Laporan Praktikum Matakuliah Pemantauan Dan Pemeliharaan
Laporan Praktikum Matakuliah Pemantauan Dan Pemeliharaan
Dosen Pengajar :
Nur Achmad Husin, S.T., M.T.
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Fikri Ghifari (10111510000002)
2. Rizka Novitasari (10111510000003)
3. Muchamad Hakiim D (10111510000004)
4. Muchammad Rivaldi Ardans (10111510000005)
5. Muhammad Arifian A (10111510000006)
6. Ika Salsabila N (10111510000007)
7. Nurvia Awwalul H (10111510000008)
8. Dania Febry R (10111510000009)
9. Akbar Fauzan S (10111510000010)
10. Thoriqul Huda (10111510000013)
DAFTAR ISI
i
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Plat tipe A .................................................................................................... 1
Gambar 6.1. Arah Pengujian Half Cell Potential pada Benda Uji ................................. 26
Gambar 6.2. Setting ALat untuk Mengatur Jarak Titik .................................................. 27
Gambar 6.3. Pemasangan Kabel yang Terhubung dengan Indicate Device ................... 27
Gambar 6.4. Pengujian Half Cell Potential pada Benda Uji .......................................... 27
Gambar 6.5. Kriteria Korosi berdasar Hasil Uji Half Cell Potential ............................. 28
ii
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 8.1. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Kuat Tarik Baja Tulangan .... 37
Gambar 8.2. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 1 42
Gambar 8.3. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 2 43
iii
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Alat dan Bahan yang Digunakan ..................................................................... 2
Tabel 2.2. Langkah Kerja Test Bar Locator ..................................................................... 3
Tabel 2.3. Data Hasil Praktikum Bar Locator .................................................................. 4
Tabel 6.1. Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pengujian Half-cell Potential ......... 24
Tabel 6.2. Data Hasil Pengujian Half Cell Potential...................................................... 28
Tabel 6.3. Hasil Pengujian Half Cell Potential .............................................................. 29
Tabel 7.1. Alat dan Bahan yang DIgunakan untuk Core Drill ....................................... 31
Tabel 7. 2. Hasil Praktikum Core Drill ........................................................................... 34
iv
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum dilakukan adalah di halaman parkiran mobil dosen ITS bagian depan dan
Laboratorium
1.2. Waktu Praktikum
Waktu praktikum dibagi menjadi 3 sesi, yaitu :
1. 11 Oktober 2018
2. 18 Oktober 2018
3. 25 Oktober 2018
1.3. Data Plat yang Diuji
Plat yang diuji adalah Plat Tipe A, dengan data sebagai berikut :
Panjang (B) = 1000 mm
Lebar (H) = 600 mm
Tinggi (T) = 150 mm
1
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB II
BAR LOCATOR
2.1. Tujuan
Mengetahui tebal selimut beton pada elemen beton.
Mengetahui letak tulangan yang terpasang pada elemen beton.
2.2. Standart Uji
Standar pengujian pada uji bar locator menggunakan Profometer 5 + Rebar locator
adalah dengan mengacu pada BS 1181 – part 204 ( British Standard for testing concrete,
recommendations for the use of electromagnetic covermeter).
2.3. Dasar Teori
Evaluasi kekuatan dan kelayakan struktur bangunan atau biasa disebut dengan
assessment adalah sebuah metode yang biasa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya perubahan kualitas struktur akibat kebakaran, gempa, serta mengetahui indikasi
apakah suatu gedung tersebut sudah dikerjakan atau dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah direncanakan. Dalam pengujian kekuatan dan kelayakan
struktur terdapat 2 jenis pengujian, yaitu pengujian non destruktif yang besifat tidak
merusak elemen struktur eksisting (Non Destructive Test, NDT) dan pengujian destruktif
yang bersifat merusak elemen struktur eksisting (Destructive Test). Jenis – jenis Non
Destructive Test (NDT) adalah Ultrasonic Pulse Velocity, Half Cell Potential, Resistivity,
Rebar Locator (Covermeter), dll.
Pengujian covermeter atau rebar locator test adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui tebal selimut beton, serta mengetahui letak tulangan yang terpasang pada
elemen struktur yang ditinjau sehingga dapat diketahui sketsa penulangan serta jarak
antar tulangan yang terpasang. Pengujian rebar locator adalah dengan menggunakan alat
Profometer 5 + Rebar locator.
2.4. Alat dan Bahan
Tabel 2.1. Alat dan Bahan yang Digunakan
2
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Penanda (Spidol)
3
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
105
90
90
115
4
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2.7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian bar locator dengan menggunakan Profometer 5+ dari Proceq
didapatkan rata – rata jarak tulangan pada plat beton yang ditinjau adalah sebesar 102 mm
untuk arah dx dan 100 mm untuk arah dy. Sedangkan tebal selimut terbaca sebesar 40
mm untuk arah x dan 46 mm untuk arah y.
5
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB III
UJI RESISTIVITY
3.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum uji resistivity adalah untuk mengetahui ketahanan beton
terhadap korosi.
3.2. Standart Uji
Standart uji yang digunakan adalah AASTHO T 358-17
3.3. Dasar Teori
Resistivitas adalah salah satu faktor pengontrol utama setelah korosi dimulai. Korosi
membutuhkan aliran ion antara situs anodik dan katodik pada penguatan beton.
Resistivitas mengontrol laju aliran ion tersebut, dan juga secara langsung mengendalikan
laju korosi beton. Yang berarti bahwa dengan mengukur resistivitas beton. Maka, kita
dapat menentukan apakah suatu struktur sedang mengalami laju korosi cepat atau lambat
yang berakibat pada penurunan kualitas beton. Jika ternyata laju korosi lambat. Maka,
gejala ini dapat lebih dulu diketahui dan sesegera mungkin dilakukan penanganan. Tes
ini akan lebih informatif lagi jika dalam analisa hasil dapat dikombinasikan dengan
pengukuran potensi Half-Cell untuk menemukan titik panas untuk kemungkinan korosi.
Menggunakan metode Wenner’s four probe, Resipod dirancang sebagai resistivitas
meter untuk mengukur resistivitas listrik beton atau batu. Arus diterapkan ke dua probe
luar, dan perbedaan potensial diukur antara dua probe dalam. Arus dibawa oleh ion dalam
cairan pori. Resistivitas yang dihitung tergantung pada jarak dari probe.
Resistivitas ρ = 2πaV / l [kΩcm]
Saat melakukan pengukuran, unit secara otomatis mengubah metode pengukuran
agar sesuai dengan subjek. Biasanya alat akan mencoba untuk menggerakkan arus 200uA
melalui beton, jika hal tersebut terhambat karena resistensi yang tinggi. Maka, akan
mendorong 50 uA dan jika masih saja terhambat karena resistensi yang sangat tinggi.
Maka, perangkat akan menggerakkan tegangan melintasi probe luar dan mengukur arus
induksi untuk mendapatkan perkiraan resistivitas. Ini memungkinkan Resipod untuk
mengukur resistivitas yang jauh lebih tinggi daripada metode Wenner Probe yang biasa.
6
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
7
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3.7. Kesimpulan
Dari 3 kali pengujian resistivity, didapatkan hasil seperti di atas. Menurut buku
panduan penggunaan alat Resipod – Resistivity meter telah ditetapkan ketentuan angka
hasil pengujian resistivity (untuk semen Portland biasa pada suhu 20°C) sebagai berikut:
8
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Dari tabel di atas bisa kita simpulkan bahwa dari 2 lokasi pengujian yang berbeda
didapatkan hasil rataan 10.000 – 20.000 Ωcm. Namun dari beberapa titik uji, ada beberapa
hasil yang >20.000 Ωcm. Bisa disimpulkan bahwa jika dirata-rata, elemen beton tersebut
memiliki resiko korosi yang sedang dengan resistivity 10.000 – 20.000 Ωcm.
9
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB IV
UJI ULTRASONIC PULSE VELOCITY
4.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Mengetahui kepadatan pada beton.
b. Mengetahui keseragaman kualitas beton.
c. Mengetahui kualitas struktur beton setelah umur beberapa tahun.
4.2. Standart Uji
Standart uji yang dilakukan pada penelitihan ini adalah :
ASTM C805-85
ASTM C597
BS 1881-203
International Atomic Energy Agency
4.3. Dasar Teori
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) adalah pengujian kekuatan tekan beton secara non
destruktif atau tanpa merusak benda uji (beton). Pengujian UPV adalah cara untuk
memperkirakan kekerasan beton yang didasarkan pada hubungan cepat-rambat
gelombang melalui media beton dengan kekuatan tekan (International Atomic Energy
Agency). Cara kerja alat UPV, dengan memberi getaran gelombang longitudinal melalui
tranduser elektro-akustik, melalui cairan perangkai yang berupa pasta selulose yang
dioleskan permukaan beton sebelum tes dimulai. Saat gelombang merambat melalui
media yang berbeda, yakni pasta selulose dan beton, akan terjadi pantulan gelombang
yang merambat tegak lurus lintasan dan gelombang longitudinal merambat sejajar
lintasan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan tiga cara, diantaranya :
a. UPV Metode Direct
Metode Direct yaitu dimana pengukuran dilakukan dengan cara receiver transducer
dan transmitter transducer diletakkan saling berhadapan.
10
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
11
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
𝑳
𝒗=
𝑻
Dimana,
v = Kecepatan gelombang longitudinal (m/detik)
L = Panjang Lintasan beton yang dilewati (m)
T = Waktu tempuh gelombang longitudinal ultrasonik pada lintasan L (detik)
Tabel 4.1. Klasifikasi Kualitas Beton Berdasarkan Kecepatan Gelombang (International Atomic
Energy Agency)
12
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3 Pasta Selulase
4 Penggaris
5 Spidol/Crayoon
6 Kapi/Scraper
13
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
5. Oleskan pasta selulose setebal mungkin pada titik-titik dengan alat kapi/scraper di
atas benda uji.
14
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4.7. Kesimpulan
Dari praktikum UPV yang telah dilakukan, diperoleh hasil kecepatan gelombang :
1. Pada elemen struktur plat beton pada lokasi A1, kecepatan rata-rata gelombang
sebesar 2410,66 m/s.
2. Pada elemen struktur plat beton pada lokasi A2, kecepatan rata-rata gelombang
sebesar 2231,26 m/s.
Kecepatan rata-rata gelombang tersebut dapat diklasifikasikan menggunakan
kecepatan rambat gelombang. Dapat disimpulkan bahwa benda uji plat beton merupakan
beton dengan kualitas jelek.
Kecepatan Gelombang Longitudinal
Kualitas Beton
Km/(detik.103) Ft/detik
> 4,5 > 15 Sangat Bagus
3,50-4,50 12-15 Bagus
3,00-3,50 10-12 Diragukan
2,00-3,00 7-10 Jelek
<2,00 <7 Sangat Jelek
15
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB V
UJI HAMMER
5.1. Tujuan
Pengujian hammer bertujuan untuk memeriksa kepadatan pada beton.
5.2. Standart Uji
Standart uji yang digunakan :
ASTM C805-85
SNI 03-4430-1997
5.3. Dasar Teori
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada
permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan
menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa
tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi. Alat ini sangat berguna untuk
mengetahui keseragaman material beton pada struktur. Berikut ini adalah bagian-bagian
alat dari pengujian hammer:
Gambar 5.2. Arah Sudut Penekanan yang terdapat pada Alat Tes Hammer
16
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Alur yang terjadi pada saat pengujian ini dilakukan adalah sebagai berikut (ACI
Committee Report) :
1. Plunger atau batang besi pengontrol diposisikan secara tegak lurus pada
permukaan beton.
2. Ketika badan alat ditekan ke beton, pegas yang menghubungkan antara hammer
(sistem massa) dengan badan alat menjadi memanjang.
3. Dan ketika penekanan terjadi secara sempurna, latch (palang penahan) terlepas,
dan pegas tersebut menarik sistem massa menuju beton.
4. Sistem massa tersebut menumbuk bahu plunger dan kemudian memantul.
5. Sistem massa yang memantul menggerakkan sebuah indikator geser, yang mana
indikator tersebut mencatat nilai rebound.
17
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4 1
3 2
18
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi
pukulan pada titik uji.
Sudut Rebound
No Lokasi
(°) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A B C D
1 2921 -90 16.5 28.5 32.5 26.5 28 27.5 33 21 21 21
2 2931 -90 26.5 30 26.5 30 22.5 28.5 28 35.5 27.5 28
3 2941 -90 39.5 17.5 14 29.5 26 15.5 26 29.5 27.5 25.5
4 2951 -90 22 32.5 29 27 27 45.5 21.5 20.5 15.5 27
5 1961 -90 25 31 24.5 30 26.5 31 30 25.5 24.5 26
Perhitungan
1. Menentukan rata-rata dari tiap satu lokasi pengujian
Contoh lokasi pertama:
16.5+28.5+32.5+26.5+28+27.5+33+21+21+21
Rata-rata = = 25,6
10
19
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tidak Digunakan
1 16.5 - 25.6 = -9.05 6 27.5 - 25.6 = 1.95
digunakan
Tidak
2 28.5 - 25.6 = 2.95 Digunakan 7 33 - 25.6 = 7.45 digunakan
Tidak
3 32.5 - 25.6 = 6.95 8 21 - 25.6 = -4.55 Digunakan
digunakan
20
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
21
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
22
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
23
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB VI
UJI HALF CELL POTENTIAL
6.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum uji half cell potential adalah Untuk mengetahui tingkat korosi
dari tulangan yang berada di dalam beton.
6.2. Standart Uji
Pengukuran didasarkan pada ASTM C876 – 91 Test Method for Half-Cell Potentials
of Uncoated Reinforcing Steel in Concrete (Cara uji untuk Half-Cell Potentials pada Baja
Tulangan yang tidak dicoating dalam Beton).
6.3. Dasar Teori
Metode pengukuran half-cell potential merupakan salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mengindikasikan tingkat korosi dari tulangan yang berada di dalam
beton. Pengukuran yang dilakukan didasarkan pada beda potensial tulangan yang berada
di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada permukaan
beton.
Pengukuran yang dilakukan umumnya didasarkan pada beda potensial tulangan yang
berada di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada
permukaan beton.
Half-cell yang digunakan biasanya tembaga/ tembaga sulfat atau perak/ sel chloride
perak tetapi ada juga yang menggunakan kombinasi bahan lainnya. Sementara beton
berfungsi sebagai elektrolit dan kemungkinan korosi pada tulangan pada lokasi uji secara
empiris terkait dengan perbedaan potensial yang terukur.
Hasil pembacaan berupa beda potensial (mV), semakin tinggi beda potensial maka
semakin tinggi indikasi korosi tulangan di dalam beton.
6.4. Alat dan Bahan
Satu set alat uji half-cell potential (Profometer 5+ Proced)
Tabel 6.1. Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pengujian Half-cell Potential
NO NAMA GAMBAR
1. Indicate Device
24
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Kabel 25m
25
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Crayon
7. Penggaris
Gambar 6.1. Arah Pengujian Half Cell Potential pada Benda Uji
26
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4. Siapkan profometer, setting pada menu display untuk mengatur jarak titik pada layar
dan pengaturan untuk menyimpan hasil bacaan pada indicate layer.
27
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
9. Catat hasil bacaan pada form yang tersedia. Analisa hasil dari bacaan alat lalu
sesuaikan dengan peraturan yang dipakai.
10. Ambil kesimpulan dari tes yang telah dilakukan.
6.6. Hasil Praktikum
Dari hasil pengetesan yang dilakukan di lapangan yang dicatat pada laporan
sementara, berikut hasil dari pembacaan alat:
Tabel 6.2. Data Hasil Pengujian Half Cell Potential
Pembacaan
No Lokasi mV
5 4 3 2 1
-47 -55 -52 -39 -42
-56 -61 -52 -46 -51
1 104 -58 -61 -69 -58 -63
-50 -43 -64 -23 -68
-32 -30 -28 -44 -30
Gambar 6.5. Kriteria Korosi berdasar Hasil Uji Half Cell Potential
28
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Pembacaan Rata-rata
No Lokasi mV daya/ Ket
5 4 3 2 1 baris
Korosi
-47 -55 -52 -39 -42 -47 rendah
Korosi
-56 -61 -52 -46 -51 -53.2 rendah
Korosi
1 104 -58 -61 -69 -58 -63 -61.8 rendah
Korosi
-50 -43 -64 -23 -68 -49.6 rendah
Korosi
-32 -30 -28 -44 -30 -32.8 rendah
6.7. Kesimpulan
Half-cell potential test adalah sebuah metode pengetesan yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat korosi pada tulangan dengan menggunakan alat berupa profometer.
Hasil dari pengetesan, berdasarkan peraturan ASTM C-876-91, plat yang ditinjau
memiliki tingkat korosivitas yang rendah.
29
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB VII
UJI CORE DRILL
7.1. Tujuan
Tujuan dari Uji Core Drill adalah untuk mendapatkan nilai estimasi kuat tekan beton
pada struktur yang sudah dilaksanakan.
7.2. Standart Uji
SNI 3403-1994 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran.
7.3. Dasar Teori
Core Drill merupakan salah satu pengujian yang bersifat destructive atau merusak.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kuat tekan material beton pada struktur yang telah
dilaksanakan.
Kuat tekan beton dari uji Core Drill dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝒇′𝒄𝒄 = 𝑪𝟎 𝑪𝟏 𝑪𝟐 𝒇′𝒄
Dimana 𝑓′𝑐 adalah kuat tekan beton inti yang dihitung menurut rumus berdasarkan
SNI 3403-1994 pasal 3.9 dalam mpa :
𝑷
𝒇′𝒄 =
𝟏 𝟐
𝝅Ø
𝟒
𝐶0 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan benda uji beton
inti pada struktur beton. Nilai 𝐶0 dapat dilihat pada SNI 3403-1994 Tabel 1 :
30
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
𝐶2 adalah faktor pengali karena adanya tulangan yang terangkat oleh Core Drill yang
letaknya tegak lurus dengan sampel uji. Nilai 𝐶2 dapat dihitung dengan rumus sesuai SNI
3403-1994 pasal 3.12:
𝒅 𝒉
𝑪𝟐 = 𝟏 + 𝟏, 𝟓 ( 𝒙 )
Ø 𝑳
Dimana:
𝑑 = Diameter batang tulangan (mm)
Ø = Diameter benda uji (mm)
ℎ = Jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan ujung benda uji (mm)
𝐿 = Tinggi benda uji sebelum diberi kaping (mm)
7.4. Alat dan Bahan
Tabel 7.1. Alat dan Bahan yang DIgunakan untuk Core Drill
3. Ring Capping
31
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
5. Timbangan
6. Jangka Sorong
7. Benda Uji
8. Belerang
9. Oli
32
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
5. Ambil benda uji yang telah di core drill, lalu ukur tinggi
dan diameter benda uji serta tulangan melintang.
33
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
34
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tulangan d mm 10 10
12 Melintang h mm 37 39
Perhitungan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
1. Berat Berat Jenis (γ) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2513,2 𝑥 10−6 𝑡𝑜𝑛
=
(150 𝑥 7853,98)𝑥 109 𝑚3
= 3,3 ton/m3
𝑃
2. Kuat tekan (f’c) =
𝐴
3,7 𝑥 104 𝑁
=
7.853,98 𝑚𝑚2
= 4,71 MPa
3. C0 = 0,92 (Arah pengambilan sampel vertikal)
4. C1 = 0,96 (Rasio L/Ø = 1,5)
𝑑 ℎ
5. C2 = 1 + 1,5 (Ø 𝑥 𝐿 )
10 37
= 1 + 1,5 (100 𝑥 150)
= 1,037
6. f’cc = Co . C1 . C2 . f’c
= 0,92 x 0,96 x 1,037 x 4,71 MPa
= 4,31 MPa
7.7. Kesimpulan
Dari kedua benda uji hasil Core Drill, didapatkan estimasi kuat tekan rata-rata sebesar
4,14 MPa.
35
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB VIII
UJI KUAT TARIK BAJA TULANGAN
8.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Mengetahui standar prosedur pengujian kuat Tarik baja tulangan dengan baik.
b. Mengetahui tegangan leleh, tegangan ultimate, dan regangan pada kuat Tarik baja.
8.2. Standard Uji
Standar uji yang digunakan adalah :
a. ASTM E8/E8M
b. SNI 07-2529-1991
8.3. Dasar Teori
Pengertian dari :
a. Baja Beton, adalah baja yang digunakan sebagai penulangan dalam konstruksi beton
bertulang.
b. Nilai Kuat Tarik Leleh, adalah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda
uji mengalami leleh pertama.
c. Nilai Kuat Tarik Putus, adalah besarnya gaya tarik maksimum yang bekerja pada
saat benda uji putus.
Kekuatan atau tegangan yang dapat dikerahkan oleh baja tergantung dari mutu baja,
tegangan leleh dan tegangan dasar dari baja itu sendiri.
Tabel 8.1. Sifat Mekanik Baja Tulangan
Sumber : SNI-07-2052-2002
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari baja, terutama mengenai batas leleh, kuat
tarik dan regangannya, biasanya dilakukan pengujian kuat tarik. Umumnya hasil
pengujian tersebut dapat digambarkan dalam suatu diagram yang menyatakan hubungan
36
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
antara tegangan dan regangan yang terdiri atas beberapa daerah, seperti tampak pada
gambar berikut :
Gambar 8.1. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Kuat Tarik Baja Tulangan
Terdapat empat fase kurva tegangan-regangan dari baja tulangan, dimulai dari titik
awal (tegangan = 0, regangan= 0), kemudian secara kontinue beban terus ditingkatkan
hingga akhirnya baja mengalami keruntuhan (putus).
1. Fase Elastis
Fase dimana baja masih panjang batang dapat kembali ke bentuk semula apabila
beban dihilangkan.
2. Fase Plastis
Fase dimana baja mulai meleleh, tetapi naja masih memiliki kekuatan (mampu
memberi gaya perlawanan) untuk menerima beban. Fase tersebut ditandai dengan
pertambahan regangan tanpa pertambahan tegangan dan di fase ini baja tidak dapat
kembali ke bentuk semula.
3. Fase Strain Hardening
Fase dimana mulai terjadi perkuatan tegangan sampai tercapai kuat tarik (Tensile
Strength).
4. Fase Necking
Fase dimana tegangan baja mulai menurun hingga patah pada titik tertentu.
Parameter pengujian dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
1. Tegangan Tarik Putus (fu)
𝑷𝒖
fu =
𝑨
2. Tegangan Tarik Leleh (fy)
𝑷𝒚
fy =
𝑨
37
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Timbangan
38
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4. Jangka Sorong
5. Penggaris
39
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
40
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
0,122 𝑘𝑔
d =√ 𝑘𝑔
𝜋 . 7850 ⁄ 3 . 0,288𝑚
𝑚
= 8,30 mm
41
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 8.2. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 1
42
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 8.3. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 2
8.7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian, diperoleh mutu baja :
a. Tegangan Tarik Putus (fu) : 683,79 MPa dan 663,99 MPa
b. Tegangan Tarik Leleh (fy) : 498,98 MPa dan 492,64 MPa
c. Elongasi (Πmaks) : 24,06% dan 31,02%
43
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB IX
PERHITUNGAN KAPASITAS PENAMPANG PLAT
9.1. Data Eksiting
f’c = 4,43 MPa
fy lentur = 449 MPa
Es = 200.000 MPa
b = 1000 mm
h = 150 mm
Tul. Transversal = Ø 8 - 100
d’ = 40 mm
dx = 106,4 mm
dy = 92,2 mm
9.2. Perhitungan
1. Menghitung besar nilai As
1 𝑏
As = 4 𝜋 𝑑2 𝑠
1 1000 𝑚𝑚
= 4 𝜋 (8𝑚𝑚)2 100 𝑚𝑚
= 502,65 mm2
2. Menghitung besar nilai a
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
a = 0,85 . 𝑓′𝑐 . 𝑏
502,65 . 449
= 0,85 . 4,43 . 1000
= 66,69 mm
3. Menghitung Kapasitas Momen
𝑎
ØMnx = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑𝑥 − )
2
66,69
= 502,65 . 449 . (106,4 − )
2
= 16.491.993 N.mm
= 16,491 kN.m
𝑎
ØMny = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑𝑦 − 2)
66,69
= 502,65 . 449 . (92,2 − )
2
= 13.286.452 N.mm
= 13,286 kN.m
44