Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI, ADVOKASI, KEMITRAAN

DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
kelompok 10
1. RIZKI AKBAR 10031181924004
2. MUHAMMAD AFIF SILANOV 10031281924018
3. SITI FADHILAH MUTHIAH 10031281924037
4. RISYA ALMA INNANI 10031281924087
5. TRI RISKY APRIYANI 10031381924062
KOMUNIKASI
01. defisini komunikasi
komunikasi adalah suatu proses membuat sesuatu
yang semula dimiliki oleh seseorang menjadi dimiliki
oleh dua orang atau lebih.

02. unsur komunikasi


menurut (Indardi 2006)
1. komunikator
2. proses mengkode
3. pesan
4. saluran dan media
5. proses membuka kode
6. komunikan
7. efek
8. umpan balik
9. gangguan atau hambatan
03. pola komunikasi dalam
kelompok
terdapat 5 fungsi komunikasi kelompok
yaitu:
1. Fungsi Hubungan Sosial
2. Fungsi Pendidikan
3. Fungsi Persuasi
4. Fungsi Problem Solving
5. Fungsi Terapi

04. komunikasi pemberdayaan


Menurut Indardi komunikasi pemberdayaan adalah perihal
pesan pembangunan untuk masyarakat yang penyampaian
pesannya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Kajian komunikasi berfokus pada pesan-pesan komunikasi,
konteks komunikasi, treatment dalam kegiatan komunikasi,
penggunaan media serta dimensi relationship yang dibangun.
advokasi
01. definisi advokasi
Advokasi atau advocacy adalah kegiatan memberikan bantuan
kepada masyarakat dengan membuat keputusan ( Decision
makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang
kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.

02. tujuan advokasi 03. fungsi advokasi


Tujuan umum advokasi Advokasi berfungsi untuk
adalah untuk mendorong dan mempromosikan suatu
memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan
perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan dan
program atau legislasi, mendapatkan dukungan dari
dengan memperkuat basis pihak-pihak lain.
dukungan sebanyak mungkin.
PERSYARATAN UNTUK ADVOKASI
1. Dipercaya (Credible), dimana program
yang ditawarkan harus dapat meyakinkan
para penentu kebijakan atau pembuat
keputusan , oleh karena itu harus didukung
akurasi data dan masalah.
2. Layak (Feasible), program yang ditawarkan
harus mampu dilaksanakan secara teknik
politik maupun sosial.
3. Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
(Relevant)
4. Penting dan mendesak (Urgent), program
yang ditawarkan harus mempunyai prioritas
tinggi
PENDEKATAN KUNCI ADVOKASI
1. Melibatkan para pemimpin atau pengambil keputusan
2. Menjalin kemitraan
3. Memobilisasi kelompok peduli.

KEGIATAN-KEGIATAN ADVOKASI
1. Lobi Politik
2. Seminar dan atau presentasi
3. Media
4. Perkumpulan peminat
INDIKATOR HASIL ADVOKASI
1.INPUT
Input untuk kegiatan advokasi yang paling
utama adalah orang (man) yang akan
melakukan advocacy (advocator), dan
bahan – bahan (material) yakni data atau
informasi yang mebantu atau mendukung
argument dalam advokasi.
INDIKATOR HASIL ADVOKASI
2. PROSES
Beberapa kali melakukan lobbying dalam rangka
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan
terhadap program yang terkait dengan
kesehatan.
Beberapa kali menghadiri rapat atau pertemuan
yang membahas masalah dan program –
program pembangunan termasuk program
kesehatan di daerahnya.
Berapa kali seminar atau lokakarya tentang
masalah dan program – program kesehatan
diadakan, dan mengundang sektor
pembangunan yang terkait kesehatan

Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri


seminar atau lokakarya yang diadakan oleh
sektor lain, dan membahas masalah dan
program pembangunan yang terkait dengan
kesehatan.
Seberapa sering media lokal termasuk media
elektronik membahas atau mengeluarkan artikel
tentang kesehatan atau pembangunan yang
terkait dengan masalah kesehatan
Out put dalam bentuk perangkat lunak
3. OUT PUT 1. Undang – undang
2. Peraturan pemerintah
3. Keputusan presiden
4. Keputusan menteri atau dirjen
5. Peraturan daerah
6. Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat , dan seterusnya.

Out put dalam bentuk perangkat keras


1. Meningkat dana atau anggaran untuk pembangunan
kesehatan
2. Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, dan sebagainya.
3. Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana
kesehatan, misalnya air bersih, jamban keluarga, atau
jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya.
4. Dilengkapinya peralatan kesehatan, seperti laboratorium,
peralatan pemeriksaan fisik, dan sebaginya.
Kemitraan
TEORI KEMITRAAN
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai
pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu
kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

PRINSIP KEMITRAAN
Prinsip kesetaraan Prinsip keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau
Individu, organisasi atau institusi yang telah kelemahan masing-masing anggota serta
bersedia menjalin kemitraan harus merasa berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu
sama atau sejajar kedudukannya dengan yang harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan
lain dalam mencapai tujuan yang disepakati. ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai
berakhirnya kegiatan. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan saling
Prinsip azas manfaat bersama
melengkapi dan saling membantu diantara
Individu, organisasi atau institusi yang telah golongan (mitra).
menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari
kemitraan yang terjalin sesuai dengan
kontribusi masing-masing. Kegiatan atau
pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila
dilakukan bersama.
.
Model Kemitraan

1. Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam


bentuk jaring kerja (networking) atau building linkages.
Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing
mitra memiliki program tersendiri mulai dari
perencanaannya, pelaksanaannya hingga evaluasi. Jaringan
tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan
atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.

2. Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan


model I. Hal ini karena setiap mitra memiliki tanggung
jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi,
misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan
kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi
bersama.
4 JENIS ATAU TIPE KEMITRAAN MENURUT BERYL LEVINGER DAN JEAN MULROY YAITU:
1. Potential Partnership
pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
bersama secara lebih dekat.
2. Nascent Partnership
pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal
3. Complementary Partnership
partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif
terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
4. Synergistic Partnership
memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas
baru seperti advokasi dan penelitian.

Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan


Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi,
jejaring,konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk
kemitraan tersebut dapat tertuang dalam SK bersama, MOU, Pokja,
forum komunikasi, kontrak kerja/perjanjian kerja
LANGKAH - LANGKAH KEMITRAAN
Pengenalan masalah
Seleksi masalah

Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial


melalui surat menyurat, telepon, kirim brosur, rencana
kegiatan, visi, misi, AD/ART.
Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra
dalam upaya mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan,
kunjungan kedua belah pihak, dll
Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumber daya yang
tersedia di masing-masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan, maka
setiap pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan.
Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan
jadwal kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab
Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
Pemantauan dan evaluasi
PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PENGEMBANGAN
KEMITRAAN DI BIDANG KESEHATAN.
01
Initiator : Memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi Indonesia Sehat.
05
02 Peserta kreatif : Sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.

Motor atau dinamisator : Sebagai penggerak kemitraan, melalui

06
pertemuan, kegiatan bersama, dll.

03 Pemasok input teknis : Memberi masukan teknis (program kesehatan).

Fasilitator : Memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga

07
kegiatan kemitraan dapat berjalan lancar.

04 Dukungan sumber daya : Memberi dukungan sumber daya sesuai


keadaan, masalah dan potensi yang ada.
Anggota aktif : Berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
KONFLIK DALAM KEMITRAAN
proses konflik sebagai sebuah siklus yang melibatkan elemen-elemen :
1) elemen isu ,
2) perilaku sebagai respon dari isu-isu yang muncul,
3) akibat-akibat, dan
4) peristiwa-peristiwa pemicu.

Faktor-faktor yang bisa mendorong konflik adalah:


perubahan lingkungan eksternal,
perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,
perkembangan teknologi,
pencapaian tujuan organisasi, dan
struktur organisasi.

3 BENTUK KONFLIK DALAM ORGANISASI


Konflik individu, konflik antar pribadi, konflik organisasi
INDIKATOR HASIL KEMITRAAN
01
Input sebuah kemitraan adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh masing – masing unsur yang
terjalin dalam kemitraan, terutama sumber daya manusia, dan sumber daya yang lain seperti dana, sistem
informasi, teknologi, dan sebagainya.

02
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya adalah kegiatan – kegiatan untuk membangun kemitraan
tersebut. Kegiatan – kegiatan untuk membangun kemitraan antara lain melalui seminar, lokakarya,
pelatihan, semiloka, dan sebagainya
03
Output nya terbentuknya jaringan kerja atau networking, aliansi, forum, dan sebagainya yang terdiri
dari berbagai unsur seperti telah disebutkan diatas. Di samping itu uraian tugas dan fungsi untuk
masing –masing anggota (mitra) juga merupakan output kemitraan tersebut.

04
outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator – indikator derajat kesehatan masyarakat,
yang sebenarnya merupakan akumulasi dampak dari upaya – upaya lain disamping
kemitraan.
Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan atau
empowerment, berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat


tergantung pada dua hal :
1.Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
2.Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian
kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini
telah dijadikan sebuah strategi dalam membawa masyarakat
dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi
ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada berbagai
bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh
karena itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Achmad
Suyudi menginstruksikan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit.

Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan Pemberdayaan


masyarakat merupakan salah satu upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup,
martabat dan derajat kesejahteraan, dan meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai kemajuan.
Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik
masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.Masyarakat Pembina (Carring community)
Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya: LSM kesehatan, Organisasi
Profesi yang bergerak di bidang kesehatan.
2.Masyarakat Setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak
dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan
pentingnya pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak
adanya transportasi sehingga si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan
kesehatan.
3.Masyarakat Pemuda (Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum
didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili
di lingkungan kumuh dan daerah terpencil.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
1.Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah
atau tidak beruntung.
2.Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap,
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya.
3.Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur social.
4.Pemberdayaan adalah suatu cara dengan  mana rakyat, organisasi, dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.

Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:
1.Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.
2.Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang cacat, gay dan
lesbian, masyarakat terasing.
3.Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi dan/ atau
keluarga.
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
(Empowerment)
Pemberdayaan masyarakat telah menjadi arus utama dalam model pembangunan dibanyak Negara
dan masyarakat. Berdasarkan telaah tentang model-model pembangunan yang dialami banyak
negara termasuk Indonesia, terdapat 6 pendekatan utama pembangunan, yaitu pendekatan
pertumbuhan, pendekatan pertumbuhan dan pemerataan, paradigma ketergantungan, tata ekonomi
internasional baru, pendekatan kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian.

Berbagai pendekatan pembangunan diatas, selain menunjukkan adanya hasil-hasil tertentu, tetapi
ternyata juga masih ada keterbatasan. Apalagi bahwa jika ditelaah terdapat berbagai sumber
keterbelakangan, yang tidak mudah untuk dinyatakan apakah factor tersebut sebagai hasil, sebagai
penyebab,atau variable antara.

Meskipun demikian bisa dikatakan terdapat paling tidak enam sumber keterbelakangan masyarakat,
yaitu :
1)Kebodohan
2)Kekakuan tradisi
3)Penduduk yang tidak terampil
4)Konsumtif
5)Tidak mampu alih teknologi/waralaba
6)Salah penempatan atau  penggunaan dibawah kemampuan.
Batasan Pemberdayaan Masyarakat
1.Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara-
cara memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan
dari sumber belajar kepada subjek belajar.

2.Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari


kesadaran dan pemahaman terhadap objek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan
atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh
sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi
akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke
tindakan tetapi mungkin juga tidak, atau berhenti pada
kemauan saja.

3.Timbulnya kemampuan masyarakat dibidang kesehatan berarti masyarakat,


baik secara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan
atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
1.Menumbuh kembangkan potensi masyarakat
Potensi adalah suatu kekuatan atau kemampuan yang masih terpendam. Baik individu,
kelompok, maupun masyarakat mempunyai potensi yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Didalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi, yang pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni potensi sumber daya manusia
(penduduknya), dan potensi dalam bentuk sumber daya alam, atau kondisi geografi
masyarakat setempat. Peran petugas provider yang terutama adalah memampukan
masyarakat untuk mengenal potensi mereka sendiri, baik potensi sumber daya alam
maupun sumber daya manusia.

2.Mengembangkan gotong royong masyarakat


Seberapa besar pun potensi masyarakat, baik potensi sumber daya alam maupun sumber
daya manusia, tidak akan tumbuh dan berkembang dari dalam tanpa adanya gotong –
royong di antara anggota masyarakat itu sendiri. Gotong royong sebagai budaya asli
bangsa Indonesia sudah tumbuh sejak berabad – abad yang lalu. Peran petugas atau
provider dalam rangka gotong –royong masyarakat ini adalah memotivasi dan
memfasilitasinya, agar gotong – royong tersebut terjadi dimasyarakat.
3.Mengenali kontribusi masyarakat
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada
hakikatnya adalah mengenali potensi masyarakat, terutama potensi ekonomi yang ada
di masing – masing anggota masyarakat. Menggali dan mengembangkan potensi
ekonomi masing – masing anggota masyarakat pada dasarnya adalah suatu upaya
gar masing – masing anggota masyarakat berkontribusi sesuai dengan kemampuan
terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama.
4.Menjalin kemitraan
Seperti telah diuraikan dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara
berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat,
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Membangun
kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
Masyarakat yang mandiri adalah merupakan perwujudan dari kemitraan di antara anggota
masyarakat itu sendiri atau masyarakat dengan pihak –pihak diluar masyarakat yang
bersangkutan, baik pemerintah maupun swasta.

5.Desentralisasi
Upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab
itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ke tingkat operasional
yakni masyarakat setempat, sesuai dengan kultur masing – masing komunitas.
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai