Anda di halaman 1dari 9

CARING DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN

Berikut adalah 2 contoh situasi pelayanan pasien yang dilakukan oleh seorang
perawat :
Situasi 1 :

Perawat A memasuki kamar pasien, menyapa pasien dengan hangat dan menyentuh bahu pasien
dengan lembut, melakukan kontak mata dengan pasien dan duduk di samping tempat tidur lalu
menanyakan keluhan pasien. Selama interaksi, perawat A mendengarkan cerita pasien dengan penuh
perhatian, memperhatikan infus yang tergantung dan memeriksa pasien secara ringkas dan kemudian
memeriksa data tanda vital pasien yang terdapat di dalam kardeks sebelum meninggalkan ruangan.

Situasi 2 :

Perawat B memasuki ruangan pasien, melihat infus yang tergantung, memeriksa data tanda-tanda vital
yang terdapat di dalam kardeks, mengakui keberadaan pasien namun tidak pernah duduk di samping
pasien ataupun menyentuh pasien. Kontak mata terjadi pada posisi perawat berdiri dan pasien
terbaring. Perawat B menanyakan beberapa pertanyaan singkat tentang gejala-gejala yang dialami
pasien dan kemudian meninggalkan ruangan.

Dari 2 situasi yang digambarkan, perawat yang manakah yang diharapkan oleh pasien?

Perawat merupakan kelompok profesi yang paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain,
kesakitan dan kesengsaraan yang dialami masyarakat. Perawat merupakan anggota dari kelompok
profesi yang menggunakan ungkapan caring yang konsisten, sering dan terus-menerus.

Praktik caring dalam keperawatan menunjukkan bahwa perawat bekerja dengan hati dan jiwa, tanpa
caring keperawatan hanya kumpulan ketrampilan yang tinggi yang hanya mengenal fisik tanpa jiwa.

PENGERTIAN

Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang
lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff memperkenalkan sifat-sifat caring seperti jujur,
sabar dan rendah hati.

Sobey mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir,
bertindak dan berperasaan. Caring sebagai therapeutic intervention. Dalam hal ini tindakan caring yang
dibutuhkan pasien seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien, menjadi penasehat pasien,
menyentuh, menemani pasien dan kemampuan teknik mengenai prosedur atau intervensi keperawatan.

Apabila perawat dalam perannya menempatkan caring sebagai pusat yang sangat mendasar, maka
perawat dapat membedakan caring dari curing tanpa mengabaikan kerja sama sebagai tim pelayanan
kesehatan.
KOMPONEN CARING

(Roach, 1984) menjelaskan beberapa komponen caring meliputi 5 C yaitu :

Compassion (bela rasa)

Compassion memiliki kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan

Competence (kemampuan)

Competence (kemampuan), memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, energi dan


motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi.

Confidence (kepercayaan diri)

Confidence (kepercayaan diri) suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia dengan
penuh percaya diri.

Concience (suara hati)

Concience (suara hati) perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistik –
altruistik yang dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya.

Commitment

Komitmen dalam melakukan tugas secara konsekwen dan berkualitas terhadap karier yang dipilih.

HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG MENUNJUKAN PERILAKU CARING

Hubungan interpersonal menunjukan perilaku caring yang dapat diaplikasikan dalam memberikan
asuhan keperawatan, meliputi :

1. Memberi salam/ menyapa orang lain terlebih dahulu saat bertemu

2. Memberikan perhatian

3. Berbagi perasaan dengan orang lain

4. Membantu orang tanpa pamrih

5. Menjadi seorang pemaaf

6. Memberikan dukungan/ harapan pada orang lain

7. Dapat dipercaya

8. Menjadi pendengar yang baik

9. Mendampingi seseorang saat berduka


10. Memberikan rasa nyaman terhadap orang lain

NURSE CARE BEHAVIOR

Nurse Care Behavior merupakan serangkaian perilaku caring yang diharapkan klien dan keluarga.
Klien mempunyai harapan dari caring perawat sesuai karakteristik masing-masing.

Persepsi Klien Wanita

Berespon terhadap keunikan klien.

Memahami dan mendukung perhatian klien.

Hadir secara fisik.

Memiliki sikap dan meunjukkan perilaku yang membuat klien merasa dihargai sebagai manusia.

Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta.

Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien.

Bersuara lembut.

Memberi perasaan nyaman.

Persepsi Klien Pria

Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai.

Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta.

Membuat klien merasa nyaman, relaks dan aman.

Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta.

Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan.

Persepsi Klien kanker dan keluarga

Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan.

Bersikap ceria.

Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah.


Mengutamakan / mendahulukan kepentingan klien.

Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat.

Persepsi Klien Dewasa Yang Dirawat

1. Kehadirannya menentramkan hati.


2. Memberi informasi.
3. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional.
4. Mampu menangani nyeri/rasa sakit.
5. Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan.
6. Mempromosikan otonomi.
7. Mengenali kualitas dan kebutuhan individual.
8. Selalu mengawasi klien.

Persepsi Keluarga

1. Jujur.
2. Memberi informasi dengan jelas.
3. Selalu menginformasikan keluarga.
4. Mencoba untuk membuat klien nyaman.
6. Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan.
7. Memberikan perawatan emergensi bila perlu.
8. Menjamin klien bahwa pelayanan keperawatan tersedia.
9. Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas.
10. Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin.

11. Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang relatif nyaman.

TANTANGAN BAGI PROFESI PERAWAT

Dapat membantu orang lain yang membutuhkan merupakan alasan banyak orang untuk memasuki
profesi keperawatan.

Caring telah menjadi bagian dari disiplin keperawatan sejak permulaan.

Profesi keperawatan, berbeda dengan kedokteran, dapat merawat dan membantu orang tanpa
diagnosa medis atau teknologi baru dan pengobatan.

Caring merupakan kekuatan motivasi bagi seseorang untuk menjadi perawat dan ini menjadi sumber
kepuasan bila perawat mengetahui bahwa mereka telah membuat suatu perbedaan dalam kehidupan
pasien.
Saat ini banyak tantangan yang dihadapi dalam sistem pelayanan kesehatan. Menjadi bagian dalam
profesi kesehatan adalah sulit dan banyak tuntutan. Perawat memilki sedikit waktu untuk pasien.
Perkembangan teknologi juga dapat mengancam perhatian manusia. Seringkali pasien hanya dilihat
dalam jumlahnya saja dan kebutuhan mereka seringkali diabaikan atau dilupakan.

Manusia tidak dapat disamakan dengan robot atau mesin dan pelayanan kesehatan harus lebih
humanis.

Perawat dapat berperan penting dengan menjadikan “care” sebagai bagian integral dalam sistem
pelayanan kesehatan.

Apa Yang Dapat Dilakukan?

Dengan membuat caring sebagai bagian dari filosofi dan lingkungan di tempat kerja.

Menggabungkan konsep perawatan (concepts of care) dalam standar asuhan keperawatan sebagai
panduan tindakan perawat.

Dalam praktik keperawatan dengan pasien dan keluarga, perawat harus menjalankan (committed)
caring dan bersedia untuk menegakkan hubungan yang diperlukan bagi pemberian asuhan keperawatan
yang personal dan bermakna. n
Tahap-Tahap Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisis
Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.

a. Pengumpulan data

Tujuan :

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat
dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain:

Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.

Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :

Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

Pola koping sebelumnya dan sekarang

Fungsi status sebelumnya dan sekarang

Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

Resiko untuk masalah potensial

Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan
latar belakang ilmu pengetahuan.

c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan
tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada
juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun Diagnosis Keperawatan
sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.

Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan
Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera
dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu :
Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan
atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).

Perumusan diagnosa keperawatan :

Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.

Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.

Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan.

Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang
diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat
ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap
perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu
perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang(potter,1997)

4. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.

Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.

Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi.
Hasil Evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.

Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.

Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai