Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PIDANA

Tentang :

ASAS-ASAS BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA


INDONESIA

Oleh :

Mardiana Lestari Elo (1320022)

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS KRISTEN WIRA WACANA SUMBA
2021
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Hukum pidana yang saat ini berlaku di Indonesia merupakan
hukum warisan penjajahan Belanda yang berdasarkan asas
konkordansi diberlakukan di Indonesia. Secara yuridis formal
pemberlakuan hukum pidana Belanda di Indonesia didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum
Pidana yang dimana merupakan penegasan negara Indonesia untuk
memberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
berlaku pada tanggal 8 Maret 1942 sebagai hukum pidana yang
berlaku di Indonesia.
Hukum pidana yang berlaku di indonesia tentu mempunyai asas-
asas yang berlaku yang merupakan isi dari hukum pidana yang
terdapat pada undang-undang.

Negara indonesia mengandung positifistik hukum. Selain itu


perundang-undangan yang kongkrit, hukum juga mempertimbangkan
latar belakang dibentuknya hukum, atau dikenal dengan istilah asa
hukum. Asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif. Bisa dibilang asas hukum adalah intinya
inti. Penulis akan menjelaskan asas-asas berlakunya undang-undang
hukum pidana di Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja asas-asas berlakunya undang-undang hukum Pidana
Indonesia?
1.3 Tujuan
Mencari tau apa saja yang menjadi asas-asas hukum pidana atau yang
mendasari adanya hukum pidana di indonesia.
1.4 Manfaat
Pembaca dapat mengatahui asas yang mendasari hukum pidana
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asas Hukum Pidana


Dalam literatur telah banyak dijelaskan pengertian dan makna
hukum pidana sebagai salah satu bidang dalam ilmu hukum.
Pendefinisian Hukum pidana harus dimaknai sesuai dengan sudut
pandang yang menjadi acuannya. Pada prinsipnya secara umum ada
dua pengertian tentang hukum pidana, yaitu disebut dengan ius
poenale dan ius puniend. Ius poenale merupakan pengertian hukum
pidana objektif. hukum pidana ini dalam pengertian menurut Mezger
adalah "aturan-aturan hukum yang mengikatkan pada suatu
perbuatan tertentu yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat
yang berupa pidana. Dalam hukum pidana terdapat asas-asa untuk
berlakunya undang-undang hukum pidanan indonesia.
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang
berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-
aturan.1 untuk :
Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi
yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar
langgar tersebut.
Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu daat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. (hukum
pidana materiil)
Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut. (Hukum acara pidana).

1
Prof. Moeljatno, S.H.
A. Asas Legalitas
Secara umum asas hukum merupakan prinsip-prinsip
dasar yang menjadi ratio legis pembentukan hukum. Salah
satu fungsi asas hukum yakni agar konsistensi tetap terjaga
dalam suatu sistem hukum. Asas legalitas merupakan asas
yang sangat fundamental dalam hukum pidana dengan tujuan
utamanya adalah pencapaian kepastian hukum di dalam
penerapannya dan mencegah kesewenang-wenangan
penguasa. Berbeda dengan asas hukum lainnya yang bersifat
abstrak, asas legalitas justru tertuang secara eksplisit dalam
undangundang (KUHP). Pada umumnya asas hukum bersifat
abstrak dan justru menjadi latar belakang pembentukan
aturan yang sifatnya konkrit dan tetuang dalam bentuk pasal-
pasal dalam perundang-undangan Asas legalitas di Indonesia
secara eksplisit tertuang dalam Pasal1 ayat (1) KUHP : “Tiada
suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan
ketentuan pidana dalam undangundang yang ada terdahulu
daripada perbuatan itu”, yang dalam bahasa Latin dikenal
dengan adagium : “nullum delictum, nulla poena, sine praevia
lege poenali”.
Terkait definisi asas legalitas terdapat kesepahaman
diantara ahli hukum pidana namun menyangkut makna atau
esensi yang terkandung di dalam asas legalitas kiranya
terdapat perbedaan pendapat. Pemikiran yang sederhana me
ngenai makna yang terkandung dalam asas legalitas
dikemukakan oleh Enschede bahwa hanya ada dua yang
terkandung dalam asas legalitas yaitu :26 1) Suatu perbuatan
dapat dipidana hanya jika diatur dalam perundangundangan
pidana. 2) Kekuatan ketentuan pidana tidak boleh
diberlakukan surut. Moeljatno dalam bukunya Azas-Azas
Hukum Pidana, menyebutkan bahwa asas legalitas
mengandung tiga pengertian yaitu : (1) Tidak ada perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu
terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan
undang-undang. (2) Untuk menentukan adanya perbuatan
pidana tidak boleh digunakan analogi (kiyas). (3) Aturan-
aturan hukum pidana tidak berlaku surut. Menurut
Groenhuijsen, sebagaimana dikutip oleh Komariah Emong
Sapardja menyebutkan ada empat makna yang terkandung
dalam asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yaitu : (1)
Pembuat undang-undang tidak boleh memberlakukan suatu
ketentuan pidana berlaku mundur. (2) Semua perbuatan yang
dilarang harus dimuat dalam rumusan delik sejelas-jelasnya.
(3) Hakim dilarang menyatakan bahwa terdakwa melakukan
perbuatan pidana didasarkan pada hukum tidak tertulis atau
hukum kebiasaan. (4) Terhadap peratuiran hukum pidana
dilarang diterapkan analogi Makna asas legalitas merupakan
konsekuensi logis dari gagasan dasar yang merupakan
subtansi asas legalitas yaitu perlindungan hak-hak individu
warga negara dengan cara membatasi kekuasaan penguasa
(termasuk hakim) dan pengaturan pembatasan melalui
instrument undang-undang pidana.
Asas ini berkaitan dengan seseorang itu tidak dapat
dikenakan suatu sanksi pidana selama tindak kejahatan yang
dilakukan itu tidak terdapat dalam KUHP sebagaimana di
jelaskan pasal 1 ayat (1) yang berbunyi :” tidak ada perbuatan
apapun yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana perundang-undangan yang sudah dicantumkan.”

Dari penjelasan tersebut diatas bahwa asas legalitas dalam


pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung tiga pokok pengertian
yakni :

Tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana


(dihukum) apabila perbuatan tersebut tidak diatur
dalam suatu pera-turan perundang-undangan
sebelumnya/terlebih dahulu, jadi harus ada aturan
yang mengaturnya sebelum orang tersebut melakukan
perbuatan;
Untuk menentukan adanya peristiwa pidana
(delik/tindak pidana) tidak boleh menggunakan analogi;
dan
Peraturan-peraturan hukum pidana/perundang-
undangan tidak boleh berlaku surut (Asas yang
melarang keberlakuan surut suatu undang-
undang). Surut adalah suatu hukum yang mengubah
konsekuensi hukum, terhadap tindakan yang dilakukan
atau status hukum fakta-fakta dan hubungan yang ada
sebelum suatu hukum diberlakukan
B. Asas Teritorialitas
Asas ini sebenarnya berlaku pada hukum internasional
karna asas ini sangat penting untuk menghukum semua
orang yang berada di Indonesia yang melakukan tindak
pidana yang dilakukan oleh orang tersebut baik dilakukan di
Indonesia maupun di luar. Akan tetapi asas ini berisi asas
positif yang dimana tempat berlaku seorang pidana itu
berdiam diri. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2
KUHP berbunyi :”ketentuan pidana dalam perundang-
undangan di indonesia diterapkan bagi setiap orang
melakukan tindak pidana di Indonesia.” Dan dalam pasal 3
KUHP juga berbunyi :”ketentuan pidana dalam perundang-
undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang diluar
wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalam
kendaraan air atau pesawat Indonesia.”

C. Asas Nasional Aktif (Asas Personalitas)


Asas ini membahas tentang KUHP terhadap orang-orang
Indonesia yang melakukan tindak pidana diluar negara
Indonesia. Dalam hukum internasional hukum ini disebut
asas Personalitas. Akan tetapi hukum ini tergantung dengan
perjanjian bilateral antar negara yang membolehkan untuk
mengadili tindak pidana tersebut sesui asal negaranya. 
Terdapat dalam Pasal 5 KUHP :
1. Ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia
berlaku bagi warga Negara Indonesia yang melakukan di
luar Indonesia:
satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan II
Buku Kedua, dan dalam pasal-pasal
160,161,240,279,450, dan 451;
Suatu perbuatan terhadap suatu yang dipandang
sebagai kejahatan meurut ketentuan pidana
dalam undang-undang negeri, tempat perbuatan
itu dilakukan.
2. Penuntutan terhadap suatu perbuatan yang
dimaksudkan pada huruf b boleh juga dilakukan, jika
tersangka baru menjadi warga negara Indonesia setelah
melakukan perbuatan itu.
D. Asas Nasional Pasif (Asas Perlindungan)
Asas ini memberlakukan KUHP terhadap siapapun baik
WNI ataupun warga negara asing yang melakukan perbuatan
tindak pidana diluar negara Indonesia sepanjang erbuatan
tersebut melanggar kepentingan negara Indonesia.
Terdapat dalam Pasal 4 KUHP : Ketentuan pidana dalam
perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang
yang melakukan di luar Indonesia:
1. satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106,
107,108,dan 131.
2. suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas
yang dikeluarkan oleh negara atau bank, ataupun
mengenai meterai yang dikeluarkan dan merek yang
digunakan oleh Pemerintah Indonesia.
3. pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas
tanggungan Indonesia, atas tanggungan suatu daerah atau
bagian daerah Indonesia, termasuk pula pemalsuan talon,
tanda dividen atau tanda bunga, yang mengikuti surat
atau sertifikat itu, dan tanda yang dikeluarkan sebagai
pengganti surat tersebut, atau menggunakan surat-surat
tersebut di atas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah
asli dan tidak dipalsu;
4. salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal-pasal 438,
444 sampai dengan 446 tentang pembajakan laut dan
pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada
kekuasaan bajak laut dan pasal 479 huruf j tentang
penguasaan pesawat udara secara melawan hukum, pasal
479 huruf I, m, n, dan o tentang kejahatan yang
mengancam keselamatan penerbangan sipil.
E. Asas Universalitas
Asas universalitas ini biasanya berkaitan dengan asas
kemanusiaan, dalam arti sipelaku tindak pidana ini akan
dikenakan pidana yang berlaku dengan tempat atau dimana
ia berhenti seperti tindak pidana terorisme yang dimana kasus
ini telah melibatkan semua negara atau semua negara telah
bersepakat jika hal yang demikian itu merupakan tindak
pidana.
F. Asas Tidak Ada hukuman Tanpa Kesalahan (Geen Straf
Zonder Schuld)
Asas ini mempunyai makna yang sama dengan makna asas
Legalitas itu sendiri sehingga asas ini dibekukan kedalam satu
asas yang fundamental yaitu menjadi asas Legalitas. Asas
Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan
mengandung pengertian bahwa seseorang yang telah
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan
hukum pidana yang berlaku, tidak dapat dipidana oleh karena
ketiadaan kesalahan dalam perbuatannya tersebut.
Asas ini termanifestasikam dalam pasal 6 ayat (2) UU No.
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
menentukan bahwa :
“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabilapengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut
undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang
dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalahatas
perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terdapat enam asas-asas berlakunya undang-undang hukum
Pidana Indonesia yaitu :
1. Asas Legilitas
Asas ini berkaitan dengan seseorang itu tidak dapat dikenakan
suatu sanksi pidana selama tindak kejahatan yang dilakukan itu
tidak terdapat dalam KUHP sebagaimana di jelaskan pasal 1 ayat
(1) yang berbunyi :” tidak ada perbuatan apapun yang dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana perundang-
undangan yang sudah dicantumkan.”
2. Asas Teritorialitas
asas ini berisi asas positif yang dimana tempat berlaku seorang
pidana itu berdiam diri. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2
KUHP berbunyi :”ketentuan pidana dalam perundang-undangan
di indonesia diterapkan bagi setiap orang melakukan tindak
pidana di Indonesia.”
3. Asas Nasional Aktif (Asas Personalitas)
Asas ini membahas tentang KUHP terhadap orang-orang
Indonesia yang melakukan tindak pidana diluar negara
Indonesia. Dalam hukum internasional hukum ini disebut asas
Personalitas. Akan tetapi hukum ini tergantung dengan
perjanjian bilateral antar negara yang membolehkan untuk
mengadili tindak pidana tersebut sesui asal negaranya. 
4. Asas Nasional Pasif (Asas Perlindungan)
Asas ini memberlakukan KUHP terhadap siapapun baik WNI
ataupun warga negara asing yang melakukan perbuatan tindak
pidana diluar negara Indonesia sepanjang erbuatan tersebut
melanggar kepentingan negara Indonesia.
5. Asas Universalitas
Asas universalitas ini biasanya berkaitan dengan asas
kemanusiaan, dalam arti sipelaku tindak pidana ini akan
dikenakan pidana yang berlaku dengan tempat atau dimana ia
berhenti seperti tindak pidana terorisme yang dimana kasus ini
telah melibatkan semua negara atau semua negara telah
bersepakat jika hal yang demikian itu merupakan tindak pidana.
6. Asas Tidak Ada hukuman Tanpa Kesalahan (Geen Straf Zonder
Schuld)
Asas ini mempunyai makna yang sama dengan makna asas
Legalitas itu sendiri sehingga asas ini dibekukan kedalam satu
asas yang fundamental yaitu menjadi asas Legalitas. Asas Tiada
Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan mengandung
pengertian bahwa seseorang yang telah melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan hukum pidana yang
berlaku, tidak dapat dipidana oleh karena ketiadaan kesalahan
dalam perbuatannya tersebut.
3.2 Saran

Meskipun saya sebagai penulis menginginkan kesempurnaan


dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih
banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan saya. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya. Dan dengan ada makalah ini
semoga para pembaca bisa memahami bahwa ilmu dan pengetahuan
memiliki perbedan yang telah saya bahas dalam pembahasan di bab
sebelumnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

https://menuruthukum.com/2020/05/07/asas-asas-hukum-pidana/
https://core.ac.uk/download/pdf/83871315.pdf

Amir Ilyas, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta &


PuKAP Indonesia, Yogyakarta, 2012
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai