5 KOTKUL
1. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena
manusia mulai sadar akan adanya faham jiwa.
2. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena
6 KOTKUL
manusia mengakui adanya banyak gejala yang tidak dapat diterangkan
dengan akalnya.
3. Teori bahwa kelakuan manusia yang yang bersifat religi itu terjadi dengan
maksud untuk menghadapi krisis-krisis yang ad dalam jangka waktu hidup
manusia.
4. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena kejadian-
kejadian yang luarbiasa dalam hidupnya, dan dalam alam sekelilingnya.
5. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena suatu
getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat
dari pengaruh rasa kesatuan sebagai warga masyarakat.
6. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena manusia
mendapat suatu firman dari tuhan.
AKTIVITAS WISATA RELIGI Mengetahui Menunjukkan Metode Aspek Fisik Tampilan Background Secara fisik perubahan
DALAM PERUBAHAN perubahan apa saja adanya respon kualitatif Bangunan Knowledge terjadi pada tampilan,
PERMUKIMAN DI yang terjadi di masyarakat yang digali struktur tata ruang, dan
KAWASAN BERSEJARAH kawasan Menara terhadap secara fungsi ruang
MENARA KUDUS
Kudus dan faktor aktivitas baru eksploratif bangunannya. Faktor
yang dengan dengan yang melatarbelakangi
melatarbelakanginya memanfaatkan informan perubahan rumah
. ruang rumah sebagai tinggal dan lingkungan
tinggal dan narasumber permukiman adalah
lingkungan utama dan faktor peningkatan
permukiman menggunaka jumlah pengunjung,
mereka sebagai n pemilihan adanya kebutuhan
ruang usaha sampel fasilitas wisata,
dalam amatan perubahan jenis usaha
mendukung secara yang dimiliki,
aktivitas wisata purposive. dan perubahan arah
religi. orientasi bangunan
mengikuti akses jalur
wisatawan. Faktor-
faktor tersebut muncul
Struktur setelah adanya
Ruang aktivitas baru sebagai
Metode Variabel Indikator Parameter
Judul Tujuan Sasaran Ulasan
Persasaran Persasaran Persasaran Persasaran
PENATAAN PERMUKIMAN Mendeskripsikan Menunjukkan Metode Kondisi Hasil Probabilty Kondisi fisik
KOMUNITAS HINDU kondisi fisik kondisi fisik deskriptif Fisik Sampling permukiman
TOLOTANGSEBAGAIKAWASA permukiman seperti tapak kualitatif dan Komunitas Hindu
N WISATA BUDAYA meliputi jenis rumah kuantitatif. Tolotang.a.Kondisi
permukiman, tapak adat,serta fisik permukiman
rumah adat, kondisi sosial yaitu:spatial system
kepadatan bangunan, budaya yaitu dan physical system.
prasarana aktivitas dan Physical system dan
permukiman dan tradisi Spatial system
kondisi sosial masyarakat merupakan bagian dari
budaya sebagai merupakan Jenis kesatuan sistem dati
penunjang wisata potensi yang Permukiman tatanan fisik
budaya yaitu atraksi, dapat dijadikan permukiman
amenitas, dan sebagai atraksi tradisional. b.Letak
aksesibilitas wisata. Selain tapak rumah
itu dihasilkan pemangku adat
arahan penataan (uwatta) sangat
permukiman strategis,dekat dari
yaitu:penyediaa jalan utama
n prasarana memasuki kawasan
seperti akses permu-kiman,sehingga
jalan, parkir dan rumah-rumah dari
akomodasi serta uwatta dapat
fasilitas Tapak Rumah dijadikan sebagai
penunjang Pemangku salah satu objek daya
lainnya untuk Adat tarik wisata. Kondisi
Metode Variabel Indikator Parameter
Judul Tujuan Sasaran Ulasan
Persasaran Persasaran Persasaran Persasaran
Kepadatan
Bangunan
Prasarana
Atraksi/
Kegiatan
Budaya
Masyarakat
Fasilitas
Pneunjang
Wisata
pengembangan kepadatan bangunan
kawasan sebagai Kondisi yaitu 11-40 unit
kawasan wisata Sosial bangunan/ha (rendah).
budaya. d.Kondisi prasarana
jalan berupa jalan
kolektor sekunder,
Aksesbilitas jalan lokal sekunder
II, lokal sekunder III
sudah cukup baik
dengan material aspal,
paving blockdan
tanah.Perlu
pemenuhan
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan Paper 1
Koentjaraningrat menyatakan bahwa setiap religi merupakan satu system
yang terdiri atas lima komponen komponen sebagai berikut:
1.Emosi keagamaan
Kekuatan yang menggerakkan jiwa manusia untuk melakukan kegiatan
keagamaan berdasarkan kepercayaan yang diyakini. Emosi keagamaan tersebut
merupakan pusat dari segala konsep religi yang diyakini oleh manusia.
2.System keyakinan
System keyakinan dalam religi manusia berwujud nilai-nilai tentang keyakinan
dan konsep manusia akan sifat-sifat Tuhan, kejadian-kejadian alam, kekuatan
sakti, serta makhluk halus.
3.System ritus dan upacara
System ritus dan upacara keagamaan merupakan tata kelakuan manusia dalam
kegiatan keagamaan yang bersifat resmi serta diketahui oleh kelompok
keagamaan tertentu.
4.Umat agama
Merupakan kelompok masyarakat yang meyakini dan melaksanakan ajaran-ajaran
agama tertentu yang dianutnya.
5.Peralatan ritus dan upacara
Peralatan ritus dan upacara pada umumnya dipergunakan dalam pelaksanaan
upacara keagamaan sebagai alat khusus dari seluruh alat yang diperlukan.
Peralatan-peralatan yang digunakan menjadi symbol-simbol tertentu dari konsep
religi yang dilambangkannya
Teori asal usul religi dirumuskan oleh para sarjana berdasarkan catatan
etnografi, lukisan tentang suku-suku bangsa sederhana. Dari teori-teori ini
disimpulkan bahwa agama berkembang mulai dari animism, dinamisme,
politeisme, dan terakhir monoteisme.
Para nenek moyang dahulu pada awalnya menganut kepercayaan animism,
dan dinamisme. Kemudian semakin berkembangnya pemikiran manusia
menyebabkan munculnya kepercayaan politeisme, sampai kepada kepercayaan
yang paling mulia yaitu monoteisme. Seperti yang tercantum pada dasar Negara
kita, Pancasila. Pada sila pertama telah jelas bahwa Indonesia berdasarkan pada
ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti siapa saja yang menjadi Warga Negara
Indonesia seharusnya memiliki keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Percaya
kepada adanya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Tuhan Yang Esa,
Tunggal, Dia yang awal dan tidak ada yang mengawalinya, Sang Maha pengatur
segala yang terjadi di jagad raya ini.
4.2 Kesimpulan Paper 2
Berdasarkan jurnal yang telah diperoleh baik jurnal 1 maupun jurnal 2 sama-
sam menjelaskan tentang variable yang sama dimana dalam hal ini kaitannya
mengenai aspek religi terhadap penataan ruang. Aspek religi yang dijelaskan
dalam jurnal tidak sepenuhnya spesisfik mengarah kepada religi, namun dapat
diambil dari prespektif religi karena pada jurnal 1 menjelaskan tentang aktivitas
wisata religi sedangkan dalam jurnal 2 menjelaskan tentang aktivitas kelompok
religi yang keduanya sama-sama mempengaruhi penataan ruang khususnya pola
permukiman pada daerah yang bersangkutan.
Melalui Analisa deskriptif dapat disimpulkan bahwa faktor yang
memepngaruhi tata ruang berdasarkan aspek religi terbagi kedalam 2 faktor yaitu
aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik dapat dilihat langsung melalui bentuk,
struktur, maupun fungsi dari bangunan ataupun permukiman akibat pengaruh
aktivitas religi. Sedangkan faktor non fisik tidak mempengaruhi secara langsung
atau dapat dilihat pada masyarkat itu sendiri apabila diamati perkembangannya
seperti halnya kehidupan perekonomian dan lainnya.