1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang berada di zona khatulistiwa memiliki
iklim tropis yang sangat mendukung proses pelapukan yang sangat intensif.
Keterdapatan endapan laterit nikel di Indonesia yang tersebar di wilayah zona
khatulistiwa tersebut berkaitan dengan distribusi jalur global tektonik ofiolit
berumur Mesozoikum-Kenozoikum Sirkum Pasifik (Gambar 1.). Distribusi ofiolit
tersebut melintasi Indonesia bagian timur dimana keterdapatannya adalah sebagai
obduksi batuan ultrabasa (Gambar 2.)
1
U
Tanpa skala
Tanpa skala
SERAWAK
HALMAHERA
SULAWESI
GEBE
KALIMANTAN
WEDA BAYWAIGEO IRIAN JAYA
GAG
SOROWAKO OBI PNG
BAHODOPI SENTANI
POMALAA
SUMATRA
500km
TIMOR
Gambar 3 Distribusi Endapan Bijih Laterit Nikel Indonesia (PT. INCO dalam Ahmad, 2005)
2. Laterit Nikel
Laterit nikel merupakan residu hasil pelapukan kimia pada batuan
ultramafik. Proses lateritisasi berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika
batuan ultramafik tersingkap di permukaan bumi sampai menghasilkan berupa
residu nikel yang diakibatkan oleh faktor laju pelapukan, struktur geologi, iklim,
topografi, reagen-reagen kimia dan vegetasi, dan waktu. Pengaruh iklim tropis di
Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif didukung oleh pecahan
bentukan geologi methamorphic belt di Timur dan Tenggara. Selain itu kondisi ini
juga tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi Sulawesi yang
cocok terhadap pembentukan nikel laterit.
Pelapukan pada batuan dunit dan peridotit menyebabkan unsur-unsur
bermobilitas rendah sampai immobile seperti Ni, Fe dan Cr mengalami pengayaan
secara residu dan sekunder (Burger, 1996). Berdasarkan proses pembentukannya
endapan nikel laterit terbagi menjadi beberapa zona dengan ketebalan dan kadar
yang bervariasi. Daerah yang mempunyai intensitas pengkekaran yang intensif
akan mempunyai profil lebih tebal dibandingkan dengan yang pengkekarannya
kurang begitu intensif. Batuan ultramafik yang berada di wilayah bercurah hujan
tinggi, bersuhu hangat, topografi yang landai, banyak vegetasi (melimpahnya
humus), akan mengalami pelapukan membentuk endapan laterit nikel.
Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan
piroksen, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan
ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi
yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan
merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit
peridotit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas
dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada
batuan induk.
% Ni % Co % Mg % % Ni % Co % Mg % % Ni % Co % Mg %
Ferricrete Fe 0,2-0,5 0,02 0,6 Fe
0,2-0,5 0,02 0,6 Fe
35+ 0,2-0,5 0,02 0,6 35+
Limonite 35+ 1,2-1,7 0,1-0,2 1-2 45 1,2-17 0,1-0,2 1-4 45
Nontronit 0,6-1,4 0,1-0,2 1-2
e Saprolite 45 1,5-3 0,05-0,1 10-20 10- 1,5-3 0,05-0,1 10-30 10-
1,2 0,08 3,5 25 20
Gambar 5 Variasi profil laterit disebabkan oleh iklim dan topografi (Ahmad, 2006)
3 Batuan Induk
Batuan induk endapan laterit nikel adalah batuan ultramafik. Batuan
ultramafik adalah batuan yang kaya mineral ferromagnesian tanpa memperhatikan
kandungan silika, feldspar dan feldspatoid (Ahmad, 2006). Batuan ultramafik
merupakan batuan yang kaya mineral olivin, piroksen, amfibol, dan biotit. Batuan
ultramafik memiliki indeks warna >70.Batuan ultramafik terjadi dalam berbagai
cara, sebagian besar berasal dari diferensiasi magma pada magma basaltik yang
merupakan batuan plutonik berupa tubuh sill, stock, dyke; terbentuk juga sebagai
inklusi dalam aliran lava basaltik. Keterdapatan mereka di beberapa posisi
tersebut merupakan awal terbentuknya rekristalisasi magma (Moorhouse,
1959).Klasifikasi batuan ultramafik dapat dilihat pada gambar berikut di bawah
ini (Gambar 6.).
Gambar 6 Diagram Klasifikasi untuk Variasi Batuan Mafik dan Ultramafik (Streckeisen, 1974)
Cr
Ol
A B
Cr
A B
Foto 2: A. Hand specimen Dunit-serpentinit, kelabu kusam kecoklatan,butiran
halus, nampak terdapat sedikit retakan; B.Sayatan poles dunit serpentinit //-nikol,
berkomposisi mineral kromit (Cr) warna kelabu terang sangat halus, bentuk
anhedral, dan mineral pentlandit (Pnt) warna putih, bentuk anhedral subhedral.
Lokasi : Pomala.
A B
A B
Foto 5 :
Fotomikrografi Scanning Electron Microscope (SEM) serpentin,
struktur platy massive; Hasil pengukuran Energy Disperse X-ray
(EDS) kandungan unsurnya tercantum dalam tabel.
Lokasi : Sorowako, Sulawesi Selatan
DAFTAR PUSTAKA
Kadarusman, A., Miyashita, S., Maruyama, S., Parkinson, C.D., and Ishikawa, A.,
2004,Petrology, Geochemistry and Paleogeographic Reconstruction of
the East Sulawesi Ophiolite, Indonesia, Tectonophysics, v. 392, 55 –
83.
Kadarusman, A., Miyashita, S., Maruyama, S., Parkinson, C.D., and Ishikawa, A.,
2004,Petrology, Geochemistry and Paleogeographic Reconstruction of
the East Sulawesi Ophiolite, Indonesia, Tectonophysics, v. 392, 55 –
83.