Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak
disadari serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi
anak–anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain,
anak–anak mencobakan gagasan–gagasan mereka, bertanya serta
mempertanyakan berbagai persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan –
persoalan mereka. Melalui permainan menyusun balok misalnya anak – anak
belajar menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya. Mereka belajar
memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil. Mereka
belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal – hal
yang lebih kecil (Soetjiningsih 2010).

Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan


perubahan lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat
dipengaruhi beberapa faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa
lalu tentang penyakit, dan ancaman perawatan Soetjiningsih 2010). Stress yang
dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan perhatian dan
pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi
rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima.

Dari pernyataan diatas, telah mendasari kelompok kami untuk membuat


proposal tentang terapi bermain yang pada nantinya akan diberikan pada anak
usia sekolah yaitu usia 6 sampai dengan 12 tahun. Kelompok akan mencoba
menguraikan teori tentang konsep bermain, pertumbuhan dan perkembangan pada
anak usia sekolah serta jenis permainan yang dapat diberikan pada anak sekolah.

1
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:

Mahasiswa dapat memahami tentang isi proposal ini yaitu terapi bermain
pada anak usia 6 tahun sampai 12 tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep pertumbuhan dan


perkembangan anak
b. Mahasiswa dapat memahami konsep bermain pada anak
c. Mahasiswa dapat menerapkan konsep permainan pada anak usia 6
tahun sampai 12 tahun
C. Sasaran
Terapi bermain ini ditujukan kepada pasien rawat inap Ruang Sadewa 3 dengan
usia 7 tahun untuk menghilangkan trauma hospitalisasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Deskripsi Kasus

1. Tahap Pertumbuhan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)

a. Motorik

Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot –otot halus.


Misalnya loncat tali, badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah
motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak
perempuan (Alimul Hidayat, A.Aziz. 2009).

b. Sosial emosional

Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi


dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah
sanggat berperan untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak harus
berinteraksi dengan orang lain selain keluarga sehingga peran guru
sangatlah besar (Alimul Hidayat, A.Aziz. 2009).

c. Pertumbuhan fisik

BB meningkat 2-3 Kg/tahun dan TB meningkat 6-7 cm/tahun (Alimul


Hidayat, A.Aziz. 2009).

2. Tahapan perkembangan :

Industry Vs Inferiority (School age, 6 – 11 tahun) menurut Alimul Hidayat,


A.Aziz. 2009;

a. Anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian


b. Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior
c. Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan
tugas, mengembangkan kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas
yang nyata

3
3. Sasaran Usia Sekolah ( 6-12 tahun )

Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak.
Tekanan sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang
semakin tinggi membuat anak harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial
masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua menuntut anak untuk berprestasi
tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi kapasitas anak untuk dapat
mencapainya. Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik dari sekolah,
teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan
bagi anak salah satunya dalam proses belajar anak sulit berkonsentrasi,
perstasi anak menurun bahkan motivasi anak untuk belajar menurun. Berbagai
keluhan tersebut merupakan sebagian kecil keluhan rutin yang kerap
disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang bahakan orang
tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terlalu senang
bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain, mereka bisa
belajar lebih banyak lagi. Usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun (Alimul
Hidayat, A.Aziz. 2009).

B. Prinsip Bermain Sesuai Karakteristik

1. Pengertian Bermain

Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah


sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan
yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa
faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang
penyakit, dan rasa terancam karena perawatan. Stress yang dialami
seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan perhatian dan
pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan
mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima (Wong,D.L.
2009).

Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat


untuk mengurangi rasa stress anak, yaitu:

4
1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu
bermain bemain spontan yang tidak terstruktur.

2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk


tujuan tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan

3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan


meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan
intervensi yang sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk
memberikan pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik internal,
dan tipe ini merupakan komponen penting pendekatan psikososial
untuk merawat anak.

2. Metode Bermain

Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit


dijangkau tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau
alat-alat di sekitar kita bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak.
Misal ; bola, lompat tali, kertas origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita
bisa meramu dan menggunakan alat sesuai dengan keinginan anak.

Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan diskusi


dapat membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat
menghargai orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri (Wong,D.L. 2009).

3. Tahapan Perkembangan Bermain Usia 5-6 tahun

Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai


puncaknya pada usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya
mengeksplorasi mainannya. Antara 2 dan 3 tahun mereka membayangkan
bahwa mainannya mempunyai sifat hidup, dapat bergerak, berbicara dan
merasakan. Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka
tidak lagi mengangap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini
mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong
penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permaianan itu
sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah

5
masuk sekolah, kebanyakan anak mengangap bermaian barang sebagai
“permaianan bayi”

6
BAB III

METODE BERMAIN

A. Deskripsi permainan

Usia 2-7 tahun, anak berada dalam fase perkembangan kognitif pra-
operasional yakni diusia penguasaan sempurna akan objek permanen yang
dimiliki. Artinya, si anak memiliki kesadaran akan eksisnya suatu benda yang
harus ada atau biasa ada. Juga mengembangkan peniruan yang tertunda seperti
ketika ia melihat perilaku orang lain seperti saat orang merespons barang,
keadaan, kejadian yang dihadapi pada masa lalu (Ulfiani R, 2009).

B. Tujuan permainan

Untuk mengembangan ekploitasi/keingintahuan akan benda baru tentang


dunia kesehatan supaya mengurangi efek trauma hospitalisasi

C. Ketrampilan yang diperlukan

Pengenalan dan memperagakan cara menggunakan alat kesehatan yang aman


utnuk dipraktekkan oleh pasien anak usia 7 tahun

D. Jenis permainan

Bermain peran menjadi seorang dokter dan bertata rias mengenal macam-
macam bentuk dan fungsi

E. Alat bermain

Berupa duplikasi dari peralatan medis berbahan dasar plastic yang sangat
aman digunakan

7
F. Proses bermain

Pasien dikenalkan berbagai macam alat kesehatan seperti stetoskope dan lain-
lain guna mengurangi efek hospitalisasi

No Waktu Tahapan/Kegiatan Media

1 5 menit Pembukaan: Alat bermain


anak (kesehatan
1. Memberikan salam
dan tata rias)

2. Perkenalan

3. Kontrak waktu

4. Menjelaskan tujuan dan cara bermain

2 20 menit Kegiatan bermain: Alat bermain


anak (kesehatan
1. Memperkenalkan alat bermain anak
dan tata rias)
berupa kesehatan dan tata rias

2. Menjelaskan cara bermain dengan alat


kesehatan dan tata rias

3. Memperagakan alat bermain kesehatan


dan tata rias

4. Memberikan pujian kepada anak

3 5 menit Penutup: -

1. Menanyakan perasaan anak

2. Menyampaikan hasil evaluasi

3. Pamit dan ucapkan salam

G. Waktu pelaksanaan

8
Hari : Selasa, 27 April 2021

Waktu : 16.00 WIB

Tempat : kamar 2.2

H. Hal-hal yang perlu diwaspadai

Meluruskan pemahaman anak tentang fungsi alat kesehatan dan alat tata rias
yang sebenarnya supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjelaskan.

I. Antisipasi meminimalkan hambatan


Fasilitator dan orang tua mengawasi serta memberikan motivasi kepada
anaknya selama proses bermain berlangsung serta selalu memberikan pujian
jika mampu memperagakan dan tahu fungsi dari berbagai macam alat.
J. Pengorganisasian
Perawat disini melakukan tugas menjadi leader, co-leader, fasilitator dan
observer
K. System evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses
a. Terapi berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik sampai dengan
selesai
c. Tidak ada hambatan saat melakukan terapi bermain
3. Evaluasi hasil
a. Anak dapat mengembangkan kemampuan sensorik dan motorik
sesuai perkembangan
b. Anak merasa senang
c. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai dengan selesai

BAB IV

9
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu.


Bermain merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat
anak dalam proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak.
Orang tua yang keberatan terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat
kemampuan kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri serta lingkungan
hidupnya. Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin
banyak.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul Hidayat, A.Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta :


Salemba Medika
2. Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed
Pertama. Yogyakara : Graha Ilmu
3. Soetjiningsih 2010. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.
4. Soetjiningsih. 2011. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta
: Idai
5. Wong,D.L. 2009. Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby

11

Anda mungkin juga menyukai