Anda di halaman 1dari 19

SAP 8

STANDAR AUDIT 505,


STANDAR AUDIT 510,
STANDAR AUDIT 520
MATA KULIAH : AUDIT DAN ASSURANS

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Dr. IDA BAGUS PUTRA ASTIKA,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

OLEH:
KELOMPOK 5

KADEK SASWATA ABHIMANA NEGARA 2007612009


DEWA AYU MANIK WULANDARI 2007612010

PROGRAM PPAK
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
STANDAR AUDIT 505
KONFIRMASI EKSTERNAL

Standar Audit (“SA”) ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi


eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan SA 330 dan SA
500. Hal ini tidak ditujukan untuk meminta keterangan tentang ligigasi dan klaim, yang
dibahas dala SA 501.

Tujuan auditor, ketika menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, adalah untuk


mendesain dan melaksanakan prosedur tersebut untuk memperoleh bukti audit relevan dan
andal.

Definisi:

 Konfirmasi Eskternal : Bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respons tertulis
langsung kepada auditor dari pihak (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik atau media lainnya.
 Permintaan Konfirmasi Positif: Suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespons secara langsung kepada auditor yang mengajukan apakah pihak
yang dikonfirmasi tersebut setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat
dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang diminta.
 Permintaan Konfirmasi Negative: Suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi
tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
 Tanpa Respons: Siatu kegagalan dari pihak yang dikonfirmasi untuk merespons,
Sebagian atau secara penuh, terhadap permintaan konfirmasi positif, atau sebuah
permintaan konfirmasi yang kembali karena tidak sampai ke tangan pihak yang
dikonfirmasi
 Penyimpangan: Suatu respons yang menunjukkan perbedaan antara informasi yang
diminta untuk dikonfirmasikan atau informasi yang terdapat dalam catatan entitas,
dengan informasi yang disediakan oleh pihak yang dikonfirmasi.

1
Prosedur konfirmasi eksternal:

1. Menentukan informasi yang dikonfirmasi atau diminta, dalam hal ini auditor disyaratkan
untuk mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal harus dilakukan sebagai
prosedur audit substantif.
2. Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi, dalam hal ini auditor disyaratkan untuk
memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan dengan semakin tingginya tingkat risiko
yang ditentukan oleh auditor, dimana untuk melakukan hal ini, auditor dapat
meningkatkan kualitas bukti atau memperoleh bukti audit yang lebih relevan atau handal,
seperti menekankan untuk memperoleh bukti secara langsung dari pihak ketiga atau
memeperoleh bukti dukungan dari pihak independent.
3. Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi informasi jawaban untuk dikirimkan secara langsung
kepada auditor
4. Mengirimkan permintaan, termasuk permintaan tindak lanjut jika berlaku, kepada pihak
yang dikonfirmasi

Jika manajemen menolak memberikan konfirmasi, maka auditor harus melakukan hal
beriku:

1) Meminta keterangan tentang alasan penolakan manajemen, dan mencari bukti audit
tentang validitas dan memadainya alasan tersebut.
2) Mengevaluasi implikasi penolakan manajemen terhadap resiko kesalahan
3) Melakukan prosedur audit alternative

Jika auditor menyimpulkan bahwa penolakan manajemen tidak masuk akal (auditor tidak
memperoleh bukti audit yang relevan), maka auditor harus mengkomunikasikannya dengan
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan mempertimbangkan implikasi terhadap
audit dan opini auditor.

Hasil prosedur konfirmasi eksternal

2
 Jika auditor meragukan hasil konfirmasi, maka auditor harus mendapatkan bukti audit
lanjutan
 Jika respon pihak eksternal tidak dapat diandalkan, maka auditor harus mengevaluasi
implikasi tersebut terhadap resiko.
 Dalam kasus tidak ada respon, auditor harus melakukan prosedur audit alternative
 Jika konfirmasi positif diperlukan dan auditor tidak memperoleh konfirmasi tersebut,
maka auditor harus menentukan implikasi terhadap audit dan opini auditor
 Jika terjadi penyimpangan, auditor harus melakukan investigasi penyimpangan, apakah
terjadi kesalahan penyajian.
 Auditor tidak boleh menggunakan konfirmasi negatif sebagai prosedur tunggal yang
dilaksanakan, kecuali:
 Auditor telah menentukan resiko kesalahan penyajian material adalah rendah
 Populasi unsur-unsur dalam konfirmasi negative kecil dan homogen
 Penyimpangan sangat rendah
 Auditor tidak menyadari keadaan yang akan menyebabkan penerima permintaan
konfirmasi mengabaikan permintaan tersebut.
 Auditor harus mengevaluasi hasil konfirmasi eksternal sudah relevan dan andal, atau
apakah bukti audit lebih lanjut diperlukan.

Penjelasan lain
 Konfirmasi dapat digunakan untuk mengonfirmasi ketentuan dalam perjanjian, kontrak
atau transaksi, kondisi tertentu
 Respon atas permintaan konfirmasi merupakan bukti audit yang andal.
 Mendesain permintaan konfirmasi, factor yang mempengaruhi:
 Asersi yang dituju
 Risiko kesalahan penyajian material
 Susunan dan penyajian permintaan konfirmasi
 Pengalaman audit sebelumnya
 Metode komunikasi
 Otorisasi manajemen untuk merespon kepada auditor
 Kemampuan pihak yang dikonfirmasi untuk merespon

3
STANDAR AUDIT 510

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA – SALDO AWAL

Tujuan:

Dalam melaksanakan suatu perikatan audit tahun pertama, tujuan auditor yang berkaitan
dengan saldo awal adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
apakah:

(a) Saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang berdampak material terhadap
laporan keuangan periode berjalan
(b) Kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, atau perubahannya telah
dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai berdasarkan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku

Definisi

1. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut bermakna sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
(a) Perikatan audit tahun pertama—Suatu perikatan yang:
(I) Laporan keuangan untuk periode lalu tidak diaudit; atau
(II) Laporan keuangan untuk periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu.

(b) Saldo awal—Saldo akun yang ada pada awal periode. Saldo awal didasarkan pada
saldo akhir periode lalu dan mencerminkan dampak transaksi dan kejadian periode
lalu dan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam periode lalu. Saldo awal juga
mencakup hal-hal yang memerlukan pengungkapan yang telah ada pada awal periode,
seperti kontijensi dan komitmen.

(c)Auditor pendahulu—Auditor dari KAP lain, yang mengaudit laporan keuangan suatu
entitas dalam periode lalu dan telah digantikan oleh auditor pengganti.

4
Ketentuan

Prosedur Audit

Saldo Awal

1. Auditor harus membaca laporan keuangan terkini,


(Jika ada, dan laporan auditor pendahulu, jika ada, untuk informasi yang relevan dengan
saldo awal, termasuk pengungkapan.)

2. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah saldo awal
mengandung kesalahan penyajian material dan berdampak terhadap laporan keuangan
periode berjalan dengan: (Ref: Para:A1-A2)
(a) Menentukan apakah saldo akhir periode lalu secara benar telah dipindahlan ke periode
berjalan atau, jikat tepat, telah disajikan kembali
(b) Menentukan apakah saldo awal telah mencerminkan penerapan kebijakan akuntansi
yang semestinya
(c) Melakukan satu atau lebih hal seperti (i) mereviu kertas kerja audior pendahulu untuk
memperoleh bukti yang terkait dengan saldo awal, jika laporan tahun lalu telah
diaudit (ii) mengevaluasi apakah prosedur audit yang dilakukan dalam peiode berjalan
menyediakan bukti yang relevan dengan saldo ataw atau (iii) melakukan prosedur
aufit spesifik untuk memperoleh bukti yang terkait dengan saldo awal.
3. Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian
yang dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode berjalan,
auditor harus melakukan prosedur audit tambahan yang diperlukan dalam kondisi tersebut
untuk menentukan dampaknya terhadap laporan keuangan periode berjalan.
Jika auditor menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian tersebut ada dalam laporan
keuangan periode berjalan, auditor harus mengkomunikasikan kesalahan penyajian
tersebut kepada tingkat manajemen yang semestinya dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola berdasarkan SPA 450.3

Konsistensi Kebijakan Akuntansi

5
Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan tepat tentang apakah
kebijakan akuntansi yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan secara konsisten
dalam laporan keuangan periode berjalan, dan apakah perubahan kebijakan akuntansi
telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Informasi yang Relevan dalam Laporan Auditor Pendahulu

Jika laporan keuangan periode lalu telah diaudit oleh auditor pendahulu dan terdapat
modifikasi terhadap opini, auditor harus mengevaluasi dampak atas hal yang
menyebabkan modifikasi tersebut terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan periode berjalan berdasarkan SPA 315.

Kesimpulan dan Pelaporan Audit

Saldo Awal

1. Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang berkaitan
dengan saldo awal, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau

opini tidak menyatakan pendapat berdasarkan SPA 705.5 (Ref: Para A8)

Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar,

berdasarkan SPA 705. (Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung

kesalahan penyajian yang material terhadap laporan keuangan periode berjalan, dan

dampak kesalahan penyajian tersebut tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan

atau diungkapkan dengan memadai)

Konsistensi Kebijakan Akuntansi

2. Auditor harus memberikan opini wajar tanpa pengecualian atau opini tidak wajar

berdasarkan SPA 705.

Jika auditor menyimpulkan bahwa:

6
a. kebijakan akuntansi periode berjalan tidak diterapkan secara konsisten dalam
kaitannya dengan saldo awal berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, atau

b. perubahan atas kebijakan akuntansi tidak dicatat dengan tepat, atau tidak
disajikan atau diungkapkan secara memadai, berdasarkan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Pendahulu

3. Auditor harus memodifikasi opini atas laporan keuangan periode berjalan berdasarkan

SPA 705 dan SPA 710. (Ref: Para. A9)

(Jika opini auditor pendahulu atas laporan keuangan periode lalu berisi modifikasi terhadap
opini auditor masih relevan dan material terhadap laporan keuangan periode berjalan)

Materi Penerapan dan Penjelasan Lain

Prosedur Audit

Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik (Ref: Para. 6)

A1. Dalam sektor publik, mungkin saja terdapat pembatasan peraturan perundang-undangan
atas informasi yang dapat diperoleh auditor pengganti dari auditor pendahulu. Dalam
situasi yang di dalamnya komunikasi tersebut dibatasi, bukti audit mungkin perlu
diperoleh melalui cara lain dan, jika bukti audit yang cukup dan tepat tidak dapat
diperoleh, maka auditor perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap opininya.

A2. Jika auditor yang ditunjuk menurut peraturan perundang-undangan melakukan


outsource suatu audit atas entitas sektor publik ke kantor akuntan publik, dan menunjuk
suatu kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan entitas sektor publik dalam periode lalu, hal ini tidak dianggap sebagai
perubahan auditor bagi auditor yang ditunjuk.

7
Saldo awal (Ref: Para. 6(c))

A3. Sifat dan lingkup prosedur audit yang diperlukan unuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat terkait dengan saldo awal tergantung pada hal-hal:

 kebijakan akuntansi yang diterapkan entitas


 sifay saldo akun, golongan transaksi dan pengungkapan serta risiko atas kesalapan
penyajian material dalam laporan keuangan periode berjalan
 signifikansi saldo awal sehubungan dengan laporan keuangan periode berjalan
 apakah laporan keuangan periode lalu telah diaudit dan jika dmeikian apakah opini
auditor pendaulu dimodifikasi

A4. Jika laporan keuang periode lalu telah di audit oleh auditor pendahulu, maka auditor
memperoleh bukti audit yang memadai dan tepat terkait dengan saldo awal dengan meriview
kerta kerja auditor pendahulu.

A6. Untuk aset dan liabilitas lancar, beberapa bukti audit tentang saldo awal biasanya
diperoleh sebagai bagaian dari prosedur audit tahun berjalan. Oleh karena itu tambahan
prosedur biasanya diperlukan, dan satu atau lebih dari prosedur berikut dapat memberikan
bukti audit yang memadai dan tepat:

 observasi terhadap suatu perhitungan fisik sediaan yang dilakukan saat ini dan
rekonsiliasi hasilnya ke kuantitas sediaan pada tahun awal
 pelaksanaan prosedur audit atas penilaian unsur-unsur sediaan awal
 pelaksanaan prosedur audit atas laba bruto dan pisah harta
A7. Untuk aset dan liabilitas tidak lancer, seperti aset tetap, utang jagka panjang, dll,
beberapa bukti audit dapat diperoleh dengan memeriksa catatan akuntansi dan informasi lain
yang mendsari saldo awal.

Kesimpulan dan Pelaporan Audit

Saldo awal (Ref: Para. 10)

A8. SA 705 menetapkan ketentuan dan memberikan panduan atas kondisi tertentu yang dapat
menyebabkan suatu modifikasi terhadap opini auditor atas laporan keuangan.

8
Keidakmampuan auditor unruk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat atas saldo awal
dapat mengakibatkan satu dari modifikasi terhadap opini dalam lapoan auditor:

(a) opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat, sesuai
dengan kondisi yang bersangkutan, atau
(b) opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat, jika tepat,
atas hasil usaha dan arus kas, jika relevan dan opini tanpa modifikasian atas posisi
keuangan, kecuali dilarang oleh peraturan perunang-undangan

Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Pendahulu (Ref:Para. 13)

A9. Modifikasi terhadap opini auditor pendahulu mungkin tidak relevan dan material
terhadap opini atas laporan keuangan priode berjalan. Contoh, hal ini mungkin terjadi jika
ada pembatasan ruang lingkup dalam periode lalu, tetapi masalah yang menimbulkan
pembatasan ruang lingkup tersebut telah diselesaikan dalam periode berjalan.

9
STANDAR AUDIT 520

PROSEDUR ANALITIS

Ruang Lingkup

Standar Audit (“SA”) ini mengatur penggunaan prosedur analitis oleh auditor sebagai
pengujian substantif (“prosedur analitis substantif”). SA ini juga mengatur tanggung jawab
auditor untuk melakukan prosedur analitis pada tahap akhir audit yang akan membantu
auditor pada waktu merumuskan suatu kesimpulan keseluruhan atas laporan keuangan.

Tujuan

Tujuan auditor adalah:

a) Untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif; dan
b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.

Definisi

“Prosedur analitis” berarti pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan


melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis
juga juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan
teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari
nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan. (Ref:Para. A1-A3)

Ketentuan

Prosedur Analitis Substantif

Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau dalam
kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif berdasarkan SA 330, auditor
harus: (Ref;Para. A4-A5)

10
a) Menentukan kecocokan prosedur analitis susbtantif untuk asersi yang tersedia, dengan
memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan, dan pengujian
rinci, jika ada untuk asersi-asersi tersebut; (Ref:Para. A6-A11)
b) Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan memperhitungkan
sumber, komparabilitas, serta sifat dan relevansi informasi yang tersedia, dan
pengendalian atas penyusunannya; (Ref:Para. A12-A14)
c) Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi apakah
ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan penyajian
yang, baik secara individu atau ketika diagregasikan dengan kesalahan penyajian
lainnya, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan; dan (Ref:Para. A15)
d) Menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang diharapkan
yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut. (Ref:Para. A16)

Prosedur Analitis yang Membantu Ketika Membentuk Kesimpulan Keseluruhan

Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan
keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas. (Ref:Para. A17-
A19)

Investigasi Hasil Prosedur Analitis

Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SA ini mengidentifikasi adanya fluktuasi
atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya atau yang berbeda
secara signifikan dengan nilai yang diharapkan, maka auditor harus menginvestigasi
perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:

a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat dan
relevan dengan respons manajemen; dan
b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
(Ref:Para. A20-A21)

Materi Penerapan dan Penjelasan Lainnya

Definisi Prosedur Analitis (Ref: Para. 4)

11
A1. Prosedur analitik mencakup pertimbangan perbandingan informasi keuangan
entitasdengan, misalnya:

a) Informasi yang sebanding untuk periode sebelumnya.


b) Mengantisipasi hasil dari entitas, seperti anggaran atau perkiraan, atau
ekspektasiauditor, seperti perkiraan penyusutan.
c) Informasi industri serupa, seperti perbandingan rasio penjualan entitas
terhadappiutang dagang dengan rata-rata industri atau dengan entitas lain dengan
ukuransebanding dalam industri yang sama.

A2. Prosedur analitis juga termasuk pertimbangan hubungan, misalnya:

a) Di antara elemen informasi keuangan yang diharapkan sesuai dengan pola yang
dapatdiprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase margin kotor.
b) Antara informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang relevan, seperti
biayapenggajian ke jumlah karyawan.

A3. Berbagai metode dapat digunakan untuk melakukan prosedur analitik. Metode ini
berkisardari melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan analisis kompleks
menggunakanteknik statistik tingkat lanjut. Prosedur analitik dapat diterapkan pada
laporan keuangankonsolidasi, komponen dan elemen informasi individual.

Prosedur Analitis Substantif (Ref: Para. 5)

A4. Prosedur substantif auditor pada tingkat asersi dapat berupa pengujian detail,
proseduranalitis substantif, atau kombinasi keduanya. Keputusan tentang prosedur audit mana
yangharus dilakukan, termasuk apakah akan menggunakan prosedur analitis substantif,
didasarkanpada penilaian auditor tentang keefektifan dan efisiensi yang diharapkan dari
prosedur audityang tersedia untuk mengurangi risiko audit pada tingkat asersi ke tingkat yang
dapat diterima rendah.

A5. Auditor dapat menanyakan manajemen mengenai ketersediaan dan keandalan


informasiyang diperlukan untuk menerapkan prosedur analitis substantif, dan hasil dari setiap
proseduranalitik yang dilakukan oleh entitas. Mungkin efektif untuk menggunakan
data analitik yangdisiapkan oleh manajemen, asalkan auditor puas bahwa data tersebut
disiapkan dengan benar.

Ketepatan Prosedur Analitis Tertentu untuk Asersi yang ada (Ref: Para. 5 (a))

12
A6. Prosedur analitis substantif umumnya lebih berlaku untuk volume besar transaksi
yangcenderung dapat diprediksi dari waktu ke waktu. Penerapan prosedur analitis
yangdirencanakan didasarkan pada harapan bahwa hubungan antara data ada dan berlanjut
tanpaadanya kondisi yang diketahui sebaliknya. Namun, kesesuaian prosedur analitis tertentu
akanbergantung pada penilaian auditor tentang seberapa efektifnya dalam mendeteksi salah
sajiyang, secara individual atau ketika digabungkan dengan salah saji lainnya, dapat
menyebabkan laporan keuangan salah saji secara material.

A7. Dalam beberapa kasus, bahkan model prediktif yang tidak canggih mungkin efektif
sebagaiprosedur analitis. Sebagai contoh, ketika entitas memiliki jumlah karyawan yang
diketahuidengan tingkat pembayaran tetap selama periode tersebut, auditor dapat
menggunakan dataini untuk memperkirakan total biaya penggajian untuk periode dengan
tingkat akurasi yangtinggi, dengan demikian menyediakan mengaudit bukti untuk item yang
signifikan dalamlaporan keuangan dan mengurangi kebutuhan untuk melakukan tes rincian
pada daftar gaji.Penggunaan rasio perdagangan yang diakui secara luas (seperti margin
keuntungan untukberbagai jenis badan ritel) sering dapat digunakan secara efektif dalam
prosedur analitissubstantif untuk memberikan bukti untuk mendukung kewajaran jumlah
yang tercatat.

A8. Berbagai jenis prosedur analitik memberikan tingkat jaminan yang berbeda.
Proseduranalitis yang melibatkan, misalnya, prediksi total pendapatan sewa bangunan yang
dibagimenjadi apartemen, mengambil tingkat sewa, jumlah apartemen dan tingkat
kekosonganmenjadi pertimbangan, dapat memberikan bukti persuasif dan dapat
menghilangkan kebutuhanuntuk verifikasi lebih lanjut dengan cara tes detail, asalkan elemen
diverifikasi secara tepat.Sebaliknya, perhitungan dan perbandingan persentase marjin bruto
sebagai alat konfirmasiangka pendapatan dapat memberikan bukti yang kurang meyakinkan,
tetapi dapat memberikanbukti yang menguatkan jika digunakan dalam kombinasi dengan
prosedur audit lainnya.

A9. Penentuan kesesuaian prosedur analitis substantif tertentu dipengaruhi oleh sifat
asersidan penilaian auditor terhadap risiko salah saji material. Sebagai contoh, jika kontrol
ataspemrosesan pesanan penjualan lemah, auditor dapat menempatkan lebih banyak
kepercayaanpada pengujian rincian daripada pada prosedur analitis substantif untuk asersi
yang terkaitdengan piutang.

13
A10. Prosedur analitis substantif tertentu juga dapat dianggap cocok ketika pengujian
rinciandilakukan atas asersi yang sama. Sebagai contoh, ketika memperoleh bukti audit
mengenaiasersi penilaian untuk saldo piutang, auditor dapat menerapkan prosedur analitis
untukpenuaan akun pelanggan selain melakukan tes rincian tentang penerimaan kas
berikutnyauntuk menentukan kolektibilitas piutang.

Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor Publik

A11. Hubungan antara item laporan keuangan individu yang secara


tradisionaldipertimbangkan dalam audit entitas bisnis tidak selalu relevan dalam audit
pemerintah atauentitas sektor publik non-bisnis lainnya; misalnya, di banyak entitas sektor
publik mungkin adasedikit hubungan langsung antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu,
karenapengeluaran untuk akuisisi aset tidak boleh dikapitalisasi, mungkin tidak ada hubungan
antarapengeluaran pada, misalnya, persediaan dan aset tetap dan jumlah aset yang
dilaporkandalam laporan keuangan. Juga, data industri atau statistik untuk tujuan
perbandingan mungkintidak tersedia di sektor publik. Namun, hubungan lain mungkin
relevan, misalnya, variasi dalambiaya per kilometer konstruksi jalan atau jumlah kendaraan
yang diperoleh dibandingkandengan kendaraan yang pensiun.

Keandalan Data (Ref: Para. 5 (b))

A12. Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya dan tergantung pada keadaan
dimana ia diperoleh. Karenanya, hal-hal berikut relevan ketika menentukan apakah data
dapatdiandalkan untuk tujuan mendesain prosedur analitis substantif:

a) Sumber informasi yang tersedia. Misalnya, informasi mungkin lebih dapat


diandalkanbila diperoleh dari sumber independen di luar entitas;
b) Keterbandingan informasi yang tersedia. Misalnya, data industri yang
luas mungkinperlu dilengkapi agar sebanding dengan entitas yang memproduksi dan
menjual produkkhusus;
c) Sifat dan relevansi dari informasi yang tersedia. Misalnya, apakah
anggaran telahditetapkan sebagai hasil yang diharapkan daripada sebagai tujuan yang
ingin dicapai;dan
d) Kontrol atas persiapan informasi yang dirancang untuk memastikan
kelengkapan,akurasi dan validitasnya. Misalnya, kontrol atas persiapan, peninjauan
danpemeliharaan anggaran.

14
A13. Auditor dapat mempertimbangkan untuk menguji efektivitas operasi pengendalian,
jikaada, atas penyiapan informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan prosedur
analitissubstantif sebagai tanggapan terhadap risiko yang dinilai. Ketika kontrol tersebut
efektif, auditorumumnya lebih percaya pada keandalan informasi dan, oleh karena itu,
dalam hasil proseduranalitis. Efektivitas operasi kontrol atas informasi non-keuangan sering
dapat diuji bersama Misalnya, dalam menetapkan kontrol atas pemrosesan faktur penjualan,
suatu entitas dapatmencakup kontrol atas pencatatan penjualan unit. Dalam keadaan
ini, auditor dapat mengujiefektivitas operasi kontrol atas pencatatan penjualan unit bersamaan
dengan pengujianefektivitas operasi kontrol atas pemrosesan faktur penjualan. Atau, auditor
dapatmempertimbangkan apakah informasi itu menjadi sasaran pengujian audit. SA
500menetapkan persyaratan dan memberikan panduan dalam menentukan prosedur audit
yangharus dilakukan pada informasi yang akan digunakan untuk prosedur analitis substantif.

A14. Hal-hal yang dibahas dalam paragraf A12 (a) -A12 (d) relevan terlepas dari
apakahauditor melakukan prosedur analitis substantif pada laporan keuangan akhir periode
entitas,atau pada tanggal interim dan berencana untuk melakukan prosedur analitis substantif
untuksisa periode. SA 330 menetapkan persyaratan dan memberikan panduan tentang
prosedursubstantif yang dilakukan pada suatu tanggal interim.

Pengevaluasian tentang Apakah Ekspektasi telah Cukup Tepat (Ref: Para. 5 (c))

A15. Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah harapan


bisadikembangkan dengan cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji yang, bila
digabungkandengan salah saji lainnya, dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji
secara material,termasuk:

a) Keakuratan hasil yang diharapkan dari prosedur analitis substantif dapat


diprediksi.Sebagai contoh, auditor mungkin mengharapkan konsistensi yang lebih
besar dalammembandingkan margin laba kotor dari satu periode ke periode lain
daripadamembandingkan biaya diskresioner, seperti riset atau iklan.
b) Sejauh mana informasi dapat dipilah. Sebagai contoh, prosedur analitis
substantifmungkin lebih efektif bila diterapkan pada informasi keuangan pada bagian-
bagianindividual suatu operasi atau pada laporan keuangan komponen-komponen
entitasyang terdiversifikasi, daripada ketika diterapkan pada laporan keuangan entitas
secarakeseluruhan.

15
c) Ketersediaan informasi, baik finansial maupun non keuangan. Sebagai contoh,
auditordapat mempertimbangkan apakah informasi keuangan, seperti anggaran
atauperkiraan, dan informasi non-keuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi atau
dijual,tersedia untuk merancang prosedur analitis substantif. Jika informasi tersedia,
auditor juga dapat mempertimbangkan keandalan informasi sebagaimana dibahas
dalamparagraf A12 - A13 di atas.

Perbedaan antara Tercatat dengan Nilai yang Diharapkan yang Dapat Diterima (Ref:
Para. 5 (d))

A16. Penentuan auditor atas jumlah selisih dari harapan yang dapat diterima


tanpapenyelidikan lebih lanjut dipengaruhi oleh materialitas dan konsistensi dengan tingkat
kepastianyang diinginkan, dengan mempertimbangkan kemungkinan bahwa salah saji, secara
individualatau ketika digabungkan dengan salah saji lainnya, mungkin menyebabkan laporan
keuangansalah saji secara material. SA 330 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti
audit yanglebih persuasif, semakin tinggi penilaian risiko auditor. Dengan demikian, ketika
risiko yangdinilai meningkat, jumlah perbedaan dianggap dapat diterima tanpa penyelidikan
menurununtuk mencapai tingkat yang diinginkan dari bukti persuasif.

Prosedur Analitis yang Membantu Ketika Membentuk Kesimpulan Keseluruhan


(Ref:Para. 6)

A17.Kesimpulan yang ditarik dari hasil prosedur analitis yang dirancang dan dilakukan


sesuaidengan ayat 6 dimaksudkan untuk menguatkan kesimpulan yang dibentuk selama
auditkomponen individu atau elemen laporan keuangan. Ini membantu auditor untuk
menarikkesimpulan yang masuk akal untuk mendasari opini auditor.

A18. Hasil dari prosedur analitik tersebut dapat mengidentifikasi risiko salah saji material
yangsebelumnya tidak diakui. Dalam keadaan seperti itu, SA 315 mensyaratkan auditor
untukmerevisi penilaian auditor atas risiko salah saji material dan memodifikasi prosedur
audit yangdirencanakan lebih lanjut.

A19. Prosedur analitik yang dilakukan sesuai dengan paragraf 6 mungkin serupa dengan


yangakan digunakan sebagai prosedur penilaian risiko.

Investigasi Hasil Prosedur Analitis (Ref: Para. 7)

16
A20. Bukti audit yang relevan dengan tanggapan manajemen dapat diperoleh
denganmengevaluasi tanggapan tersebut dengan mempertimbangkan pemahaman auditor
terhadapentitas dan lingkungannya, dan dengan bukti audit lainnya yang diperoleh selama
audit.

A21. Kebutuhan untuk melakukan prosedur audit lainnya dapat timbul ketika,


misalnya,manajemen tidak dapat memberikan penjelasan, atau penjelasan, bersama dengan
bukti audityang diperoleh relevan dengan tanggapan manajemen, tidak dianggap memadai.

17
18

Anda mungkin juga menyukai