Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi

Tumor mandibula merupakan tumor odontogenik yang berasal dari


epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu
transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, tumor mandibula tersusun atas pulau-pulau epitelium di
dalam stroma jaringan ikat kolagen. Tumor mandibula juga mempunyai
beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus,
tumor mandibula biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Mansjoer, 2001).

Tumor mandibula adalah tumor jinak ondontogenik pada mandibula


yang mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga
menimbulkan deformitas wajah. Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel
yang besifat infltrati, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75 % terjadi akibat adanya kista folikular (Mansjoer, 2001).

B. Etiologi

Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah
pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut.
tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai
pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi
pada golongan penderita kulit berwarna.

Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari
proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis
dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada
perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada
bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.

Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya


terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada
tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan
menstimulasi terbentuknya kista odontogenik.

C. Patofisiologi

Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast,


berupa sel yang tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara
histopatologis tidak tergolong lesi yang ganas, namun tumor ini tumbuh sangat
agresif, yang menggambarkan suatu lesi ganas yang indolent atau low-grade
semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila tumor ini hanya dioperasi
dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan adekuat dengan
cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat jarang didapatkan
rekurensi.

Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,


berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio
molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul
setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat
karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :

1. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal dengan
zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan,
oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya
diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. Adapun gambaran klinis tumor
mandibula, yaitu sebagai berikut:

1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga


dapat meyebabkan deformitas wajah.
2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
4. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak
sekitarnya
5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita
dengan benjolan disertai rasa nyeri.
7. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang
terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah
mencapai ukuran besar.
8. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
9. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.

Tumor mandibula merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan


lesi invasif secara lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat
dijumpai setelah beberapa tahun sebelum gejala-gejalanya berkembang.
Tumor mandibula dapat terjadi pada usia dimana paling umum terjadi pada
orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan hampir dua
pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Kira-kira 80% terjadi di
mandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus.

Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa


gejala). Tumor mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun,
dan tidak ditemui sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara
rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan mukosa diatasnya berwarna
normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat
memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya,
maka tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan
memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi
menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian
bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual,
suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika
menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih
lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi
tetangga dapat goyang bahkan tanggal.

Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra


oral yang penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-
tulang yang terlibat. Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit
kecuali ada penekanan saraf atau terjadi komplikasi infeksi sekunder.
Terkadang pasien membiarkan tumor mandibula bertahan selama beberapa
tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat
menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang
tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat
menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan.

Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan


dengan perkembangan tumor mandibula (ameloblastoma). Beberapa
penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh
pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya.
Seperti kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi
tumor (tumor yang menyebabkan hilangnya gigi) selain dari penyebabnya
sendiri.

E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu
sebagi berikut:

1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk


membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
2. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan
gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan
apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
3. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang dapat
mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga
menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses.
4. Tumor marker (penanda tumor)

F. Penatalaksanaan

Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat


rekurensi berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif.
Mengingat besarnya tingkat rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal
(reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi, meskipun berakibat
hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat
digunakan untuk

mengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat


rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang tandur ahli tulang
kalau mungkin bisa dikerjakan.

Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya


jaringan yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang
didapat. Menurut Ohishi indikasi perawatan konservatif adalah pada
penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik. Sedangkan indikasi
perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak
jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan
penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar.
Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi segmental,
hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok).

Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk


mengangkat jaringan tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks
tulang mandibula bagian bawah yang masih intak. Reseksi enblok ini
dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau gergaji, 1-2 cm
dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas minimal
reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra
oral, hal ini tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure
yang adekuat sampai ke ekstensi tumor.

Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik,


organ ini mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan
menelan. Beberapa cara yang dapat dipakai antara lain dengan
menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging plate titanium dan
autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia
serta dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous
bone grafting.

Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi


antibiotik dan analgetik, tidak perlu intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma
fisik pada muka atau rahang karena dapat menyebabkan fraktur mandibula.
Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna. Diet lunak
dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat dibuatkan prostesi gigi
setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone remodeling
tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan pasca operasi.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif: Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.

Data Obyektif: Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera


(trauma).

2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).

3. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)

Data Obyektif: Cemas, bingung, depresi.

4. Eliminasi
Data Subyektif: Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan


Data Subyektif: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.

Data Obyektif: Mengalami distensi abdomen.

6. Neurosensori.
Data Subyektif: Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan


Data Subyektif: Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang
berbeda, biasanya lama.

Data Obyektif: Wajah meringis, gelisah, merintih.

8. Pernafasan
Data Subyektif: Perubahan pola nafas.

Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot


aksesoris.

9. Keamanan
Data Subyektif: Trauma baru akibat gelisah.

Data Obyektif: Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Resiko infeksi
3. Hambatan komunikasi verbal
C. Penyimpangan KDM
D. Intervensi Keperawatan

No.DX Rencana Asuhan Keperawatan


Keperawatan Kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
a. Memperlihatkan Pengendalian a. Kaji tingkat nyeri dengan a. Untuk mengetahui skala nyeri
Nyeri, yang dibuktikan oleh menggunakan skala 0-10 yang dirasakan oleh pasien
DX.I
indikator sebagai berikut b. Ajarkan penggunaan teknik b. Penggunaan tehnik relaksasi
(sebutkan 1-5: tidak pernah, relaksasi, imajinasi tebimbing, dapat meringankan rasa nyeri
jarang, kadang-kadang, sering atau terapi musik, terapi bermain, yang dialami pasien
selalu): distraksi, kompres hangat atau c. Melakukan posisi massase
1. Mengenali awitan nyeri dingin sebelum, setelah, dan jika dapat membantu merelaksasi
2. Menggunakan tindakan memungkinkan, selama aktivitas pasien
pencegahan yang menimbulkan nyeri, d. Pengalihan fokus pada pasien
3. Melaporkan nyeri dapat sebelum nyeri terjadi atau akan dapat mengurangi rasa
dikendalikan meningkat, dan bersama nyeri yang dirasakan
b. Melaporkan Tingkat Nyeri, yang penggunaan tindakan peredaan e. Terapi pemberian analgesik
dibuktikan oleh indikator sebagai nyeri yang lain. dapat menghilangkan nyeri
berikut (sebutkan 1-5: sangat c. Lakukan perubahan posisi, massase pada pasien
berat, berat, sedang, ringan atau [punggung dan relaksasi
tidak ada): d. Bantu pasien untuk lebih
1. Ekspresi nyeri pada wajah berfokus pada aktivitas, bukan
2. Gelisah atau ketegangan otot pada nyeri dan rasa tidak
3. Durasi episode nyeri nyaman dengan melakukan
4. Merintih dan menangis pengalihan melalui TV, radion,
5. Gelisah dan interaksi dengan
pengunjung
e. Kolaborasi pemberian analgesik
sesuai program terapi
DX. II a. Kontrol infeksi dengan indikator a. Bersikan lingkungan setelah a. Pembersihan lingkungan sekitar
(Sebutkan 1-5: tidak pernah, digunakan oleh pasien pasien akan mengurangi resiko

terbatas, sedang, sering, selalu): b. Anjurkan pasien untuk cuci terinfeksi bakteri
tangan dengan tepat b. Mencuci tangan dapat akan
1) Menerangkan cara-cara penyebaran
c. Gunakan sabun antimikrobial dapat mengurangi resiko infeksi
infeksi
untuk cuci tangan c. Penggunaan sabun antimikrobal
2) Menerangkan factor-faktor yang
d. Gunakan sarung tangan steril dapat mencegah infeksi bakteri
berkontribusi dengan penyebaran
e. Lakukan teknik perawatan luka d. Penggunaan sarung tangan steril
3) Menjelaskan tanda-tanda dan
yang tepat ketika kontak dengan pasien
gejala
f. Tingkatkan asupan nutrisi akan mengurangi resiko
4) Menjelaskan aktivitas yang
g. Berikan terapi antibiotik terinfeksi
dapat meningkatkan resistensi
terhadap infeksi h. Ajarkan pasien dan anggota e. Perawatan luka yang tepat akan
keluarga bagaimana mencegah mengurangi resiko infeksi
infeksi f. Asupan nutrisi yang cukup akan
memperkuat sistem imun dalam
tubuh untuk mencegah infeksi
g. Terapi antibiotik akan
membantu menyembuhan dari
infeksi
h. Pemberian edukasi kepada
pasien dan keluarga agar dapat
membantu mencegah resiko
terjadinya infeksi
DX.III a. Menunjukkan komuniasi yang a. Kaji dan dokumentasikan a. Untuk mengetahui batasan
dibuktikan oleh indikator gangguan bahasa utama, kemampuan kemampuan berbicara pada
sebagai berikut (sebutkan 1-5: untuk berbicara/melaukan pasien
gangguan ekstrem, berat, sedang, b. Dorongan komunikasi
komuniasi dengan keluarga dan
ringan, atau tidak mengalami secara perlahan untuk
staf
gangguan): memperjelas komunikasi
b. Dorong pasien untuk
pasien.
1. Tertulis, lisan atau non verbal berkomunikasi secara perlahan c. Dengan memberikan
2. Menggunakan bahasa isyarat dan untuk mengulangi penguatah positif pada
3. Bertukar pesan secara akurat permintaan pasien akan mendorong
dengan orang lain pasien untuk lebih berupaya
c. Berikan penguatan positif
dalam berkomunikasi
dengan sering atas upaya
d. Penggunaaan ekspresi diri
pasien utnuk berkomunikasi
dapat mengganti
d. Anjurkan ekspresi diri dengan komunikasi secara verbal
cara lain dalam menyampaikan
informasi kepada keluarga dan
staf.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2.
EGC: Jakarta.

Nanda International (2018). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2018-

2020. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
“TUMOR MANDIBULA”

Oleh:
Arsyil Dwi Anugrah
18183026

CI Lahan CI Institusi

(__________________) (___________________)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TUINGGI ILMU KEPERAWATAN
GUNUNG SARI MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai