Anda di halaman 1dari 15

HUKUM BENDA DAN KEBENDAAN

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Aspek Hukum Dalam Bisis”

Oleh :
Askiyatun Rahmah : 180105010491
Gina Afifah : 180105010493
Nova Mulyana : 180105010546

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Allah SWT, karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah
ini kami membahas “Hukum Benda dan Kebendaan”, suatu permasalahan yang selalu dialami
bagi masyarakat yang untuk menggunakan hak hukum dan kepemilikan benda.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah hukum serta
hak masyarakat tentang benda dan kebendaan menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah “Aspek Hukum Dalam Bisnis”

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,


arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan
Ibu Nor Rodiah, selaku dosen mata kuliah “Aspek Hukum Dalam Bisnis” , Rekan-rekan
mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.

Banjarmasin, 25 Februari 2020

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan Penelitiaan............................................................................................................5
D. Kegunaan Penelitiaan.......................................................................................................5
E. Definisi Operasional.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................7
A. Hukum Benda................................................................................................................7
1.. Pengertian Benda.......................................................................................................7
2. Macam-Macam Benda................................................................................................7
3.. Pembedaan Macam-macam Benda............................................................................8
B. Hak Kebendaan.............................................................................................................10
1.. Pengertian Hak Kebendaan......................................................................................10
2.. Macam-Macam Kebendaan.....................................................................................11
BAB II PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum adalah sarana untuk mengatur kehidupan manusia, selain sebagai alat kontrol
sosial dan alat perekayasa sosial yang tujuannya untuk menciptakan ketertiban dan
kedamaian dalam masyarakat. Suatu hal yang tidak dapat dielakkan adalah masyarakatterus
berkembang, dan jika dihubungkan dengan ungkapan seorang filsuf dan ahli hukum kelahiran
Roma Marcus Tullis Cicero (106-43 SM) yang menyatakan “ubi societas ibi ius” yang
artinya dimana ada masyarakat disitu ada hukum.1
Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia pasti membutuhkan benda-benda baik
untuk dipergunakan maupun sebagai alat untuk mencukupi kebutuhan. Pada saat ini
pengaturan terhadap suatu benda masih diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
PerdataBuku II tentang Benda (van zaken). Pengertianbenda menurut Pasal 499 KUHPerdata
yang berbunyi: “Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap
barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik”.
Kepemilikan atas suatu benda dilihat dari adanya hak kebendaan atas benda. Hak
kebendaan adalah hak mutlak atas suatu benda yang memberikan kekuasaan langsung atas
suatu benda dan dapat dipertahankan oleh setiap orang. Dalam hal memiliki suatu benda akan
melekat terhadapnya suatu hak milik. Hak milik merupakan hak induk dan inti dari hak
kebendaan yang lain. Menurut ketentuan Pasal 570 KUHPerdata yang berbunyi :
“Hak milik adalah hak untuk menikmatikegunaan suatu kebendaan dengan leluasa,
dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya,
asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang
ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak
mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi
kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas
ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi”.

Secara umum cara memperoleh hak milik dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal
584 KUHPerdata yang berbunyi :

1
Darji Darmodihardjo dan Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1995 ), h.208

4
“Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan
dengan pemilikan, karena perlekatan; karena daluwarsa; karena pewarisan, baik
menurut undang-undang, maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan
atau penyerahan berdasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak
milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bekalang di atas,maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari hukum benda dan kebendaan ?
2. Apa saja macam macam hukum benda dan kebendaan ?

C. Tujuan Penelitiaan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari hukum benda dan kebendaan.
2. Untuk mengetahui macam-macam hukum benda dan kebendaan.

D. Kegunaan Penelitiaan
1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada penulis dan pembaca tentang Hukum
Benda dan Kebendaan
2. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang Hukum Benda dan Kebendaan

E. Definisi Operasional
Memudahkan pemahaman tentang judul di atas maka, penulis perlu menegaskan akan
judul di atas yaitu :
Pengertian yang paling luas perkataan benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat
dihaki oleh orang. Yang berarti benda sebagai obyek dalam hukum. Ada juga perkataan
benda dipakai dalam arti yang sempit, yaitu sebagai barang yang dapat dilihat saja, ada juga
dipakai jika yang dimaksud kekayaan seorang.
Menurut Pasal 499 KUHPerdata, pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa barang
dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain – lain.
Hukum benda adalah terjemahann dari istilah bahasa Belanda, yaitu
“zakenrecht”.Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua
kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak – hak atas
5
benda. Adapun menurut Prof. L.J.Apeldoorn, hukum kebendaan adalah peraturan mengenai
hak – hak kebendaan. Menurut Prof. sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam
Hukum Benda, ialah pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan
macam-macam benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-
macam hak kebendaan.
Jadi hukum benda adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-
hak kebendaan yang sifatnya mutlak.2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Benda
1. Pengertian Benda
2
P.N.H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Pertama (Jakarta: Kencana, 2015), 177.

6
Pengertian benda (zaak) berasal dari istilah Belanda yaitu tiap-tiap barang
dan hak yang dapat dikuasai dan dipegang oleh hak milik maka dalam objek hukum
dan barang benda dapat menjadi hak milik serta hak setiap orang yang dilindungi
oleh hukum. Hukum Benda berasal dari kata istilah Belanda yaitu (Zakenrecht).
Hukum Benda adalah Pengaturan-pengaturan hukum untuk mengatur benda,
barang-barang, atau hak kebendaan yang bersifat mutlak. Menurut terminologi,
benda berarti obyek sebagai lawan dari subyek dalam hukum yaitu orang dan badan
hukum.3 Menurut Prof. Soediman n Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah
semua kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan
mengatur hak-hak atas benda.4
Menurur Prof. Subekti, perkataan benda (zaak) dalam arti luas ialah segala
sesuatu yang dapat dihaki oleh orang dan perkataan benda dalam arti sempit ialah
sebagai barang yang dapat dilihat saja.5
2. Macam-Macam Benda
Kitab Undang-undang Hukum Perdata memulai ketentuan pembedaan
benda melalui Pasal 503 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan rumusan
sebagai berikut :
Pasal 503
Tiap-tiap kebendaan adalah berwujud dan tidak berwujud
Selanjutnya dalam Pasal 504 KUHP dikatakan bahwa :
Pasal 403
Tiap-tiap kebendaan adalah bergerak atau tidak bergerak,
satu sama lain menurut ketetuan-ketentuan kedua bagian berikut ini.
Dan Pasal 505 KUHP menentukan bahwa :
Pasal 505
Tiap-tiap kebendaan bergerak adalah dapat dihabiskan, atau tidak
dapat dihabiskan; kebendaan dikatakan dapat dihabiskan bilamana
karena dipakai menjadi habis.
Secata umum, menurut ketentuan KUHP, benda dapat dibedakan ke dalam:
a. Benda berwujud dan benda tidak bewujud
b. Benda bergerak dan benda tidak bergerak

3
Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Revisi (Bandung: PT. Alumni, 2010), 107.
4
P.N.H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Pertama (Jakarta: Kencana, 2015), 177.
5
Soebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta: Intermasa, 1987), 60.

7
c. Benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan6
3. Pembedaan Macam-macam Benda
Menurut sistem Hukum Perdata Barat sebagaimana diatur dalam BW (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang dikenal dengan istilah
Burgerlijk WetBoek) benda dapat dibedakan atas :
a. Benda tidak bergerak dan benda bergerak
Benda tidak bergerak terdapat dalam Pasal 506, 507, dan 508 BW. Ada 3
golongan benda tidak bergerak yaitu :
1) Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak :
a) Tanah
b) Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena bertumbuh dan berakar
serta bercabang, seperti tumbuhan, tanaman, atau buah-buahan
c) Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan diatas tanah
itu karena tertanam dan terpaku.
2) Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda
tidak bergerak seperti :
a) Pada pabrik: segala mesin, ketel, alat-alat lain untuk terus-menerus
berada disitu untuk dipergunakan dalam menjalankan pabrik.
b) Pada suatu perkebunan: segala sesuatu yang digunakan untuk rabuk bagi
tanah, ikan dalam kolam, dan lain-lain.
c) Pada rumah kediaman: segala kaca, tulisan, bangunan, serta alat-alat
yang menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding.
d) Barang-barang reruntuhan dari sesuatu bangunan untuk mendirikan
bangunan itu lagi.
3) Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda tidak
bergerak, seperti :
a) Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tidak bergerak.
b) Kapal-kapal berukuran 20 meter kubik ke atas (dalam hukum
perniagaan).
Benda bergerak terdapat dalam Pasal 509, 510, dan 511 BW. Ada golongan
benda bergerak yaitu :
1) Benda yang menurut sifatnya bergerak yaitu dapat berpindah atau
dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Misalnya sepeda, kursi,
6
Arida Mahmudyah, Hukum Kebendaan (Banjarmasin: STIH-SA Press, 2018), 40–41.

8
meja, buku, pena, rak, dan sebagainya.
2) Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak yaitu
segala hak atas benda-benda bergerak. Misalnya hak memetik hasil dan hak
memakai, hak atas bunga yang harus dibayar selama hidup, dan surat-surat
berharga lainnya.
b. Benda yang musnah dan benda yang tetap ada
1) Benda yang musnah
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna atau bermandaat bagi suyek
hukum dan yang menjadi obyek suatu hubungan hukum karena sesuatu itu dapat
dikuasai oleh subyek hukum. Maka benda-benda yang dalam pemakaiannya
akan musnah, kegunaan atau manfaat dari benda ini justru terletak setelah
kemusnahannya. Misalnya barang-barang makanan dan minuman kalau setelah
dimakan dan diminum akan memberi manfaat. Misalnya kayu api manfaat untuk
memasak sesuatu dan sebagainya.
2) Benda yang tetap ada
Benda yang tetap adalah ialah benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak
mengakibatkan benda itu menjadi musnah. Seperti cangkir, sendok, piring,
mangkok, kendaraan, dan sebagainya.
c. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti
Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti
tidak sebut secara tegas di dalam BW, tetapi perbedaan itu ada di dalam BW,
misalnya dalam pasal yang mengatur perjanjian penitipan barang. Menurut Pasal
1694 BW pengembalian benda oleh yang dititipi harus tidak boleh diganti
dengan benda lain. Oleh karena itu, perjanjian penitipan barang pada umumnya
hanya mengenai benda yang tidak akan musnah.
d. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi
1) Benda yang dapat dibagi
Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi tidak
mengakibatkan hilangnya hakikat benda itu. Misalnya, beras, gula, dan lain-
lain.

2) Benda yang tidak dapat dibagi


Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya
mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat benda itu. Misalnya, kuda,
9
sapi, uang, motor, dan lain-lain.
e. Benda yang diperdagangkan dan benda yang tidak diperdagangkan.
1) Benda yang diperdagangkan
Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dijadikan obyek
(pokok) suatu perjanjian. Jadi semua benda yang dapat dijadikan pokok
perjanjian di lapangan termasuk benda yang diperdagangkan.
2) Benda yang tidak dapat diperdagangkan
benda yang tidak dapat diperdagangkan adalah benda-benda yang tidak
dapat dijadikan obyek (pokok) suatu perjanjian di lapangan harta kekayaan.
Biasanya benda-benda yang dipergunakan untuk kepentingan umum.7

B. HAK KEBENDAAN
1. Pengertian Hak Kebendaan
Hak kebendaan (Zakelijkrecht) adalah hak mutlak atas sesuatu benda dimana
hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat
dipertahankan terhadap siapapun juga.
Hak perdata itu diperincikan atas dua hal :
a. Hak mutlak (hak absolut) terdiri atas :
1) Hak kepribadiannya, misalnya hak atas nama, hidup, kemerdekaan, dan
lain-lain.
2) Hak-hak yang terletak dalam hukum keluarga, misalnya hak hubungan
antara suami dan istri atau hubungan antara orang tua dan anak.
3) Hak mutlak atas sesuatu benda, inilah yang disebut hak kebendaan.
b. Hak nisbi (hak relatif) atau hak persoonlijk, yaitu semua hak yang timbul
karena adanya hubungan perutangan sedangkan perutangan itu timbul dari
perjanjian undang-undang dan lain-lain.

2. Macam-Macam Kebendaan
a. Hak menguasai (Bezit)
Menurut Pasal 529 KUHP, bezit adalah keadaan memegang atau menikmati
sesuatu benda dimana seseorang menguasainya, baik sendiri ataupun dengan
7
Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, 108–14.

10
perantaraan orang lain, seolah-olah itu adalah kepunyaan sendiri.
Fungsi bezit mempunyai dua fungsi yaitu :
1) Fungsi polisionil
Fungsi ini ialah bezit mendapat perlindungan dari hukum. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 533 KUH Perdata, setiap orang mendapat perlindungan
hukum atas suatu benda sampai terbukti di muka pengadilan bahwa ia
sebenarnya tidak berhak.
2) Fungsi zakenrechtelijk
Fungsi ini kebalikan dari fungsi polisinil. Setelah beberapa waktu bezit
waktu teretentu tanpa adanya protes dari pemilik sebelumnya, maka
keadaan itu akan berubah menjadi hak. yang tadinya bezit itu akan berubah
menjadi hak milik .
b. Hak milik (Hak Eigendom)
Dalam membicarakan hak milik ini yaitu hak milik atas cara perolehannya,
peralihan atau pemindahannya, pembebanannya, dan lain-lain menurut KHUP.
Pasal 570 KHUP : “Hak milik adalah hak untuk menikmati suattu benda
dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-bebasnya,
asal tidak dipergunakan bertentangan dengan undang-undangan atau peraturn
umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk itu
asal tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain.”8
c. Hak memungut hasil (Vruchtgebruik)
Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik (memungut) hasil dari benda
orang lain, seolah-olah benda itu miliknya sendiri, dengan kewajiban menjaga
benda tersebut dalam keadaan seperti semula. Terjadinya hak memungut ini
bisa terjadi karena adanya perjanjian, penghibahan, dan surat wasiat. Karena
hak memungut hasil ini harus ada ketentuan berlaku.

d. Hak pakai dan hak mendiami


Hak pakai dan hak mendiami adalah hak kebendaan yang terjadi dan hapusnya
sama seperti hak memungut hasil. Hak pakai sama dengan hak mendiami,
hanya saja hak ini mengenai rumah kediaman yang dinamakan hak mendiami.
Menutut Pasal 821 BW hak pakai untuk si pemakai dan anggota keluarganya
8
Mahmudyah, Hukum Kebendaan, 99–118.

11
saja dan pemakai tidak diperbolehkan menyerahkan atau menyewakan haknya
kepada orang lain. Menurut Pasal 819 BW, kewajiban-kewajiban pemegang
hak pakai dan hak mendiami sama dengan kewajiban-kewajiban pemegang hak
memungut hasil.
e. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan
Hak kebendaan bersifat memberi jaminan dan selalu tertuju terhadap benda
orang lain baik benda berrgerak ataupun benda yang tidak bergerak. Jika benda
yang menjadi obyek jaminan adalah benda bergerak, maka hak kebendaan
tersebut berupa gadai. Sebaliknya apabila benda yang tidak bergerak, maka hak
kebendaannya adalah hipotek.
Berikut secara garis besar tentang dan sekitar hak-hak kebendaan yang bersifat
memberi jamnan :
1) Hak gadai (Pandrecht)
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu benda bergerak
yang diberikan oleh debitur sebagai jaminan pembayaran dan memberikan
hak kreditur untuk mendapat pembayaran lebih dahulu atas hasil penjualan
benda jaminan. Dimasukkannya hak gadai ke dalam hak kebendaan karena
dapat dikataka bahwa hak gadai senantiasa melekat atau mengikuti benda-
benda yang dijaminkan dan akan tetap selalu ada meskipun milik benda itu
kemudian jatuh ke tangan orang lain.
2) Jaminan Fidusia
Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.

f. Hak tanggungan
Undang-undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan disebut UUHT
dalam Pasal 1 angka 1 menyatakan :
Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah, yang selanjutnta disebut hak tanggungan adalah hak jaminan yang
12
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.
Jadi, hak tanggungan merupakan hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kreditur tertentu terhadap
kreditur-kreditur lain. Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-
bagi artinya hak tanggungan membebani setara untuk obyek hak tanggungan
dan setiap bagian dari padanya. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang
dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian obyek hak tanggungan dari beban
hak tanggungan, melainkan tetap membebani seluruh obyek hak tanggungan
untuk sisa utang yang belum dilunasi (Pasal 2 Ayat (1) UUHT).
g. Hak Hipotik
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan. Hipotek
merupakan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan kepada kreditur
bahwa utang piutangnya akan dilunasi oleh debitur tepat pada waktu yang
dijanjikan.9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

9
Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, 159–77.

13
Hukum Benda adalah Pengaturan-pengaturan hukum untuk mengatur benda,
barang-barang, atau hak kebendaan yang bersifat mutlak. Secata umum, menurut
ketentuan KUHP, benda dapat dibedakan ke dalam:
1. Benda berwujud dan benda tidak bewujud
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak
3. Benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan
Hak kebendaan (Zakelijkrecht) adalah hak mutlak atas sesuatu benda dimana
hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat
dipertahankan terhadap siapapun juga. Adapun macam macam kebendaan
1. Hak menguasai (Bazit)
2. Hak milik (Hak Eigendom)
3. Hak memungut hasil (Vruchtgebruik)
4. Hak pakai dan hak mendiami
5. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan
6. Hak tanggungan
7. Hak Hipotik

B. Saran
Pembahasan mengenai Hukum Benda Dan Kebendaan kali ini Fiharapkan
dapat menjadikan dan menambah ilmu pengetahuan kita mengenai Hukum hukum
tersebut. Dan juga dapat diharapkanndapat dijadikannsumber ilmu pengetahuan
tambahan yg bermanfaat bagi yang membaca maupun yang mendengarkan. Semoga
dalam oembuatan makalah ini daoat menjadikan pemakalah lebih baik lagi dalam
mengambil materinyang akan dipaparkan.

DAFTAR PUSTAKA

Mahmudyah, Arida. Hukum Kebendaan. Banjarmasin: STIH-SA Press, 2018.

14
P.N.H, Simanjuntak. Hukum Perdata Indonesia. Pertama. Jakarta: Kencana, 2015.

Soebekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 1987.

Syahrani, Riduan. Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Revisi. Bandung: PT.
Alumni, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai