p2 Laporan Praktikum Fts Cair Semi Padat Rifki Fatul Ayib Sk519036
p2 Laporan Praktikum Fts Cair Semi Padat Rifki Fatul Ayib Sk519036
DOSEN PEMBIMBING :
Ariyanti, M. Sc., Apt
DI SUSUN OLEH :
Krim (Cremores) memiliki dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (m/a) dan
krim tipe air minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen,
span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan
sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur, gelatinum,
caseinum, CMC, dan emulgidum. Krim oil in water (M/A) mengandung air lebih dari
31%. Formulasi ini merupakan bentuk yang paling sering dipilih dalam dermatoterapi.
Sediaan ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang
berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila mengenai pakaian.
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba,
setaseum, setilalkohol, stearilalkohol, trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan,
polisorbat, polietilenglikol, sabun. Zat pengawet umumnya digunakan Metil Paraben
0,12% hingga 0,18% atau Propil Paraben 0,02% hingga 0,05% (FI Edisi III, 1979).
2
III. Alat dan Bahan
Alat:
Cawan petri
Batang pengaduk
pH meter
Beban
Pelat kaca
Object glass
Sudip
Bahan:
3) Uji Homogenitas
Siapkan pelat kaca, ambil krim secukupnya menggunakan sudip. Kemudian
letakkan pada pelat kaca lalu tutup menggunakan penutup kaca. Amati apakah
krim homogen atau tidak.
4) Uji pH
Menggunakan alat pH meter
3
5) Uji Tipe Krim
Bertujuan untuk mengetahui tipe tersebut termasuk tipe M/A atau A/M.
Ambil krim secukupnya, letakkan pada object glass, lalu ditetesi
menggunakan metilen blue sebanyak 1 tetes, kemudian aduk menggunakan
batang pengaduk. Apabila metilen blue tersebar merata, maka krim tersebut
bertipe minyak dalam air (M/A), dan jika tidak tersebar merata maka krim
tersebut bertipe air dalam minyak (A/M).
6) Uji Viskositas
Menggunakan alat Viskometer
7) Pemisahan Fase
Dilakukan dengan meletakkan krim pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu
4°C selama 48 jam dan pada suhu 45°C selama 48 jam.
V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji evaluasi sediaan krim asam salisilat.
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Stabilitas krim rusak
jika terganggu sistem campurannya, terutama disebabkan perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain.
Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat
utama sebagai bahan keratolitik. Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan
dalam terapi veruka, kalus, psoriasis, dermatitis sebaroik pada kulit kepala, dan
iktiosis. Penggunaannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi
penuaan kulit, melasma, hiperpigmentasi pasca-inflamasi, dan akne.
VI. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan mengenai uji evaluasi sediaan krim
asam salisilat yaitu dilakukan beberapa uji untuk mengevaluasi sediaan krim asam
salisilat. Untuk krim sendiri merupakan bentuk sediaan setengah padat yang
4
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan
khasiat utama yaitu sebagai bahan keratolitik.
Asmara, Anjas., Sjaiful F D., Tantien N., Ida Z. (2012). Vehikulum Dalam
Dermatoterapi Topikal. MDVI, 39, 25-35.
http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/20/114/Vehikulum_dan_Dermatoterapi_
Topikal_(25-35).pdf