Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kematian ibu adalah

kematian seorang wanita saat hamil atau sampai 42 hari pasca persalinan,

terlepas dari lama dan lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang

berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau manajemennya,

namun bukan oleh karena penyebab kecelakaan atau insidental. Antara tahun

2000 dan 2017, rasio kematian ibu dalam Maternal Mortality Rate (MMR)

turun sekitar 38% per 100.000 kelahiran hidup diseluruh dunia (WHO 2018).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena

sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran

hidup (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data terakhir dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)

pada tahun 2015, AKI terjadi sekitar 305 per 100.000 kelahiran hidup. AKI

pada tahun 2015 mengalami penurunan dimana pada tahun 2012 Angka

Kematian Ibu terjadi sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2018).
Di Sumatera Barat jumlah AKI pada tahun 2019 meliputi kematian ibu

hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas. Pada tahun 2017, kasus kematian ibu

berjumlah 107 orang, menurun jika di bandingkan tahun 2015(111 orang).

Adapun rincian kematian ibu ini terdiri dari kematian ibu hamil 30 orang,

kematian ibu bersalin 25 orang dan kematian ibu nifas 52 orang. Sementara

jika di lihat berdasarkan umur, kurang dari 20 tahun 1 orang , 20 s/d 34 tahun

sebanyak 64 orang dan di atas 35 tahun 42 orang dan AKB di provinsi

Sumatera Barat tahun 2017 sebanyak 700 yang tersebar di 19 Kab/kota

penyumbang kematian tertinggi dari kota Padang sebanyak 111 orang.

Faktor yang mempengaruhi peningkata jumlah kematian ibu dan bayi di

provinsi Sumatera Barat antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat

pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap

perawatan kehamilan sesuai standar, rendahnya tingkat pedidikan dan status

ekonomi masyarakat terhadap perawatan kehamilan sesuai yang di anjurkan,

kurangnya partisipasi keluarga, masyarakat dan lintas program dalam program

kesehatan ibu dan anak, belum optimalnya pelayanan kesehatan terhadap ibu,

bayi dan balita.(Profil Dinkes Sumbar,2019).

Dengan itu upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang

berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan

pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan.

Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari

: (1) pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus bagi

wanita usia subur dan ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4)

pelayanan kesehatan ibu nifas, (5) Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil

dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan

(6) pelayanan kontrasepsi/KB (Profil Kesehatan Indonesia,2018:113).

Selain itu dalam Rapat kerja nasional (Rakernas) tahun 2019, Dirjen

Kesmas memaparkan Strategi rencana penurunan AKI. Berikut upaya

akselerasi penurunan AKI yang akan dilaksanakan terdiri dari : 1).

Penjaminan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana, obat, alat

kesehatan, alat kontrasepsi, dan vaksin. 2). Memastikan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) dan Pelayanan Obstetri

Neonatus Essensial Dasar (PONED) 24/7. 3). Akreditasi dan quality

improvement yang berkesinambungan. 4). Peningkatan kompetensi tenaga

kesehatan melalui monitoring, refreshing dan pelatihan. 5). Kepatuhan

terhadap pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP). 6). Penjaminan

ketersediaan darah. 7). Surveilans kasus kematian maternal, Lahir mati dan

Neonatal (Rakernas,2019).

Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan

harus lebih ketat. Namun bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat

kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini

diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. (Saifuddin,


2018).

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah

ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh

tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah

kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar

paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester,

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun

waktu satu tahun (Profil Kesehatan Indonesia,2018:114).

Cakupan KN1 di Indonesa berdasarkan data yang didapatkan dari Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2018 bahwa cakupan KN1 sebesar 97,36%

sedangkan untuk cakupan KN Lengkap sebesar 91,39% (Kemenkes RI, 2019).

Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk

menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis

kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta dilakukan

di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui

indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PN). Selain

itu Pelayanan Kesehatan Ibu nifas (KF) dan Kunjungan Neonatus (KN) juga

menjadi indikator keberhasilan upaya kesehatan ibu dan intervensi untuk

menurunkan kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia,2018).

Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2018 telah


menetapkan target untuk kunjungan antenatal dengan target nasional K4

sebesar 78%. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal tahun 2018

yaitu K1 95,65% dan K4 88,03% untuk cakupan pelayanan PN pada tahun

2018 sebesar 86,28% dimana angka ini sudah memenuhi target nasional yang

telah ditetapkan yaitu sebesar 82%. Sedangkan untuk cakupan KF3 tahun

2018 sebesar 85,92% dan untuk cakupan KN1 pada tahun 2018 sebesar

97,36% dengan target renstra sebesar 85% (Profil Kesehatan Indonesia,

2019).

Adapun cakupan pelayanan antenatal di Sumatera Selatan tahun 2019

K1 sebesar 100,15% dan K4 sebesar 96,61% Untuk cakupan pelayanan PN di

Sumatera Selatan tahun 2018 juga telah memenuhi target nasional sebesar

89,72%. Cakupan KF3 di Sumatera Selatan tahun 2018 sebesar 91,92%. Dan

untuk cakupan KN1 di Sumatera Selatan tahun 2018 sebesar 99,59% (Profil

Kesehatan Indonesia,2019).

Berdasarkan data sekunder dari Dinkes Pasaman Barat tahun 2019

mencatat bahwa Cakupan K1 dari bulan Januari sampai bulan Desember

mencapai yaitu 94,29% dan Cakupan K4 juga meningkatkan yaitu 72,02%

dari target 92%. Jumlah persalinan pada tenaga kesehatan sebanyak 73,5%

dari 11.064 ibu bersalin angka ini belum mencapai target yaitu 92%,

kunjungan ibu nifas sebanyak 8,272 (97,57%). Angka kematian ibu (AKI) di

hitung per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu sebanyak 13

kematian atau 187 per 100.000 kelahiran hidup, AKB pada tahun 2018 adalah

sebesar 9,3/1000 kelahiran hidup. Karena kurangnya kesadaran dan


pengetahuan ibu tentang melakukan kunjungan ANC secara rutin sehingga

terjadi kesenjangan antara K1 dan K4. Kesehatan pada ibu yang tidak optimal

dapat menyebabkan kematian pada ibu (Profil Dinkes Pasbar,2019).

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka penulis

tertarik untuk menyusun Laporan Tugas Akhir dengan melakukan asuhan

kebidanan berkelanjutan (continuity of care) dengan judul ”Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny “T” di Bidan Praktik Mandiri Neng

Fitrawati, Amd. Keb Tahun 2021 ”

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan kebidanan secara Continuity of Care dan

komprehensif pada Ny “T” di BPS Bidan Neng Fitrawati, Amd. Keb Simpang

Empat Pasaman Barat.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan secara Continuity of

Care dan komprehensif pada kehamilan TM III, persalinan, nifas, neonatus

dan KB (keluarga berencana) post partum yang mengacu pada

KEPENNMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar

Asuhan Kebidanan.

2. Tujuan Khusus

Setelah study kasus mahasiswa di harapkan mampu:


a. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil TM III meliputi

pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan kebidanan,

melaksanakan asuhan kebidanan dan melakukanan evaluasi serta

melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan secara Continuity of

Care.

b. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin meliputi pengkajian,

merumuskan diagnosa kebidanan, merencanankan asuhan kebidanan,

melaksanakan asuhan kebidanan dan melakukakan evaluasi serta

melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan secara Continuity of

Care.

c. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas meliputi pengkajian,

merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,

melakukan asuhan kebidanan, dan melakukakan evaluasi serta

melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan secara Continuity of

Care.

d. Melakukan Asuhan Kebidanan pada neonatus meliputi pengkajian,

merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,

melaksanakan asuhan kebidanan dan melakukan evaluasi serta

melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan secara Continuity of

Care.

e. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana meliputi

pengkajian, merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan

kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan melakukan evaluasi


serta melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan secara

Continuity of Care.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan kebidanan secara

Continuity of Care pada ibu hamil, bersalin, neonatus, nifas, bayi baru lahir

dan KB.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Untuk mengaplikasikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, neonatus dan KB.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta

referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, persalinan, nifas,

neonatus, dan KB sesuai Standar Pelayanan Minimal Asuhan

Kebidanan.

c. Bagi Lahan Praktek ( Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat

Pasaman Barat dan BPS Bidan Neng Fitrawati,Amd.Keb)

Sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pelayanan kebidanan

termasuk pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga

berencana (KB) sesuai Standar Pelayanan Minimal Asuhan Kebidanan.


d. Bagi Pasien, Keluarga dan Masyarakat

1) Untuk memberikan informasi tentang kehamilan, persalianan,

nifas, neonatus, dan keluarga berencana.

2) Ibu mendapatkan pelayanan kebidanan secara Continuity of Care

mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan keluarga

berencana.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan

penelitian serta dapat memahami asuhan kebidanan secara

berkesinambungan (Continuity of Care) pada ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

E. Keaslian Laporan Kasus

Penelitian yang di lakukan sebelumnya di lakukan oleh Isni Anita Sari

dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny...G P A H

Gravida...Minggu di BPS Bidan Neng Fitria Amd.Keb Simpang Empat

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2021” yang bertujuan untuk memberi asuhan

kebidanan secara komprehensif di BPS Bidan Neng Fitria Amd.Keb Simpang

Empat Kabupaten Pasaman Barat dengan metode observasi dengan

pendekatan untuk di lakukan asuahan secara komprehensif. Hasil penelitian

menunjukan Ny.... saat hamil melakukan kunjungan rutin, saat proses

persalinan berjalan dengan normal, selama masa nifas berjalan dengan normal

serta bayi baru lahir dalam keadaan normal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut, Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga

ke-40) (Saifuddin, 2019).

Kehamilan adalah suatu proses pembentukan janin yang dimulai dari

masa konsepsi sampai lahirnya janin. Lama masa kehamilan yang aterm

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang dihitung mulai dari

hari pertama haid terakhir ibu. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yang

masing-masing dibagi dalam 13 minggu atau 3 bulan kalender (Munthe

dkk, 2019).

2. Etiologi

a. Pembuahan (Konsepsi=Fertilisasi)

Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan


sel telur di tuba fallopi, umunya terjadi di ampula tuba, pada hari ke

sebelas sampai empat belas dalam siklus menstruasi. Wanita mengalami

ovulasi (peristiwa matangnya sel telur) sehingga siap untuk dibuahi, bila

saat ini dilakukan coitus, sperma yang mengandung kurang lebih seratus

dua puluh juta sel sperma dipancarkan ke bagian dinding vagina terus

naik ke serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum

dibuahi (Walyani, 2019).

Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan sebelum tepat

di hari wanita ovulasi karena sperma dapat hidup sampai tiga hari di

dalam vagina, sedangkan ovum hanya bertahan 12-24 jam setelah

dikeluarkan dari ovarium (ovulasi). Kapan wanita mengalami ovulasi

dapat dikenali melalui bentuk cairan vagina yang keluar. Jika terlihat

bening, banyak dan licin maka kemungkinan wanita dalam keadaan

subur, cairan vagina secara bertahap akan menjadi kental dan berwarna

putih keruh setelah melewati masa ovulasi. Selain mengamati karakter

cairan vagina, ovulasi dapat juga diprediksi melalui perhitungan siklus

menstruasi. Wanita mengalami ovulasi pada hari ke-12 sampai ke-14

siklus menstruasi, namun cara ini kurang dapat digunakan pada wanita

dengan siklus menstruasi yang tidak teratur (Sulistyawati, 2019).

b. Implantasi (Nidasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium. Blastula diselubungi oleh satu sampai disebut trofoblas,

yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula


mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam masa

sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua

yaitu sel-sel besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah

dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang berisi massal

sel dalam (inner cell mass) akan mudah masuk ke dalam desidua,

menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi

(Walyani, 2019).

3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Walyani,2016).

a. Tanda Dugaan Hamil

1) Amenorea (berhentinya menstrruasi)

Amenorea merupakan salah satu tanda kehamilan tidak

pasti karena amenore bisa terjadi pada wanita yang siklus

menstruasinya tidak teratur, baik pengaruh hormonal maupun

pola makan/gizi buruk, diet, stress, menopause (berhenti

menstruasi) atau karena makan obat-obatan seperti primolut N

atau pil kotrasepsi dan kelelahan (Devi, 2019).

2) Mual dan Muntah

Banyak ibu hamil merasa mual di pagi hari (sehinga rasa

mual itu disebut morning sickness), namun ada beberapa ibu

yang merasa mual sepanjang hari. Mual umum terjadi pada tiga

bulan pertama kehamilan. Mual dan muntah ini dialami 50% ibu
yang baru hamil, 2 minggu setelah tidak haid. Pemicunya adalah

meningkatnya hormon hCG (Human Chorionic Gonadotropin)

(Sutanto dan Fitriana, 2019).

3) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi

pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang degan

tuanya kehamilan (Walyani, 2016).

4) Syncoped (pingsan)

Pingsan pada wanita hamil dapat terjadi karena kadar gula di

dalam tubuh yang rendah dan kekurangan oksigen yang

disebabkan karena perubahan fisiologis pada ibu hamil misalnya

hemodelusi pada trimester I. Oleh karena itu, ibu hamil harus

cukup gizi dan minum (Devi,2019).

5) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan

kecepatan basal metabolisme pada kehamilan yang akan

meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas

metabolisme hasil konsepsi (Walyani, 2016).

6) Payudara Tegang

Salah satu gejala kehamilan adalah payudara terasa kencang

dan sakit akibat membesar, yang disebut juga dengan

mastodinia. Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam


hal ini, diantaranya vaskularisasi bertambah dan asinun dan

duktus berproliferasi (Pratiwi dan Fatimah, 2019).

7) Sering Miksi

Pada wanita hamil hal ini disebabkan karena kandung kemih

ditekan oleh ukuran uterus yang semakin membesar dan akibat

adanya peningkatan sirkulasi darah yang kemudian disaring oleh

ginjal menjadi urine. Peningkatan rasa buang air kecil juga

disebabkan oleh peningkatan hormon kehamilan (Devi, 2019).

8) Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus

(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB (Walyani,

2015).

9) Sering Meludah

Sering meludah atau hipersalivasi disebabkan oleh perubahan

kadar estrogen (Sutanto dan Fitriani, 2016).

10) Varises

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.

Varises dapat terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,

serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang

setelah persalinan (Walyani, 2016).

b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

1) Pembesaran perut
Setelah minggu ke-16 tampak terjadi pembesaran abdomen

dan perut. Hal ini karena uterus telah keluar dari rongga pelvis

dam menjadi organ rongga perut (Pratiwi dan Fatimah, 2019)

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakkan dan kompresibilitas ismus

serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila

ismus ditekan dari arah yang berlawanan (Saifuddin, 2018).

3) Tanda Goodell

Tanda Goodell adalah perubahan konsistensi (yang

dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan

dengan konsistensi kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung)

pada saat tidak hamil (Saifuddin, 2018).

4) Tanda Chadwick

Keadaan vagina berwarna kebiru-biruan yang dialami ibu

hamil sekitar minggu ke-6 karena mengalami kongesti (Pratiwi

dan Fatimah, 2019).

5) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi

karena ovum berimplantasi pada daerah dengan kornus sehingga

daerah tersebut berkembang lebih dulu (Walyani, 2016).

6) Kontraksi Braxton Hicks

Bila diberi stimulus atau rangsangan, uterus akan

berkontraksi. Hal ini merupakan tanda khas pada uterus pada


masa kehamilan (Pratiwi dan Fatimah, 2019).

7) Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin

bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan

pemeriksa (Walyani, 2016).

8) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (Plano Test) Positif

Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi gonadotropin

(hCG) pleh sel-sel sinsisiotofoblas pada awal kehamilan. Hormon

ini disekresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin

(hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan

penigkatan eksresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan di

antara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia

kehamilan 60 - 70 hari dan kemudian menurun secara bertahap

dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100 -

130 hari (Saifuddin, 2018)

c. Tanda Pasti (Positive Sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung

keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa

(Walyani, 2015).

Menurut Sutanto dan Fitriana (2016) tanda dan gejala kehamilan

pasti, antara lain:

1) Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya.

Sebagian besar ibu mulai merasakan tendangan bayi pada


usia kehamilan 5 bulan.

2) Bayi dapat dirasakan di dalam rahim. Sejak usia kehamilan

6 atau 7 bulan, bidan dapat menemukan kepala, leher,

punggung, lengan, bokong dan tungkai dengan meraba perut

ibu.

3) Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan

menginjak bulan ke-5 atau ke-6 denyut jantung bayi

terkadang dapat didengar menggunakan instrument yang

dibuat untuk mendengarkan, seperti stetoskop atau

fetoskop. Menginjak bulan ke-7 atau ke-8 kehamilan, bidan

yang terampil biasanya dapat mendengarkan denyut jantung

bayi saat ia melewatkan telinga pada perut ibu.

4) Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun

USG.

4. Kebutuhan Pada Ibu Hamil

A. Kebutuhan fisilogis ibu hamil

Menurut Elisabeth,(2018) kebutuhan fisiologis ibu hamil meliputi :

1) Oksigen

kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi

saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan

oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang


dikandung.

Untuk mencegah hel tersebut di atas dan untuk memenuhi

kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu melakukan :

a) latihan nafas melalui senam hamil

b) tidur dengan bantal yang lebih tinggi

c) makan tidak terlalu banyak

d) kurangi atau hentikan merokok

e) konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan

pernapasan seperti asma dan lain – lain.

2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai

gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal.

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per

hari, ibu hamil harusnya mengkonsumsi yang mengandung protein,

zat besi dan minum cukup cairan (menu seimbang).

(Walyani,2018).

Berikut merupakan nutrisi yang dibutuhkan dan perlu diperhatikan

selama kehamilan :

a). Protein

Selama hamil ibu mengalami peningkatan kebutuhan protein

sebanyak 68% atau 12% per hari atau 75 – 100 gram. Bahan

pangan yang dapat dijadikan sumber protein antara lain


daging tak berlemak,ikan, telur, susu dan hasil olahan lainnya

(Sulistyawati,2016).

b). Zat besi

Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300%

(1.040 mg selama hamil) dan peningkatan initidak dapat

tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama hamil

melainkan perlu diimbangi dengan suplemen zat besi.

Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak

minggu ke -12 kehamilan sebesar 30- 60 gr setiap hari

selama kehamilan dan enam minggu setelah kelahiran untuk

mencegah anemia postpartum (Sulistyawati,2016).

c). Kalsium

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gr perhari. Kalsium

dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi

pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah

diperoleh adalah susu, keju, yogurt dan kalsium

karbohidrat(Saifuddin,2016).

d). Kalori

Menurut Walyani,(2018) kebutuhan kalori selama kehamilan

adalah sekitar 70.000 – 80.000 kilo kalori (kkal), dengan

pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg. Pertambahan kalori

ini diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu

tambahan kalori diperlukan setiap hari adalah sekitar 285


– 300 kkal.

Tambahan kalori diperlukan untuk pertumbuhan jaringan

janin dan plasenta dan menambah volume darah serta cairan

amnion (ketuban). Selain itu kalori juga berguna sebagai

cadangan ibu untuk keperluan melahirkan dan menyusui.

Agar kalori terpenuhi ibu harus menggenjot konsumsi

makanan dari sumber karbohidrat dan lemak.

e). Vitamin

Sejumlah vitamin yang harus dipenuhi kebutuhannya oleh

ibu hamil adalah vitamin A, B1, B2, B3 dan B6 semuanya

untuk membantu proes tumbuh kembang, vitamin B12 untuk

membentuk sel darah baru, vitamin C untuk penyerapan zat

besi, vitamin D untuk pembentukan tulang dan gigi, vitamin

E untuk metabolisme, vitamin K untuk pembentukan

protombin (Walyani,2018).

f). Asam Folat

Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah

400 mikrogram perhari (Prawirohardjo,2016). Jika

kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia

megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat dan

selalu mengantuk. Apabila kondisi ini berlanjut akan

menyebabkan terjadinya BBLR, ablasio plasenta dan


kelainan tulang belakang janin (spina bipida). Bahan

makanan yang banyak mengandung asam folat seperti ragi,

hati, brokoli,kacangan dan sayuran hijau (Sulistyawati,2017).

g). Air

Kebutuhan ibu hamil bukan hanya dari makanan tapi juga

dari cairan. Air sangat penting untuk pertumbuhan sel – sel

baru, mengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses

metabolismezat – zat gizi, serta mempertahankan volume

darah yang meningkat selama masa kehamilan.

Jika cukup mengkonsumsi cairan, buang air besar akan lancar

sehingga terhindar dari sembelit serta resiko terkena infeksi

saluran kemih. Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari,

selain air puih bisa pula dibantu dengan jus buah, makanan

berkuah dan buah – buahan. Tapi jangan lupa, agar bobot

tubuh tidak naik berlebihan, kurangi minuman bergula seperti

sirop dan softdrink (Walyani,2018).

3. Personal Hygiene

Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh

seorang ibu hamil. Personal hygiene yang buruk dapat berdampak

terhadap kesehatan ibu dan janin (Walyani,2018).

a). Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian

minimal 2 kali sehari

b). Menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam


c). Menjaga kebersihan payudara

4. Hubungan Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama

tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini.

 Sering abortus dan kelahiran premature

 Perdarahan pervaginam

 Coitus harus dilakukan hati – hati terutama pada

minggu terakhir kehamilan

 Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena

dapat menyebabkan infeksi janin intra uteri

Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang

sekarang, sebaiknya coitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu

pada waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta kemungkinan

abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya coitus diperbolehkan

pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati – hati. Pada akhir

kehamilan, jika kepala sudah masuk kedalam rongga panggul,

coitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan

sakit dan perdarahan.

Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual saat

hamil. Beberapa merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh

mereka melakukan banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan

baru yang berkembang dalam rahim mereka. Sementara disaat yang

sama gairah yang timbul ternyata meningkat. Ini bukan kelainan


seksual, memang ada masanya ketika ibu hamil mengambil

peningkatan gairah seksual. (Walyani,2018).

5. Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kcil. Konstipasi

terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone yang

mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus.

Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan

bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat

dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan

kosong, meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan

kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah

mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar

tidak terjadi konstipasi. (Walyani,2018).

B. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil Trimester III

Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan

kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri

persalinan dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan.

Ketidak nyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya

aneh dan jelek, merasa kesepian dan terisolasi di rumah, menjadi lebih

ketergantungan, malas dan udah tersinggung serta merasa menyulitkan.

Disamping itu ibu merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil,

disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan

keluarganya (Walyani,2018).

C. Asuhan Antenatal

1. Pengertian Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Saifuddin.2018).

2. Tujuan Asuhan Antenatal

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat

saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,

persalinan, dan kala nifas.

c. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga

berencana.

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

3. Jadwal Kunjungan Antenatal

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia pelayanan kesehatan

ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu

minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12

minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-
24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia

kehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan). Standar waktu

pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko,

pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes

RI, 2019).

Menurut Saifuddin (2016 : 284), kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan secara berkala dan teratur, jumlah kunjungan antenatal

cukup empat kali, yaitu:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu)

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28

minggu)

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36

minggu dan sesudah seminggu ke-36).

Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan

jika ada keluhan, penyakit, atau gangguan kehamilan.

Standar pelayanan antenatal (10T) menurut Kemenkes RI, (2016)

yaitu:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4) Ukur tinggi fundus uteri


5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8) Test laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

4. Imunisasi TT

Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan

toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka

kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus

dilakukan dua kali selama hamil. Immunisasi TT sebaiknya

diberikan pada ibu hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan

sampai satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat

minggu (Pusdiksdmkes, 2017 ).

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil, disesuai dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil

minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan


perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status

imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya

terdapat interval minimal.


D. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahiratau

bukan jalan lahir,dengan bantuan atau tanpa bantuan(kekuatan sendiri)

(Annisa ui Mutmainnah,S.SiT.,M.Kes,2017)

2.Tanda-tanda Persalinan

a) Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan menimbulkan rasa

nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi

rahim, dimulai pada 2 fase maker yang letaknya didekat cornu uteri

(Annisa ui Mutmainnah,S.SiT.,M.Kes. 2017)

His persalinan memiliki cirri-ciri :

 Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

 Sifat his teratur,interval semakin pendek,dan kekuatan semakin

besar.

 Terjadinya perubahanpada serviks.

 Jika pasien menambah aktivitasnya,misalnya dengan berjalan

maka kekuatan hisnya akan bertambah.

b) Keluar lendir bercampur darah


lendir berasal dari pembukaan,yang menyebabkan lepasnya lendir

berasal dari kanalis serviks.Dengan pengeluarandarah disebabkan

robeknya ketuban.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka ditargetkan persalinan dan

berlangsung dalam 24 jam.

d) Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbentuknya kanalisis servikalis air ketuban akibat

pecahnya selaput ketuban. Effacement adalah pendaftaran atau

pemendekan kanalisis servikalis yang semua panjangnya 1-2 cm

menjadi hilang sama sekali hingga hanya ostium yang tipis,seperti

kertas (Annisa ui Mutmainnah, 2017).

3. Fisiologi Persalinan

a) Perubahan tekanan darah

Perubahan meningkatakan selama konstraksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolic rata – rata

5-10 mmHg diantara kontraksi uterus,tekanan darah akan turun.

Seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi

kontraksi

( Elisabeth Siwi Walyani,Amd.Keb: 2016)

b) Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolism karbohidrat aerobic maupun

anaerobik akan naik secara kecemasan serta perlahan.kenaikan ini

sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot

rangka tubuh kegiatan metabolisme yang menigkatkan tercermin

dengan kenaikan suhu badan,denyut nadi,pernapasan,kardiak output

dan kehilangan cairan.(Elisabeth Siwi Walyani,Amd.Keb:2016)

c) Perubahan suhu

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai

tertinggi selama persalinan tertinggi selama persalinan dan segera

setelah persalinan. (Elisabeth Siwi Walyani,Amd.Keb.:2016)

d) Denyut jantung

Penurunan yang menyolok selama acme kontstraksi uterus tidak terjadi

jika berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang.(Elisabeth Siwi

Walyani,Amd.Keb.)

e) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat di sebabkan karena adanya rasa nyeri ,

kekhawatiran serta pengguna teknik pernafasan yang tidak benar.

(Elisabeth Siwi Walyani,Amd.Keb:2016)

f) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan

keluarnya hormone oksitosin(Th.Endang Purwoastuti,S.Pd,PP:2016)

g) Penarikan serviks
Pada akhir persalinan kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri

internuem (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi

pendek dan menjadi bagian dari SBR.(Th Endang

Purwoastuti,S.Pd,PP:2016)

4. Etiologi Persalinan

Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan tiori

yang komplek. Factor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur

uterus sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut juga sebagai factor

yang mengakibatkan partus mulai.perubahan dalam biokimia dan biofisika

telah banyak mengungkap mulai dan berlangsungnya partus, antara lain

penurunan kadar hormone estrogen progesteron. Menurunnya kadar kedua

hormone ini terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu sebelum partus dimulai.

Kadar progesterone dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm

meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya kehamilan (Elisabeth Siwi

walyani:2016)

5. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi

Persiapan persalinan terbagi menjadi dua, antara lain:

1. Persiapan persalinan bagi ibu

a. Pemilihan metode persalinan

          Dalam hal ini penting adanya komunikasi antara dokter atau

bidan dan pasangan suami-istri. Sesuaikan dengan kebutuhan


dankemampuan. Pertimbangkan juga segi resiko dan efek yang

terjadisetelahnya. Misalnya dengan melahirkan normal, operasi

caesar maupun waterbirth.

b. Tempat melahirkan

         Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuhdari

rumah untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit atau BPS.

Perhatikan kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu sehingga

dapat mempersiapkan jalur alternatif untuk sampai ke rumah

sakitatau BPS tersebut.

c. Tenaga medis penolong persalina

Dokter kandungan maupun bidan yang sekiranya akan

menanganiproses persalinan sebaiknya ditentukan dari jauh-jauh

hari. Adabaiknya menciptakan kesinambungan antara tenaga medis

yangmemantau kehamilan ibu sedari awal, sehingga dapat tahu

betulperihal perkembangan ibu dan janin.

d. Persiapan mental ibu

        Menghindari kepanikan dan ketakutan, menyiapkan diri ibu,

mengingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah hati

yang didambakan.Menyimpan tenaga untuk melahirkan tenaga akan

terkuras jika berteriak-teriak dan bersikap gelisah.Dengan bersikap

tenang, ibu dapat melalui saat persalinan denganbaik dan  lebih


siap.Dukungan dari orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang

tentu akan membantu memberikan semangatuntuk ibu yang akan

melahirkan.

e. Persiapan kebutuhan

Persiapan yang harus dibawa untuk ibu selama persalinan:

a) Sikat gigi (Untuk ibu hamil)  serta pasta gigi

b) Minum dan makan untuk ibu

c) Sarung bersih

d) Celana dalam bersih

e) Pembalut

f) Handuk

g) Sabun

h) Kaos kaki

i) Baju ganti

j) Bra untuk menyusui

k) Barang-barang pribadi lainnya

Persiapan untuk bayi yang sudah lahir:

1) Popok

2) Handuk bersih

3) Kantong plastik atau pot tanah liat untuk ari-ari(plasenta)

4) Baju atau stelan

5) Topi dan selimut bayi


2. Persiapan persalinan bagi Bidan (Tenaga Kesehatan)

Peralatan, bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk

asuhan persalinan dasar pada bidan

a. Alat pertolongan persalinan/set partus (di dalam wadah

stenlistertutup)

1. 2 buah klem kelly atau kocher

2. Gunting tali pusat

3. Pengikat tali pusat DTT

4. Kateter Nelaton

5. Gunting Episiotomi

6. Klem ½ kocher atau kelly

7. 2 buah sarung tangan DTT kanan

8. 1 buah sarung tangan GTT kiri

9. Kain Kasa DTT

10. Kapas Basah DTT

11. Alat suntik sekali pakai 2,5 ml yang berisi oksitosin 10 U

12. Kateter penghisap lendir DeLee

b. Bahan-bahan untuk penjahitan episiotomi:

1. 1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta jarumnya

2. 20 ml larutan Lidokain 1 %

3. Pemegang jarum

4. Pinset
5. Jarum jahit

6. Benang catgut 3.0

7. 1 pasang sarung tangan DTT (total disediakan 5 pasang 2

sarung tangan)

c. Persediaan obat-obatan untuk komplikasi

1. 3 botol larutan Ringer laktat 500 ml

2. Set infus

3. 2 kateter intra vena ukuran 16-18 G

4. 2 ampul metil egrometrin maleat 0,2 mg

5. 3 Ampul oksitosin 10 U

6. 10 tablet misoprostol (cytotec)

7. 2 Vial larutan magnesium sulfat 40 % (10 gr dalam 25 ml)

8. 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 2,5 ml (total disediakan

3 buah)

9. 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 5 ml

10. kapsul/kapletamoksilin/ampisilin 500 mg atau penisilinprokain

injeksi 3 juta unit/vial 10 ml

d. Lain-lain yang mungkin perlu dipersiapkan:

1. Partograf

2. Kertas kosong atau formulir rujukan yang digunakan

dikabupaten

3. Pena

4. Thermometer
5. Pita pengukur

6. Fetoskop

7. Jam yang mempunyai jarum detik

8. Stetoskop

9. Tensimeter

10. Larutan klorin 0,5 % (larutan bayclin 5,25 %)

11. Sabun dan detergen

12. Sikat kuku dan penggunting kuku

13. Celemek (pelindung badan) dari bahan plastik

14. Kain plastik (perlak) untuk alas ibu saat persalinan

15. Kantong plastik

6. Faktor Penting dalam Persalinan

1. Passage(jalan lahir)

a. Jalan lahir dibagi atas:

 Bagian keras tulang-tulang – tulang (rangka pssanggul)

 Bagian lunak: otot-otot,jaringan –jaringan, ligmen-ligment.

b. Ukuran panggul

a) Alat pengukur panggul

 Piameter

 Jangka panggul

 Pelvimetri klinis dengan periksa dalam

 Pelvimetri renggonelogis

b) Ukuran –ukuran panggul


 Distansia spinarum: jarak antara kedua spina iliaka

anterior superior 24-26 cm

 Distansia kristarum: jarak antara kedua Krista iliaka

kanan dan kiri28-30 cm

 Kunjungata eksterna: 18-20 cm

 Lingkaran panggul: 80-20 cm

 Conjugate diagnolis: 12,5 cm

 Distansia tuberum: 10,5 cm

c) Ukuran dalam panggul:

 Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di

bentuk oleh promontorim,linea innuminata dan pinggir

atas simpisis pubis

 Kunjugata vera: dengan periksa dalam diperoleh

kunjugata diagnolis 10,5-11 cm

 Kunjugata tranversa: 12-13 cm

 Kunjugata oblingua: 13 cm

 Kunjugata obstetric adalah jarak bagian tengah simpisis

ke promontorium

 Ruang tengah panggul

 Bidang terluas ukurannya 13x12,5 cm

 Bidan tersempit ukurannya 11,5x11 cm

 Jarak antara spina isciadika 11 cm


 Pintu bawah panggul (outlet)

 Ukuran anterior-posterior 10-12 cm

 Ukuran melintang 10,5 cm

 Arcus pubis membentuk sudut 90 derajat lebih, pada

laki-laki kurang dari 80 derajat.

2. Power (his dan mengejan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,kontraksi

otot-otot perut,kontraksi diagfragma, dan aksi dari ligment (Elisabeth

Siwi Walyani :2016)

3. Pasengger

a) Janin

Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu

pertumbuhannya normal,adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu

yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal((Th

Endang purwoastuti,S.Pd.PP:2016)

7. Mekanisme dalam Persalinan

Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk

menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Ada tiga ukuran diameter kepala

janin yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan

normal(Elisabeth Siwi Walyani,Amd,Keb.:2016) antara lain:

1) Jarak biparietal, merupakan diameter melintang terbesar dari kepala

janin, dipakai didalam definisi penguncian (engagement).


2) Jarak suboksipito bregmatika, jarak antara batas leher dan oksiput ke

anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan

presentasi kepala.

3) Jarak oksipitomental, merupakan diameter terbesar dari kepala janin,

ini adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi dahi.

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap menurut

Elisabeth Siwi Walyani dan th. Ending purwoastuti 2016:56-58, yaitu:

(1) Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu masuknya kepala dalam

pintu atas panggul, dan majunya kepala.

(2) Penguncian (engagment)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparetal dari kepala janin

telah melalui lubang masuk panggul pasien.

(3) Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi

menjadi hal yang sangta penting karena dengan fleksi diameter kepala

janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar

panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahanannya

akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat

diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah

dalam keadaan fleksi maksimal.

(4) Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter

anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri


dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien. Pada umumnya

rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di

dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala yang dini

kadang – kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai

kontraksi efisien.

(5) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior.

Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana

gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarrahkan

kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang di bawah

oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis dan bekerja sebagai

titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian

memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya

ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar.

(6) Restitusi

Restitusi ialah perputaran kepala sebesar 45derajat baik ke kanan atau

ke kiri bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran

menuju posisi oksiput anterior.

(7) Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada

saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami

perputaran dalam arah yang sama dengan kepala ,janin agar terletak

dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan
terlihat pada lubang vulva-vaginal, dimana ia akan bergeser di bawah

simfisis pubis.

(8) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian

dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh

tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

8. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan secara

bersih dan aman selama persalinan berlangsung. Menurut

Sarwono(2016:341-347), APN terdiri dari 60 langkah yaitu :

1. Melihat Tanda dan gejala Kala Dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan vaginanya.

 Perineum menonjol.

 Vulva –vagina dan spingter anal membuka

2. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan.Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.


4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang

bersih.

5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua

permeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik ( dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril ) dan

meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengotaminasi tabung suntik).

3. Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum,atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan cara seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang.Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi

dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi ( meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan

benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah 9).

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.


Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap,lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

x/menit).

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,

dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

4. Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu proses Pimpinan

Meneran

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

bayi. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran.

 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktip dan

pendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan member semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisiibu untuk

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ibu merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran:

 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

 Mendukung dan member semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)

 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan member

semangat pada ibu.

 Mengajurkan asupan per oral.

 Menilai DJJ setiap 5 menit.

 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu


multipara, merujuk segera. Jika ibu tdak mempunyai

keinginan untuk meneran.

 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat di antara kontraksi.

 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu

dengan segera.

5. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm,letakkan handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan

bayi

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

6. Menolong kelahiran bayi lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan k ain

tadi. letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan


kepala keluar perlahan-lahan. Meganjurkan ibu meneran perlahan-

lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kassa yang bersih

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi:

 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar , lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi

 Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di dua

tempat dan memotongnya

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan

7. Lahir bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan


kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat

dilahirkanmenggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga

saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

8. Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan

bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi asfiksia, lakukan

resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin

(lihat keterangan di bawah).

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi.Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.


29) Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih

dan kering,menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

9. Oksitoksin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitoksin 10 unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

10. Penegangan Tali Pusat Terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat

35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat

dan klem dengan tangan yang lain


36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian.

11. Menegeluarkan Plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva

 ika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit :

a. Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit I.M

b. Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika

perlu

c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

d. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta


dengan dua tangan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

selapdilahirkan tersebut. Jika selaput ketuban robek , memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal

12. Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus,meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).

13. Menilai perdarahan

40) Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan uth . Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi

setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan

yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif

14. Melakukan prosedur pasca persalinan


42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47) Meneyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina.

 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteris


 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan

teknik yang sesuai

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

 Memeriksa temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua

jam pertama pascapersalinan.

 Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang tidak

normal

15. Kebersihan dan keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas pakaian

setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

ampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah .

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.


56) Memastikan bahwa ibu nyaman,Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin

0,5% dan membilas dengan air bersih

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

16. Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

C. Nifas

1. Pengertian nifas

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.lamanya masa

nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Th.Endang purwoastuti,

S.Pd,APP.:2017).

2.Tahapan masa nifas

Nifas dibagi menjadi tiga priode,yaitu:

a. Puerperium dini,yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

b. Pueperium intermedial,yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.


c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin

beberapa minggu,bulan,tahun.

3. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan Fisiologis ada 6 macam yaitu:

1.Sistem Kardiovaskuler

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibat

beban jantung meningkatkan yang dapat diatasi dengan haemokosentrasi

sampai volume darah kembali normal, dan pembulu darah kembali ke

ukuran ukuran semula (Th Endang purwoastuti 2016)

a) Volume darah

Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa

varibel.contohnya kehilangan darah selama kehilangan darah selama

persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan ekstravaskuler.kehilangan

darah mengakibatkan oerubahan volume darah hanya terbatas pada

volume darah total.

b) Cardiac output

Cardiac output terus meningkatselama kala I dan kala II persalinan.


2.Sistem Haematologi

a) Hari pertama masa nifas kadar febrinigen dan plasma sedikit menurun,

tetapi darah dengan lebih kental dengan peningkatan vikositas

sehingga meningkatkan pembekuan darah.

3.Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil ( Th Endang purwoastuti

2016)

 aBayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.

 Akhir kala III persalinan tinggi findus uteri teraba 2 jari bawah

pusat dengan berat uterus 750 gr

 Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan

pusat simpisis dengan berat 500 gr.

 Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat uterus 350 gr.

 Enam minggu post partum fundus uteri betambah kecil dengan

berat uterus 50 gr.

b) Lochea

Lochea adalah cairan yang berasal dari cairan cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas (Th Endang purwoastuti, S.Pd, APP : 2017).

macam-macam lochea :
 Lochea adalah rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa –sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua,verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari post partum.

 Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lender,

hari 3-7 post partum.

 Lchea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 post partum.

 Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

 Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

 Lochea statis: lchea tidak lancer keluarnya.

c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.setelah

persalinan,ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan,

setelah 6 minggu persalinan serviks menutup (Elisabeth siwi walyani

2016)

d) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan seperti peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesuda proses tersebut, kedua organ ini tetatp berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan sebelum hamil dan ruge dalam vagina secara berangsur-


angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi labia menonjol

(Elisabeht Siwi walyani 2016)

e) Perineum

Segera setelah melahirkan, oerineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang kepala bayi yang bergerak maju.pada pont natal

hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar

tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

melahirkan.(Elisabeth siwi walyani 2016)

f) Payudara

Kadar prolaktin yang disekrasi oleh kelenjer hypofisis anterior

meningkat secara stabil selama kehamilan.tetapi hormone plasenta

menghambat produksi ASI.Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi

estrogen dan progesteron menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis

ASI dimulai.Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan vasculer sementara. Air susu, saai diproduksi, disimpin

di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara di isap

oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. Jadi

perubahan payudara dapat meliputi:

 Perubahan kadar progesterone secara cepat dengan peningkatan

hormon prolaktin setelah persalinan.

 Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada

hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan


 Payudara menjadi besar dank eras sebagai tanda mulainya proses

laktasi.

 Sistem perkemihan

 Buang air kecil ssering sulit selama 24 jam pertama. Urine dalam

jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 1a2-36 jam

sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkann kadar hormone

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan

yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.

4. Sistem Gastrointestinal

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskinpun kadar progesterone menurun setelah melahirkan,

namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua

hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberi enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat

mengalami keinginan ke belakang.

5. Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post

partum.progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin

dalam dara berangsur-angsur hilang.

6. SistemIntegumen

 Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit.


 Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan

dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

Psikologis Pada Masa Nifas

a) Fase taking in

Fase taking in yaitu priode ketergantungan,berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. hal tersebut membuat

ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang

mungkin dialami, seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hsl ini

membuat ibu lebih fasif terhadap lingkungannya.

b) Fase taking hold

Fase taking hold ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan.pada fase ibu timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan

dalam merawat bayi.

c) Fase letting go

Fase letting go adala periode penerimaan peran barunya.fase ini

berlang setelah 10 hari setelah melahirkan.ibu sudah meyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya


4. Asuhan Masa Nifas

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah mengumoulkan data yang akurat lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara

keseluruhannya.

a) Data subjektif

Bagian penting dari anamnesa adalah data subjektif yang meliputi:

biodata/identitas pasien dan suami pasien, alas an masuk dan keluhan,

riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat obstetri, riwayat kehamilan,

persalinan, dan nifas yang lalu, riwayat persalinan sekarang dan

perencanaan keluarga berencana, riwayat kesehatan (kesehatan

sekarang, kesehatan yang lalu, kesehatan keluarga), pola kebiasaan

(pola makan dan minum, pola eliminasi, pola aktifitas dan istirahat,

personal hygen), data pengetahuan,psikologis, spiritual, kebudayaan.

b) Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan

penunjang.pemeriksaan fisik dilakuan dengan cara inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

1. Interpretasi data

Pada langkah ini mencakup:

a) Menentukan keadaan normal


b) Membedakan antara ketidaknyamanan dan kemungkinan

komplikasi

c) Identifikasi tanda dan gejala kemungkinan komplikasi

d) Identifikasi kebutuhan

Interpretasi data

a) Diagnose kebidanan

b) Masalah

c) Kebutuhan

2. Diagnosa / masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam

melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi

permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.

3. Kebutuhan tindakan segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengatisipasidiagnosa/masalah pontensial pada langkah

sebelumnya,bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang

harus dirumuskan untuk meyelamatkan ibu dan bayi.

4. Rencana asuhan Asuahan kebidanan

Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah didefinisikan atau diantisipasi yang sifatnya segera

atau rutin.
5. Implementasi

Pelaksanaan dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama

dengan klien atau anggota tim kesehatan.

6. Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat

merencanakan asuahan kebidanan.

D. Neonatus Normal

1. Konsap Dasar Neonatus Normal

a. Pengertian Neonatus

Neonatus atau Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir

2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Jamil,

2017).

Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauteri.Pertumbuhan dan perkembangan

normal masa neonatal adalah 28 hari. (walyani, 2015 hal: 131)

b. Periode Neonatal

Periode neonatal meliputi jangka waktu seja bayi baru lahir sampai

dengan usia 4 minggu terbagi menjadi 2 periode, antara lain:

1. Periode neonatal dini yang meliputi jangka waktu 0-7 hari setelah

lahir
2. Periode lanjutta merupakan perioda neonatal yang meliputi jangka

wakti 8-27 hari setelah lahir

Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kurang baiknya penanganan bayi

baru lahir atau neonatus yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan

yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup,bahkan kematian.

(walyani, 2015 hal: 131)

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan antara 37- 42

minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar

dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm,

frekuensi DJ 120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit

kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo

tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak

panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung

menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan

taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks

sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro

(gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks

grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia sudah terbentuk sempurna ,

pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada

perempuan Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah
menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama,

berwarna hitam kecoklatan (Jamil, 2017).

E. KELUARGA BERENCANA

1. Defenisi

Keluarga berencana ialah suatu usaha yang mengatu r banyaknya jumlah

kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bagi ayah serta

keluarganya atau masyarakat bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian

sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut (koes irianto, 2014:5).

2. Macam – Macam Jenis Kontrasepsi

Macam-macam alat kontrasepsi ada 2 yaitu metode sederhana dan

modern. Metode sederhana seperti MAL,kondom, dan metode modern seperti

pil KB, suntik KB bulanan/tiga bulanan. Dan metode jangka panjang

misalnya IUD/spiral/AKDR,susuk/AKBK, tubektomi (kontrasepsi mantap

wanita), vasektomi (kontrasepsimantap pria) (Hasanah, 2011).

Jenis-jenis metode kontrasepsi :

A. Metode alami tanpa alat

MAL adalah alat kontrasepsi yang mengandalkan air susu ibu (ASI).

MAL dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi bila memenuhi syarat

sebagai berikut:

1. Menyusui lebih efektif bila pemberian ASI sebanyak 6 kali atau lebih

dalam waktu 24 jam

2. Belum menstruasi

3. Usia bayi kurang dari 6 bulan


4. Cara kerja

Menurut Hidayati (2012:4) kontrasepsi prolaktin meningkat

sebagai respon terhadap stimulus pengisapan berulang ketika menyusui.

Dengan insensitas dan frekuensi yang cukup, kadar prolaktin akan tetap

tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga

mengurangi kadar LH yang diperlukan untuk memelihara dan

melangsungkan siklus menstruasi. Kadar prolaktin yang tinggi

menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitive terhadap perangsangan

gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya

inaktivasi ovarium, kadar esterogen yang rendah dan an-ovulasi. B

ahkan pada saat aktifitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin

yang tinggi menyebabkan fase luteal yang mengakibatkan singkat dan

fertilisasi menurun. Maka dari itu inti dari cara kerja MAL adalah

dengan penundaan atau penekanan ovulasi.

5. Keuntungan

(a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pascapersalinan)

(b) Segera Efektif

(c) Tidak mengganggu senggama

(d) Tidak ada efek samping secara sistemik

(e) Tidak perlu pengawasan medis

(f) Tidak perlu obat/alat

(g) Tanpa biaya


6. Kerugian

(a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui

dalam waktu 30 menit pasca persalinan.

(b) Mungkin akan sulit dilaksanakan karena kondisi social.

(c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya menstruasi atau

sampai dengan 6 bulan . hanya wanita amenore yang memberikan

ASI nya secara eksklusif dengan interval teratur, termasuk pada

waktu malam hari, yang selama 6 bulan pertama mendapatkan

perlindungan kontraseptif sama dengan perlindungan yang

diberikan oleh kontrasepsi oral. Dengan munculnya menstruasi

atau setelah 6 bulan, resiko ovulasi meningkat.

(d) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual

7. Indikasi

(a) Ibu yang menyusui secara ekslusif

(b) Bayinya kurang dari 6 bulan

(c) Belum mendapat menstruasi setelah melahirkan

(d) Tetap menganjurkan ibu untuk memilih metode kontrasepsi yang

lainnya bila ibu sudah mendapatkan menstruasi dengan tetap

melanjutkan ASI.

8. Kontra indikasi

(a) Sudah mendapatkan menstruasi setelah persalinan

(b) Tidak menyusu secara ekslusif

(c) Bayinya sudah berumur 6 bulan lebih


(d) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam (Hidayati,2012:8).

B. Metode sederhana dengan alat

1. Kondom

Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet

yang diselubungkan ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara

mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi

pembuahan. Kondom merupakan salah satu metode pencegahan

kehamilan yang sering di-gunakan.Kondom juga bisa digunakan untuk

melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan penyakit

menular seksual.

 Jenis kondom

Pada dasarnya ada dua jenis kondom,yaitu kondom kulit dan

kondom karet.kondom kulit dibuat dari usus domba,kondom karet

lebih elastic dan murah sehingga lebih banyak digunakan.

 Keuntungan

Murah,mudah didapat (tidak perl u resep dokter),tidak memerlukan

pengawasan,mengurangi kemungkinan penularan penyakit.

 Efeksamping

Reaksi alergi terhadap karet kondom.

 Kontra indikasi

Alergi terhadap kondom karet .

Penggunaan kondom yang benar adalah memakaikannya pada

organ intim pria yang ereksi.Sisakan ruangan di bagian paling ujung


kondom untuk menampung sperma, caranya dengan menjepit bagian

paling ujung kondom dengan jari saat memakai kondom

tersebut.Setelah terjadi ejakulasi dan sperma keluar dan ditampung

oleh kondom tersebut, segera tarik penis dari vagina selama penis

masih ereksi. Karena kalau penis sudah tidak dalam keadaan ereksi,

kondom akan menjadi longgar dan sperma yang sudah tertampung tadi

bisa merembes keluar dan dapat membuahi (Sulistyawati,2012)

C. Metode Kontrasepsi Dengan metode Modern

1. Kontrasepsi Suntik

a. Pengertian

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan,

merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan

yang maksimal pada anak.(Saifuddin,2010)

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal

jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena

kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif

murah dan aman.

2. Cara kerja kontrasepsi suntikan:

a) Menghalangi ovulasi (masa subur)

b) Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental


c) Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim

d) Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma

e) Mengubah kecepatan transportasi sel telur

3. Keuntungan dan efek samping suntikan

a. Keuntungan :

(1) Efektifitasnya tinggi

(2) Cara pemberiannya sederhana

(3) Cukup aman

(4) Kesuburan dapat kembali

(5) Cocok bagi ibu-ibu yang sedang menyusui.

(Saifuddin , 2010)

b. Efek samping :

Gangguan haid:

(1) Mual, sakit kepala, penambahan berat badan

(2) Kadang kala ibu mengeluh gairahnya menurun

4. Cara pemberian kontrasepsi suntikan

a. Waktu Pemberian

Setelah melahirkan : hari ke 3 – 5 pasca salin dan setelah ASI

berproduksi. Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase

atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi. Dalam

masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid.

5. Lokasi Penyuntikan

 Daerah bokong/pantat
 Daerah otot lengan atas

6. Kontra indikasi kontrasepsi suntikan

7. Absolut

a. Hamil

b. Riwayat kanker payudara.

8. Relatif

a. Riwayat gangguan jiwa

b. Riwayat penyakit payudara

c. Riwayat sakit kepala

9. Wanita yang ingin hamil dalam waktu 2 tahun ke depan.

10. Wanita yang ingin hamil lebih cepat.

11. Jenis – jenis KB suntik

a. Suntik kombinasi ( 1 bulan )Suntikan kombinasi mengandung

hormon esterogen dan progesteron, yang diberikan satu bulan

sekali:

1. Keuntungan KB suntik 1 bulan

 Diberikan setiap 4 minggu

 Peserta suntikan cyclofem mendapat menstruasi

 Pemberian aman, efektif, dan relatif mudah

2. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

 Usia reproduksi

 Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.


 Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang

tinggi.

 enyusui ASI pascapersalinan lebih dari 6 bulan.

 Pascapersalinan dan tidak menyusui.

 Anemia

 Nyeri haid hebat

 Haid teratur

 Riwayat kehamilan ektopik

 Sering menggunakan pil kontrasepsi

3. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

 Hamil atau diduga hamil

 Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.

 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

 Penyakit hati akut.

 Usia lebih dari 35 tahun yang merokok.

 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan

darah tinggi (lebih dari 180/110 mmHg).

 Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala

atau migrain.

 Keganasan payudara

4. Waktu Mulai menggunakan Suntikan Kombinasi


 Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari

siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

 Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus

haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual

selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7

hari.

 Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan

setiap saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak

hamil.

 Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum

haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat

dipastikan tidak hamil.

 Bila pascapersalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta

telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan,

asal saja dipastikan tidak hamil.

 Bila pascapersalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui,

jangan beri suntikan kombinasi.

 Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui,

suntikan kombinasi dapat diberi.

 Ibu yang sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang

lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal

kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi


sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat

diberikan tanpa perlu menunggu haid.

 Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal,

dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan

kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat

diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya.

b. Suntikan Progestin (Suntik 3 bulan)

1. Cara Kerja Mencegah ovulasi

 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma

 Menjadikan selaput lendir rahim tipis

 Menghambat pengangkutan gamet oleh tuba

2. Efektivitas

Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas yang

sangat tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per

tahun, asal penyuntikan dilakukan sesuai jadwal dan secara

teratur.

3. Keuntungan

 Sangat efektif

 Pencegahan kehamilan jangka panjang

 Tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual


 Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan

darah

 Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

 Sedikit efek samping

 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

 Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai perimenopause.

 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

 Menurunkan kajadian penyakit jinak payudara.

 Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

 Menurunkan krisis anemia bulan sabit.

4. Kekurangan

 Sering ditemukan gangguan haid

 Siklus haid yang memendek atau memanjang

 Perdarahan yang banyak atau sedikit.

 Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak.

 Tidak haid sama sekali.

 Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan.
 Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.

 Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.

 Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.

 Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

 Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan atau kelainan pada organ genitalia, melainkan

karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari

deponya.

5. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

 Usia reproduksi.

 Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki

efektivitas tinggi.

 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

 Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

 Setelah abortus atau keguguran.

 Perokok.

 Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg, dengan

masalah gangguan pembekuan darah atau anemia.

 Menggunakan obat untuk epilepsi atau obat tuberklosis.


 Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung

esterogen.

 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

 Mendekati usia menopause

6. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan

Progestin.

 Hamil atau dicurgai hamil.

 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

 Menderita kanker payudara.

 Diabetes melitus

7. Manfaat Kesehatan

 Menurunnya jumlah darah haid setiap bulan, menurunkan

nyeri perut.

 Mengurangi kemungkinan penyakit kurang darah akibat

kekurangan zat besi.

 Mengurangi tanda atau gejala sindroma haid.

 Dapat melindungi kemungkinan penyakit radang spanggul

dan kanker indung telur karena progestin menyebabkan

mukus serviks menebal, sehingga memepersulit penularan

infeksi dari liang senggama atau serviks untuk mencapai

saluran telur (penekanan ovulasi akan menyebabkan

berkurangnya stimulasi dari sel epitel ovarium).


 Mencegah terjadinya kanker endomertrium.

 Dapat digunakan pada wanita yang mempunyai penyakit

darah sickle cell anemia.

 Dapat meningkatkan jumlah ASI pada ibu yang menyusui

8. Cara pemberian

 Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin

 Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau

30 harisetelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi).

 Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa

haid.

 Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus atau

daerah bokong/pantat atau daerah otot lengan atas

(Sulistyawati,2012).

2. Kontrasepsi Pil

Pil Kontrasepsi Kombinasi (OC / Oral Contraception). Berupa

kombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. Merupakan metode

KB paling efektif karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus

sebagai berikut:

 Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)

 Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga

menghalangi masuknya sperma.

 Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil

pembuahan
A. Cara Minum OC

OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk

nama hari yang tertera di blisternya. Untuk memulai blister pertama

Anda, mulailah minum pil pada hari pertama haid, misalnya: Anda

mendapat haid pada hari Rabu maka ambil pil yang dibawahnya

ada tanda Rabu. Lanjutkan minum pil setiap hari sampai habis (21

hari) yang pasti jatuh pada hari Selasa. Kemudian berhenti minum

pil selama 7 hari (akan terjadi menstruasi). Setelah 7 hari bebas pil

ini, lanjutkan minum pil dari kemasan yang baru pada hari Rabu

lagi, jadi untuk blister ke-2 dst, selalu ikuti siklus 21 hari minum pil

+7 hari bebas tablet.

B. Jenis – jenis PIL KB

1. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi

Terdiri dari 21-22 pil kontrasepsi oral dan setiap pilnya

berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk

pengunaan satu siklus.Pil kontrasepsi oral pertama mulai

diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap

pil 1 hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari

sesudah pil kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul

perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus

obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus

sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama

perdarahan haid.
2. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial

Terdiri dari 14-15 pil kontrasepsi oral yang berisi derivat

estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan

progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi.

Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering

menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini

Hanya berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel,

dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama

dengan cara tipe kombinasi.

4. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After

Pil).

Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam

waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari

berturut-turut.

5. Pil Kontrasepsi Oral di Pasaran

Umumnya pil kontrasepsi oral di pasaran terdiri dari 28 pil

kontrasepsi, biasanya 7 diantaranya berisi plasebo (zat

netral).Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan pemakaian pil

kontrasepsi oral.Pil kontrasepsi oral selain untuk mencegah

kehamilan juga untuk mengatur haid agar teratur.Ada juga pil

kontrasepsi oral yang menggunakan bahan yang tidak

menimbulkan efek samping berat badan naik, tulang keropos.


Produk tertentu pil kontrasepsi oral juga menjanjikan kehalusan

kulit pada pemakainya (Sulistyawati,2012).

3. Kontrasepsi AKDR

1. Cara kerja dari Alat Kontrasepsi ini ialah :

 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

 Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.

 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilitasi.

 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

(Sulistyawati,2012)

2. Efek samping yang umum terjadi:

 Perubahan siklus haid (umumnya paada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

 Haid lebih lama dan banyak.

 Saat haid lebih sakit.

3. Keuntungan setelah pemasangan.

 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu-T-380A dan

tidak perlu diganti).Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya

tinggi.Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1

tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

 AKDR dapat efektif segera


 Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

 Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

 Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil.

 Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu-T-

380A).

 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

 Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir).

 Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

 Membantu kahamilan ektopik.

4. Pemasangan AKDR

Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T380A:

a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada

klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberpa langkah

waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada

langkah-langkah tersebut dan pastikan klien telah mengosongkan

kandung kencingnya.
b) Periksa genetalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus,

pembengkakan pada kelenjar batholini dan kelenjar skene, lalu

lakukan pemeriksaan spekulum dan panggul.

c) Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi

d) Masukan lengan IUD Copper T 380A didalam kemasan sterilnya

e) Masukkan speculum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan

antiseptik dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks

f) Masukan sonde uterus

g) Lakukan pemasangan IUD Copper T 380A

h) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung

tangan dan bersihkan permukaan yang terkontaminai

i) Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan

segera setelah selesai dipakai

j) Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD

k) Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah

pemasangan. (BKKBN dan Kemenkes R.I 2014)

4. Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi Implant adalah alat kontrasepsi yang diinsersikan tepat

dibawah kulit, terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya berisi

levornorgestrel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm di lakukan

pada bagian dalam legan atas atau di bawah siku melalui insisi tunggal

dalam bentuk kipas, yang berkerja dalam jangka waktu 5 tahun.


Pemasangan implant hanya di lakukan petugas klinik atau orang terlatih

secara khusus (dokter,bidan) (Pinem, 2009).

1. Keuntungan dari kontasepsi ini adalah :

 Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempuan)

 Daya guna tinggi.

 Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

 Tidakmemerlukanpemeriksaandalam.

 Bebasdari pengaruhestrogen.

 Tidakmengganggukegiatansanggama.

 Tidak mengganggu ASI.

2. Keterbatasan Kontrasepsi implan

 Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan.

 Tidakmencegahinfeksimenularseksual

 Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan

tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan

 Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberculosis atau obat

epilepsi

 (BKKBN dan Kemenkes R.I, 2012).

3. Cara pemasangan implant

(1) Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke tujuh, tidak

perlu metode kontrasepsi tambahan


(2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak

terjadi kehamilan . Apabila insersi setelah -7 hari siklus haid, klien

dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau

menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.

(3) Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan

syarat diyakini tidak terjadi kehamilan, klien dianjurkan tidak

melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrsepsi

lain untuk tujuh hari saja.

(4) Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan

pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat.

(5) Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid

kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk

tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau

menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari.

(6) Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin

menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat,

dengan syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien

menggunakan kontrsepsi dengan benar.

(7) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implan

dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik, tidak perlu

metode kontrasepsi lain.

(8) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal

(kecuali AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan norplant,


insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini klien

tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid

berikutnya.

(9) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin

menggantinya dengan implan, maka dapat diinsersikan pada saat

haid hari ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan hubungan

seksual selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain

untuk tujuh hari saja. AKDR segera dicabut. Pasca keguguran,

implan dapat segera di insersikan. (Sulistyawati 2014:135)

4. Teknik pengeluaran dan pengangkatan

Mengeluarkan implan umumnya lebih sulit dari pada insersi.

Persoalan dapat timbul bila implant di pasang terlalu dalam atau timbul

jaringan fibrous sekeliling implant. Cara mengeluarkan implant:

 Cuci lengan akseptor, lakukan tindakan antiseptis

 Tentukan lokasi dari implan dengan jari-jari tangan dan dapat

diberi tanda dengan tinta atau apa saja.

 Suntikkan anastesi local dibawah implant

 Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung

implant pada daerah alas “kipas”

 Keluarkan implant pertama yang trerletak paling dekat dengan

insisi atau yang terletak paling dekat dengan permukaan.

 Sampai saat ini dikenal 3 cara pengeluaran/pencabutan norplant

a. Cara pop-out
Merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak

traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk

mengeluarkannya.Dorong ujung proksimal “kapsul” kearah

distal dengan ibu jari sehingga mendekati lubang insisi,

sementara jari telunjuk menahan bagian tengah kapsul,

sehingga ujung dital kapsul menekan kulit. Bila perlu,

bebaskan jaringan yang menyelubungi ujun kapsul dengan

scapel. Tekan dengan lembut ujung kapsul melaluui lubang

insisi seinga ujung tersebut akan “menyembut/pop-out”

melalui lubang insisi. Kerjakan prosedur yan sama untuk

semua kapsul yang tertingal.

b. Cara standard

Bila cara pop-out tiak berhasil atau tidak mungkin

dikerjakan, maka dapat dipakai cara standar. Jepit ujung

distal kapsul dengan klem masquito, sampai kira-kira 0.5-1

cm dari ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang

insisi.Putar pegangan klem pada posisi 180 disekitar sumbu

utamanya mengarah ke bahu akseptor.Bersihkan jaringan-

jarinan yang menempel disekeliling klem dan kapsul dengan

scapel atau kasa steril sampai kapsul terlihat jelas.Tangkap

ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem crille, lepaskan

klem masquito, dan keluarkan kapul dengan klem crille.


Cabut atau keluarkan kapsul-kapsul lainnya denan cara yang

sama.

c. Cara “u”

Teknik ini dikembangkan oleh Dr.Untung Prawirohardjo

dari semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm, kira-

kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul, diantara kapsul

ke 3 an kapsul 4. Kapsul yang akan dicabut difiksasi dengn

meletakkan jari telunjuk tangan kiri sejajar di samping

kapsul. Kapsul dipegang kurang lebih 5 mm dari ujung

distalnya.Kemudian klem diputar kearah pangkal lengan atas

atau bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dibawah lubang

insisi dan dapat dibersihkan dari jaringan- jaringan yang

menyelubunginya dengan scapel, untuk seterusnya dicabut

keluar. (Hartanto, 2015:145)

5. Kontrasepsi mantap MOW/MOP

Tubektomi (Metode Operasi Wanita / MOW) adalah metode

kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak

ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tubafalupii (mengikat dan

memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu

dengan ovum.(Sulistyawati,2012)

Vasektomi (MetodeOperasiPria/MOP) adalah prosedur klinik untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusivasa


deferensia sehingga alur transportasi sperma terambat danproses fertilisasi

(penyatuandenganovum) tidak terjadi (Sulistyawati,2012)

1. Keuntungan Kontrasepsi MOW

a. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan

selama tahun pertama penggunaan)

b. Tidak mempengaruhi proses menyusui

c. Tidak bergantung pada faktor sanggama

d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan

yang serius.

e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

g. Non Kontrasepsi

h. Berkurangnya risiko kanker ovarium

2. Keuntungan Kontrasepsi MOP:

a. Efektivitas tinggi 99,6-99,8%

b. Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang

c. Morbiditas dan mortalitas jarang

d. Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang

e. Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan

kontrasepsi

3. Keterbatasan Kontrasepsi MOW:

a. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat

dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi).


b. Dilakukan oleh dokter yang terlatih.

5. Keterbatasan Kontrasepsi MOP

a. Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan

selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi).

3. Asuhan Keluarga Berencana

A. Konseling KB

Aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga berencana

(KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien

dalam memilih dan memutuskan kontrasepsi yang akan digunakan

sesuai dengan pilihannya. Dalam melakukan konseling, khususnya

bagi calon klien KB yang baru, hendaknya diterapkan enam langkah

yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU.Penerapan SATU

TUJU menurut Walyani dan Purwoastuti tahun 2015 tersebut tidak

perlu dilakukan berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri

dengan kebutuhan klien.Beberapa klien membutuhkan lebih banyak

perhatian pada langkah yang satu dibandingkan langkah yang lainnya.

Kata kunci SATUTUJU adalah:

SA : Sapa dan Salam

- Sapa klien secara terbuka dan sopan

- Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi klien

- Bangun percaya diri pasien


- Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa

yang dapat Diperolehnya

T : Tanya

- Tanyakan informasi tentang dirinya

- Bantu klien untuk berbicara pengalaman tentang KB dan

kesehatan reproduksi

- Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan

U : Uraikan

- Uraikan pada klien mengenai pilihannya

- Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan

serta jelaskan jenis yang lain

TU : Bantu

- Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya

- Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya

J : Jelaskan

- Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya

- Jelaskan bagaimana penggunaannya

- Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi

U : Kunjungan Ulang
- Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan

atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai