktifitas (Olahraga)
2.1.7 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu (Aspiani, 2014):
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah
tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
2.2 Perilaku
2.2.1 Pengertian
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi sangat
luas. Benyamin Bloom (1908) dikutip Notoatmodjo (2012) seorang ahli psikologi
pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku, yakni
kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Perilaku adalah
suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi tersebut mempunyai
bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2 yakni dalam
bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan
tindakan konkrit). Bentuk perilaku ini dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun
demikian tidak berarti bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan
saja, perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni dalam bentuk pegetahuan, motivasi
dan persepsi.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat
Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun
tidak langsung yang diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2014) perilaku adalah
keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan.
Menurut Benjamin Bloom dikutip Notoatmodjo (2014), perilaku ada 3 domain :
perilaku, sikap dan tindakan.
c. Proses Belajar: Bentuk mekanisme sinergi antara faktor heriditas dan lingkungan
dalam rangkat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2014).
a. Perilaku Pasif: Perilaku yang sifatnya tertentu, terjadi dalam diri individu dan tidak
bisa diamati. Contoh : berfikir dan bernafas
b. Perilaku Aktif: Perilaku yang sifatnya terbuka berupa tindakan yang nyata dan dapat
diamati secara langsung (Kholid, A. 2012)
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang over (over behavior)
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. New Comb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan sikap perilaku.
c. Praktik/practice
1.Peengetahuan
1.Pengertian Pengetahuan
2. Pentingnya Pengetahuan
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramaikan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat mengambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yag ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria
- kriteria yang ada.
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan, dengan pendidikan tinggi diharapkan akan
semakin luas pula pengetahuannya.
2) Media massa atau informasi
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi berimbas pada
banyaknya media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
3) Jenis kelamin
Angka dari luar negeri menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita dibandingkan dengan pria, sedangkan angka kematian
lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk
Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut perbedaan angka kematian ini
dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.
4) Pekerjaan
Pekerjaan adalah faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari
jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan
orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah
dan etik.
5) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2.Sikap
1.Pengertian Sikap
2.Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo (2003)
adalah:
3.Tingkatan Sikap
1) Menerima (receiving)
Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/objek
(misalnya, sikap terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
terhadap ceramah-ceramah gizi).
2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan merupakan indikasi sikap. Terlepas dari benar atau salah, hal
ini berarti individu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala risiko bertanggung
jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan
dari keluarga. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung (langsung
ditanya) dan tidak langsung.
Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu. Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak lepas dari pengaruh interaksi dengan orang lain (eksternal),
selain makhluk individual (internal). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap
sikap.
1) Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara kompenen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang
yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita
trhadap sesuatu. Contoh : orang tua, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-
lain.
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
4) Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu system mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6) Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
3. Teori WHO
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan)
4. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar
pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang
5. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh Sumber-sumber daya
Tim kerja dari organisasi kesehatan dunia atau WHO (1984) menganalisis bahwa
yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat
alasan pokok (Notoatmodjo, 2014).
Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pegetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan). a. Pengetahuan
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c.
Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:
1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
pengalaman orang lain.
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
2. Pemberian Informasi
3. Diskusi Partisipasi
Dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak searah tetapi dua arah.
Hal ini masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif
berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimannya. Diskusi
partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi dan
pesan-pesan kesehatan.
2.3Konsep Edukasi
2.3.1 Pengertian
Pendidikan kesehatan menurut Rusli Lutan dkk (2000) memiliki tujuan sebagai
berikut:
1) Meningkatkan perilaku sehat yang meliputi pilihan, tindakan, kebiasaan
yang positif bagi perkembangan gaya hidup yang sehat.
2) Membantu perkembangan kepribadian yang seimbang.
3) Memperjelas kesalahan konsep dan menyediakan informasi yang akurat
tentang tentang fakta kesehatan kesehatan pribadi pribadi dan masyarakat
masyarakat.
4) Menyumbang pada pembentukan kesehatan masyarakat melalui
pengembangan warga Negara yang terdidik-sehat sehingga mendukung
takaran sehat dimasa datang.
5) Mengembangkan kemauan anak untuk melihat sebab akibat tentang
kesehatan, mengambil langkah pencegahan, penyembuhan di mana
memungkinkan, memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup.
2) Wawancara (interview)
b. Metode Kelompok
1) Kelompok besar
a) Ceramah
b) Seminar
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
a. Media cetak
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan maupun
gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisa membaca.
2) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya berisi
gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.
5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai hal
yang berkaitan dengan hal kesehatan.
b. Media elektronik
2) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya jawab
dan lain sebagainya.
4. Penelitian ini Hubungan 1.Jenis dan rancangan Dari hasilpenelitanhubungan pengetahuan penderita
dilakukan oleh pengetahuan penelitian yang digunakan hipertensi tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat,
Dewi Anggriani penderita hipertensi adalah penelitian analitik didapatkan hasil bahwa dari47 responden yang
Harahap, Nia tentang hipertensi dengan rancangan berpengetahuan baik, terdapat 16 orang (34,0%) tidak patuh
Aprilla, Oktari Dengan kepatuhan crosssectional. minum obat, sedangkan 23 responden pengetahuan kurang,
Muliati pada minum obat 2. Populasi yang diteliti terdapat orang 8 orang (34,8%) patuh dalam minum obat
tahun 2019 antihipertensi di adalah penderita hipertensi antihipertensi.
wilayah kerja di wilyah puskesma kampa. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh responden berupa arti
Puskesmas kampa Sedangkan sampel yang dari penyakit hipertensi, gejala hipertensi, faktor resiko,
tahun 2019 . diteliti sebanyak 70 orang gaya hidup dan pentingnya melakukan melakukan
penderita hipertensi.. pengobatan secara terus menerus dalam waktu yang panjang
3.Teknik sampeling pada serta mengetahui bahaya yang timbul apabila tidak
penelitian ini adalah mengkomsumsi obat (Pramestutie and Silviana, 2016).
accidental sampling. Berdasarkan hasil analisa data kebanyakan responden yang
4.penelitian ini dilakukan di memiliki pengetahuan baik adalah responden dengan
wilayah kerja Puskesmas pendidikan rendah (78,2%).
Kampa tanggal 22 Juni- 1
Juli Tahun 2019
5. Penelitian ini Pengaruh edukasi 1.metode quasi experiment Penelitian ini dilakukan terhadap pasien 50 pasien hipertensi
dilakukan oleh farmasi terhadap dengan one group pre-test peserta Prolanis, menggunakan teknik total sampling. Pada
Indri Dwi pengetahuan dan and post-test designe awal dan akhir penelitian pasien melakukan pengisian
Rahasasti dan kepatuhan minum 2. pengambilan sampel biodata pasien, lembar kuesioner pengetahuan, kuesioner
Neni Laeliyah obat pada pasien menggunakan metode total kepatuhan. Selama dau bulan penelitian ini dilakukan, setiap
pada tahun 2020 hiperensi peserta sampling memperoleh jadwal mingguan prolanis pada Puskesmas Kaliwedi oleh
prolans di puskesmas responden sebanyak 50 tenaga kesehatan dilakukan senam prolanis. Edukasi yang
kaliwedi kabupaten orang dilakukan oleh peneliti berupa pemberian leaflet dan
Cirebon 3. Penelitian ini dilakukan edukasi tentang pengertian hipertensi, obat dan kepatuhan
di Puskesmas Kaliwedi minum obat, dan cara pencegahannya.
JL.Raya Ki Gesang No 1 Rt Hasil pretest kuesioner kepatuhan yang diberikan pada 50
01 Rw 02 Desa Kaliwedi responden, menunjukan responden yang mendapatkan skor
Lor Kecamatan Kaliwedi pretest kepatuhan dengan nilai 3 yang menunjukan
Kabupaten Cirebon. kepatuhan rendah sebanyak 5 orang (10%), responden yang
Penelitian dilakukan pada mendapatkan skor pretest nilai 4 yang menunjukan
bulan Mei-Juni 2019. kepatuhan rendah sebanyak 16 orang (32%), responden
4. Populasi umum dalam yang mendapatkan skor pretest nilai 5 yang menunjukan
penelitian ini adalah semua kepatuhan rendah sebanyak 16 orang (32%), responden
pasien hipertensi yang dengan nilai skor pretest 6 yang menunjukan kepatuhannya
mengikuti program prolanis sedang sebanyak 5 orang (10%), responden dengan nilai
di Puskesmas Kaliwedi. skor pretest 7 yang menunjukan kepatuhannya sedang
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 6 orang (12%), responden dengan nilai skor 8
ialah seluruh pasien yang menunjukan kepatuhannya tinggi sebanyak 2 orang
hipertensi yang merupakan (4%). Dari data diatas bisa dilihat sebelum edukasi
peserta Prolanis. kepatuhan minum obat pada peserta prolanis pasien
5. Data hasil penelitian hipertensi masih rendah.
dianalisis menggunakan
software statistik (SPSS) uji
t-test berpasangan jika data
skor pre-test dan post-test
memenuhi syarat uji
parametrik yaitu data harus
terdistribusi normal.
6. Pugie Tawanda residents of a 1. Desain studi dengan studi 304 responden terdaftar dalam penelitian ini (usia rata-rata,
ChimberengwaI, disadvantaged rural cross-sectional deskriptif 59 tahun), dan mayoritas adalah perempuan (65,4%). Angka
Mergan community in dasar untuk mengevaluasi standar pengobatan adalah 30,9%, dan 25% responden
Naidoo¤,on behalf southern Zimbabwe pengetahuan, kesadaran dan pengobatan tidak mengetahui status kontrol tekanan darah
of the kontrol yang dirasakan mereka. Pengetahuan tentang hipertensi kurang baik, 64,8%
cooperative hipertensi di antara pasien responden menyatakan stres sebagai penyebab utamanya,
inquiry group, yang hidup dengan 85,9% menyatakan jantung berdebar sebagai gejala
2019 hipertensi di masyarakat. hipertensi, dan 59,8% responden menambahkan garam di
2.teknik pengumpulan data atas meja. Semakin banyak pendidikan yang diterima
Survei dilakukan di responden, semakin besar kemungkinan mereka memiliki
Populasi kabupaten Gwanda pengetahuan tentang hipertensi (rasio odds untuk pendidikan
pada saat survei adalah menengah, 3,68 [95% CI: 1,61-8,41], dan untuk pendidikan
115.778 jiwa, yang tinggi, 7,52 [95% CI: 2,76-20,46], dibandingkan untuk
merupakan 16,9% dari mereka yang tidak formal
penduduk provinsi, dan
Kelurahan 14 memiliki
1384 rumah tangga, 5867
jiwa di mana 55% adalah
perempuan [17].
3. Semua orang yang
berusia di atas 18 tahun
yang melaporkan telah
didiagnosis dengan
hipertensi, terlepas dari
apakah mereka
menggunakan obat anti-
hipertensi atau tidak, dan
penduduk di Bangsal 14
memenuhi syarat untuk
dilibatkan dalam penelitian.
4. Pengumpulan data
Data kuantitatif
dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner
7. Shankar S,Uttam Knowledge, Attitude 1. Penelitian dilakukan pada Lima ratus pasien dilibatkan dalam penelitian ini. 216
Kumar, Sanjay and Practice of lima ratus pasien hipertensi (43,1%) pasien adalah perempuan dan sisanya laki-laki. 220
Kini, Avinash Hypertension among yang didiagnosis pada tahun (43,9%) pasien berasal dari pedesaan dan sisanya dari
Kumar, 2014 Adult Hypertensive 2013. perkotaan. Usia mereka berkisar antara 18 tahun sampai 75
Patients at a Rural tahun dengan usia rata-rata 45,5 tahun dan usia rata-rata
Clinic of Coastal 2. Penyelidik menanyai 46,5 tahun. 180 (35,9%) pasien berusia di bawah 40 tahun
Karnataka pasien untuk menilai dan sisanya berusia di atas 40 tahun. Riwayat keluarga
berbagai faktor seperti gaya hipertensi positif pada 243 (48,6%) pasien. 276 (55,2%)
hidup dan faktor risiko. pasien adalah perokok. Tiga puluh empat persen pasien
Laporan disiapkan, berisi termasuk kelas 1 pendidikan, empat puluh enam persen
semua informasi seperti kelas 2, dua belas kelas 3, dan delapan persen kelas 4.
nama, usia, jenis kelamin, 13,4% pasien dapat menjelaskan hipertensi, sebagian besar
alamat, riwayat keluarga, di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 75,6% pasien dapat
riwayat pribadi, status mengatakan bahwa garam tidak baik untuk hipertensi. 50%
perkawinan tentang pasien. pasien memiliki kepatuhan yang baik tentang obat. 64,6%
3. pengambilan data melalui mengatakan pengendalian yang baik bermanfaat bagi
lembar kasus yang berisi kesehatan. 10% memiliki pengetahuan tentang komplikasi.
kuesioner khusus
8. Rafael Paun The Effects of Self 1. observasional dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Self-efficacy
Chatarina U.W Efficacy and desain case control berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengaturan diri.
Hari Basuki Collective Efficacy digunakan untuk Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien jalur positif sebesar
Notobroto on Preventions mempelajari variabel 0,144 dengan nilai T-statistic sebesar 3,255 lebih besar dari
Rachmat Behavior of dengan sampel kenyamanan 1,96. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa self-efficacy
Hargono Community with sebanyak 180 orang masyarakat di Kupang tergolong tinggi. Hasil penelitian
,2017 Hypertention in penderita hipertensi. menunjukkan 32,8% responden memiliki persepsi
Kupang City East 2. Teknik analisis yang pengalaman diri yang baik. Berdasarkan status Hipertensi,
Nusatenggara digunakan adalah Smart pengalaman diri 27,8% pada penderita hipertensi dan 37,8%
Province Structural Equation pada orang yang tidak terdiagnosis hipertensi dikategorikan
Modeling Partial Least baik. Pengalaman orang lain, sekitar 38,9% termasuk
Square kategori baik. Sedangkan berdasarkan status hipertensi,
pengalaman orang lain yang terdiagnosis dan tidak
terdiagnosis hipertensi sebagian besar dikategorikan baik
dan sangat baik yaitu berturut-turut 30% dan 47,8%.
Sedangkan untuk persuasi verbal 26,1% termasuk kategori
baik. Pada penderita Hipertensi, 30,0% memiliki persuasi
verbal yang baik dan 34,4% pada mereka yang tidak
mengalami hipertensi memiliki persuasi verbal yang sangat
baik. Untuk variabel keadaan Emosional; 43,3% responden
memiliki persepsi yang baik dalam hal keadaan emosional.
Hasil lain menunjukkan bahwa efikasi kolektif berpengaruh
signifikan dan positif terhadap regulasi diri. Hal ini dapat
dilihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,309 dengan T-
Statistic 10,938 lebih besar dari 1,96. Persepsi masyarakat
terhadap efikasi kolektif cukup tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 42,2% persepsi masyarakat termasuk
kategori baik. Berdasarkan diagnosis, 34,4% penderita
hipertensi dan (50,0%) tanpa hipertensi tergolong baik.
2.5 Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sikap
Edukasi
Perilaku
Tindakan
2.6 Hipotesis
1). Ada pengaruh edukasi terharap tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam
menjalankan penggobatan;
2). Ada pengaruh edukasi terhadap sikap pasien hipertensi dalam menjalankan
penggobatan;
3).Ada pengaruh edukasi terharap perilaku tindakan menjalankan penggobatan pada
pasien hipertensi;