Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

PENGOLAHAN BENIH

SEED TREATMENT

OLEH:

KELOMPOK 10

KELAS : AGRO B

ANGGOTA KELOMPOK :1. 1810211022 ULFA AZMI SAPUTRI


2. 1810212035 DILA YULIA RAHMI
3. 1810212048 ARDIANTO
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. NALWIDA ROZEN, MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

BAB III PENUTUP ........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................9

3.2 Saran ..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................10

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau


mengembangkan tanaman itu sendiri (Kementan 2013). Perlakuan benih (seed
treatment) bertujuan untuk melindungi bagian tanaman yang akan dijadikan benih
dalam bentuk biji, pucuk, setek, sulur, atau umbi dari serangan hama dan patogen.
Perlakuan benih dapat dilakukan secara fisik, kimia, atau biologi untuk
mengendalikan serangga hama, patogen atau gangguan lainnya yang terbawa benih
(Sharma et al. 2015). Bahan yang umum digunakan untuk perlakuan benih adalah
pestisida kimia. Namun, agens hayati, senyawa kimia lainnya, dan panas juga dapat
digunakan sebagai perlakuan benih.

Benih yang berkualitas mempunyai sifat-sifat antara lain, tingkat kemurnian


genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan, usaha
memperbanyak tanaman dengan benih atau biji sering mengalami banyak hambatan,
walaupun benih dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang sesuai. Benih tersebut
sebenarnya hidup karena dapat dipacu untuk berkecambah dengan berbagai
perlakuan-perlakuan khusus. Benih tersebut dikatakan mengalami dormansi, yaitu
keadaan dimana benih tersebut hidup, tapi gagal untuk berkecambah dalam keadaan
lingkungan (kelembaban, suhu, cahaya) yang sesuai untuk pertumbuhannya.

Benih tanaman dapat berupa biji, pucuk, setek, sulur, atau umbi. Perlakuan benih
merupakan strategi dalam pengendalian hama dan patogen (OPT) paling dini, aman,
dan ramah lingkungan. Perlakuan benih tanaman rempah dan obat dapat dilakukan
secara fisik, kimia, dan biologi, seperti perendaman dalam air panas (45oC),
perlakuan pestisida kimia dan nabati, serta agens hayati. Pestisida kimia yang khusus
direkomendasikan untuk perlakuan benih tanaman rempah dan obat sangat terbatas
atau bahkan belum ada di Indonesia, padahal permasalahan dalam produksi benih
sangat besar, terutama berupa setek dan rimpang. Jenis OPT tular benih tanaman
rempah dan obat cukup banyak dan merugikan. Beberapa inovasi perlakuan benih

1
tanaman rempah dan obat sudah dirintis di dalam negeri, seperti metode pencelupan
dan pelapisan, tetapi masih terbatas pada benih lada dan jahe. Keefektifan perlakuan
benih vegetative yang massanya cukup besar, seperti rimpang-rimpangan, adalah
terbatasnya penyerapan bahan aktif ke dalam jaringan benih sehingga pengaruhnya
terhadap OPT yang sudah ada dalam benih kurang berhasil.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini sebagai tugas mata kuliah pengolahan benih
dan untuk mengetahui tentang seed treatment.

2
BAB II PEMBAHASAN

Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah


benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed
treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan
sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama,
(2) perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah,
(3) meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama,
perlakuan benih dengan tujuan seperti ini berupa priming, coating, dan pelleting
(Desai et al. 1997).

Ditinjau dari ilmu penyakit tanaman (plant pathology), perlakuan benih


memiliki tujuan untuk menghilangkan sumber infeksi (disinfeksi) dan disinfestasi
dari benih akibat berbagai organisme patogen tular benih (seedborne) dan tular
tanah (soilborne) serta hama gudang. Disinfeksi bertujuan melakukan eradikasi
patogen yang berada di kulit benih atau di dalam jaringan benih. Sedangkan
disinfestasi ditujukan untuk mematikan cendawan, bakteri, atau serangga yang
berada dipermukaan benih (surface organism) tetapi belum menginfeksi
permukaan benih (Desai et al. 1997).

Menurut Agrawal & Sinclair (1996), beberapa kondisi benih yang perlu
diberi perlakuan benih adalah (1) luka pada kulit benih yang dapat
menstimulasi cendawan untuk memasuki benih sehingga dapat mematikan
benih atau melemahkan kecambah; (2) benih mengalami luka selama
pemanenan dan pascapanen yang dapat memudahkan benih terserang patogen;
(3) benih yang terinfestasi oleh patogen pada saat panen dan saat benih diolah;
(4) benih yang ditanam pada keadaan lingkungan yang tidak sesuai seperti
tanah lembab atau sangat kering sehingga menstimulir pertumbuhan dan
perkecambahan spora cendawan yang dapat menyerang dan merusak benih; dan
(5) melindungi masa-masa perkecambahan dan awal pertumbuhan tanaman dari
organisme tular tanah.

3
Teknik pengendalian penyakit terbawa benih lebih sering dilakukan
secara kimia dan fisik. Huynh & Gaur (2005) menyimpulkan adanya
penurunan kerusakan pada benih padi yang diberi perlakukan dengan fungisida
Vivatax, Mancozeb, dan Thiram setelah disimpan selama dua bulan.
Penurunan kerusakan berturut-turut 0.69% ;1.5%, dan 0.75%. Sementara
tanpa perlakuan fungisida penurunan mencapai 14%. Setelah 6 bulan, penurunan
kerusakan hanya mencapai 0.63%; 0.5%, dan 0.13% serta tanpa perlakuan
fungisida kerusakan mencapai 10%. Percobaan pengendalian secara fisik dilakukan
oleh Pattaya et al. (2005) yang mendapatkan bahwa perlakuan panas melalui
frekuensi radio dapat efisein mengontrol jamur Alternaria padwickii pada benih
padi.

Menurut Desai et al. (1997), pada benih tanaman sayuran seperti


mentimun, cabai, dan terong perlakuan benih dilakukan untuk mencegah
penyakit busuk benih dan rebah kecambah (damping-off). Benih mentimun
yang terserang penyakit antraknosa didisinfeksi dengan merkuri klorida dengan
cara direndam selama 5 menit. Bahan protektan benih seperti captan atau
dikombinasikan dengan dieldrin dapat digunakan setelah perendaman dalam
HgCl2. Pada benih cabai, tomat, terung yang terserang busuk benih dan rebah
kecambah diperlakukan dengan cara merendam dalam air pada suhu 45 0C selama
20 menit dan kemudian diberi protektan berupa larutan merkuri klorida dalam air
panas tersebut.

Menurut Taylor & Harman (1990), penggunaan teknik perlakuan benih


seperti seed coating, seed pelleting, physiological seed treatment, seed priming,
dan perlakuan benih dengan mikroorganisme yang menguntungkan (biological
seed treatment) bertujuan untuk melindungi benih yang ditanam dari serangan
cendawan. Sedangkan menurut Khan et al. (1990), seed priming atau
osmoconditioning adalah perlakuan hidrasi benih terkontrol dengan larutan
osmotik untuk memperbaiki pertumbuhan bibit. Sedangkan matriconditioning
mempunyai tujuan dan prinsip sama dengan osmoconditioning, hanya pada

4
matriconditioning hidrasi benih menggunakan media lembab yang didominasi
oleh kekuatan matriks. Bahan bioprotektan dan atau pestisida dapat dikom-
binasikan/ditambahkan dalam matricondtioning.

Jenis-Jenis Perlakuan Benih

1. Perlakuan mekanis

Umumnya perlakuan mekanis dipergunakan untuk memecahkan benih yang


mempunyai kulit benih bersifat imperiabel terhadap air dan oksigen serta kulit benih
yang terlalu keras menyebabkan resistensi mekanis. Adapun cara yang dapat
dilakukan dengan perlakuan mekanis antara lain ; mengikir, menggosok kulit benih
dengan ampelas, melubangi kulit benih dengan pisau dan menggoncang benih.

Biji Semangka yang mendapat perlakuan mekanis, setelah 24 jam sudah 90%
mulai berkecambah, sedang yang tanpa perlakuan belum ada yang berkecambah.
Setelah 48 jam (hari ke-2) biji yang diberi perlakuan mekanis telah 100%
berkecambah, sedang pada biji tanpa perlakuan baru mulai berkecambah (20%).

Hasil pengamatan eksperimen ini menunjukkan bahwa dengan memberikan


perlakuan secara mekanis berupa memecah kulit biji pada biji Semangka non biji
dapat mempercepat terjadinya perkecambahan. Hal ini disebabkan air lebih cepat
meresap atau masuk dalam biji sehingga biji lebih cepat tumbuh. Disamping itu
perlakuan mekanis pada benih Semangka non biji dapat meningkatkan permeabilitas
kulit biji terhadap air dan udara.

Keberhasilan perlakuan mekanis sangat dipengaruhi oleh ketrampilan dalam


memberikan perlakuan yaitu dalam memecahkan kulit biji Semangka. Jika tidak hati-
hati maka biji akan mengalami kerusakan sehingga berpengaruh terhadap daya
kecambah biji. Selain itu kelembaban media kecambah juga harus selalu
diperhatikan, karena jika media kurang lembab maka perkecambahan akan terganggu.
Contoh : perlakuan benih Kemirinn yang memiliki kulit tebal dan keras, yang bersifat
impermeable terhadap air dan udara. Sebelum dikecambahkan perlu digosok dengan

5
kertas amplas pada bagian kulitnya. Disamping itu dapat pula dengan cara menutup
persemaian benih Kemirinn dengan karung goni kemudian pada permukaan karung di
perciki dengan minyak tanah.

2. Perlakuan kimia

Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan kimia. Maksud


dari perlakuan kimia ini adalah :

a) Untuk menjadikan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga mudah dilalui air
pada waktu penyerapan.

b) Untuk mencegah atau memberantas patogen yang terbentuk oleh benih.

Perlakuan kimia ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih dalam
larutan kimia dengan konsentrasi dan waktu tertentu, selain itu perlakuan kimia yang
dilakukan untuk mencegah atau mengendalikan hama penyakit dapat dilakukan
dengan cara memberikan pestisida tertentu kepada benih, baik sebelum benih
dikemas untuk disimpan maupun sewaktu benih akan ditanam di lahan. Hal ini
tergantung pada karakter dari benih.

Bahan kimia yang bisa digunakan dalam perlakuan secara kimia ini antara lain
asam sulfat, asam nitrat, potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat,
urea, hormon tumbuh dan pestisida.

Contoh :

a) Benih kentang direndam dalam larutan asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum
ditanam.

b) Benih Jagung sebelum disimpan diberi fungisida redomil dengan konsentrasi 100
gram benih/1 gram fungisida.

c) Untuk mencegah serangan penyakit rendam benih dalam larutan fungisida dan
bakterisida sekitar 2-3 gr/liter.

6
3. Perlakuan fisis

Perlakuan fisis adalah perlakuan yang dilakukan terhadap benih dengan memberi
tindakan yang bersifat fisis. Perlakuan fisis ini dapat dilakukan dengan cara :

a) Perendaman dengan air panas Benih dimasukkan ke dalam air panas dan
dibiarkan sampai menjadi dingin selama beberapa waktu tertentu, agar kulit
menjadi lunak sehingga wadah dilalaui air dan udara. Contoh : benih apel
direndam pada air mendidih selama 2 menit, kemudian diangkat dan
dikecambahkan.
b) Perlakuan dengan temperatur tertentu Benih disimpan pada temperatur
tertentu sebelum disemai pada temperatur yang cocok untuk
perkecambahannya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan bahan-
bahan penghambat pertumbuhan atau agar terjadi pembentukan bahan-bahan
yang dapat merangsang pertumbuhannya. Contoh : benih selada akan
berkecambah apabila disimpan pada suhu rendah, dan akan dorman pada suhu
30 oc – 35 oc.

Pada benih yang mempunyai masa dormansi fisik yang lama seperti pada biji
Sengon, Akasia, Jambu mete dan Kaliandra bisa dilakukan dengan penyiraman
dan perendaman dengan air hangat selama 2-5 menit kemudian rendam dalam air
dingin selama 1-2 hari.

4. Perlakuan Benih Secara Biologi/Hayati

Saat ini telah banyak dikembangkan teknik perlakuan benih secara


biologi dan organik. Teknik perlakuan benih secara biologi umumnya
dengan menggunakan mikroorganisme. Meningkatnya perlakuan benih dengan
agens hayati karena beberapa alasan diantaranya pestisida sintetis tidak semuanya
efektif dan dapat menyebabkan munculya resistensi baru patogen, serta kurang
selektif. Di samping itu, dampak negatif terhadap keamanan produk pangan,

7
masalah fitotoksisitas sehubungan dengan penggunaan pestisida berlebihan,
pestisida sintetis mulai dibatasi penggunaannya dengan berbagai ketentuan.

Perlakuan benih secara hayati sebagai alternatif pengganti bahan kimia


sintetis terbagi menjadi dua, yaitu menggunakan agens biokontrol (biological
seedtreatment agents) atau ekstrak nabati (biofungicides seed treatment).
Narayanasamy (2002) menyatakan biological seed treatment adalah metoda yang
sangat efektif dan ekonomis dalam mengintroduksi agens biokontrol untuk
mengendalikan seedborne pathogens dan soilborne pathogens. Menurut Callan et al.
(1997), meskipun biological seed treatment sering menunjukkan spektrum
pengendalian terbatas dibandingkan bahan kimia sintetis, namun kemampuan
biokontrol untuk mengkolonisasi rizofer tanaman dapat menghasilkan manfaat
lebih pada fase perkecambahan.

Kemampuan agens hayati dalam menghambat pertumbuhan patogen


dilakukan melalui beberapa mekanisme, yaitu produksi senyawa antimikroba,
kompetisi nutrisi (karbon dan nitrogen) dan ruang tempat infeksi, kompetisi Fe
melalui produksi siderofor oleh agens hayati, produksi senyawa HCN, induksi
resistensi inang, inaktifasi faktor perkecambahan spora yang berasal dari benih
dan eksudat akar, degradasi faktor patogenisitas seperti toksin, dan parasitisme.
Penggunaan mikroorganisme (bakteri atau cendawan) yang bersifat antagonis
terhadap patogen sering dilakukan dengan mengkombinasikan dengan perlakuan
benih seperti seed coating, seed pelleting, dan seed priming (Silva et al. 2004).

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah


benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed
treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan
sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama,
(2) perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah,
(3) meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama,
perlakuan benih dengan tujuan seperti ini berupa priming, coating, dan
pelleting. Perlakuan benih terbagi menjadi 3, yaitu Perlakuan benih secara kimia,
Perlakuan benih secara fisik/mekanik, Perlakuan benih secara biologis.

3.2 Saran

Adapun saran dari makalah ini yaitu semoga pembaca dapat memahami
isi makalah ini sehingga dapatdijadikan sebagai referensi dalam proses
pembelajaran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, V.K., Sinclair, J.B. 1996. Principles of Seed Pathology. Lewis Publishers,
New York.

Desai, B.B., P.M. Kotecha, D.K. Salunkhe. 1997. Seeds Handbook: Biology,
Production, Processing, and Storage. Marcel Dekkerm, New York.

Huynh VN, Gaur A. 2005. Efficacy of seed treatment in improving seed Quality in
rice. Omonrice. 13(1):42-51.

Kementan (Kemneterian Pertanian). 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor


10/Permentan/OT.140/1/2013OT.140/11/ 2012 tetang Pedoman Teknis
Pembangunan Kebun Induk Lada. hlm. 37.

Khan, A. 1992. Matriconditioning Of Vegetable Seed To Improve Stand


Establishment In Early Field Planting. J. Amer. Soc. Hort. Science. 117 (1) :
41-47

Sharma, K.K., U.S. Singh, P. Sharma, A. Kumar, and L. Sharma. 2015. Seed
treatments for sustainable agriculture-A review. Journal of Applied and
Natural Science 7(1): 521–539.

Silva HSA, Romeiro RSR, Macagnan D, Vieira BAH, Pereira MCB, Mounteer A.
2004. Rhizobacterial induction of systemic resistance in tomato plants: non-
specific protection and increase in enzyme activities. Biol Control 29:288-
295.

Taylor, A. dan G.E. Harman. 1990. Concept And Technologies Of Selected Seed
Treatments. Ann. Rev. Phytopathol. 28 : 321-339.

10

Anda mungkin juga menyukai